Faktor Lingkungan Rumah Dan Faktor Perilaku Penghuni Rumah Yang .

1y ago
10 Views
2 Downloads
1.44 MB
62 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Mya Leung
Transcription

322.7.3.2. Kebiasaan MerokokMerokok adalah tindakan menyulut rokok dengan api kemudianmenghisap batang rokok tersebut dan menghembuskan asapnya. MenurutPermenkes RI nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 tetang Pedoman PenyehatanUdara Dalam Ruang Rumah yang dimaksud dengan asap rokok (EnvironmentalTobacco Smoke/ETS) adalah gas beracun yang dikeluarkan dari pembakaranProduk tembakau yang biasanya mengandung Polycyclic Aromatic Hydrocarbons(PAHs) yang berbahaya bagi kesehatan manusia.Asap yang terhirup kemudian akan masuk ke dalam paru-paru. Dampakdari merokok berawal dari gangguan saluran pernafasan. Bahan berbahaya danracun dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan kepadaperokok juga kepada orang-orang disekitarnya yang tidak merokok yang sebagianbesar adalah bayi, anak-anak, dan ibu yang terpaksa menjadi perokok pasif olehkarena ada anggota mereka yang merokok di dalam rumah.Berdasarkan penelitian Dewi Sartika dkk (2012: 157) di Kabupaten KubuRaya, menunjukkan bahwa kebiasaan merokok memiliki hubungan yangbermakna dengan kejadian pneumonia (p 0,001). Responden yang merokokdalam rumah akan meningkatkan risiko pneumonia pada anak balita, peluangterkena pneumonia 10,886 kali lebih besar dibandingkan dengan anak balita yangdalam rumahnya tidak ada yang merokok (OR : 10,886 ; 95% CI : 2,712 – 43,07).2.7.3.3. Penggunaan Obat Nyamuk BakarObat nyamuk dikatakan bahaya bagi manusia karena kandungan bahanaktif yang termasuk golongan organofosfat. Bahan aktifnya adalah dichlorovynil

33dimethyl phofat (DDVP), PRopoxur (karbamat), dan diethyltoluamide yangmerupakan jenis insektisida pembunuh serangga. Efek terbesar akan dialami olehorgan yang sensitif, karena obat nyamuk lebih banyak mengenai hirupan, makaorgan tubuh yang kena adalah pernafasan.Penelitian terdahulu menyatakan bahwa terdapat hubungan yangbermakna antara penggunaan obat nyamuk bakar dengan kejadian pneumoniapada balita di wilayah kerja Puskesmas Pangandaran Kabupaten Ciamis, diperolehp-value sebesar 0,003; OR 3,949 95% CI 1,649 – 9,456 (Yulianti dkk, 2012:191).2.7.3.4. Penggunaan Bahan Bakar MasakPenggunaan bahan bakar memasak akan mempengaruhi terhadap kualitasudara di dalam rumah. Menurut Permenkes RI nomor 1077/Menkes/Per/V/2011kualitas udara di dalam ruangan dipengaruhi oleh kegiatan dalam rumah sepertidalam hal penggunaan energi tidak ramah lingkungan, penggunaan sumber energiyang relatif murah seperti batubara dan biomassa (kayu, kotoran kering darihewan ternak, residu pertanian).Penggunaan bahan bakar berupa kayu, arang, minyak bumi, ataubatubara akan menghasilkan sumber pencemaran kimia berupa sulfur dioksida(SO2), nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), dan karbon dioksida(CO2) yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terutama pada saluranpernapasan.2.7.3.5. Perilaku Membakar SampahMembakar sampah merupakan salah satu penanganan dan ataupengolahan akhir sampah. PRoses pembakaran sampah walaupun skalanya kecil

