PENGARUH EKSTRAK DAUN BELUNTAS Pluchea Indica DAN . - ITS Repository

1y ago
13 Views
2 Downloads
2.98 MB
59 Pages
Last View : 18d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Luis Waller
Transcription

TUGAS AKHIR – SB141510PENGARUH EKSTRAK DAUN BELUNTAS(Pluchea indica) TERHADAP MORTALITASDAN PERKEMBANGAN LARVA Spodopteralitura F.ROQIB MUTA’ALI1509100026Dosen Pembimbing:Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si.JURUSAN BIOLOGIFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2015i

FINAL PROJECT – SB141510THE EFFECT OF BELUNTAS (Plucheaindica) LEAF EXTRACT ON MORTALITYAND DEVELOPMENT OF Spodoptera lituraF. LARVAEROQIB MUTA’ALI1509100026Advisor LecturerKristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si.Biology DepartmentFaculty of Mathematic and Natural SciencesSepuluh Nopember of Institute TechnologySurabaya 2015

PENGARUH EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica)TERHADAP MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVASpodoptera litura F.Nama Mahasiswa : Roqib Muta’aliNRP: 1509 100 026Jurusan: BiologiDosen Pembimbing : Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.SiAbstrakBeluntas (Pluchea indica)merupakan tumbuhan yang belumdimanfaatkan. Beluntas adalah tumbuhan yang memilikikandungan senyawa metabolit sekunder, antara lain tannin,alkanoid, flavonoid, minyak atsiri dan saponin. Senyawa tersebutdapat memberikan efek toksik terhadap hama.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh danbesar konsentrasi ekstrak daun beluntas terhadap mortalitas danperkembangan S. litura F. Metode yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode maserasi dan leaf dipping padapakan dengan jumlah ulangan tiap konsentrasi sebanyak tigakali. Metode analisis data yang digunakan yakni Uji One WayAnova dengan taraf kepercayaan 95% dan analiasa probit.Parameter yang diamati adalah mortalitas dan pembentukanpupa.Ekstrak daun beluntas berpotensi sebagai insektisida nabati.Konsentrasi ekstrak kontrol, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%,70%, 80%, dan 90% pada perlakuan 24 jam mampu memperolehnilai LC50 sebesar 28% dan menunjukkan beda.Kata kunci : Hama, Biopestisida(Insektisida), Pluchea indica,senyawa aktif metabolit, Spodoptera litura F.v

THE EFFECT OF BELUNTAS LEAF EXTRACT (Plucheaindica) ON MORTALITY AND DEVELOPMENT OFSpodoptera litura F. LARVANama Mahasiswa : Roqib Muta’aliNRP: 1509 100 026Jurusan: BiologiDosen Pembimbing: Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.SiAbstractBeluntas (Pluchea indica) is a plant that has not beenutilized. Beluntas are plants that contain secondary metabolites,such as tannins, alkanoid, flavonoids, essential oils and saponins.The compound can give toxic effects against pests.This research aims to determine the effect and concentrationof beluntas leaf extract on mortality and development of S. lituraF. The method used in this research is the maceration method andleaf dipping on the feed with number of replications for eachconcentration is three times. Methods of data analysis used isOne Way Anova test with 95% confidence level and probitanalysis. Parameters measured were mortality and pupaformation.Beluntas leaf extract has potential as a plant-basedinsecticide. Control extract concentration, 10%, 20%, 30%, 40%,50%, 60%, 70%, 80%, and 90% at 24 hours treatment are able toobtain LC50 values of 28%. So it can affect the development byinhibiting the formation of the pupa.Keywords: Pests, Biopesticides (Insecticide), Pluchea indica,active compound metabolite, Spodoptera litura F.v

KATA PENGANTARPuji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat danhidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposaltugas akhir yang berjudul Pengaruh Ekstrak Daun Beluntas(Pluchea indica) terhadap Mortalitas dan PerkembanganLarva Spodoptera litura. Proposal tugas akhir ini disusun untukmemenuhi persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir diJurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanAlam (FMIPA), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)Surabaya. Penyusunan proposal ini tidak terlepas dari bantuanberbagai pihak, sehingga penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Kristanti Indah Purwani,S.Si., M.Si. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir sekaligussebagai penguji III, Ibu Nur Hidayatul Alami S.Si., M.Si. selakuketua sidang sekaligus penguji I, Ibu Wirdatul Muslihatin S.Si.,M.Si selaku penguji II, teman angkatan 2009 danpegawai/karyawan Jurusan Biologi ITS atas kerjasama dankebersamaanya, serta orang tua saya Choirul Anwar, SitiAtmuning dan istri saya Nuluk Sugiarti atas bimbingan, dukungandan do’anya .Penulis menyadari bahwa proposal ini masih belumsempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun penulisharapkan demi perbaikan selanjutnya. Penulis berharap semogaproposal Tugas Akhir (TA) ini dapat bermanfaat serta dapatmemberikan informasi bagi semua pihak.Surabaya, 18 Februari 2015Roqib Muta’aliix

