ANALISIS EFEK KEBIJAKAN MONETER TERHADAP OUTPUT

2y ago
30 Views
2 Downloads
330.24 KB
15 Pages
Last View : Today
Last Download : 3m ago
Upload by : Roy Essex
Transcription

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, FakhruddinANALISIS EFEK KEBIJAKAN MONETERTERHADAP OUTPUT DI INDONESIAAbstractCatona MachtraThe purpose of this research is to analyze therelationship of Gross Domestic Product, Exchange Rateand Inflation. Analysis used multiple regression analysisinstruments with Vector Autoregressive (VAR) modeland using quarterly data from 1990.1 to 2015.4 periods.The results of this research show significant relationshipbetween Gross Domestic Product, Exchange Rate, andInflation. For the next research, the author suggests toemploy different variables to further investigaterelationship variables toward output in Indonesia.Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Syiah Kuala, IndonesiaCatona.machtra.cm@gmail.comFakhruddinStaf Pengajar Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas Syiah Kualafakhruddin@unsyiah.ac.idKeywords:Gross Domestic Product, Exchange Rate,Inflation, VARJURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIKVolume 3 Nomor 1, Mei 2016ISSN. 2442-741111

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, FakhruddinPENDAHULUANSalah satu variabel tolok ukur kemajuan suatu negara adalah pertumbuhan perekonomian. Jikaperekonomian suatu negara stabil maka dapat dikatakan negara tersebut maju, sebaliknya jika keadaanperekonomian suatu negara terpuruk maka negara tersebut belum dapat dikatakan sebagai negaramaju.Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, maka kegiatan perekonomian suatu negara harusmeningkat setiap tahunnya. (Mankiw, 2003:16).Untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan Bank Sentral atauOtoritas Moneter akan berusaha untuk mengatur keseimbangan antara kestabilan nilai rupiah terhadapbarang dan jasa dan kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain. Hal ini dilakukan agar terciptakesempatan kerja penuh serta kelancaran dalam pasokan atau distribusi barang (Bank Indonesia, 2015).Perekonomian yang berkembang pesat akan meningkatkan pendapatan dan selanjutnya menimbulkanpengeluaran melebihi kemampuan yang akan menimbulkan inflasi. Inflasi yang tinggi akan berpengaruhburuk terhadap kinerja perekonomian di Indonesia (Sukirno, 2006:334). Menurut Sutawijaya (2012: 86),tingkat inflasi yang tinggi dapat berdampak negatif pada perekonomian yang selanjutnya dapatmengganggu kestabilan sosial dan politik.Menurut Sugeng dkk (2010: 312–355), pengaruh nilai tukar ke ekspor dan impor hanyasignifikan di jangka pendek dengan pengaruh yang lebih signifikan ke impor. Ekspor dan imporselanjutnya berpengaruh terhadap output perekonomian. Selain itu dampak asimetrik nilai tukar jugaterjadi di dalam perekonomian. Dampak depresiasi nilai tukar lebih besar dibandingkan dampakapresiasi terutama dampak langsung terhadap ekspor dan impor. Perbedaan ini menimbulkanakumulasi dampak terhadap perekonomian yang berbeda. Menurut Siregar dkk (2006), upaya untukmenstabilkan perekonomian dapat dicapai melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakanfiskal berusaha menekan defisit anggaran serendah mungkin, baik melalui peningkatan pajak maupunpengurangan subsidi.Maka dari itu, salah satu kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan dan menjaga kestabilanpertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dengan menggunakan kebijakan moneter (MonetaryPolicy). Karena PDB dianggap sebagai persentase pertumbuhan ekonomi yang menjadi ukuranperkembangan suatu negara. Sehingga penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimanaefek dari kebijakan moneter terhadap sasaran akhir yaitu pertumbuhan ekonomi di Indonesia denganmemasukkan variabel yang digunakan yakni inflasi dan nilai tukar.JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIKVolume 3 Nomor 1, Mei 2016ISSN. 2442-741112