34sangat berperan dalam menambah jumlah zat pencemar di udara terutama debudan hidrokarbon. Hal penting yang perlu diperhitungkan dalam emisi pencemaranudara oleh sampah adalah emisi partikulat akibat pembakaran, sedangkan emisidari proses dekomposisi yang perlu diperhatikan adalah emisi HC dalam bentukgas metana (Ratnani, 2008:27).Pembakaran sampah di dalam udara terbuka juga menimbulkan kabutasap yang tebal yang mengandung bahan lainnya seperti partikel debu yang kecilkecil yang biasa disebut particulate matter (PM) berukuran 10 mikron, biasadisebut PM10. Alat saring pernafasan manusia tidak sanggup menyaring PM10 ini,sehingga bisa masuk ke dalam paru-paru dan bisa mengakibatkan sakit gangguanpernafasan (asma dan radang paru-paru), infeksi saluran pernafasan akut (ISPA),radang selaput lendir mata, alergi, iritasi mata (Soemarno, 2011:34).Pembakaran sampah dapat dilakukan pada suatu tempat, misalnyalapangan yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun demikianpembakaran ini sulit dikendalikan bila terdapat angin kencang, arang sampah,abu, debu, dan asap akan terbawa ke tempat-tempat sekitarnya yang akhirnyatetap akan menimbulkan gangguaan kesehatan terhadap manusia (Purnaini,2011:7). Adanya dampak kesehatan dari pembakaran sampah terutama di areatebuka yang berupa mencemari lingkungan, polusi udara, dan mengganggukesehatan masyarakat, sehingga pembakaran sampah sudah tidak dianjurkansebagaimanatelah ditetapkan dalam UU RI nomor 18 tahun 2008 tentangpengelolaan sampah bahwa setiap orang dilarang untuk membakar sampah yangtidak sesuai dengan persyaratan teknis pengelolaan sampah.

352.7.3.6. Perilaku BatukPenyakit yang tersebar melalui droplet dapat ditularkan oleh orang yangterinfeksi saat berbicara, batuk, atau bersin, seperti halnya penyakit ISPA yangmudah menular dengan cara penyebaran aerosol lembut yang disebabkan batukdan aerosol kasar yang disebabkan batuk dan bersin, sehingga perlu adanyakewaspadaan terhadap penularan penyakit ISPA. Salah satu perilaku kewaspadaantransmisi droplet tersebut adalah tindakan pencegahan berupa penerapan etikabatuk.Etika batuk merupakan cara penting untuk mengendalikan penyebaraninfeksi dari sumbernya. Ketika salah seorang anggota keluarga mengalami gejalaISPA, sebaiknya menerapkan etika batuk dengan cara menutup hidung dan mulutsaat batuk menggunakan tissue, segera membuang tisu yang sudah dipakai danmembersihkan tangan. Etika batuk demikian harus diterapkan di semua tempatbaik di rumah sakit, lingkungan masyarakat, serta di rumah. Tindakan penting iniharus selalu dilakukan untuk mengendalikan sumber infeksi potensial (WHO,2008:20).2.7.4. Faktor Pelayanan KesehatanSistem pelayanan kesehatan memiliki peranan penting dalam menanganimasalah kesehatan untuk meningkatkan derjata kesehatan masyarakat. Sistempelayanan kesehatan mencakup pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatanmasyarakat. Secara umum pelayanan kesehatan masyarakat merupakan subsistempelayanan kesehatan yang memiliki tujuan utama adalah pelayanan preventif

36(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat(Notoatmodjo, 2007:101).Upaya pemerintah dalam menekan angka kematian akibat pneumoniadiantaranya melalui penemuan kasus pneumonia balita sedini mungkin dipelayanan kesehatan dasar, penatalaksanaan kasus dan rujukan. Adanyaketerpaduan dengan lintas Program melalui pendekatan MTBS di puskesmas,serta penyediaan obat dan peralatan untuk puskesmas perawatan dan di daerahterpencil (Depkes RI, 2009).2.7.4.1. Manajemen Terpadu Balita Sakit gpenyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat.Manajemen Terpadu Balita Sakit Berbasis Masyarakat yang selanjutnya disingkatMTBS-M adalah pendekatan pelayanan kesehatan bayi dan anak balitaterintegrasi dengan melibatkan masyarakat sesuai standar Manajemen TerpaduBalita Sakit (MTBS).Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan pendekatan MTBS-Mditerapkan pada daerah sulit akses di kabupaten/kota. Dengan fokus kegiatanuntuk mempromosikan perilaku pencarian pertolongan kesehatan, perawatanbalita di rumah dan pelatihan kepada anggota masyarakat yaitu kader untukmelakukan pengobatan sederhana kasus bayi muda dan balita sakit (diare,pneumonia, demam untuk malaria, dan masalah bayi baru lahir).

