PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP

2y ago
28 Views
2 Downloads
607.37 KB
17 Pages
Last View : 19d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Gannon Casey
Transcription

PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAPPENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIADisusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata Ipada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan BisnisOleh :BALQIS HANIFATAB300140190PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2018

2i

ii 3

4iii

PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAPPENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIAAbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebijakan fiskal (penerimaanperpajakan, penerimaan bukan pajak, pengeluaran pemerintah) dan kebijakanmoneter terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Indonesia. Data yangdigunakan adalah data sekunder time series dari tahun 1990 sampai 2017. Alatanalisis yang digunakan yaitu analisis regresi berganda dengan pendekatan ModelPenyesuaian Parsial atau Partial Adjustment Model (PAM) dengan menggunakansoftware SPSS. Analisis menunjukkan bahwa variabel bebas (independen) yangberpengaruh hanya variabel jumlah uang beredar dengan nilai signifikansi 0,0254yang berarti secara parsial berpengaruh nyata terhadap penyerapan tenaga kerjasektor industri di Indonesia pada tingkat signifikansi 0,05. Sebaliknya, variabelpenerimaan perpajakan, penerimaan bukan pajak, pengeluaran pemerintah, dansuku bunga tidak berpengaruh signifikan nyata terhadap penyerapan tenaga kerjasektor industri di Indonesia.Kata Kunci;Fiskal, Moneter, Tenaga Kerja, Industri, PAMAbstrakThis study aims to determine the effect of fiscal policy (tax revenues, non-taxrevenues, government spending) and monetary policy on employment in theindustrial sector in Indonesia. The data used is secondary time data from 1990 to2017. The analytical tool used is multiple regression analysis with PartialAdjustment Model (PAM) approach using SPSS software. The analysis showsthat the independent variable (independent) which influences only the variablemoney supply with a significance value of 0.0254 which means partiallysignificant effect on employment in the industrial sector in Indonesia at the 0.05level of significance. Conversely, the variables of tax revenue, non-tax revenues,government spending, and interest rates have no significant effect on employmentin the industrial sector in Indonesia.Keywords; Fiscal, Monetary, Labor, Industry, PAM1. PENDAHULUANTujuan pembangunan nasional berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut.Selama ini pembangunan selalu diprioritaskan pada sektor ekonomi, sedang sektorlain hanya bersifat menunjang dan melengkapi sektor ekonomi. Pembangunanselain memberi dampak positif juga memberi dampak negatif terutama yang1

berkaitan dengan berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja (Sunusi,2014).Dalam proses pembangunan, sektor industri dijadikan sebagai prioritaspembangunan yang diharapkan mempunyai peranan sebagai leading sector atausektor pemimpin bagi pembangunan sektor-sektor lainnya (Arsyad, 2010). Sektorindustri dipandang sebagai sektor yang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi,sehingga dengan keunggulan sektor industri akan didapat nilai tambah yangtinggi, yang pada akhirnya tujuan menciptakan kesejahteraan masyarakat secaraekonomi lebih cepat terwujud. Kenyataannya tidak semua negara berhasilmengembangkan sektor industrinya yang disebabkan oleh kebijakan yang tidaktepat dan tidak konsisten, sehingga mempengaruhi kinerja sektor industri itusendiri (Suharto, 2002).Salah satu tujuan penting dalam pembangunan ekonomi melalui prosesindustrialisasi adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk mengejarpertambahan angkatan kerja yang pertumbuhannya lebih cepat dari pertumbuhankesempatan kerja (Rochmani, 2016). Produk-produk industrial selalu memiliki“dasar tukar” (terms of trade) yang lebih tinggi dan lebih menguntungkan sertamenciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektorlain (Dumairy, 2009). Hal ini disebabkan karena sektor industri memiliki variasiproduk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat marginal yangtinggi kepada pemakainya. Besarnya potensi sektor industri di Indonesia dalamhal penyerapan tenaga kerja dapat dilihat dalam tiga tahun terakhir dari tahun2015-2017 pada tabel berikut :Tabel 1 Jumlah Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan diIndonesia Tahun 2015-2017No.1234Lapangan Pekerjaan Utama201520162017JumlahPertanian, Perkebunan,Kehutanan, Perburuan, 2,170,284Pertambangan danPenggalianIndustriListrik, Gas, dan Air2