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, FakhruddinTINJAUAN TEORITISKebijakan MoneterKebijakan Moneter adalah upaya penguasa moneter yaitu Bank Sentral untuk memengaruhiperkembangan variabel moneter demi tercapainya tujuan perekonomian (Litteboy, dkk 2006:198) danMishkin (2004:257). Menurut Iswardono (1997:126), kebijakan moneter adalah salah satu bagianintegral dari kebijakan ekonomi makro yang ditujukan untuk mendukung sasaran ekonomi makro yaitupertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan dan keseimbanganneraca pembayaran. Kebijakan Moneter ada dua macam yaitu, kebijakan moneter kontraktif dankebijakan moneter ekspansif. Kebijakan moneter ekspansif dilakukan untuk mendorong kegiatanekonomi dengan cara meningkatkan jumlah uang beredar, sedangkan kebijakan moneter kontraktifdilakukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi dengan mengurangi jumlah uang beredar(Warjiyo, 2004).InflasiFenomena ekonomi yang tak pernah hilang dalam sejarah panjang ekonomi adalah inflasi. Dimanainflasi menjadi pembahasan yang sering dibahas karena mempunyai dampak yang amat luas dalamperekonomian makro. Inflasi adalah kenaikan harga-harga secara umum dan secara terus menerus(Mankiw, 2003:145). Ini tidak berarti bahwa harga-harga dari berbagai macam barang tersebut meningkatdengan persentase yang sama, karena kenaikan tersebut mungkin terjadi secara tidak bersamaan. Maka dariitu inflasi dikatakan terjadi apabila harga-harga barang umum meningkat secara terus menerus selama satuperiode tertentu, namun jika kenaikan terjadi sekali saja meskipun dalam persentase yang besar belumtentu dapat dikatakan inflasi.Hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi adalah jika saat inflasi dalam tingkat yang terkendali ataustabil maka dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, yang mampu memberikan semangatkepada produsen untuk lebih meningkatkan produksinya. Karena produksi meningkat maka produsen akanmendapatkan keuntungan yang lebih banyak disaat kenaikan harga yang tidak terlalu tinggi. Selain itu,peningkatan produksi memberi dampak positif lain yaitu tersedianya lapangan kerja baru.Sedangkan Inflasi akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi jika terjadinya peningkataninflasi, sehingga masyarakat akan tidak suka memiliki uang tunai. Oleh karena itu, nilai uang riil yangdipegang menjadi semakin rendah dan juga daya beli uang menjadi rendah. Hal ini membuat produsentidak bersemangat memproduksi sebab hasil produksi akan kurang laku karena kenaikan harga yang terlalutinggi dan akibat selanjutnya hasil produksi pun menurun.JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIKVolume 3 Nomor 1, Mei 2016ISSN. 2442-741113