372.8. Pencegahan Penyakit ISPAISPA, termasuk pneumonia merupakan penyakit saluran pernapasan yangmudah menular dari seseorang ke orang lain terutama dalam kondisi tubuh yangtidak sehat. Penyakit ini sangat berbahaya dan sering menyerang pada anak balita,sehingga demikian perlu adanya pencegahan terhadap penyebaran, pencegahanyang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:1.Menerapkan pola hidup sehat dengan rutin berolahraga untuk meningkatkanvitalitas tubuh dan asupan nutrisi yang baik dengan mengkonsumsi makananyang bergizi dan sehat.2.Mengenali gejala dan tanda-tanda pneumonia untuk deteksi dini.3.Pada balita dan anak yang memiliki kondisi tubuh dengan sistem imun yangmasih rendah adalah dengan memberikan ASI eksklusif dan imunisasipneumokokus atau disingkat imunisasi IPD yang dilakukan sebanyak 4 kalipada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.2.8.1. Rekomendasi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RumahISPA dapat menyebar dengan mudah di dalam suatu keluarga. Setiaporang yang bersentuhan dengan orang yang sakit yang belum terinfeksi berisikomengalami infeksi, sehingga anggota keluarga harus melaksanakan beberapatindakan yang direkomendasi oleh WHO (2007) sebagai berikut:1.Sedapat mungkin batasi kontak dengan orang yang sakit. Tinggal di kamaryang berbeda, atau bila hal ini tidak memungkinkan, tinggal sejauh mungkindari orang yang sakit, misalnya tidur di kasur atau kamar tidur yang terpisah,bila memungkinkan.

382.Ruang bersama (WC, dapur, kamar mandi, dll.) harus berventilasi baik(misalnya ventilasi alami, dengan selalu membuka jendela).3.Pembersihan lingkungan sangat penting untuk mencegah penularan taklangsung, terutama di ruang bersama.4.Bila perawatan jarak dekat harus dilakukan kepada orang yang sakit, orangyang sakit tersebut harus menutup mulut/hidungnya dengan tangan ataubenda lain (misalnya tisu, saputangan, atau bila tersedia, masker linen ataumasker bedah). Bila tersedia, keluarga yang merawat juga harus mengenakanmasker bedah atau alat pelindung terbaik yang ada untuk mencegah dropletpernapasan saat berdekatan dengan orang yang sakit.5.Benda yang digunakan untuk menutup mulut/hidung harus dibersihkan ataudibuang ke tempat yang aman.6.Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh. Bila kontak terjadi,tangan dibersihkan segera setelah kontak.7.Kebersihan tangan dapat dilakukan dengan mencuci tangan dengan sabun danair atau antiseptik berbasis alkohol. Ada kekhawatiran keamanan (yaitu,tertelan, bahaya kebakaran) yang harus diperhatikan sebelum antiseptikberbasis alkohol dapat dianjurkan untuk digunakan di rumah.8.Orang yang lebih berisiko mengalami penyakit berat tidak boleh merawatorang yang sakit atau berdekatan dengan orang yang sakit tersebut. Untukinfluenza musiman, orang yang lebih berisiko meliputi orang yang menderitapenyakit jantung, paru, atau ginjal, diabetes, gangguan kekebalan, penyakit

39darah (misalnya, anemia sel sabit), wanita hamil, orang berusia 65 tahunatau anak-anak berusia 2 tahun.9.Kemungkinan pajanan terhadap orang sakit atau benda terkontaminasilainnya harus dihindari, misalnya menggunakan bersama sikat gigi, rokok,perlengkapan makan, minuman, handuk, lap pembersih badan, atau linentempat tidur.10. Rekomendasi kesehatan masyarakat yang diberlakukan pada saat itu harusdiikuti bila salah satu anggota keluarga memperlihatkan gejala ISPA meliputidemam, batuk, nyeri tenggorok, dan sesak napas.11. Orang yang merawat anggota keluarga yang menderita ISPA yang dapatmenimbulkan kekhawatiran harus membatasi kontak mereka dengan oranglain dan harus mengikuti kebijakan nasional/lokal mengenai rekomendasikarantina di rumah.

402.9. Kerangka TeoriFaktor LingkunganLingkungan FisikLingkungan NonfisikKondisi FisikLingkungan Rumah:Pencemaran UdaraSosial EkonomiDalam RuangRumah:1. KelembabanFaktor Perilaku:1. Kebiasaan Membuka Jendela2. Kebiasaan Merokok3. Penggunaan Obat Nyamuk Bakar4. Penggunaan Bahan Bakar Masak5. Pembakaran sampah6. Perilaku BatukFaktor Karakteristik Individu1. Umur2. Status Gizi Balita3. Imunisasi4. Pemberian ASI Eklusif5. Pengetahuan Ibu2. Laju Ventilasi3. Partikel Debu1.2.3.4.5.6.Kepadatan HunianLuas VentilasiJenis DindingJenis LantaiSaranaPembuangan AsapDapurSekat DapurMikroorganismePenyakit ISPA padaFaktor Pelayanan KesehatanMTBS (Manajemen Terpadu BalitaSakit).BalitaGambar 2.1. Kerangka TeoriSumber: Depkes RI, 2007; Depkes RI, 2011; Ditjen PP dan PL, 2012; Irianto,2014; Kemenkes RI, 2011; Mukono, 2000; Slamet, 2002; Suryo, 2010; Suryana,2005; Widoyono, 2008.

