TEORI KEPEMIMPINAN - Universitas Negeri Yogyakarta

2y ago
17.8K Views
7.8K Downloads
584.95 KB
16 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 1m ago
Upload by : Aydin Oneil
Transcription

TEORI KEPEMIMPINANMakalah disampaikan padaPembekalan Ujian Dinas Tahun 2011Badan Kepegawaian DaerahKota YogyakartaTanggal 14 Juni 2011Oleh:Udik Budi WibowoUniversitas Negeri YogyakartaBADAN KEPEGAWAIAN DAERAHKOTA YOGYAKARTA2011

TEORI KEPEMIMPINANOleh:Udik Budi Wibowo PENDAHULUANKepemimpinan dipandang sangat penting karena dua hal: pertama,adanya kenyataan bahwa penggantian pemimpin seringkali mengubahkinerja suatu unit, instansi atau organisasi; kedua, hasil penelitian yangmenunjukkan bahwa salah satu faktor internal yang an,mencakupproseskepemimpinan pada setiap jenjang organisasi, kompetensi dan tindakanpemimpin yang bersangkutan (Yukl, 1989). Kenyataan dan/atau gagasan,serta hasil penelitian tersebut tak dapat dibantah kebenarannya. Semuapihak maklum adanya, sehingga muncul jargon “ganti pimpinan, gantikebijakan”, bahkan sampai hal-hal teknis seperti ganti tata ruang kantor,ganti kursi, atau ganti warna dinding. Demikianlah, kepemimpinan itumerupakan fenomena yang kompleks sehingga selalu menarik untukdikaji.Dalam berbagai literatur, kepemimpinan dapat dikaji dari tiga sudutpandang, yakni: (1) pendekatan sifat, atau karakteristik bawaan lahir, atautraits approach; (2) pendekatan gaya atau tindakan dalam memimpin, ataustyle approach; dan (3) pendekatan kontingensi atau contingency approach.Pada perkembangan selanjutnya, fokus kajian lebih banyak pada cara-caramenjadi pemimpin yang efektif, termasuk dengan mengembangkankesadaran tentang kapasitas spiritual untuk menjadi pemimpin profesionaldan bermoral. Udik Budi Wibowo adalah Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Yogyakarta.Pemimpin Proyek Pendidikan Guru SD (1994-2000) dan Anggota Tim Pengembang PGSD (2001-2007) padaDirektorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendiknas; Asesor BAN-PT (2000-sekarang); Konsultan MadrasahEducation Sub-sector Asessment (MESA) Departemen Agama (2003); Konsultan Perpustakaan Nasional RI(2004); Konsultan Bank Dunia untuk Implementasi Pilot dan penyiapan Program BERMUTU (BetterEducation through Reformed Management and Universal Teacher Up-grading) 2006-2007, ReviewerBersertifikat Program Hibah Kompetisi Ditjen Dikti Kemendiknas (2005 s.d. sekarang), dan Tim PengelolaDIA BERMUTU dan PHK S1 PGSD Ditjen Dikti Kemendiknas (2009-sekarang).Udik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011) 2

PEMBAHASANPengertian KepemimpinanKonsep kepemimpinan merupakan komponen fundamental didalam menganalisis proses dan dinamika di dalam organisasi. Untuk itubanyak kajian dan diskusi yang membahas definisi kepemimpinan yangjustru membingungkan. Menurut Katz dan Kahn (dalam Watkin, 1992)berbagai definisi kepemimpinan pada dasarnya dapat diklasifikasikanmenjadi tiga kelompok besar yakni “sebagai atribut atau kelengkapan darisuatu kedudukan, sebagai karakteristik seseorang, dan sebagai kategoriperilaku”.Pengertian kepemimpinan sebagai atribut atau kelengkapan suatukedudukan, diantaranya dikemukakan oleh Janda (dalam Yukl, 1989)sebagai berikut.“Leadership is a particular type of power relationship characterized by agroup member’s perception that another group member has the right toprescribe behavior patterns for the former regarding his activity as a groupmember”. (Kepemimpinan adalah jenis khusus hubungan kekuasaanyang ditentukan oleh anggapan para anggota kelompok bahwa seorangdari anggota kelompok itu memiliki kekuasaan untuk menentukan polaperilaku terkait dengan aktivitasnya sebagai anggota kelompok, pen.).Selanjutnya contoh pengertian kepemimpinan sebagai karakteristikseseorang, terutama dikaitkan dengan sebutan pemimpin, sepertidikemukakan oleh Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2000) bahwa“Leaders are agents of change, persons whose act affect other people more thanother people’s acts affect them”, atau pemimpin merupakan agen perubahan,orang yang bertindak mempengaruhi orang lain lebih dari orang lainmempengaruhi erilakudikemukakan oleh Sweeney dan McFarlin (2002) yakni: “Leadership involvesa set of interpersonal influence processes. The processes are aimed at motivatingsub-ordinates, creating a vision for the future, and developing strategies forachieving goals”, yang dapat diartikan bahwa kepemimpinan melibatkanUdik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011) 3