DAFTAR ISIHalamanHALAMAN PENGESAHAN ABSTRACT . .KATA PENGANTAR .DAFTAR ISI .DAFTAR GAMBAR . .DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan. . . . 1.3 Batasan Masalah .1.4 Tujuan .1.5 Manfaat .iiivviiixxixiiixv13444BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Beluntas (Pluchea indica) 2.1.1 Klasifikasi beluntas (Pluchea indica) . . .2.1.2 Morfologi beluntas (Pluchea indica).2.1.3 Kandungan senyawa kimia daun beluntas.2.2 Hama . .2.3 Spodoptera litura F .2.3.1 Klasifikasi Spodoptera litura F .2.3.2 Daur hidup dan morfologi Spodoptera litura F .2.3.3 Gejala serangan Spodoptera litura F .2.4 Biopestisida Nabati . .2.5 Pengaruh Biopestisida terhadap larva . .2.6 Mekanisme masuknya zat racun . . .5556889914141515BAB III METODOLOGI3.1 Waktu dan Tempat Penelitian. . .3.2 Metode yang Digunakan .3.2.1 Tahap persiapan . .191919ix

x3.2.2 Pembuatan ekstrak daun beluntas.3.2.3 Uji pengaruh ekstrak terhadap larva S. litura F .3.2.4 Parameter pengamatan 3.3 Rancangan Penelitian . . .3.4 Analisis Data .1920212223BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 Pengaruh ekstrak daun beluntas (Pluchea indica) terhadap mortalitas arva S. litura F .4.2 Pengaruh ekstrak daun beluntas (Pluchea indica) terhhadap perkembangan pupa .2532BAB V KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesimpulan. .5.2 Saran .3535DAFTAR PUSTAKA. .LAMPIRAN .3741

DAFTAR GAMBARHalamanGambar 2.1 Bagian-bagian Beluntas .06Gambar 2.2 Larva Instar 1.10Gambar 2.3 Larva Instar 2.10Gambar 2.4 Larva Instar 3.11Gambar 2.5 Larva Instar 4.12Gambar 2.6 Larva Instar 5.12Gambar 2.7 Pupa .13Gambar 2.8 Imago .13Gambar 4.2 Perbandingan larva S. litura F. kontroldengan larva yang mati terpapar olehekstrak daun beluntas .27Gambar 4.3 Perbandingan feses larva S. litura F. kontrolDan perlakuan ekstrak daun beluntas .(P)xi29

DAFTAR TABELHalamanTabel 2.1 Kandungan Fitokimia Beluntas(Pluchea indica)07Tabel 2.2 Lama Hidup Spodoptera litura F. . 12Tabel 3.1 Rancangan Penelitian RAL . 22Tabel 4.1 Pengamatan Mortalitas Larva pada Perlakuan24 Jam . 23Tabel 4.2 Hasil Analisa Probit LC50 24 Jam . 25Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Pembentukan Pupa Tabel 4.4 Lama Perkembangan Tiap Instar .xiii3031

DAFTAR LAMPIRANHalamanLampiran 1Hasil analisis ANOVA data mortalitaslarva 24 jam 39Lampiran 2Diagram tabel berat konsumsi . 41Lampiran 3Hasil uji screening fitokimia. . 42Lampiran 4Hasil uji screening fitokimia. . 43Lampiran 5Tabel kematian larva per hari. . 44xv

BAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangHama adalah organisme biotik yang merusak tanamandengan cara yang bertentangan dengan tujuan dan kepentinganmanusia (Smith, 1983). Sedangkan menurut Nas (1978) bahwaserangga dikatakan hama apabila serangga tersebut mengurangikualitas dan kuantitas bahan makanan,pakan ternak, tanamanserat, hasil pertanian atau panen, pengolahan dan dalampenggunaanya serta dapat bertindak sebagai vector penyakit padatanaman, binatang dan manusia. Salah satu serangga yangdianggap sebagai hama budidaya yang cukup mempengaruhibudidaya yakni ulat grayak (spodoptera litura).Menurut Arifin (2012) ulat grayak (S. litura) memilikitingkat persebaran luas pada daerah yang memiliki iklim panasdan lembab. Ulat grayak memiliki sifat polifag atau memilikikisaran inang yang luas meliputi kedelai, kacang tanah, kubis, ubijalar, kentang, dan tanaman budidaya yang lain. Hama ini seringmengakibatkan penurunan produktifitas bahkan kegagalan panenkarena menyebabkan daun menjadi robek, terpotong-potong danberlubang. Bila tidak segera diatasi maka daun tanaman budidayadi area pertanian akan habis (Samsudin, 2008).Untuk pengendalian hama tersebut, petani umunyamenggunakan insektisida kimia yang sangat intensif (denganfrekuensi dan dosis tinggi). Hal ini mengakibatkan timbulnyadampak negatif seperti gejala resistensi hama, terbunuhnya musuhalami,meningkatnya residu pada hasil, mencemari lingkungan dangangguan kesehatan bagi pengguna. Pengurangan penggunaanpestisida di areal pertanian menuntut tersedianya carapengendalian lain yang aman dan ramah lingkungan, diantaranyadengan memanfaatkan musuh alami dan penggunaan pestisidanabati (Samsudin, 2008).1