81BAB VISIMPULAN DAN SARAN6.1. SimpulanBerdasarkan hasil penelitian mengenai faktor lingkungan rumah dan faktorperilaku penghuni rumah yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita diwilayah kerja Puskesmas Sekaran, diperoleh simpulan bahwa ada hubunganantara luas ventilasi kamar tidur balita (p 0,001; PR 1,70; CC 0,340), danperilaku batuk anggota keluarga balita (p 0,002; PR 1,64; CC 0,326) dengankejadian ISPA pada balita wilayah kerja Puskesmas Sekaran. Variabel kepadatanhunian kamar tidur balita (p 1,000), luas lubang sarana pembuangan asap dapur(p 0,608), kebiasaan merokok anggota keluarga balita (p 0,899), dan perilakumembakar sampah (p 1,000) tidak ada hubungan dengan kejadian ISPA padabalita di wilayah kerja Puskesmas Sekaran.6.2. Saran1.Bagi Instansi KesehatanPeningkatan program penyuluhan tentang sanitasi rumah sehat sertapenerapan etika batuk dan atau pengadaan program pemberian masker gratiskepada penderita ISPA khususnya orang dewasa untuk mencegah penularankepada anggota keluarga terutama pada balita.81

822.Bagi MasyarakatMemperhatikan luas ventilasi kamar tidur balita dengan menambahventilasi alamiah atau lubang angin, namun apabila tidak memungkinkanuntuk penambahan ventilasi alamiah dapat dengan membuka jendela danpintu kamar tidur setiap hari. Masyarakat perlu menerapkan perilaku batuksecara benar dengan menggunakan masker saat mengalami sakit ISPA atauketika batuk dan bersin menutup hidung dan mulut menggunakan tissue dansegera melakukan cuci tangan memakai sabun, sebagai upaya pencegahanpenularan ISPA karena tercemar percikan cairan sekresi saat batuk dan ataubersin.

83Daftar PustakaAlsagaff, Hood dan Mukty, H.A., 2008, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru,Surabaya: Airlangga University PressAsriati, M. Zamrud, Dewi Febrianty, 2012, Analisis Faktor Risiko KejadianInfeksi Saluran Pernapasan Akut pada Anak Balita, Kendari: FK UHOAzrul Azwar, 1996, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Jakarta: PT MutiaraSumber WidyaBudianto, Agus K.,2009, Dasar-dasar Ilmu Gizi, Malang: UMM PressBudiarto, Eko, 2002, Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat,Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran EGCBudioro, 2001, Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Semarang: BadanPenerbit Universitas DiponegoroCahyati, Widya H. dan Ningrum, Dina N.A., 2012, Buku Ajar BiostatistikaInferensial, Semarang: Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNESDamanik, Putri E., Mhd Arifin Siregar, Evawany Y Aritonang, 2014, HubunganStatus Gizi, Pemberian ASI Eksklusif, Status Imunisasi Dasar denganKejadian Infeksi Saluran Akut (ISPA) pada Anak Usia 12-24 Bulan diWilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kota Medan, Medan: FKMUSUDepkes RI, 2007, Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Jakarta: Ditjen P2PLh, 2009, Pneumonia Penyebab Kematian Utama Balita, Jakarta:Kemenkes RIDinkes Kota Semarang, 2013, Profil Kesehatan Kota Semarang, Semarang:Dinkes Kota Semarang, 2014, Rekapitulasi Laporan Bulanan Penderita ISPA Kota Semarang,Semarang: Dinkes Kota SemarangDinkes Provinsi Jawa Tengah, 2012, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,Semarang: Dinkes Provinsi Jawa TengahDitjen PP dan PL, 2012, Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran PernapasanAkut, Jakarta: Kemenkes RI