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, FakhruddinNilai TukarNilai tukar diartikan sebagai nilai suatu mata uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan satu unit matauang lainnya (Lipsey, dkk 1997). Menurut Nazir (1988:38), kurs adalah suatu satuan mata uang asing yangdijadikan uang dalam negeri yang artinya harga suatu mata uang yang ditukarkan dengan mata uanglainnya. Mata uang yang sering ditukar adalah mata uang dollar, karena dollar mata uang yang relatif stabildalam perekonomian. Kurs (exchange rate) adalah harga mata uang dalam negeri terhadap mata uang luarnegeri. Sistem kurs valuta asing sangat tergantung dengan sifat pasar, dimana dalam pasar bebas kurs akanberubah sesuai dengan perubahan permintaan dan penawaran (Mankiw, 1999:192). Para ekonom membagikurs menjadi dua, yaitu:a.Kurs nominal, yaitu harga yang relatif dari mata uang dua negara.b.Kurs rill, yaitu harga yang relatif dari barang-barang kedua negara, yang menyatakan tingkatdimana bias memperdagangkan barang-barang dari suatu negara ke negara lain. Kurs rill disebutjuga sebagai terms of trade.Jenis Sistem Nilai TukarMenurut Warjiyo (2004), jenis sistem nilai tukar yang digunakan suatu negara sesuai dengankeinginan pemerintah untuk menstabilkan nilai tukar tersebut, dimana kestabilan nilai tukar tersebutmelalui intervensi dari bank sentral atau melalui mekanisme pasar.Hubungan Nilai tukar dan Pertumbuhan ekonomi yaitu ketidakstabilan dalam pergerakan nilaitukar mata uang dapat berakibat pada ketidakstabilan perekonomian suatu negara. Karena di saatnilai mata uang rupiah mengalami depresiasi (melemah) terhadap dollar AS maka akan membuatharga barang-barang domestik menjadi lebih murah bagi pihak luar negeri yang membuat ekspordalam negeri akan mengalami kenaikan karena peningkatan harga luar negeri yang lebihmenguntungkan dan terjadinya penurunan impor yang membuat surplus ekonomi, sehingga akanberdampak positif pada pertumbuhan ekonomi.Sedangkan di saat nilai mata uang rupiah mengalami apresiasi (menguat) terhadap dollar ASmaka akan membuat harga barang-barang domestik menjadi lebih mahal bagi pihak luar negeriyang membuat impor dalam negeri akan mengalami kenaikan karena penurunan harga luar negeriyang lebih menguntungkan dan terjadinya penurunan ekspor yang membuat defisit ekonomi,sehingga akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu guna menjagakestabilan perekonomian suatu negara, maka kebijakan moneter yang mengarah pada kestabilannilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang asing menjadi sangat diperlukan.JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIKVolume 3 Nomor 1, Mei 2016ISSN. 2442-741114

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, FakhruddinProduk Domestik Bruto (PDB)Data Produk Domestik Bruto (PDB) adalah salah satu indikator penting untuk mengetahuikondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupunatas data harga konstan. Pada dasarnya bahwa PDB dihitung melalui jumlah nilai tambah yangdihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu negara tertentu atau yang dihasilkan dari jumlahnilai barang dan jasa akhir (Badan Pusat Statistik). Produk domestik Bruto (PDB) terbagi menjadi 2atas dasar, yaitu: PDB atas dasar harga berlaku, menggambarkan perhitungan dari nilai tambah barang dan jasamenggunakan harga yang berlaku pada setiap tahunnya.PDB atas dasar harga berlaku ini digunakanuntuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi. PDB atas dasar harga konstan, menunjukkan perhitungan dari nilai tambah barang dan jasamenggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasarnya.PDB atas dasarharga konstan ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.PDB dapat didefinisikan berdasarkan perhitungan dalam tiga pendekatan yaitu(Badan Pusat Statistik):1.Pendekatan Produksi (Production Approach),PDB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksipada suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.2.Pendekatan Pendapatan (Income Approach), PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima olehfaktor-faktor produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu negara pada jangka waktu tertentu(biasanya setahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji, sewa tanah, bungamodal, dan keuntungan. Dalam pengertian PDB termasuk pula penyusutan barang modal tetap danpajak tidak langsung neto. Jumlah semua komponen pendapatan persektor ini disebut sebagai nilaitambah bruto sektoral.PDB merupakan jumlah dari nilai tambah bruto seluruh sektor (lapanganusaha).PDB pendapatan sewa upah bunga laba3.Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach),PDB adalah jumlah semua pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yangtidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahanstok/inventori, dan ekspor neto di suatu negara pada suatu periode (biasanya setahun).PDB Pengeluaran C I G (X-M)JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIKVolume 3 Nomor 1, Mei 2016ISSN. 2442-741115