seperangkat proses pengaruh antar orang. Proses tersebut bertujuanmemotivasi bawahan, menciptakan visi masa depan, dan mengembangkanstrategi untuk mencapai tujuan.Sehubungan dengan ketiga kategori pengertian di atas, Watkins(1992) mengemukakan bahwa “kepemimpinan berkaitan dengan anggotayang memiliki kekhasan dari suatu kelompok yang dapat dibedakansecara positif dari anggota lainnya baik dalam perilaku, karakteristikpribadi, pemikiran, atau struktur kelompok”. Pengertian ini tampakberusaha memadukan ketiga kategori pemikiran secara komprehensifkarena dalam definisi kepemimpinan tersebut tercakup karakteristikpribadi, perilaku, dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok.Berdasarkan pengertian tersebut maka teori kepemimpinan pada dasarnyamerupakan kajian tentang individu yang memiliki karakteristik fisik,mental, dan kedudukan yang dipandang lebih daripada individu laindalam suatu kelompok sehingga individu yang bersangkutan dapatmempengaruhi individu lain dalam kelompok tersebut untuk bertindak kearah pencapaian suatu tujuan.Pendekatan Sifat (the Traits Approach)Pendekatan sifat berusaha memahami kepemimpinan berdasarkankeyakinan bahwa pemimpin yang baik memiliki “karakteristik bawaan”dari lahir, baik menyangkut ciri fisik maupun kepribadian. Stogdill (dalamSmyth, 1989; Watkins, 1992; dan Dunford, 1995) menyebutkan karakteristikfisik dan kepribadian pemimpin mencakup antara lain: usia, dominan,percayadiri,ekstrovert, memiliki dorongan berprestasi, terkait dengan kepemimpinanyang efektif. Adapun Yukl (1989) menyebutkan bahwa pemimpin yangsukses memiliki kemampuan luar biasa seperti: energi yang tiadahabisnya, ketajaman intuisi, wawasan yang sangat luas, dan kemampuanmempengaruhi/mempersuasi yang tak dapat ditolak.Udik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011) 4

Sementara itu dari paparan Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (2000)dan Hoy dan Miskel (2008) dapat dirangkum sifat-sifat yang dapatmembentuk kepemimpinan yang efektif sebagai berikut.Sifat-sifat dan Keterampilan dari Kepemimpinan Yang EfektifKepribadianMotivasiKeterampilan Tingkat semangat (energi). Percaya diri Tahan stress Kedewasaan emosi Integritas Ekstroversi Orientasi kekuasaantersosialisasi. Kebutuhan berprestasi kuat. Kurang memerlukan afiliasi. Kebanggan diri? (self-efficacy). Hubunganantarpribadi Kognitif Teknis KonseptualSifat-sifat pemimpin sebagaimana diidentifikasi di atas dipandanglebih menonjolkan sifat “kelelakian atau maskulinitas”, sehingga dikritiksebagai mengandung bias gender. Selain itu ratusan upaya penelitian erhasilankepemimpinan (Yukl, 1989; dan Smyth, 1989). Sehubungan dengan itusungguh penting ajaran “sastra cetha” dan “astha brata” (delapan kebajikan)yang digambarkan oleh R.Ng. Yosodipuro (dalam Suyami, 2008). Sastracetha merupakan ajaran yang disampaikan oleh Raden Rama kepadaadiknya Prabu Dasarata, mengenai tata cara memimpin tampukpemerintahan. Adapun ajaran astha brata berisi petuah Raden Ramakepada Gunawan Wibisana ketika akan dinobatkan sebagai rajamenggantikan kakaknya (Rahwana) untuk memimpin Alengka.Dalam kedua ajaran tersebut diterangkan bahwa seorang raja(pemimpin) harus memahami tiga tingkatan nilai perbuatan, yakni nistha(hina), madya (sedang), dan utama (terbaik). Perbuatan hina harusdihindari, perbuatan madya cukup diketahui saja, dan perbuatan utamawajib untuk dilakukan. Contoh perbuatan utama adalah menerapkanperilaku delapan dewa dalam memimpin pemerintahan yakni:(1) Dewa Indra, yang bersifat pengasih dan penyayang, cinta kepada senidan keindahan. Personafikasi sebagai halilintar. Untuk itu pemimpinUdik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011) 5