2Pemakaian insektisida pada awalnya tidak dirasakansebagai penyebab gangguan pada lingkungan. Namunpeningkatan jumlah dan jenis hama yang diikuti denganpeningkatan pemakaian insektisida menimbulkan banyakmasalah. Salah satu diantaranya adalah menimbulkanpencemaran lingkungan, keracunan pada pengguna dan residupada komoditas pangan serta resistensi hama (Haryanti dkk.,2006).Konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT), padaprinsipnya lebih ditekankan pada upaya memadukan semuateknik pengendalian hama yang cocok serta mendorongberfungsinya proses pengendalian alami yang mampumempertahankan populasi hama pada taraf yang tidak merugikantanaman, dengan tujuan menurunkan status hama, menjaminkeuntungan pendapatan petani, melestarikan kualitas lingkungandan menyelesaikan masalah hama secara berkelanjutan. Denganpenerapan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) tersebut,pemakaian pestisida sintetis diupayakan sebagai alternatif terakhirdan pelaksanaannya secara lebih bijaksana dengan memperhatikan faktor-faktor ekologi dan biologi dari hama sasarandan musuh alami (Sumartono, 1994).Beberapa jenis tumbuhan telah diketahui berpotensisebagai pestisida nabati karena mengandung senyawa bioaktifantara lain alkanoid, alkenyl fenol, flafonoid, saponin, tannin danterpenoid. Beberapa tumbuhan diketahui dapat memberi efekmortalitas terhadap serangga, sehingga bagian dari tumbuhhantersebut dapat berguna sebagai alternative pestisida nabati. Salahsatunya ialah Pluchea indica yang kebanyakan disebut olehmasyarakat sebagai daun beluntas, beluntas umumnya tumbuh liardi daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu, atau ditanamsebagai tanaman pagar. Tumbuhan ini memerlukan cukup cahayamatahari atau sedikit naungan, banyak ditemukan di daerah pantaidekat laut sampai ketingian 1.00 m dpl. Daun beluntasmengandung senyawa-senyawa bioaktif yaitu alkaloid, flavonoid,tanin, minyak atsir, natrium, kalium, aluminium, kalsium,

3magnesium, dan fosfor. Sedangkan akarnya mengandungflavonoid dan tanin (Dalimartha, 1999).Ekstrak daun beluntas dengan konsentrasi 90%merupakan konsentrasi ekstrak daun beluntas yang sangat efektifsebagai insektisida pengontrol perkembangan larva nyamuk Culexquinquefasciatus (Damascus, 2012).Beluntas merupakan salah satu dari beberapa kekayaanbiodifersitas di kampus Institut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya yang masih belum banyak dimanfaatkan, beluntasdianggap sebagai tanaman pengganggu oleh beberapa petani yangbercocok tanam di area hutan kampus, sehingga para petanibiasanya mengontrol pertumbuhan beluntas dengan caramemangkas pohon beluntas, kemudian membakarnya. Oleh sebabitu, saya berinisiatif untuk memanfaatkan dan menggunakanbeluntas yang di dapat dari kawasan kampus sebagai penyusunutama insektisida nabati yang akan saya kembangkan.Didalam penelitian ini akan dikaji lebih lanjut tentangpengaruh ekstrak daun beluntas (P. indica) sebagai insektisidanabati terhadap mortalitas larva Spodoptera litura F. denganmenggunakan daun Kailan (Brassica Olerace) sebagai mediapakan.1.2PermasalahanPermasalahan yang dapat diajukan adalah :1. Apakah ekstrak daun (P. indica) berpengaruh terhadapmortalitas dan perkembangan S. litura F.?2. Berapakah konsentrasi efektif ekstrak daun beluntas(P. indica) yang dapat mempengaruhi mortalitas danperkembangan larva S. litura F.?

