Road Map Kota Yogyakarta Menuju Smart City

1y ago
20 Views
2 Downloads
1.58 MB
27 Pages
Last View : 13d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Samir Mcswain
Transcription

ROAD MAP KOTA YOGYAKARTA MENUJU SMART CITYTim PSPPR UGMAbstrakKonsep kota cerdas (smart city) yang menjadi isu besar di kota-kota besar di seluruh duniamendorong peran aktif dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kota menggunakan pendekatancitizen centric sehingga terjadi interaksi yang lebih dinamis dan erat antara warga dengan penyedia layanan,dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah. Dalam rangka mewujudkan Yogyakarta Smart City, implementasie-government di Pemerintah Kota Yogyakarta sudah menjadi suatu keharusan. Visi dari implementasiteknologi informasi dan komunikasi di Pemerintah Kota Yogyakarta terdapat dalam dokumen master plan eGovernment yang ditetapkan di dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 15 Tahun 2015 tentang eGovernment. Di dalam road map tersebut ada lima tahap pengembangan e-government Pemerintah KotaYogyakarta menuju Kota Yogyakarta sebagai smart city. Tahapan demi tahapan telah dijabarkan di dalamroad map pengembangan e-government. Namun demikian, khusus terkait smart city yang mencakup tujuhdimensi yaitu: smart economy, smart people, smart governance, smart mobility, smart environment, smartliving dan smart disaster management belum dijabarkan dengan lebih terperinci beserta indikator/tolokukurnya masing-masing.Metode yang dilakukan dalam penelitian ini diawali dengan studi literatur untuk mengetahuiindikator-indikator mengenai Smart City Readiness. Setelah penentuan indikator dan tolok ukur untuk SmartCity Kota Yogyakarta dilakukan survei data yang dibutuhkan, pengolahan data survei dan dilakukan analisadan penilaian mengenai kondisi yang ada saat ini. Setelah mengetahui kondisi Kota Yogyakarta saat ini,dilakukan perumusan-perumusan strategi, fokus, program, indikator rencana aksi yang akan tertuang didalam Road Map Smart City Kota YogyakartaHasil penelitian mengenai kajian smart city Kota Yogyakarta yaitu (1) Hasil assessmentmenggunakan Boyd Cohen Smart City Wheel menunjukkan dimensi Smart City yang menonjol di KotaYogyakarta adalah Smart People, Smart Environment dan Smart Living. (2) Visi Kota Yogyakarta menjadiacuan konsep pengembangan Smart City Kota Yogyakarta yaitu pengembangan Smart Tourism, SmartEducation, Smart Urban Services dan Smart Culture sebagai payungnya. (3) Hal utama yang harusdilaksanakan untuk mewujudkan Smart City Yogyakarta adalah membentuk dewan smart city. (4) Agendakerja pengembangan smart city Yogyakarta dibagi dalam dua tahapan yaitu jangka pendek dan jangkamenengah dengan prioritas pengembangan pada Smart Tourism.Kata Kunci: Smart City, Smart Tourism, Smart Culture, Smart Education, Yogyakarta, Boyd Cohen, Road Map1.LATAR BELAKANGBertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun serta terbatasnya sumber daya alammenjadikan pengelolaan kota menjadi semakin kompleks. Kondisi ini menuntut Pemerintah Daerah untukdapat memaksimalkan potensi sumber daya yang dimiliki serta meminimalisir kendala atau masalah yangdihadapi. Konsep kota cerdas (smart city) yang menjadi isu besar di kota-kota besar di seluruh duniamendorong peran aktif dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kota menggunakan pendekatancitizen centric sehingga terjadi interaksi yang lebih dinamis dan erat antara warga dengan penyedialayanan, dalam hal ini adalah Pemerintah Daerah. Interaksi dua arah ini akan terus berkembang danberproses sehingga nantinya kota akan menjadi tempat yang nyaman untuk ditinggali serta tangguh dalammerespon perubahan dan tantangan yang baru dengan lebih cepat.Arti “cerdas” menurut Nam & Pardo (dalam Djunaedi, 2014) adalah: (1) dalam bidangperencanaan kota, “cerdas” diartikan sebagai strategis, terutama dalam memilih prioritas, arah, kebijakandan sebagainya, dan (2) terkait teknologi, maka “cerdas” mengandung prinsip komputasi otomatis (selfconfiguration, self healing, self-protection, self-optimization); ditunjukkan antara lain memiliki sensors danWORKING PAPER PSPPR 20161