harus bersikap dan berlaku adil, tanpa pilih kasih, menyebarkankesejahteraan ke seluruh warga, baik rakyat jelata maupun pejabat(“pan nora amilih janma”).(2) Dewa Yama, yang bertindak memberantas semua kejahatan, untukmenjaga kesejahteraan rakyat. Semua tindak kejahatan dihukum sesuaidengan kesalahannya, tidak pandang bulu, baik dilakukan olehsaudara sendiri atau orang lain. Personafikasi sebagai pencabut lammemberantas tindak kejahatan (“milara krama ala”).(3) Dewa Surya, dalam memerintah berbuat kebaikan menyusup pelanpelan secara halus sampai mengena perasaan, sehingga mendatangkanperasaan sejuk. Personafikasi sifat ini adalah matahari yang menerangidunia, memberi perkembangan hidup, dan kesehatan kepada semuamahluk. Untuk itu pemimpin harus sabar dalam mencapai cita-cita(“tan galak nutut sakarsa”), atau tidak perlu marah-marah dalammemberikan perintah (“tan ana rerengunipun”).(4) Dewa Candra, dengan tutur kata yang lembut, dan selalu tersenyumdalam segala tindakannya. Simbolisasi sebagai bulan, yang bersamabintang (kartika) memberikan terang dalam kegelapan malam. Beliauberusaha memelihara dunia dengan setulus hati dan selalu bersikapramah, pemaaf, dan rendah hati (“saulat parikrama”).(5) Dewa Bayu, dapat memahami isi dunia dan sifat setiap mahluk denganmengamati tanpa jarak dan tanpa pertanda sehingga dapat mengetahuijalan pikiran, hati, dan gerak-gerik atau tingkah lakunya. Simbolisasisebagai angin (pawana) yang mencerminkan watak gagah berani, kuat,teguh santosa, bersahaja, pendiam dan dasyat. Untuk itu pemimpinharus peduli atau “ngemong” (care) terhadap pegawai, terutamakesejahteraanya (“lampah susila arya, wus kakenan jagad kautamanipun”)sehingga mudah memberdayakan kemampuannya.(6) Dewa Kuwera, bersifat senantiasa jujur, dapat dipercaya, danmemegang teguh peraturan yang telah ditetapkan; serta berbaktiUdik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011) 6

kepada kemanusiaan. Sehubungan dengan itu menjadi pemimpinharus jujur, teguh, suka menolong, dan dapat dipercaya denganberkomitmen terhadap peraturan (“amung pracaya kewala”).(7) Dewa Baruna, senantiasa mengusahakan keselamatan dunia denganberpegang teguh pada kata hati, semua permasalahan dipandang dandiselesaikan denganpenuh kehati-hatian. Personafikasisebagaisamudra, yang siap menampung seluruh aliran sungai. Untuk itupemimpin harus berpegang teguh pada keutamaan, siap menampungpermasalahan pegawai, dan mengupayakan segala hal yang burukdiubah menjadi baik.(8) Dewa Brama, merupakan panglima perang yang ulung, denganperwatakan prabawa “api”, dan tugasnya adalah mencari nafkah untukseluruh lapisan masyarakat, baik pejabat maupun rakyat biasa (“ngupaboga sawadyane gung alit”). Oleh karena itu pemimpin harus memilikisemangat juang tinggi, memahami kemauan pegawai, bekerja-samadan bersama-sama warganya menghadapi ancaman dan tantanganuntuk mencapai kesejahteraan.Pendekatan Gaya (the Style Approach)Teori tentang gaya kepemimpinan berusaha mengkaji perilaku atautindakan pemimpin dalam mempengaruhi dan/atau menggerakkan parapengikutnya guna mencapai suatu tujuan. Perilaku dan tindakan tersebutpada dasarnya dapat dipahami sebagai dua hal berbeda tetapi salingbertautan, yakni (1) fokus terhadap penyelesaian tugas (pekerjaan) atautask/production-centered; dan (2) fokus pada upaya pembinaan terhadappersonil yang melaksanakan tugas/pekerjaan tersebut (people/employeecentered).Lewin, Lippitt, dan White (Dunford, 1995), pada tahun 30-anmelakukan studi terkait dengan tingkat keketatan pengendalian, danmelahirkan terminologi gaya kepemimpinan autocratic, democratic, danlaissez-faire.Udik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011) 7