41.3Batasan MasalahPenelitian ini dibatasi pada :1. Daun yang digunakan sebagai ekstraksi adalah daunbeluntas (P. indica) yang di dapat di area kampus ITSSurabaya.2. Hama uji yang digunakan ialah larva S. litura F. instar3 yang di dapat dari Balitas Malang.3. Perlakuan dan pengamatan dilakukan sampai tahappembentukan pupa setiap 24 jam sekali.4. Pakan yang digunakan adalah daun kailan ( B.Oleraceae) yang didapatkan dari hasil perkebunanurban farming kampus ITS yang dibudidayakan secaraorganik.1.4TujuanTujuan dalam penelitian ini untuk :1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun beluntas (P.indica) terhadap mortalitas dan perkembangan larva S.litura F.2. Mengetahui berapa konsentrasi ekstrak daun beluntas(P. indica) yang dapat mempengaruhi mortalitas danperkembangan larva S. litura menginformasikan kepada para petani tentang potensi ekstrak (P.indica) yang dapat digunakan sebagai alternatif penggantipestisida kimia yang dapat langsung diaplikasikan di duniapertanian sebagai insektisida larva.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Beluntas (Pluchea indica)Tumbuhan beluntas adalah tanaman perdu kecil, tumbuhtegak, tinggi mencapai 2 meter. Buah longkah agak berbentukgangsing, kecil, keras, cokelat dengan sudut-sudut putih, lokos.Tumbuhan ini berasal dari suku Asteraceae (Compositae).Namanya berbeda-beda, sesuai daerah tempat dia tumbuh. DiSumatera, namanya beluntas (Melayu). Sedangkan di Sundadikenal dengan nama baluntas, baruntas. Di Jawa namanyaluntas, di Madura dikenal dengan nama baluntas. Lain lagi diMakasar, masyarakat sekitarnya menyebut tumbuhan ini dengannama lamutasa. Sedangkan di Timor disebut lenabou. Beluntasumumnya tumbuhan liar di daerah kering pada tanah yang kerasdan berbatu, atau ditanam sebagai tanaman pagar. Tumbuhan inimemerlukan cukup cahaya matahari atau sedikti naungan,banyakditemukan di daerah pantai dekat laut hingga ketinggian 1.00meter di atas permukaan laut (Dalimartha,1999).Klasifikasi beluntas (P. indica)Klasifikasi (P. indica) menurut Plantamor (2011) sebagaiberikut Species:Pluchea indica L.2.1.12.1.2Morfologi (P. indica)Beluntas adalah tanaman perdu kecil, tumbuh tegak,tinggi mencapai 0,5-2 meterdan kadang-kadang lebih.Percabangannya banyak, berusuk halus, berambut lembut, daun5

6bertangkai pendek dan letak berseling, helaian daun bulat telursungsang, ujung bulat melancip, tepi bergerigi, berkelenjar,panjang 2,5-9 cm, lebar 1-1,5 cm, warnanya hijau terang, dan biladiremas baunya harum. Bunganya majemuk, keluar dari ketiakdaun dan ujung tangkai, cabang-cabang perbungaannya banyak,bunga bentuk bogol bergagang atau duduk serta berwarna putihkekuningan sampai ungu. Beluntas memiliki buah seperti bentukgasing, kecil, keras, cokelat, sudut-sudut putih. Bijinya kecil danberwarna coklat keputihan (Dalimartha, 1999).AbcGambar 2.1 Bagian-bagian beluntas (Dokumen pribadi)Keterangan gambar : a. Bunga Beluntas, b. Tangkai Beluntas, c. DaunBeluntas.2.1.3Kandungan senyawa kimia daun ( P. indica)Menurut Maya (2010) beluntas memiliki kandunganamino (leusin, isoleusin, triptofan, treonin), lemak, kalsium,fosfor, besi, vitamin A dan C. Daun serta bunga tanaman beluntas(P. indica) juga mengandung senyawa alkanoid, flavonoid, tanin,minyak atsiri, asam klorgenik, alumunium, magnesium danfosfor. Sedangkan pada akar (P. indica) mengandung senyawaflavonoid dan tanin (Ardiansyah,2005). Selain itu menurutpenelitian yang telah dilakukan oleh Rasmeuli pada tahun 1986