actuators. Lebih lanjut lagi, secara sederhana sebuah kota cerdas (smart city) adalah kota yang sistemmanajemen kotanya secara otomatis mampu memberitahu: (1) bahwa sedang timbul suatu masalahperkotaan (diberitahu oleh sensor yang dipasang di kota), (2) bahwa akan timbul suatu masalah perkotaan(diberitahu oleh sensor dan sistem prediksi), dan (3) sistem manajemen perkotaan mampu memberikanusulan tindakan otomatis (dimungkinkan oleh sistem actuator) atau tidak-otomatis untuk mengatasimasalah (Djunaedi, 2014).Carragliu dkk (Nuzir dan Saifuddin, 2015) menyebutkan bahwa kota akan menjadi pintar apabilainvestasi pada sumber daya manusia, modal sosial serta infrastruktur sistem komunikasi tradisional danmodern dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan kehidupan yang berkualitasdengan pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana, melalui tata pemerintahan yang partisipatif. Disamping itu, Cohen (2012) membagi smart city menjadi 6 dimensi, yaitu: (1) Smart economy;(2) Smartmobility; (3) Smart environment; (4) Smart people; (5) Smart living; dan (6) Smart governance, dimanamasing-masing dimensi dirinci lagi ke dalam beberapa indikator sebagaimana terdapat dalam Gambar 1.1.Adapun Djunaedi (2014) menambahkan satu dimensi lagi terkait smart city, yaitu smart disastermanagement terkait letak negara Indonesia yang berada di dalam ring of fire.Gambar 1. Dimensi Smart City (Cohen, 2012)Dalam rangka mewujudkan Yogyakarta Smart City, implementasi e-government di PemerintahKota Yogyakarta sudah menjadi suatu keharusan. Visi dari implementasi teknologi informasi dankomunikasi di Pemerintah Kota Yogyakarta terdapat dalam dokumen master plan e-government yangditetapkan di dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 15 Tahun 2015 tentang e-Government yaitu“Terwujudnya e-Government sebagai sarana sistem informasi pengelolaan Kota Yogyakarta yang handaldalam mendukung pelayanan publik yang efektif, efisien, transparan, akuntabel dan partisipatif sehinggamenjadi Yogyakarta Smart City”. Road Map 2015-2019 untuk pengembangan e-Government telah disusunoleh Bappeda Kota Yogyakarta pada tahun 2014. Di dalam road map tersebut ada lima tahappengembangan e-Government Pemerintah Kota Yogyakarta menuju Kota Yogyakarta sebagai smart city,yaitu:1. Tahap pertama, penguatan infrastruktur jaringan dan pusat data;2. Tahap kedua, penguatan infrastruktur sistem informasi;3. Tahap ketiga, integrasi data dan pengembangan aplikasi terintegrasi;4. Tahap keempat, data warehouse; dan5. Tahap kelima; implementasi kebijakan menuju smart city.Tahapan demi tahapan telah dijabarkan di dalam road map pengembangan e-government. Namundemikian, khusus terkait smart city yang mencakup tujuh dimensi yaitu: smart economy, smart people,WORKING PAPER PSPPR 20162