84Elyana, M. dan Candra, A., 2009, Hubungan Frekuensi ISPA dengan Status GiziBalita, Semarang: UNDIP, Journal of Nutrition and Health 1.1 (2013)Hadi, Bambang S., 2008, Diktat Kuliah Geografi Regional Indonesia,Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta di akses pada Desember2015 http://staff.uny.ac.idHardati, Tri A, Tedi Candra Lesmasna, Susilo Samsul Bahri, 2014, SurveilansEpidemiologi Faktor Risiko ISPA pada Balita di Wilayah KerjaPuskesmas Sedayu II Bantul Yogyakarta, Yogyakarta: STIKES WiraHusada Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol. 07 No. 1, 2014 ,161-166Irianto, Koes, 2014, Ilmu Kesehatan Anak, Bandung: Alfabeta, 2014, Ekologi Kesehatan, Bandung: AlfabetaKecamatan Gunungpati, 2015, Profil dalam Angka Kecamatan Gunungpati tahun2014, Gunungpati: Kecamatan GunungpatiKemenkes RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Jakarta: BadanPenelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RIKeputusan Menteri Kesehatan RI nomor 829/Menkes/SK/VII/1989 tentangPrasyarat Kesehatan Perumahan, Jakarta: Kementerian Kesehatan RIMarlani, Lenni, Sorimuda Sarumpaet, Rasmaliah, 2014, Faktor-Faktor yangBerhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)pada Anak Balita di Puskesmas Panyabunganjae KabupatenmandailingNatal tahun 2014, Medan: Universitas Sumatera UtaraMaryani, Diana, 2012, Hubungan antara Kondisi Lingkungan Rumah danKebiasaan Merokok Anggota Keluarga dengan Kejadian ISPA pada Balitadi Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang, Skripsi, Semarang: UniversitasNegeri SemarangMarmi, 2013, Gizi dalam Kesehatan Reproduksi, Yogyakarta: Pustaka PelajarMukono, H.J., 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: AirlanggaUniversity PressMulia, Ricki M., 2005, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Graha IlmuMulyani, N.S dan Rinawati, M., 2013, Imunisasi untuk Anak, Yogyakarta: NuhaMedika

85Murti, Bhisma, 1997, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Yogyakarta:Gajahmada University PressNoatoatmodjo, Soekidjo, 2005, Metodologi Penelitian Ksehatan, Jakarta: RinekaCipta, Soekidjo, 2007, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Rineka CiptaPadmonobo, Heru, Onny Setiani, Tri Joko, 2014, Hubungan Faktor-FaktorLingkungan Fisik Rumah dengan Kejadian Pneumonia pada Balita diWilayah Kerja Puskesmas Jatibarang Kabupaten Brebes, UNDIP JurnalKesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 11 No. 2, Oktober r1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara dalamRuangan, 2011, Jakarta: Kementerian Kesehatan RIPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 TentangPenyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit BerbasisMasyarakat, 2013, Jakarta: Kementerian Kesehatan RIPeraturan Wali Kota Semarang nomor 18 tahun 2014 Tentang Rencana KerjaPembanguna Daerah Kota Semarang tahun 2015, Semarang: PemerintahKota SemarangPuskesmas Sekaran, 2014, Rekapitulasi Laporan Bulanan Program P2 ISPAPuskesmas Sekaran, Sekaran: Puskesmas SekaranPurnaini, Rizki, 2011, Perencanaan Pengelolaan Sampah di Kawasan SelatanUniversitas Tanjungpura, Universitas Tanjungpura, Jurnal Teknik SipilUNTAN, Vol. 11 No.1, Juni 2011Ratnani, D.R. 2008, Teknik Pengendalian Pencemaran Udara Yang DiakibatkanOleh Partikel, UNWAHAS Momentum, Vol. 4, No.2, Oktober 2008Riyanto, Agus, 2011, Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta:Nuha MedikaSalsila, Deni Ahmad, 2013, Hubungan Kondisi Rumah Dengan FrekuensiKejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (Ispa) Di Rt 01 Dan Rt 08Kelurahan Olak Kemang Tahun 2012, The Jambi Medical Journal, No.1Vol. Januari 2013Sartika, Dewi Mas Heny, Onny Setiani, Nur Endah, 2012, Faktor LingkunganRumah dan Praktik Hidup Orangtua yang Berhubungan denganKejadian Pneumonia pada Anak Balita di Kabupaten Kubu Raya Tahun