7menyebutkan kandungan beluntas yang lain seperti benzyl asetat,benzyl alcohol, serta eugenol.Berdasarkan hasil uji fitokimia yang telah dilakukan olehArdiansyah et al., pada tahun 2003, golongan senyawa aktif yangteridentifikasi dalam daun beluntas antara lain fenol hidrokuinon,tanin, flavonoid, alkaloid, steroid dan minyak atsiri (Ardiansyahet al., 2003).Tabel 2.1 Kandungan Fitokimia Beluntas (P. indica)Komponen FitokimiaP. indicaAlkaloid Flavonoid Fenol hidrokuinon Minyak atsiri Steroid Tannin (Ardiansyah et al., 2003).Senyawa bioaktif tersebut termasuk dalam golongansenyawa metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekundermerupakan senyawa organik yang berukuran lebih kecil dan diproduksi sel tumbuhan dalam jumlah yang terbatas. Beberapacontoh dari senyawa metabolit sekunder antara lain yakni alkaloidyang dimana senyawa ini berfungsi atau berguna sebagai pengaturdan antifungisida, serta dapat mempengaruhi kinerja asetilkolindalam syaraf serangga. Sedangkan tannin sebagai pertahanan atausebagai racun terhadap herbivora atau serangga. Tannin memlikikemampuan utuk berikatan dengan protein sehinggamengakibatkan proses penyerapan protein yang terjadi dalamsistem pencernaan menjadi terganggu. Selain itu juga tannin dapatmenekan konsumsi makan, tingkat pertumbuhan dan kemampuandalam mekanisme makan pada serangga (Utami,2010).

82.2HamaHama memiliki artian luas yakni segala macam bentukgangguan baik pada manusia, ternak dan tanaman. Sedangkandalam artian sempit yang berhubungan dengan kegiatan budidayaatau pertanian, hama adalah semua jenis hewan yang merusaktanaman atau hasil dari tanaman tersebut dimana aktivitashidupnya dapat menyebabkan serta menimbulkan kerugian secaraekonomis. Adanya suatu jenis hewan pada suatu tumbuhan atautanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis, makadalam pengertian ini hewan tersebut masih belum dapat dikatakansebagai hama karena belum mempengaruhi atau mengganggukeseimbangan ekonomis. Namun mereka dapat berpotensisebagai hama, sehigga perlu dilakukan monitoring. Sebagianbesar hewan yang berpotensi sebagai hama adalah sebagian besardari kelompok insektisida atau serangga. Serangga mendominasidalam segi jumlah yang mendiami planet bumi ini yakni sekitar55,56% dari total makhluk hidup (Dadang, 2006).2.3Spodoptera litura F.Hama Spodoptera litura F. merupakan hama yangbersifat polifag atau dengan kata lain memiliki banyak inang dariberbagai jenis tanaman holtikultura, tanaman pangan, tanamanindustri sehingga agak sulit untuk dikendalikan (Arifin,2012).Menurut Noma et al., (2010) ditemukan lebih dari 210 spesiestanaman yang termasuk ke dalam inang dari S. litura F,. beberapaspesies dari tanaman pangan yang diserang diantaranya adalahtalas toma, kacang tanah, kapas, yute, jagung, kedelai, padi, teh,tembakau,sayuran yang meliputi sawi, cabe, buncis, ubi kacangdan kentang (Eppo, 1990). Strategi untuk pengendalian hamayang efektif yakni dengan mempelajari karakteristik dari hamatersebut dengan seksama.

92.3.1Klasifikasi S. litura F.Klasifikasi dari S. litura F. yakni sebagai berikut menurutNoma et al. (2010):Kingdom: AnimaliaFilum: ArtropodaKelas: InsectaOrdo: LepidopteraFamili: NoctuidaeGenus: SpodopteraSpesies: Spodoptera litura F.Menurut Bedjo (2011) ulat grayak tersebar luas dikawasan Asia, Pasifik serta Australia. Sedangkan di Indonesiahama ini menyebar di Sumatra mencakup Sumatra selatan, Jambidan Nangroe Aceh Darussalam. Selain itu ulat grayak jugamenyebar di pulau jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi,Maluku serta Papua.2.3.2Daur hidup dan morfologi S. litura F.Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian dasarmelekat pada daun (terkadang tersusun dua lapis), berwarnacoklat kekuningan, diletakkan berkelompok masing-masing 25500 butir. Telur diletakkan pada bagian daun atau bagian tanamanlainnya, baik pada tanaman inang maupun bukan inang. Bentuktelur bervariasi. Kelompok telur tertutup bulu seperti beludruyang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina,berwarna kuning keemasan (Jauharlina, 1999). Diameter telur 0,3mm sedangkan lama stadium telur berkisar antara 3-4 hari(Kalshoven, 1981).Larva S. litura yang baru keluar memiliki panjang tubuh2 mm. Ciri khas larva S. litura adalah terdapat 2 buah bintik hitamberbentuk bulan sabit pada tiap ruas abdomen terutama ruas ke-4dan ke-10 yang dibatasi oleh garis-garis lateral dan dorsalberwarna kuning yang membujur sepanjang badan (Arifin, 1997).Lama stadium larva 18-33 hari (Kalshoven, 1981). Sebelum telurmenetas, larva yang baru keluar dari telur tidak segera