smart governance, smart mobility, smart environment, smart living dan smart disaster management belumdijabarkan dengan lebih terperinci beserta indikator/tolok ukurnya masing-masing.2.2.1.TINJAUAN PUSTAKAKonsep Smart CityKonsep kota cerdas atau yang lebih dikenal dengan nama smart city sangat populer dikembangkansebagai salah satu konsep penataan kota-kota di dunia beberapa tahun belakangan ini seiring denganpesatnya perkembangan teknologi. Konsep ini awalnya tumbuh semenjak tahun 1990an dimana koneksiinternet mulai mendunia sejak diperkenalkan pada tahun 1960an. Menurut Allwinkle & Cruickshank(2007), perkembangan internet pada periode tersebut-lah yang membuat pelayanan menjadi semakinmudah dengan adanya informasi yang dapat diakses melalui situs yang disediakan pemerintah kota. Meskimasih terbatas berupa layanan satu arah dengan hanya informasi yang bersifat statis dan terbatas tentangkebijakan perkotaan, guna lahan, dan perencanaan, namun tidak dipungkiri lagi bahwa ini adalah awalmunculnya konsep smart city.Berkembang berikutnya pada awal tahun 2000an dimana perkembangan teknologi informasi yangsemakin memudahkan pengguna berkomunikasi dua arah secara real time dari tempat yang berbedaditambah dengan infrastruktur yang semakin memadai membuat informasi dari pemerintah kota menjadisemakin interaktif, mudah diakses darimana saja dan kapan saja, serta dengan database yang semakinlengkap seperti transportasi, guna lahan, perencanaan, perpajakan dan lain-lain. Warga kota tidak perlulagi untuk mendatangi kantor pemerintah kota hanya untuk melihat informasi terkini dari para pengambilkebijakan tentang apa yang sudah direncanakan untuk lahan di sekitar mereka atau hanya untuk melihatpengumuman terbaru. Tonggak berikutnya terjadi pada tahun 2004 dan 2005 dimana konsep intelcitiesdengan lebih mengembangkan sistem terintegrasi untuk seluruh layanan perkotaan yang bersifat onlinedan berdasar pada situs di internet. Pada tahun inilah dikembangkan transfer ilmu pengetahuan danpembangunan kapasitas melalui jejaring sosial, jaringan maya, dan lain-lain yang bersifat memberdayakanmasyarakat kota secara online dan terpadu. Berkembangnya intelcities ini juga sangat erat kaitannyadengan semakin populernya jejaring sosial dunia maya seperti friendster dan facebook yang semakinmemudahkan masyarakat kota untuk saling mengenal satu dengan lainnya. Baru pada tahun 2005 danseterusnya, perkembangan intelcities bergeser menjadi smartcities dengan lebih menekankan pada levelberikutnya dari intelcities seperti cerdas dalam pertemuan, jejaring, inovasi, kreativitas, modernitas,inklusif dan modal sosial dengan perwujudan terakhir pada komunitas yang berkelanjutan. Secarakeseluruhan, perkembangan smart city tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 2. Tahapan Perkembangan Teknologi Digital dalam Perkembangan KotaSumber: Deakin & Allwinkle (Allwinkle & Cruickshank, 2007:8)WORKING PAPER PSPPR 20163

Dari perkembangan yang disebut Allwinkle dan Cruickshank di atas, terlihat bahwaperkembangan teknologi tidak dipungkiri merupakan salah satu determinan penting dalam perkembangankonsep smart city. Secara lebih komprehensif, Nam dan Pardo (2011) melihat bahwa teknologi bukan satusatunya faktor dalam smart city. Masih ada 2 (dua) faktor lain yakni faktor institusional dan faktor manusiasebagai pendukung tumbuh dan berkembangnya konsep smart city. Tak pelak, pandangan Nam dan Pardoinilah yang banyak dipakai oleh pemerintah kota, manajer kota dan pihak-pihak yang terlibat dalammengembangkan konsep smart city dan menerapkannya pada kota-kota di dunia.Gambar 3. Faktor Berkembangnya Smart CitySumber: Nam & Pardo, 2011:286Dari dua sudut pandang tersebut, definisi smart city menjadi sangat beragam menurut beberapaahli seperti yang tercantum dalam tabel berikut:Tabel 1. Definisi Smart City Menurut Para AhliNo1AhliYang (2012)Definisi Smart CityArea perkotaan yang menciptakan pembangunanekonomi berkelanjutan dan kualitas hidup yang tinggibagi warganya dengan meningkatkan 6 hal pokok(pemerintahan, ekonomi, kualitas hidup, lingkungan,sumber daya manusia, dan transportasi) yang dapatdilakukan dengan infrastruktur teknologi informasi dankomunikasi yang kuat.2Griffinger dkk(2007)A city well performing in a forward-looking way in thesesix characteristics (economy, people, governance, mobility,environment, and living) built on the smart‟ combinationof endowments and activities of self-decisive, independentand aware citizens.3Chourabi dkk(2012:2290)“A city that monitors and integrates conditions of all of itscritical infrastructures, including roads, bridges, tunnels,rails, subways, airports, seaports, communications, water,power, even major buildings, can better optimize itsresources, plan its preventive maintenance activities, andmonitor security aspects while maximizing services to itscitizens.” (Hall dalam Chourabi, 2012)Tujuan dan CaraA. Tujuan:1. Ekonomi berkelanjutan2. Kualitas HidupB. Cara:1. 6 hal pokok (pemerintahan,ekonomi, kualitas hidup,lingkungan, sumber daya manusia,dan transportasi)2. TIK yang kuatA. Tujuan:Kota dengan performa masa depanB. Cara:6 Karakteristik (ekonomi, masyarakat,tata kelola pemerintahan, mobilitas,lingkungan dan kehidupan)A. Tujuan:Integrasi dan monitoring berkelanjutanB. Cara:optimalisasi SDA, pengelolaan,pengamanan dan pelayanan maksimalkepada masyarakatWORKING PAPER PSPPR 20164