56MinumKonstruksiPerdagangan, RumahMakan dan Jasa asi, Pergudangandan 8Lembaga Keuangan, RealEstate, Usaha Persewaan,dan Jasa sa Kemasyarakatan,Sosial, dan 8235,666,020Sumber: Badan Pusat Statistik (2017), diolah.239,059,670245,561,272JumlahBerdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa dalam sektor penyerap tenaga kerjaterbesar di Indonesia tahun 2015-2017 adalah sektor pertanian yang menyerap229.534.659tenaga kerja. Urutan kedua penyerap tenaga kerja terbesar adalahsektor perdagangan sebanyak 164.797.117 tenaga kerja dan disusul sektor jasasebanyak 118.028.928 tenaga kerja. Sedangkan sektor industri menempati urutankeempat penyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia dengan jumlah 96.735.161tenaga kerja.Perkembangan penyerapan tenaga kerja sektor industri mengalami fluktuatifdari tahun 2015-2017. Pada tahun 2015 sektor industri mampu menyerap31.637.855 tenaga kerja, kemudian turun menjadi 31.515.320 di tahun 2016 dankembali meningkat pada tahun 2017 sebanyak 33.581.986 tenaga kerja. Hal inimengindikasikan bahwa sektor industri di Indonesia telah mampu meningkatkanpenyerapan tenaga kerja.Penyerapan tenaga kerja juga tidak terlepas dari peranan pemerintah sebagaipenyusun instrumen kebijakan yang bertujuan untuk mempengaruhi jalannyaperekonomian di Indonesia. Instrumen kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintahmeliputi kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal mencakupkekuasaan mengenakan pajak dan membelanjakan atau mengeluarkan uang3

sedangkan kebijakan moneter menyangkut suku bunga dan jumlah uang yangberedar (Aprilia, 2016).Kebijakan moneter dan fiskal merupakan komponen fundamental untukmendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Keberhasilan fungsiekonomi tergantung pada kegiatan koordinasi kebijakan moneter dan fiskal dantidak adanya koordinasi ini mengarah pada kinerja ekonomi keseluruhan yangburuk. Kebijakan-kebijakan ini dilakukan oleh dua otoritas yang terpisah, merekasaling bergantung, dan oleh karena itu, sangat penting untuk mencapai kerangkakerja bauran kebijakan yang konsisten dan berkelanjutan (Budiyanti, 2014).Kehadiran hubungan yang berbeda antara pasar tenaga kerja dan kebijakanfiskal menimbulkan kemungkinan dampak yang buruk. Tingkat pengangguranadalah bagian dari perbedaan antara angkatan kerja dan pekerjaan pada angkatankerja menimbulkan masalah teoritis dan empiris: pada sisi teoritis, tenaga kerjadapat dianggap sebagai proksi dari penawaran tenaga kerja (penawaran tenagakerja sama dengan jumlah orang yang mencari pekerjaan). Di sisi empiris, GDPmempengaruhi tingkat angkatan kerja karena orang yang menganggur menjadiberkecil hati dan keluar dari angkatan kerja selama periode tersebut (Tafuro,2015).Kondisi perekonomian tidak selalu berjalan mulus namun seringkali terpukulakibat adanya shock atau guncangan, di mana guncangan tersebut dapatmenyebabkan terjadinya masalah makro seperti pengangguran (rendahnya tingkatkesempatan kerja), inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan neraca pembayaran. Salahsatu guncangan tersebut terjadi pada variabel moneter sehingga memengaruhijumlah output dan kesempatan kerja suatu negara (Dogan, 2012). Untuk meredamefek guncangan tersebut, sebagai otoritas moneter, bank sentral telah menerapkankebijakan moneter yang dapat berbentuk pengendalian besaran moneter variabelsuku bunga untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yangdiinginkan (Warjiyo, 2004).4