10meninggalkan kelompoknya tetapi tetap berkelompok (Indrayaniet, al., 1990). Pada stadium larva terdiri dari enam instar danberlangsung selama 13-17 hari dengan rerata 14 hari.Gambar 2.2 Larva instar 1 (Dokumentasi pribadi)Setelah menetas telur menjadi larva instar 1 berwarnahijau muda dengan kepala hitam. Pada bagian dorsal terdapattitik-titik hitam sepanjang abdomen. Panjang larva kurang dari 2mm. larva instar pertama tersebut hidup secara berkelompok padapermukaan bawah daun dan memakan mesofil daun. Beberapahari kemudian, tergantung dari makanan yang tersedia, larvasecara bersama mulai berpencar. Larva menyebar denganmenggunakan benang sutera yang dikeluarkan dari mulutnya.Pada saat proses pemencaran larva memasuki instar kedua. Lamainstar 1 berkisar pada 2-4 hari (Kalshoven, 1981). Larva instar 2berwarna hijau kekuningan dengan kepala berwarna kuning.Panjang larva 4 mm. pada bagian dorsal tubuhnya terdapat 3 garisputih yang memanjang dari anterior hingga posterior. Padaposterior tubuhnya (berada dekat kepala) terdapat sepasang noktamerah besar dan dua pasang nokta hitam kecil pada kedua sisinya.Lama instar 2 berkisar antara 1-3 hari (Chalista, 2009).Gambar 2.3 Larva instar 2 (Dokumentasi pribadi)

11Larva instar 3 berwarna hijau dan kepala coklat, panjanglarva 10-15 mm. nokta merrah menjadi hitam dan 3 pasang noktatersebut bertambah besar, noktah-noktah berwarna hitam pada sisisamping abdomen mulai nampa. Tiga garis berwarna putih padasaat instar ke-2 berubah menjadi kekuning-kuningan, tubuh larvamenjadi hijau gelap. Lama masa instar 3 berkisar antara 2-4 hari.Gejala serangan larva instar 3 yaitu daun tampak berlubang tanpatertinggal jaringan epidermis (Chalista, 2009). Pada siang harilarva instar 3-5 bersembunyi di dalam tanah atau tempat-tempatyang lembab, kemudian menyerang tanaman pada malam hariatau disaat rendahnya intensitas cahaya matahari (Marwoto danSuharsono, 2008).Gambar 2.4 Larva instar 3 (Dokumentasi pribadi)Larva instar 4 memiliki variasi tubuh yang terlihat nyata,warna dari tubuhnya keabu-abuan, garis berwarna kuning dancoklat. Larva instar 4 ini memiliki kisaran antara 1-4 hari. Larvainstar 5 memiliki variasi yang terlihat lebih jelas , memiliki warnadasar tubuh abu-abu berseling putih, diantara garis pinggir dantengah terdapat nokta-nokta hitam membentuk segitiga. Kepalaberwarna coklat kehitaman, pada kedua sisi tubuh larva terdapatgaris membujur berwarna kuning, panjang larva dapat mencapai30-50 mm, lama masa instar 5 ini antara kisaran 2-3 hari. Stadiumlarva terdiri atas 5 instar yang berlangsung selama 20-26 hari.Saat memasuki masa instar terakhir larva tidak banyak makanserta sedikit bergerak, larva bererak menjauhkan diri ke tanah.Setelah beberapa saat di tanah larva tersebut memasuki masaprepupa (Marwoto dan Suharsono, 2008).

12Gambar 2.5 Larva instar 4 (Dokumentasi pribadi)Gambar 2.6 Larva instar 5 (Dokumentasi pribadi)Menjelang masa prepupa, larva membentuk jalinanbenang untuk melindungi diri dari pada masa pupa. Masa prepupamerupakan stadium larva berhenti makan dan tidak aktif bergerakyang dicirikan dengan pemendekan tubuh larva. Panjang prepupa1,4-1,9 cm dengan rerata 1,68 cm dan lebarnya 3,5-4 mm denganrerata 3,7 mm. Masa prepupa berkisar antara 1-2 hari(Mardiningsih, 1993). Pupa S.litura berwarna merah gelap denganpanjang 15-20 mm dan bentuknya meruncing ke ujung dantumpul pada bagian kepala (Mardiningsih dan Barriyah, 1995).Pupa terbentuk di dalam rongga-rongga tanah di dekat permukaantanah (Arifin, 1997). Masa pupa di dalam tanah berlangsung 1216 hari (Indrayani et al., 1990).