NoAhliDefinisi Smart CityA city “connecting the physical infrastructure, the ITinfrastructure, the social infrastructure, and the businessinfrastructure to leverage the collective intelligence of thecity” (Harrison dkk dalam Chourabi, 2012)“The use of Smart Computing technologies to make thecritical infrastructure components and services of a city––which include city administration, education, healthcare,public safety, real estate, transportation, and utilities––more intelligent, interconnected, and efficient” (Washburndkk, dalam Chourabi, 2012)4A. Caragliu,dkk dalamSchaffers(2010:3)“We believe a city to be smart when investments in humanand social capital and traditional (transport) and modern(ICT) communications infrastructure fuel sustainableeconomic growth and a high quality of life, with a wisemanagement of natural resources, through participatorygovernance”Tujuan dan CaraA. Tujuan:Kolektivitas kecerdasan perkotaanB. Cara:Menghubungkan (fisik, sosial danbisnis) infrastruktur dan TIKA. Tujuan:Layanan perkotaan cerdas, terhubungdan efisienB. Cara:Integrasi layanan perkotaan sepertiadministrasi, pendidikan, kesehatan,kemanan, perumahan, transportasi danutilitasA. Tujuan:Perkembangan ekonomi berkelanjutandan kualitas hidupB. Cara:Manajemen SDA Pemerintahan yangpartisipatifSumber: Widyaningsih, 2013Meski terlihat bahwa definisi tentang smart city pada tabel di atas sangat beragam namunmenunjukkan beberapa kesamaan bahwa penerapan konsep smart city dalam perencanaan kota adalahuntuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan dengan meningkatkan layanan masyarakatdengan mengintegrasikan beberapa elemen yang ada di perkotaan seperti pemerintahan,ekonomi, kualitas hidup, lingkungan, sumber daya manusia, dan transportasi.2.2.Dimensi Smart CityGriffinger dkk (2007:10-14) menjelaskan 6 (enam) dimensi dalam konsep smart city sebagaidasar dari penerapan smart city yang kemudian digunakan dalam menghitung indeks smart city 70 (tujuhpuluh) kota di Eropa. Keenam dimensi beserta indikatornya tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 4. Dimensi Smart CitySumber: Griffinger,dkk, 2007WORKING PAPER PSPPR 20165

Indikator dari Griffinger tersebut dipakai sebagai proses penilaian terhadap kota-kota yang telahmenerapkan konsep smart city. European Smart Cities (www.smart-cities.eu) meranking kota-kota mediumsize mana saja yang telah memenuhi 6 (enam) kriteria smart city yakni smart economy, smart people, smartgovernment, smart mobility, smart environment dan smart living. Dari tujuh puluh kota-kota tersebut,Luxembourg, Aarhus dan Turku menduduki 3 (tiga) besar kota dengan peringkat smart city tertinggi.Dengan dimensi yang sama, indikator lain juga dikembangkan oleh Cohen test-cities-in-the-world-2015-methodology ;Diakses24 April 2016) dengan perincian sebagai berikut:Tabel 2. Smart City IndicatorDimensionWorking AreaSmart BuildingsResources ManagementSmart EnvironmentSustainable Urban PlanningSmart MobilityEfficient TransportMulti-modal AccessTechnology InfrastructureOnline servicesSmart GovernmentInfrastructureOpen GovernmentEntrepreneurship & InnovationSmart EconomyProductivityLocal and Global ConexionInclusionSmart PeopleEducationCreativityCulture and Well-beingSmart d BuildingsSmart homesEnergyCarbon FootprintAir qualtyWaste GenerationWater consumptionClimate resilience planningDensityGreen Space per capitaClean-energy TransportPublic TransportSmart cardsAccess to real-time informationOnline ProceduresElectronic Benefits PaymentsWiFi CoverageBroadband coverageSensor CoverageIntegrated health safety operationsOpen DataOpen AppsPrivacyNew startupsR DEmployment levelsInnovationGRP per capitaExportsInternational Events HoldInternet-connected HouseholdsSmart phone penetrationCivic engagementSecondary EducationUniversity GraduatesForeign-born immigrantsUrban Living LabCreative Industry JobsLife ConditionsGini IndexQuality of life rankingInvestment in CultureCrimeSmart Crime PreventionSingle health historyLife ExpectancySumber: Cohen, 2014WORKING PAPER PSPPR 20166