2. METODE2.1 Jenis Dan Sumber DataData yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder bentuk deretwaktu (time series) selama 28 tahun dari periode 1990-2017. Data yang digunakanmeliputi data penerimaan perpajakan, penerimaan bukan pajak, pengeluaranpemerintah sektor industri, suku bunga, dan jumlah uang beredar. Data tersebutdiperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), publikasi daripenelitian terdahulu, jurnal serta sumber lain yang terikat.2.2 Metode Analisis DataAlat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresiberganda dengan Model Penyesuaian Parsial atau Partial Adjustment Model(PAM), yang formulasi model estimatornya adalah sebagai berikut:̂ 𝑡 α0 α1 logPNPt α2 logPNBPt α3 logPPIt α4 SBt α5𝑙𝑜𝑔𝑃𝑇𝐾logJUBt λ logPTKt-1 vt(1)Dimana:PTK Penyerapan Tenaga KerjaPNP Penerimaan PerpajakanPPI Pengeluaran PemerintahSB Suku BungaJUB Jumlah Uang Beredarλ (1 – δ); nilainya 0 λ 1; δ koefisien penyesuaian (adjusment)α0 δβ0; kostanta jangka pendekα1 δβ1; koefisien regresi penerimaan perpajakan jangka pendekα2 δβ2; koefisien regresi penerimaan bukan pajak jangka pendekα3 δβ3; koefisien regresi pengeluaran pemerintah jangka pendekα4 δβ4; koefisien regresi suku bunga jangka pendekα5 δβ5; koefisien regresijumlah uang beredar jangka pendekβ0 kostanta jangka panjangβ1 koefisien regresi penerimaan perpajakan jangka panjang5

β2 koefisien penerimaan bukan pajak jangka panjangβ3 koefisien regresi pengeluaran pemerintah jangka Panjangβ4 koefisien regresi suku bunga jangka panjangβ5 koefisien regresi jumlah uang beredar jangka panjangυ unsur kesalahan (error term)t tahun3. HASIL DAN PEMBAHASANHasil estimasi model Partial Adjustment Model (PAM) terangkum dalam Tabel 2.Tabel 2Hasil Regresi Model PAMlog(PTK)t 6,359859 0,013731 logPNPt - 0,019802 logPNBPt - 0,067053 logPPIt(0,0210)(0,8896)(0,7386)(0,6511)- 0,002449 SBt 0,122843 logJUBt 0,574521 logPTKt-1 vt(0,3524)(0,0254)**(0,0043)*R2 0,9420; DW-Stat 2,0418; F-Stat 51,43112; Sig.F-Stat 0,000Uji Diagnosis(1) Multikolinieritas (uji VIF)logPNP 163,7203 logPNBP 38,82538 logPPI 308,2543SB 2,443167 logJUB 33,49758 logPTK(-1) 11,24806(2) Autokorelasi (uji Breusch Godfrey)χ2 2,909141sig(χ2) 0,4058(3) Linieritas (uji Ramsey Reset)F 0,702325sig(F) 0,4130(4) Normalitas Residual (uji Jarque Bera)χ2 4,356879sig(χ2) 0,113218(5) Heteroskedastisitasχ2 16,62909sig(χ2) 0,1641Keterangan: *signifikan pada α 0,01 ; ** signifikan pada α 0,05 ; *** signifikan padaα 0,10. Angka di dalam kurung merupakan probabilitas statistikSumber: Badan Pusat Statistik, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, diolah.6

3.1Uji Asumsi Klasik3.1.1 Uji MultikolinieritasUji Multikolinieritas dalam penelitian ini adalah uji Variance Inflation Factors(VIF).Apabila nilai VIF 10 maka terdapat masalah multikolinieritas, apabilanilai VIF 10 maka tidak terdapat masalah multikolinieritas dalam model.Hasiluji VIF dapat dilihat pada Tabel 3.Tabel 3Hasil Uji Multikolinieritas (Uji VIF)VariabelVIFKeteranganPNP163,7203Terdapat masalah multikolinieritasPNBP38,82538Terdapat masalah multikolinieritasPPI308,2543Terdapat masalah multikolinieritasSB2,443167Tidak terdapat masalah multikolinieritasJUB33,49758Terdapat masalah multikolinieritasSumber: Bank Indonesia (diolah).3.1.2 Uji Normalitas ResidualUji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Jarque Berradengan formulasi hipotesis H0: distribusi ut normal dan HA: distribusi ut tidaknormal, dengan kriteria H0 : diterima bila signifikansi statistik JB , dan H0:ditolak bila signifikansi statistik JB Dari Tabel 2 diketahui bahwa Probabilitasstatistik JB adalah sebesar 0,113 ( 0,10), maka H0 diterima kesimpulan ut normal.3.1.3 Uji HeteroskedastisitasDalam penelitian ini, untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitasdigunakan uji White dengan formulasi hipotesis H0: tidak terdapat masalahheteroskedastisitas dalam model dan HA: terdapat masalah heteroskedastisitasdalam model, dengan kriteria pengujian H0 diterima bila signifikansi 2 α danH0 ditolak bila signifikansi 2 . Dari Tabel 2 diketahui nilai probabilitasstatistik 2 dari hasil uji white tersebut sebesar 0,1641 ( 0,10), maka H0 diterima.Dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas dalammodel.7