13Gambar 2.7 Pupa (Dokumentasi pribadi)Gambar 2.8 Imago (Noma et al., 2010)Imago (ngengat) muncul pada sore hari dan malam hari.Pada pagi hari, serangga jantan biasanya terbang di atas tanaman,sedangkan serangga betina diam pada tanaman sambilmelepaskan feromon. Perkembangan dari telur sampai imagoberlangsung selama 35 hari. Faktor density dependent(bertautan padat) yaitu faktor penghambat laju populasi hama iniadalah sifatnya yang kanibal. Sedangkan populasi telur dan larvainstar muda dapat tertekan oleh curah hujan yang tinggi,kelembaban yang tinggi yang mana membuat larva mudahterserang jamur. Musim kering dapat berpengaruh pada tanahdalam menghambat perkembangan pupa ( Kalshoven, 1981).

14Tabel 2.2 Lama hidup Spodoptera litura F.Fase PerkembanganLama Hidup (Hari)Telur3Larva instar 12Larva instar 23Larva instar 34Larva instar 45Larva instar 55Prepupa2Pupa9Imago7Lama Hidup41(Lumowa, 2011)2.3.3Gejala serangan S. litura F.Larva yang masih muda merusak daun denganmeninggalkan epidermis bagian atas (transparan) sertameninggalkan tulang daun. Larva instar lanjut merusak tulangdaun dan menyerang polong. Biasanya larva berada di permukaanbawah daun dan menyerang secara serentak dan berkelompok.Serangan berat mengakibatkan tanaman gundul yang diakibatkanoleh daun dan buah yang dimakan habis oleh ulat. Serangan beratpada umumnya terjadi di musim kemarau dan menyebabkandefoliasi daun yang sangat berat (Marwoto dan Suharsono, 2008).S. litura merupakan serangga hama yang menyerangtanaman pada bagian daun sehingga meninggalkan lubang(Sudarmono, 2000). Larva biasanya menyerang tanaman kacangkacangan, kubis, sawi, padi, kentang, cabai, bawang merah sertatanaman lainnya ( Marwoto dan Suharsono, 2008)2.4 Biopestisida NabatiBiopestisida merupakan pestisida yang tersusun atasbahan alami atau berasal dari mahluk hidup. Biopestisida dapatdibedakan menjadi dua yakni pestisida hayati dan pestisidanabati. Pestisida hayati merupakan formulasi yang mengandung

15mikroba tertentu baik jamur, bakteri ataupun virus yang memilikisifat antagonis terhadap mikroba lainnya yang merugikan ataupenyebab penyakit dari senyawa tertentu yang dihasilkan danbersifat racun baik bagi serangga atau nematode. Sedangkanpestisida nabati adalah hasil ekstraksi dari bagian tertentu daritanaman baik daun, buah, biji, batang, atau akar yang memilikisenyawa atau metabolit sekunder yang bersifat racun bagi hama .pestisida nabati pada umumnya digunakan untuk pengendalianhama(bersifat insektisidal) (Djunaedy, 2009).Menurut Asikin (2005) meskipun tingkat keefektifansenyawa kimia nabati masih di bawah senyawa kimia sintetik,tetapi senyawa tersebut mempunyai kelebihan tidak menimbulkandampak negatif yang berupa residu yang dapat membahayakanlingkungan serta manusia.2.5 Pengaruh Biopestisida terhadap LarvaCiri larva yang terkena biopestisida seperti yang dijelaskan olehUtami (2010) yakni ditandai dengan mengerasnya tubuh danberwarna hitam. Sedangkan ciri pada larva yang belum matiadalah ditandai dengan pergerakan yang lamban dan tidak sensitifterhadap sentuhan. Gejala keracunan yang teramati pada larvaadalah gerakan larva menjadi lambat, tubuh mengkerut dan warnamenjadi hitam dan pada akhirnya mati. Gejala atau ciri inidiketahui akibat dari aktifitas makan (Effendi, 2009). Sedangkanmenurut Sa’diyah (2010) Adanya penghambatan perkembanganinstar disebabkan S. litura F. mengalami gangguan pada saatekdisis. Ekdisis atau ganti kulit diperlukan serangga tidak hanyauntuk tumbuh melainkan juga untuk mencapai tahap dewasasehingga dapat berkembang biak2.6 Mekanisme Masuknya Zat Racun pada SeranggaBioinsektisida merupakan racun bagi serangga yang dapatmengakibatkan keracunan bagi serangga, zat racun dari senyawayang menyusun bioinsektisida dapat masuk dan kemudian