Kedua indikator tersebut sudah sangat lengkap untuk melihat kondisi sebuah kota terkait smartcity, hanya perlu dielaborasi lebih lanjut dan disesuaikan dengan kondisi dan konteks masing-masing kota.Hal ini seperti dipaparkan Djunaedi (2014) dengan menambahkan satu dimensi lagi terkait smart disastermanagement dengan pertimbangan Indonesia merupakan negara dengan kerentanan bahaya yang tinggi.Untuk kasus Kota Yogyakarta secara lebih spesifik, beberapa dimensi lain yang mungkin dapatditambahkan adalah smart culture dengan mempertimbangkan keistimewaan budaya yang dimilikinyaserta smart tourism dengan mempertimbangkan Yogyakarta sebagai destinasi wisata nasional keduasetelah Bali.3.3.1.METODOLOGIKerangka KerjaMetode yang dilakukan dalam Kajian Smart City Kota Yogyakarta ini diawali dengan studi literaturuntuk mengetahui indikator-indikator mengenai Smart City Readiness. Setelah penentuan indikator dantolok ukur untuk Smart City Kota Yogyakarta dilakukan survei data yang dibutuhkan, pengolahan datasurvei dan dilakukan analisa dan penilaian mengenai kondisi yang ada saat ini. Setelah mengetahui kondisiKota Yogyakarta saat ini, dilakukan perumusan-perumusan strategi, fokus, program, indikator rencana aksiyang akan tertuang didalam Road Map Smart City Kota YogyakartaStudi literaturAnalisis Gambaran umum Kondisi saat ini Tantangan danpeluangPerumusan fokus &program prioritasSmart City ReadinessSurvei dataPengolahan data &informasiPerumusan kondisiyang akan dicapaiPerumusan tujuan &sasaranPerumusan strategi &arah kebijakanPenetapan indikatorkinerjaPerumusan rencanaaksiSmart City Road MapGambar 5. Metode KerjaSumber: Peraturan Bersama Menristek dan Mendagri Nomor 03 dan 36 Tahun 2012tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah & Analisis KAK3.2.Metode Pengumpulan DataPengumpulan data dan informasi terkait kesiapan Kota Yogyakarta dalam menuju Smart City dapatdilakukan dengan melakukan studi literatur dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan di KotaYogyakarta terdahulu, studi kebijakan dan perundang-undangan, serta informasi pendukung lainnya yangrelevan dengan Smart City. Pengumpulan data primer dilakukan dengan melakukan wawancara secaralangsung pada pemangku kepentingan yang terkait dengan Smart City yang memiliki kapabilitas untukmenjawab hal-hal yang berkaitan dengan fenomena yang sedang dikaji, yang dalam penelitian ini adalahproses pembangunan dan pengelolaan kota di Kota Yogyakarta menuju Smart City. Wawancara yangdilakukan bersifat open-ended, sehingga informasi yang didapatkan akan lebih banyak, tidak terbatas padajawaban atas pertanyaan-pertanyaan tertentu saja.Di samping itu, dilakukan juga pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang perludikumpulkan bisa berupa dokumen rencana, laporan-laporan peristiwa tertulis, dokumen-dokumenWORKING PAPER PSPPR 20167