862011,UNDIP Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 11 No. 2,Oktober 2012Silviana, Intan, 2014, Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penyakit ISPA denganPerilaku Pencegahan ISPA pada Balita di PHPT Muara Angke JakartaUtara Tahun 2014, Esa Unggul Forum Ilmiah, Vol. 11 No. 3, September2014Slamet, Juli S., 2002, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: Gajah MadaUniversity PressSoemarno, 2011, Sampah Jangan Dibakar Banyak Mudhorotnya, https://www.academia.eduSoesanto,Sri Soewati, Agustina Lubis, Kusnindar Atmosukarto , 2000, HubunganKondisi Perumahan dengan Penularan Penyakit ISPA dan TB Paru, MediaLitbang Kesehatan, Vol. 10 No.2, 2000Sugiyono, 2005, Statistik untuk Penelitian, Bandung: AlfabetSukamawa, Anak Agung Anom, Lilis Sulistyorini, Soedjajadi Keman, 2006,Determinan Sanitasi Rumah dan Sosial Ekonomi Keluarga TerhadapKejadian ISPA pada Anak Balita serta Manajemen Penaggulangannya diPuskesmas, Jurnal Kesling, Vol. 3, No.1, Juli 2006, 49-58Sunu, Pramudya, 2001, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001,Jakarta: PT GrasindoSuryana, A., 2005, Berbagai Masalah Kesehatan Anak dan Balita, Jakarta:KhilmaSuryo, Joko, 2010, Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan,Yogyakarta: Penerbit B FirstUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008TentangPengelolaan Sampah Presiden Republik Indonesia, Jakarta: MenteriLingkungan HidupWidoyono, 2008, Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegaha danPemberantasannya, Jakarta: ErlanggaWorld Health Organization, 2007, Pencegahan dan Pengendalian Infeksi SaluranPernapasan Akut (ISPA) yang Cenderung Menjadi Epidemi dan Pandemidi Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Jenewa: World Health Organization(WHO)

87, 2008, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang CenderungMenjadi Epidemi dan Pandemi, Pencegahan dan Pengendalian diFasilitas Pelayanan Kesehatan, Jenewa: World Health Organization(WHO)Yulianti, Linda, Onny Setiani, Yusniar Hanadi, 2012, Faktor-Faktor LingkunganFisik Rumah Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pneumonia PadaBalita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangandaran Kabupaten Ciamis,UNDIP Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia, Vol. 11 No. 2, Oktober2012

Nya, sehingga skripsi yang berjudul "Faktor Lingkungan Rumah dan Faktor Perilaku Penghuni Rumah yang Berhubungan dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran" dapat terselesaikan. Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana

Related Documents:

lintas diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pengendara, faktor kendaraan, faktor lingkungan dan faktor jalanan yaitu sarana dan prasarana.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Safety Riding Remaja di SMAN 7 Kota Bengkulu.

A. Pengertian Limbah Rumah Sakit . 1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dati kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. 2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terditi d

penurunan pada tahun 2019. Hal yang mendasari ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil selama masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN TIDAK AMAN PADA PELAKU USAHA RPH UNGGAS RAWA KEPITING TAHUN 2019 SKRIPSI DIAN KOMALASARI 1510713027 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAKARTA . Tindakan tidak aman disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor manajemen, desain peralatan, lingkungan fisik, pekerjaan, lingkungan .

pengurusan masa (min 4.02) dan diikuti oleh faktor kewangan (min 3.69), faktor persekitaran pembelajaran (min 3.03) dan akhir sekali faktor persekitaran pekerjaan (2.56). Ujian-T menunjukkan tidak terdapat perbezaan yang signifikan antara faktor-faktor stres yang mempengaruhi stres berdasarkan jantina dan status perkahwinan.

2007) menemukan ada lima faktor yang mempengaruhi peran ayah dalam pengasuhan, yakni: faktor ibu, faktor ayah sendiri, faktor anak, faktor coparental dan faktor kontekstual. Semua faktor saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam penelitian Simons, dkk ditemukan bahwa sikap, harapan dan dukungan ibu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK PEMBANGUNAN 6 RUAS TOL DALAM KOTA JAKARTA SEKSI 1A SKRIPSI ZEFANYA GERALDINE RUTHIN 1710713108 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA . Low Back Pain (LBP) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor individu, lingkungan, dan juga .

Abrasive Jet Machining INTRODUCTION Abrasive water jet machine tools are suddenly being a hit in the market since they are quick to program and could make money on short runs. They are quick to set up, and offer quick turn-around on the machine. They complement existing tools used for either primary or secondary operations and could make parts quickly out of virtually out of any material. One .