16meracuni serangga dengan beberapa mekanisme antara lainsebagai berikut:1. Melalui Dinding TubuhBagian tubuh dari serangga yang mampumenyerap insektisida yang cukup besar adalah dindingtubuh serangga. Dinding tubuh atau integumen terdiri daristau lapisan sel epidermis yang dapat menghasilkanlapisan luar yang keras, sebagian besar lapisan luar initerdiri dari kutikula dan beberapa zat kimia lainya.Lapisan luar dinding tubuh serangga adalah lapisan yangberupa lipid dan polifenol, epidermis dan lapisanmembran dasar yang bersifat semi permeabel yangmemiliki kemampuan untuk memilih jenis senyawa yangmasuk dan melewatinya (Sastrodiharjo, 1984). Padaumumnya larva serangga paling peka terhadap kontaksesaat setelah ganti kulit dan ketahanannya meningkatseiring dengan bertambahnya umur serangga tersebut,tapi kemudian menurun lagi saat akan berganti kulit.Laju penetrasi insektisida pada suatu bagian kutikulabergantung pada struktur dan ketebalan kutikula padabagian tersebut. Insektisida pada umumnya memasukitubuh serangga melalui bagian yang dilapisi oleh kutikulayang tipis, contohnya seperti selaput antar ruas, selaputpersendian pada pangkal embelan dan kemoreseptor padatarsus (Matsumura, 1985).2. Saluran PernafasanSerangga tidak bernafas dengan paru-parumelainkan dengan sistem pernafasa

TUGAS AKHIR - SB141510 PENGARUH EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica) TERHADAP MORTALITAS DAN PERKEMBANGAN LARVA Spodoptera litura F. ROQIB MUTA'ALI 1509100026 Dosen Pembimbing: Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si. JURUSAN BIOLOGI Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2015

Related Documents:

1. Ekstrak daun kembang sepatu digunakan sebagai pengganti alat kontrasepsi kimia berupa bahan alami. 2. Belum ditemukan penelitian yang menguji tentang pengaruh ekstrak daun kembang sepatu terhadap siklus reproduksi. 3. Belum ada informasi tentang efek ekstrak daun kembang sepatu sebagai obat kontrasepsi tradisional.

c. Kelompok III adalah kelompok hewan yang diberikan ekstrak daun ciplukan dengan dosis 300mg/kg/hari. d. Kelompok IV adalah kelompok hewan yang diberikan ekstrak daun ciplukan dengan dosis 350mg/kg/hari 4. Tahap Pemberian Ekstrak Daun Ciplukan (Physalis angulata) Pemberian ekstrak daun Ciplukan ini dilakukan selama 30 – 35,55 hari

pengaruh pemberian ekstrak etanol daun afrika (Vernonia amygdalina) terhadap kadar kolesterol total tikus putih galur wistar jantan yang diberikan pakan tinggi kolesterol serta mencari dosis optimum dari ekstrak etanol daun afrika (Vernonia amygdalina) dalam menurunkan kolesterol total pada tikus putih galur wistar jantan . 1.2 Rumusan Masalah

penelitian tentang pemberian ekstrak daun sanrego ini dipandang penting dilakukan. 1.2 Tujuan Penelitian . Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan efek pemberian ekstrak . daun . sanrego terhadap perilaku . seksual dan perilaku makan rusa timor jantan di penangkaran. 2. Menganalisis . dan menentukan. dosis pemberian ekstrak daun .

(Abulude et al., 2009), sedangkan hasil penelitian Novitasari (2012) menunjukkan adanya aktivitas ekstrak etanol daun jambu monyet terhadap Streptococcus mutans dan Shigella sonei dengan nilai KHM berturut-turut adalah 0,3% dan 0,5%. Ekstrak etanol 96% daun jambu monyet ju

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera) TERHADAP HISTOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH ( Rattus novergicus) YANG DIPAPAR TIMBAL ASETAT (Dikembangkan Menjadi Media Poster pada Mata Pelajaran Biologi Materi Sistem Ekskresi) SKRIPSI DISUSUN OLEH : FITRINA LAZUARNIE 201210070311066 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

pengaruh ekstrak daun mangrove dengan dosis berbeda yang ditambahkan pada pakan udang vaname. Dosis yang tepat juga menjadi salah satu faktor penting yang dapat menjaga daya tahan tubuh udang akibat serangan antibakteri (Susanti, 2016). Oleh karena i

However, in addition to black holes formed by stellar collapse, there might also be much smaller black holes which were formed by density fluctua-202 S. W. Hawking tions in the early universe [9, 10]. These small black holes, being at a higher temperature, would radiate more than they absorbed. They would therefore pre- sumably decrease in mass. As they got smaller, they would get hotter and .