administratif, pengumuman resmi, artikel-artikel di media massa, maupun dokumen-dokumen tertulis lainyang memuat informasi terhadap kajian-kajian Smart City yang sedang dikaji ini. Data sekunder tersebutdapat diperoleh dari berbagai instansi pemerintah (SKPD terkait) maupun non-pemerintah yangmempunyai data yang diperlukan selama kajian ini. Selain itu data sekunder juga bisa diperoleh dari situssitus resmi tertentu di internet.3.3.Metode Analisis DataDalam kajian ini, analisis yang digunakan adalah untuk mengidentifikasi posisi pemerintah daerahKota Yogyakarta dalam pengambilan kebijakan, perencanaan program dan kegiatannya dengan konsepSmart City. Penyusunan ini juga memperhatikan pengalaman-pengalaman kota-kota di luar negeri, maupundi dalam negeri dalam menuju Smart City, khususnya sebagai perbandingan maupun mengambil pelajarandan pengalaman kota-kota lain.Analisis deret waktu (time-series) diperlukan untuk menjelaskan proses pembangunan danpengelolaan Kota Yogyakarta secara lebih terstruktur. Dengan analisis ini, pentahapan dan pelaku dariproses pengelolaan Kota Yogyakarta akan lebih jelas dan rinci. Analisis deret waktu yang dilakukan denganmengumpulkan program-program pembangunan Kota Yogyakarta menuju Smart City dari berbagaisumber data.Berbagai program tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori yang sesuai, misalnyaterdiri dari bidang infrastruktur, pemerintahan, sumberdaya manusia, lingkungan, ekonomi, pelayananpublik, penanggulangan bencana, dan transportasi. Dari tiap-tiap bidang kategori tersebut disusun lagidengan memperhatikan urutan waktunya, digambarkan dengan suatu garis waktu sehingga bisa dilihatmana program yang dilakukan lebih dulu daripada yang lain. Selain itu, diperlukan juga identifikasi kondisiKota Yogyakarta terkait tujuh dimensi Smart City yaitu smart economy, smart people, smart governance,smart mobility, smart environment, smart living dan smart disaster management. Hasil identifikasi nantinyadigunakan untuk memformulasikan indikator-indikator Smart City yang sesuai dengan kondisi KotaYogyakarta. Dengan demikian, penyusunan road-map kajian ini diharapkan dapat terlihat jelas, khususnyaberapa lama dan kapan Kota Yogyakarta benar-benar bisa mengimplementasikan Smart City.4.4.1.HASIL PENELITIANPengukuran Smart City Kota YogyakartaPengukuran Smart City Kota Yogyakarta ini menggunakan indikator-indikator yang terdapat diBoyd Cohen Smart City Wheel. Belum ada nilai pasti yang digunakan sebagai standar pada parameterparameter yang digunakan di Boyd Cohen Smart City Wheel ini. Untuk mengetahui status yang ada saat ini,penggunaan rating tertinggi dapat digunakan sebagai patokan untuk mengetahui bagaimana kondisi yangada di Kota Yogyakarta saat ini. Patokan atau benchmark yang akan digunakan untuk perhitungan iniadalah Kota Toronto yang mendapat peringkat dua dalam perhitungan menggunakan Boyd Cohen SmartCity Wheel. Alasan mengapa Kota Toronto ini djadikan patokan dalam penilaian ini dikarenakan padapenilaian yang dilakukan Boyd Cohen sebelumnya, Kota Toronto menduduki peringkat kedua setelahVienna. Vienna tidak dijadikan sebagai patokan atau benchmark dikarenakan kurang tersedianya data-datapublik yang dibutuhkan untuk melakukan pengukuran menggunakan Boyd Cohen Smart City Wheel,berbeda dengan Kota Toronto yang memiliki hampir semua data yang dibutuhkan untuk dilakukanpengukuran dan komparasi ini. Karena hal tersebut dalam pengukuran ini, patokan atau benchmark yangdigunakan adalah Kota Toronto yang memperoleh peringkat dua dalam pengukuran Smart City denganBoyd Cohen Smart City Wheel. Selain Kota Toronto, hasil penilaian ini akan menampilkan hasil pengukuranKota Ahmedabad dan Shanghai yang dilakukan oleh Shah dkk (2017:118-121). Dengan hasil pengukuranini diharapkan posisi Kota Yogyakarta, potensi, serta permasalahan yang ada terkait Smart City dapatdiketahui. Dalam proses pengumpulan data Kota Yogyakarta ditemukan tiga puluh empat parameter yangmemenuhi syarat Boyd Cohen Smart City Wheel, namun untuk perhitungannya 7 parameter tidak diikutkanuntuk menyamakan jumlah parameter yang dinilai oleh Shah dkk (2017:122). Selain itu dimensi SmartDisaster Management tidak dimasukkan dalam penghitungan dikarenakan Boyd Cohen Smart City Wheelhanya menggunakan enam dimensi Smart City dalam perhitungannya. Hasil pengukuran Smart City KotaWORKING PAPER PSPPR 20168

Yogyakarta akan menggunakan dua puluh tujuh parameter Boyd Cohen Smart City Wheel dan Kota Torontoakan digunakan sebagai patokan (benchmark) dengan Kota Ahmedabad dan Kota Shanghai sebagaipembanding. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut ini:Tabel 3. Assessment Smart City Menggunakan Boyd Cohen Smart City WheelDimensiWorkingAreaIndikatorEnergiJejak ahEnvironmentKonsumsiAirPerencanaan nRuangTerbukaHijau PerkapitaDeskripsiTotal penggunaan energiperumahan per kapita(in kWh/tahun) (ISO37120: 7.1)Emisi efek rumah kacadiukur dalam ton perkapita (ISO 37120: 8.3)Konsentrasi FineParticullar Matter 2.5(µg/m3) (ISO 37120: 8.1)% sampah padat yang didaur ulang (ISO 37120:16.2)Total sampah padatperkotaan yangdikumpulkan per kapita(in kg) (ISO 37120: 16.3)Total konsumsi air perkapita (litres/hati) (ISO37120: 21.5)Apakah kotamu memilikirencana/strategimengenai ketahananiklim? (Y/N)Kepadatan PendudukRuang Hijau per 100,000(dalam m2) (ISO 37120:19.1)Transportasi yangEfisienTransportasiEnergiBersihPanjang jalur dan lajursepeda dalam kilometerper 100,000 (ISO 37120:18.7)AksesTransportasi MultiModaTransportasiPublikPerjalanan transportasipublic tahunan perkapita (ISO 37120: 18.3)MobilityInfrastrukturTeknologiAkses keInformasiReal TimeKehadiran hargaberdasarkanpermintaan/ (contoh :.Harga saat macet, hargajalur tol yang beragam,harga tempat parkiryang beragam). Y/NJumlah layanantransportasi publik yangmenyediakan pelayananmengenai informasisecara real time kepadapublik: 1 point untuksetiap kategori denganmaksimal 5 point (bus,regional train, 00.02WORKING PAPER PSPPR 20169