Kepemimpinan otokratis merujuk kepada tingkat pengendalian yangtinggi tanpa kebebasan dan partisipasi anggota dalam pengambilankeputusan. Pemimpin bersifat otoriter, tidak bersedia mendelegasikanweweang dan tidak menyukai partisipasi anggota. Kepemimpinan demokratis merujuk kepada tingkat pengendalian yanglonggar, namun pemimpin sangat aktif dalam menstimulasi diskusikelompok dan pengambilan keputusan kelompok, kebijakan ataukeputusan diambil bersama, komunikasi berlangsung timbal balik, danprakarsa dapat berasal dari pimpinan maupun dari anggota. Kepemimpinan laissez-faire, menyerahkan atau membiarkan anggotauntuk mengambil keputusan sendiri, pemimpin memainkan peranpasif, dan hampir tidak ada pengendalian/pengawasan, sehinggakeberhasilan organisasi ditentukan oleh individu atau orang per orang.Selanjutnya House & Mitchell ( Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, 2000)mengembangkan Path Goal Theory. Menurut teori ini, pemimpin harusmeningkatkan ketersediaan jumlah dan jenis penghargaan bagi pegawai; danselanjutnya memberikan petunjuk dan bimbingan untuk menjelaskan cara-carauntuk mendapatkan penghargaan tersebut. Berdasarkan tindakan pimpinandalam memotivasi dan memberikan penjelasan kepada pegawai maka dikenaladanya kepemimpinan directive, supportive, participative, dan achievementoriented. Kepemimpinan direktif, yakni pemimpin memberikan arahan tentangsasaran, target dan cara-cara untuk mencapainya secara rinci dan jelas;tidak ada ruang untuk diskusi dan partisipasi pegawai. Kepemimpinan suportif, menempatkan pemimpin sebagai “sahabat”bagi bawahan, dengan memberikan dukungan material, finansial, ataumoral; serta peduli terhadap kesejahteraan pegawai. Kepemimpinan partisipatif, dalam mengambil keputusan dan/ataubertindak meminta dan menggunakan masukan atau saran daripegawai, namun keputusan dan kewenangan tetap dilakukan olehpimpinan.Udik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011) 8