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, FakhruddinMETODOLOGI PENELITIANJenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtun waktu(time series) periode tahun1990 sampai tahun 2015 dengan mengambil data kuartalan yang merupakan data sekunder yaitu berupapublikasi dari lembaga relevan dengan penelitian ini.Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah model Vector Auto Regression (VAR).Model ini mengasumsikan dan memberlakukan semua variabel sebagai variabel endogen. Model inimengisyaratkan adanya beberapa pengujian yaitu: Uji Stationeritas, Penentuan Lag Optimal, UjiKointegrasi, Uji Impulse Response Function (IRF), dan Uji Forecast Error Variance Decomposition(FEVD).HASIL UJI VARUji stasioneritas yang dilakukan pada produk domestik bruto, dan nilai tukar belum stasioner padatingkat at level dengan hasil tidak menolak H0 sedangkan pada inflasi sudah stasioner pada tingkat atlevel dengan hasil menolak H0, sehingga pada variabel yang belum stasioner dilakukan uji kembalipada tingkat First difference nya yang hasilnya stasioner dengan menolak H0.Tabel 1Uji Stasioneritas Menggunakan Phillips-Perron tasioner di first differenceStasioner di at levelStasioner di first differenceSumber : hasil perhitungan penulisPenentuan Lag OptimalBerdasarkan hasil Akaike Information Criterian (AIC) pada tabel 1 dapat dilihat bahwa lag yangoptimal sebesar 18. Pemilihan lag 18 ini dimaksudkan agar semua informasi yang diperoleh dapatdimasukkan ke dalam model analisis, selain itu juga jumlah sampel yang relatif panjang masih sangatmemungkinkan untuk menggunakan lag 18 ini.Uji KointegrasiUji kointegrasi dalam penelitian ini menggunakan uji kausalitas Engle-Granger yang digunakanuntuk melihat hubungan kausalitas antar variabel yaitu produk domestik bruto, inflasi, dannilai tukar.JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIKVolume 3 Nomor 1, Mei 2016ISSN. 2442-741116

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, FakhruddinTabel 2Hasil Uji Kausalitas GrangerUji VariabelGDP INFGDP ERINF GDPINF ERER GDPER INFStatistik Wald Test116.26125.04107.91193.13126.51138.63Nilai Di TolakDi TolakDi TolakDi TolakDi TolakDi TolakSumber: Hasil Uji Kausalitas Granger diolah dengan menggunakan Easy Reg(2014)Hasil uji Kausalitas Granger menunjukkan bahwa produk domestik bruto, inflasi dan nilai tukarmemiliki hubungan kausalitas antara satu variabel dengan variabel lainnya. Signifikasi hubunga antarvariabel memiliki pengaruh satu sama lainnya, hal ini dapat dilihat dari pengujian pada tingkat 5persen yang menunjukkan hasilnya reject atau ditolak.Hasil Uji Impulse Response Function (IRF)Uji impulse response function dalam penelitian ini digunakan untuk melihat respon darivariabel-variabel yang ada jika terjadinya guncangan (shocks) antar satu variabel dengan variabellainnya. Respon yang ditimbulkan yaitu respon positif, respon negatif dan tidak merespon dalamjangka pendek ataupun dalam jangka panjang. Data kuartalan yang digunakan dalam penelitian iniuntuk melihat perkembangan variabelnya.a.Pengaruh Produk Domestik BrutoGambar 1.Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Inflasi.Hasil uji IRF pada Gambar 1, menjelaskan bahwa terdapat adanya pengaruh antara produkdomestik bruto terhadap inflasi, karena shock yang terjadi pada produk domestik bruto membuatinflasi merespon negatif pada periode pertama dan kedua selama dua kuartal.JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIKVolume 3 Nomor 1, Mei 2016ISSN. 2442-741117