DimensiWorkingAreaIndikatorDeskripsirapid transit system (e.g.BRT, tram), and sharingmodes (e.g. bikesharing,carsharing)Ketersediaan aplikasitransit multi modadengan minimal 3layanan yangterintegrasi ikGovernmentCakupanSensorInfrastrukturWirausaha ivitasPDRB perkapitaSMA/SMKPeoplePendidikanUrban LivingLabPekerjaanIndustriKreatif% layanan pemerintahanyang dapat diakses olehwarga via website atauhandphoneKehadiran pembayaranelektronik (contohlayanan sosial/masyarakat) untukwarga (Y/N)# komponeninfrastruktur yangterpasang dengansensor. 1 point setiapkomponen.# layanan yangterintegrasi dalam satulayanan terpadu% PDB yangdiinvestasikan dalampenelitan danpengembangan di sektorprivat.Index Inovasi KotaPDRB per kapita (dalamUS , kecuali EU, dalamEuros)% siswa yangmenyelesakanpendidikan SMA/SMK(ISO 37120: 6.3)# ENOLL Living Labsyang secara resmiterdaftarPersentase tenaga kerjayang terlibat dalamindustri 110.350.6920.370.500.070.54Budaya danKesejahteraanIndeks GiniIndeks Gini40.040.03627.000.05KeamananSmart CrimePrevention# teknologi yangdigunakan untukmembantu pencegahankejahatan, 1 Point untuk70.1670.252.000.10LivingWORKING PAPER PSPPR 201610

2.450.2680.33274.500.30160.4752.840.6183.73setiap kategori berikut:CCTV, taxi apps,teknologi untukmelakukan ta angka harapanhidup (ISO 37120: 12.1)Smart City IndexSumber: Shah dkk, 2017, dengan hasil olahan0.452.54Dari hasil pengukuran menggunakan Boyd Cohen Smart Wheel dapat dilihat posisi Kota Yogyakartasaat ini apabila dibandingkan dengan Kota Toronto, Ahmedabad dan Shanghai. Dari perbandingan ketigakota tersebut, Yogyakarta unggul terhadap Kota Ahmedabad dari sisi Smart People, unggul terhadap KotaShanghai dan Ahmedabad dari sisi Smart Environment, bersaing tipis dengan Ahmedabad pada SmartLiving dan dimensi lainnya masih tertinggal dari Toronto, Ahmedabad dan Shanghai. Smart Economy perludiperhatikan secara khusus karena hasil yang keluar jauh dibandingkan dengan Toronto, Ahmedabad danShanghai.Smart Environment10,8Smart Living0,6Smart Mobility0,40,20Smart PeopleTorontoSmart GovernmentSmart EconomyAhmedababShanghaiYogyakartaGambar 6. Hasil Pengukuran Menggunakan Boyd Cohen Smart City WheelSumber: Shah dkk, 2017, dengan hasil olahanIsu strategis Kota Yogyakarta berdasarkan draft RPJMD 2016 terbagi menjadi beberapa subpermasalahan, yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu sosial, ekonomi, dan fisik. Dariketiganya, dapat ditarik kesimpulan (pada gambar 7) bahwa, isu strategis yang utama di Kota Yogyakartapada tahun 2016 adalah kurangnya koordinasi antar SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) dan pihakterkait, serta perlunya pengembangan di berbagai sektor. Pengembangan yang dimaksud mencakup semuabidang, seperti pendidikan, kesehatan, kebudayaan, lingkungan, dan sebagainya.WORKING PAPER PSPPR 201611