Kepemimpinan berorientasi prestasi, menunjukkan pemimpin yangmenuntut kinerja yang unggul, merancang tujuan yang menantang,berimprovisasi, dan menunjukkan kepercayaan bahwa pegawai dapatmencapai standar kinerja tinggi.Teori-teori dalam kategori ini juga dikembangkan oleh Blake dan Mouton(1964) yang disebut dengan Managerial Grid. Dalam kepemimpinan ini, kisi-kisiperhatian kepada pekerja dan kepada produksi diukur dalam skala terendah 0dan tertinggi 9; sehingga skala 9,9 yang disebut tim manajemen dipandangsebagai gaya kepemimpinan yang paling optimal. Likert (1961-1967) jugamengembangkan pengukuran perilaku kepemimpinan yang dikelompokkanmenjadi empat gaya yakni exploitative authoritative, benevolent authoritative,consultative, dan participative group. Selain itu masih banyak lagi teori-teori yangdikembangkan lebih lanjut berdasarkan orientasi perilaku pemimpin dalammemandang pelaksanaan tugas/produksi/kinerja, dan para pegawai sebagaipelaksana tugas tersebut.Pendekatan Kontingensi (the Contingency Approach)Sebagaimana tidak ada obat mujarab (panasea) untuk segala penyakit;demikian pula tidak ada satupun gaya kepemimpinan yang cocok untuk segalasituasi. Gaya kepemimpinan yang paling optimal sangat beragam tergantung pada(1) sifat, kemampuan, dan keterampilan pemimpin, (2) perilaku bawahan, dan (3)kondisi dan situasi lingkungan (Dunford, 1995); atau seperti dikemukakan apapun,memperhitungkan konteks mencakup bagaimana karakteristik situasi,pemimpin, dan pengikutnya, semuanya berkombinasi mempertajam strategiperilaku pemimpin”. Dengan demikian gaya kepemimpinan yang efektifatau optimal merupakan hasil penerapan strategi mempengaruhi rakteristikpemimpin, pegawai (pengikut), dan konteks situasi.Hersey dan Blanchard (Yukl, 1989) mengembangkan teori kepemimpinanyang pada awalnya disebut “life cycle theory of leadership” dan kemudian dinamakan“situational leadership theory”. Argumen dasar dari teori ini adalah kepemimpinanUdik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011) 9

yang efektif memerlukan kombinasi yang tepat antara perilaku berorientasi tugasdan perilaku berorientasi hubungan, serta mempertimbangkan tingkat kematanganbawahan. Berdasarkan kombinasi tersebut dapat diterapkan beberapa gayakepemimpinan telling, selling, participating dan delegating sebagaimana gambaranberikut ini.Tinggi(M3)TinggiHubungan &RendahTugasTinggi Tugas& ndahHubungan &RendahTugas(M4)RendahG1Tinggi Tugas& RendahHubungan(M1)Perilaku Tugas"Delegating" (M2)"Participating""Selling"Tinggi"Telling"Gaya Telling (bercerita) berlaku dalam situasi orientasi tugas tinggi danorientasi hubungan rendah, dan pegawai sangat tidak dewasa, ukuntukmengerjakan berbagai tugas. Gaya Selling (menjual) berlaku pada orientasi tugas tinggi dan orientasihubungan juga tinggi, sementara tingkat kedewasaan pegawai cukup.Dalam situasi tersebut, pemimpin memberikan pengarahan secaraseimbang dengan memberikan dukungan, meminta dan menghargaimasukan dari pegawai. Gaya Participating (Partisipatif), dengan situasi orientasi tugas rendahdan orientasi hubungan tinggi, serta tingkat kedewasaan pegawai tinggi.Untuk itu pimpinan lebih kolaboratif, ada kedekatan emosional sehinggamengedepankan konsultasi, pembimbingan, dan dukungan; serta sangatsedikit pengarahan tugas. Gaya Delegating (Delegasi), cocok untuk situasi orientasi tugas rendahdan orientasi hubungan juga rendah, serta pegawai sangat dewasa.Udik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011) 10

Dalam situasi ini pemimpin memberikan tanggungjawab penuh kepadapegawai untuk menyelesaikan tugas. Pemimpin cukup mengetahuilaporan, dan memberikan dukungan, tanpa memberikan pengarahan.Pakarlain yangjuga mengembangkan teori kepemimpinankontingensi adalah Fiedler (1967) dan Vroom – Yetton (1973). yakarakterpekerjanya, yang dikenal dengan pengukuran skala Least Prefered Coworker (LPC). LPC digunakan untuk mengetahui keyakinan pemimpinbahwa apa yang diharapkan, akan benar-benar dapat terjadi, karenamemiliki pengendalian situasi (situational control). Pengendalian situasiditentukan oleh tiga faktor yakni: (1) hubungan pemimpin-bawahan, gayakepemimpinan yang efektif bervariasi sejalan dengan derajat pengendalianterhadap situasi. Adapun model Vroom–Yetton berusaha menggambarkanpendekatan kepemimpinan yang memadai untuk mengambil keputusandalam beragam situasi, sehingga muncul kepemimpinan autocratic,consultative, dan group decision making.Tokoh pendidikan nasional, Ki Hadjar Dewantara, menurut hematpenulis, termasuk melahirkan teori kepemimpinan dalam kategorikontingensi. Dengan ajaran triloka “Ing ngarso sung tulodo, ing madyomangun karso, tut wuri handayani”, menunjukkan seorang pemimpin harusmampu bertindak sesuai dengan situasi yakni apabila di depan, iamemberikan keteladanan, apabila di tengah-tengah para bawahan, harusmembangun kemauan, atau semangat pegawai; dan apabila di belakang,para pemimpin harus memberikan motivasi tiada henti kepada parapegawainya.Pada perkembangan selanjutnya munculah teori kepemimpinantransaksional (transactional leadership) dan transformasional (transformationalleadership). Burns (Dunford, 1995) mengemukakan bahwa ngantujuan-tujuantugas,Udik Budi Wibowo: Teori Kepemimpinan (BKD Kota Yogyakarta, 14 Juni 2011) 11