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, FakhruddinGambar 2.Pengaruh Produk Domestik Bruto Terhadap Nilai TukarPengaruh produk domestik bruto terhadap nilai tukar di saat produk domestik bruto mengalamiguncangan terlihat pada gambar 2. Guncangan yang terjadi pada PDB akan direspon oleh nilai tukardan respon ini terjadi selama tujuh kuartalan.b.Pengaruh InflasiPada gambar 3 menunjukkan pengaruh yang terjadi saat inflasi mengalami shocks maka produkdomestik bruto langsung merespon positif pada periode keempat dan keenam.Gambar 3Pengaruh Inflasi Terhadap Produk Domestik BrutoGambar 4 memperlihatkan bahwa adanya pengaruh antara inflasi dan nilai tukar, karena di saatinflasi terjadi guncangan nilai tukar langsung merespon secara negatif maupun secara positif dibeberapa periode. Respon negatif terjadi pada periode kelima, dan respon positif terjadi pada periodekedelapan dan kesepuluh.Gambar 4Pengaruh Inflasi Terhadap Nilai TukarJURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIKVolume 3 Nomor 1, Mei 2016ISSN. 2442-741118

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, Fakhruddinc.Pengaruh Nilai TukarPada gambar 5 menjelaskan bahwa adanya pengaruh nilai tukar terhadap produk domestik brutodi saat nilai tukar mengalami guncangan. Karena guncangan yang terjadi maka produk domestikbruto langsung merespon negatif pada periode pertama hingga periode keempat selama 4 kuartal.Gambar 5Pengaruh Nilai Tukar Terhadap Produk Domestik BrutoPengaruh antara variabel nilai tukar dan inflasi ditunjukkan melalui gambar 6. Saat nilai tukarmengalami guncangan maka inflasi langsung merespon positif di beberapa periode, yaitu padaperiode pertama hingga periode keempat selama 4 kuartal.Gambar 6Pengaruh Nilai Tukar Terhadap InflasiHasil Forecast Error Variance Decomposition (FEVD)Hasil analisis FEVD pada produk domestik bruto menunjukkan bahwa kontribusi yang paling besarterhadap produk domestik bruto adalah nilai tukar sebesar 44 persen. Selanjutnya adalah kontribusiproduk domestik bruto terhadap dirinya sendiri yaitu 24 persen pada periode pertama, kemudian menurunpada periode ke 4 dan periode ke 7. Sedangkan inflasi di sini hanya memiliki kontribusi yang sedikit lebihrendah dari variabel lainnya terhadap produk domestik bruto pada periode pertama sebesar 1 persen,namun terus mengalami peningkatan pada periode selanjutnya sebesar 15 persen pada periode ke 11.JURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIKVolume 3 Nomor 1, Mei 2016ISSN. 2442-741119

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, FakhruddinTabel 4 .Hasil Error Forecast Variance Decomposition (FEVD) of GDPForecast Error Variance Decomposition (FEVD) of 11Sumber: Hasil uji FEVD di olah dengan menggunakan Easy Reg (2014)Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa produk domestik bruto tidak mengalami pertumbuhankarena penggunaannya berkurang, akibat dari pengaruh kurs yang terus mengalami depresiasi yangmenyebabkan inflasi naik.Tabel 5Hasil Error Forecast Variance Decomposition (FEVD) of INFForecast Error Variance Decomposition (FEVD) of 847Sumber: Hasiluji FEVD di olah dengan menggunakan Easy Reg (2014)Pembentukan inflasi di indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar. Jika dibandingdengan variabel lainnya pengaruh nilai tukar berbeda dengan GDP dan inflasi itu sendiri, pengaruh nilaitukar semakin lama semakin besar dalam membentuk inflasi. Oleh karena itu, ketika nilai tukarterdepresiasi makan inflasi akan meningkat.Tabel 6Hasil Error Forecast Variance Decomposition (FEVD) of ERPeriode147911Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) of ERGDPINFER93531165116944161240201537Sumber: Hasil uji FEVD diolah dengan menggunakan Easy Reg (2014)Hasil analisis FEVD kurs menunjukkan bahwa kontribusi kurs terhadap dirinya sendiri cukupbesar yaitu sebesar 53 persen pada periode pertama dan terus mengalami penurunan pada periodeselanjutnya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan setiap periodenya pada produk domestikJURNAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIKVolume 3 Nomor 1, Mei 2016ISSN. 2442-741120

Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di IndonesiaCatona Machtra, Fakhruddindan inflasi. Kontribusi PDB pada periode pertama sebesar 9 persen dan terus mengalami peningkatanpada periode selanjutnya, begitu juga dengan inflasi yang awal periode berkontribusi sebesar 3persen terus mengalami peningkatan pada periode selanjutnya.PEMBAHASANSetelah melakukan uji test terhadap semua variabel yang digunakan dengan menggunakanmetode VAR didapatkan kesimpulan bahwa variabel produk domestik bruto, inflasi dan nilai tukarsaling berhubungan satu sama lain. Hal ini dibuktikan oleh beberapa alasan, yaitu: pertama, ujikausalitas yang dilakukan menunjukkan semua hasil reject atau H0 ditolak yang artinya memilikipe

akumulasi dampak terhadap perekonomian yang berbeda. Menurut Siregar dkk (2006), upaya untuk menstabilkan perekonomian dapat dicapai melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal berusaha menekan defisit anggaran serendah mungkin, baik melalui peningkatan pajak maupun pengurangan subsidi.

Related Documents:

14 XIV INFLASI DAN KEBIJAKAN MONETER DISEJUMLAH NEGARA ASIA PASIFIK 1. Australia 2. Bangladesh 3. China 4. India 5. Indonesia 6. Jepang 7. Korea selatan 8. Krisis keuangan global dan kebijakan moneter di asia pasifik 15 XV INFLASI DAN KEBIJAKAN MONETER DISEJUMLAH NEGARA ASIA PASIFIK 1. Australia 2. Bangladesh 3. China 4. Indonesia 5. Jepang 6.

C. Analisis Kebijakan Kesehatan 12 D. Sistem Nasional Kesehatan Indonesia 16. BAB 2 METODE ANALISIS KEBIJAKAN KESEHATAN 19. A.engertian Metode Analisis Kebijakan Kesehatan P 19 B. Metode Analisis Kebijakan Kesehatan 21 C. Pengaruh . Stakeholder. Terhadap Kebijakan . esehatan K 24 D.roses Analisis Kebijakan Kesehatan P 26

Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis . Oleh: EKA WULANDARI . B300140179 . PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN . FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS . UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA . 2018 . i . ii . iii . ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA . Abstrak . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, jumlah uang .

Daftar Isi ix Bab VEvaluasi Kebijakan Pendidikan 101 A. Konsepsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 101 B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 104 C. P ermasalahan dalam Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 106 D. Manfaat Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 108 E. Monitoring Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 109 F. Kriteria Evaluasi Program Kebijakan Pendidikan — 111

Analisis Dampak Kebijakan Moneter terhadap. Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Iwan Setiawan . Program Studi Keuangan & Perbankan Jurusan Akuntansi. Politeknik Negeri Bandung. Abstrak . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak . kebijakan moneter terhadap

PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP . selain memberi dampak positif juga memberi dampak negatif terutama yang . 2 berkaitan dengan berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja (Sunusi,

menarik. Permintaan yang meningkat menyebabkan output meningkat dan pengangguran berkurang. Harper (2003) mengilustrasikan mekanisme transmisi kebijakan moneter dicirikan oleh time lag yang tidak pasti sehingga peramalan dampak kebijakan moneter terhadap p

IEE Colloquia: Electromagnetic Compatibility for Automotive Electronics 28 September 1999 6 Conclusions This paper has briefly described the automotive EMC test methods normally used for electronic modules. It has also compared the immunity & emissions test methods and shown that the techniques used may give different results when testing an identical module. It should also be noted that all .