Gambar 7. Keterkaitan Isu Strategis dengan Kajian Smart City Kota YogyakartaSumber: Analisis Tim Ahli, 2016Banyaknya pengembangan terhadap penyelesaian isu-isu strategis, memerlukan solusipengembangan kota yang tepat dan komprehensif. Konsep kota ‘Smart City’ dianggap mampu menjawabtantangan pengembangan-pengembangan terhadap penyelesaian isu strategis yang saat ini melekat diKota Yogyakarta.4.2.Kerangka Konsep Smart City YogyakartaKota Yogyakarta memiliki visi menjadi “Kota Pendidikan-Berkualitas, Berkarakter danInklusif, Pariwisata Berbasis Budaya, dan Pusat Pelayanan Jasa,yang Berwawasan Lingkungan danEkonomi Kerakyatan”. Visi tersebut memiliki 4 (empat) kata kunci yakni pariwisata, pendidikan, budayadan pusat pelayanan jasa. Empat kata kunci inilah yang akan dikembangkan sebagai sebuah tujuanpengembangan smart city di Kota Yogyakarta, dengan payung utama yaitu smart culture.Gambar 8. Hubungan antara Visi Kota dan Konsep Smart City YogyakartaSumber: Analisis Tim Ahli, 2016Apabila dijabarkan lebih lanjut, smart tourism; smart education; dan smart culture merupakan 3(tiga) tujuan utama smart city Kota Yogyakarta yang dapat dicapai melalui penerapan 7 (tujuh) indikatorsmart

Griffinger dkk (2007:10-14) menjelaskan 6 (enam) dimensi dalam konsep smart city sebagai dasar dari penerapan smart city yang kemudian digunakan dalam menghitung indeks smart city 70 (tujuh puluh) kota di Eropa. Keenam dimensi beserta indikatornya tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4. Dimensi Smart City Sumber: Griffinger,dkk, 2007

Related Documents:

Pembekalan Ujian Dinas Tahun 2011 Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta Tanggal 14 Juni 2011 Oleh: Udik Budi Wibowo Universitas Negeri Yogyakarta BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA 2011 . Udik Budi . Udik Budi Wibowo adalah Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Yogyakarta. Pemimpin Proyek Pendidikan Guru SD .File Size: 584KB

rate) adalah jumlah penduduk migran per 1000 penduduk, yanng artinya lebih terbandingkan antar kabupaten/kota. Jika dilihat dari angka migrasi maka 5 kabupaten/kota dengan angka migrasi tertinggi adalah Kota Malang (73), Kota Blitar (72), Kota Madiun (77), Kota Mojokerto (76), dan Kabupaten Sidoarjo (15) seperti terlihat pada Gambar 2.

Industry Overview 5-6. Longboards Past to Present 5 Evolution of the Longboard 5 Traditional Market 6 Mainstream Market 6. Brand Overview & Strategy. 8-9. KOTA Logo 8 Brand Strategy 9. KOTA Product Differentiation 10-13. KOTA Longboard Engineering 10 KOTA Design & Styling 10 KOTA Spitfire Mk V Electric 12 Demographic Analysis 13 Innovation 14 .

Pemesanan Online Penggunaan Lapang Futsal Di Kota Yogyakarta” Sistem yang dibuat penyewaan Lapangan Futsal berbasis web Di seluruh Kota Yogyakarta . Penelitian lain juga dilakukan oleh Didik Iswanto (2015), STMIK AMIKOM Yogyakarta dengan judul “Perancangan Sistem Informasi Pemesanan Lapangan Futsal Berbasis Web (Studi Kasus Di Nusantara .

Aug 27, 2019 · Map 1 – Map Basics Map 8 – Sub-Saharan Africa Map 2 – Land Features Map 9 – North Africa & the Middle East Map 3 – Rivers and Lakes Map 10 – E Asia, C Asia, S Asia, and SE Asia Map 4 – Seas, Gulfs, and other Major Water Features Map 11 – Central and South Asia Map 5 – North America and the Caribbean Map 12 – Oceania

13. Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 02 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang Menjadi Kewenangan Pemerintahan Kota Madiun; 14. Daerah Kota Madiun Nomor 04 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 02 Tahun 2010; 15.

penyusunannya mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Provinsi Riau Tahun 2005-2025, RPJP Kota Pekanbaru akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Pekanbaru untuk priode 5 (lima) tahunan. Penyusunan RPJM Kota Pekanbaru berpodoman kepada RPJP Kota

Grade 2 ELA Curricular Frameworks with ELL Scaffolds . Grade 2 Unit 2 Reading Literature and Reading Informational Unit 2: RL.2.1, RI.2.1, and WIDA Standards . Reading Literature and WIDA Standards Reading Informational Text and WIDA Standards Critical Knowledge and Skills WIDA Criterion RL.2.1. Ask and answer such questions as who, what, where, when, why, and how to demonstrate .