penyediaan sumberdaya untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, danpenghargaan terhadap kinerja”. Dalam hal ini Gibson, Ivancevich, danDonnelly, 2000) menambahkan, bahwa dalam membantu impinselalumempertimbangkan konsep diri dan kebutuhan para bawahan terhadappenghargaan. Mekanisme kerja kepemimpinan transaksional ini dapatdigambarkan sebagai berikut.Pemimpin:Memperkenalkan apa

Pembekalan Ujian Dinas Tahun 2011 Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta Tanggal 14 Juni 2011 Oleh: Udik Budi Wibowo Universitas Negeri Yogyakarta BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA 2011 . Udik Budi . Udik Budi Wibowo adalah Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas Negeri Yogyakarta. Pemimpin Proyek Pendidikan Guru SD .File Size: 584KB

Related Documents:

Nomor 5 Tahun 2015 tentang Kode Etik Dosen Universitas Negeri Yogyakarta; Peraturan Rektor UNY Nomor 10 Tahun 2015, tentang Sistem Penjaminan Mutu Internal Universitas Negeri Yogyakarta; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN REKTOR TENTANG PERATURAN AKADEMIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

35 86Universitas Negeri Manado 001035 36 Universitas Negeri Makassar 001036 37 Universitas Negeri Jakarta 001037 88 38 Universitas Negeri Yogyakarta 001038 39 Universitas Negeri Surabaya 90001039 . 73 Politeknik Negeri Manado 005013 Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya 005

tentang teori-teori hukum yang berkembang dalam sejarah perkembangan hukum misalnya : Teori Hukum Positif, Teori Hukum Alam, Teori Mazhab Sejarah, Teori Sosiologi Hukum, Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Bebas dan teori-teori yang berekembang pada abad modern. Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para

BAB II LANDASAN TEORI A. Kepemimpinan 1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership dan dalam bahasa arab disebut Zi’amah atau Imamah . dalam terminologi yang dikemukakan oleh Marifield dan Hamzah. Kepemimpinan adalah menyangkut dalam menstimulasi, memobilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan .

gaya kepemimpinan menerapkan gaya kepemimpinan transformasion menerapkan gaya kepemimpinan situasional. Obyek Penelitian, Lokasi Penelitian, Analisis data menggunakan metode deskriptif-naratif, dan Observasi partisipatif. B. Kerangka Teori 1. Pengertian Kepemimpinan Didalam kajian pustaka terdapat banyak pengertian kepemimpinan

24 Politeknik Negeri Manado PTN 25 Politeknik Negeri Medan PTN 26 Politeknik Negeri Media Kreatif PTN 27 Politeknik Negeri Nusa Utara PTN . 68 Universitas Negeri Manado PTN 69 Universitas Negeri Medan PTN 70 Universitas Negeri Pa

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Dibuat oleh : Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen tanpa ijin tertulis dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Diperiksa oleh : Estu Miyarso, M.Pd. Dr. Sugeng Bayu W. RPP UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP. STRATEGI BELAJAR & PEMBELAJARAN

Kesehatan Mata saat bertugas stase di Bagian Ilmu Kesehatan Mata. Kompetensi yang tercakup dalam buku panduan ini adalah kompetensi minimal seorang dokter umum yang harus Anda kuasai saat anda belajar dan bertugas di rotasi pendidikan klinik. Buku ini tersusun atas 3 (tiga) bab, berdasarkan kasus yang dapat ditangani seorang dokter umum. Setiap bab memuat tujuan belajar, pertanyaan terkait .