3.1.4 Uji OtokorelasiUji otokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji BreuschGodfrey dengan formulasi hipotesis H0 : tidak terdapat masalah otokorelasi danHA : terdapat masalah otokorelasi, dengan kriteria pengujian H0 diterima bilasignifikansi 2 dan H0 ditolak bila signifikansi 2 . Dari Tabel 2 diketahuinilai probabilitas statistik 2 dari hasil uji Breusch Godfrey sebesar 0,4058 ( 0,10), maka H0 diterima. Dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat masalahotokorelasi dalam model.3.1.5 Uji Spesifikasi Model (Linieritas)Uji spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini adalah RamseyReset dengan formulasi hipotesis H0 : model linier (spesifikasi model benar) danHA : model tidak linier (spesifikasi model salah), dengan kriteria pengujian; H0diterima bila signifikansi F hitung atau statistik F , dan H0 ditolak bilasignifikansi F hitung atau statistik F . Dari Tabel 2 diketahui bahwa nilaisignifikansi dari hasil uji Ramsey Reset sebesar 0,4130 ( 0,10). Maka, dapatditarik kesimpulan bahwa H0 diterima, sehingga spesifikasi model benar (modellinier).3.2. Uji Kebaikan Model3.2.1 Eksistensi Model (Uji F)Uji eksistensi dalam penelitian ini menggunakan uji F dengan formulasihipotesis; H0 :β1 β2 β3 0 ; model yang dipakai tidak eksis, dan HA: β1 β2 β3 0 ; model yang dipakai eksis, dengan kriteria pengujian; H0 ditolak bilasignifikansi statistik F α, dan H0 diterima bila signifikansi statistik F α. DariTabel 2 diketahui nilai signifikansi statistik F adalah sebesar 0.0000 ( 0,05),maka H0 ditolak sehingga model yang dipakai eksis.3.2.2 Interpretasi Koefisien Determinasi (R2)Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa, nilai R-squared (R2) sebesar 0.942 ,artinya 94,2 persen variasi variabel penyerapan tenaga kerja sektor industri diIndonesia dapat dijelaskan oleh variabel independen penerimaan perpajakan,penerimaan bukan pajak, pengeluaran pemerintah, suku bunga, dan jumlah uang8

beredar model statistik. Sedangkan sisanya 5,8 persen dipengaruhi oleh variabelvariabel atau faktor - faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model.3.3 Uji Validitas Pengaruh (Uji T)Uji t ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing -masingvariabel independen terhadap variabel dependen secara individu. Formulasihipotesisnya yaitu H0 : β1 0 ; variabel independen ke-i tidak memiliki pengaruhsignifikan dan HA :βi 0 ; variabel independen ke-i memiliki pengaruhsignifikan. Kriteria pengujiannya yaitu H0 diterima bila probabilitas statistik ti αdan H0 ditolak bila probabilitas statistik ti α. Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel4.Tabel 4Hasil Uji Validitas Pengaruh (Uji t)Variabel Prob. TΑKesimpulanPNP0,8896 0,10Tidak berpengaruh signifikan dalamjangka pendek dan jangka panjangPNBP0,7386 0,10Tidak berpengaruh signifikan dalamjangka pendek dan jangka panjangPPI0,6511 0,10Tidak berpengaruh signifikan dalamjangka pendek dan jangka panjangSB0,3524 0,10Tidak berpengaruh signifikan dalamjangka pendek dan jangka panjangJUB0,0254 0,05Berpengaruh signifikan dalam jangkapendek dan jangka panjangSumber: Bank Indonesia (diolah).3.4 Interpretasi Pengaruh Variabel IndependenBerdasarkan uji validitas pengaruh di muka terlihat bahwa variabel independenyang memiliki pengaruh signifikan adalah variabel jumlah uang beredar (JUB).Sedangkan yang tidak signifikan adalah variabel penerimaan perpajakan (PNP),9

penerimaan bukan pajak (PNBP), pengeluaran pemerintah (PPI), dan suku bunga(SB).Variabel jumlah uang beredar dalam jangka pendek memiliki koefisien regresisebesar 0,122. Pola hubungan antara jumlah uang beredar dengan penyerapantenaga kerja sektor industri adalah logaritsma-logaritma, artinya apabila jumlahuang beredar naik satu persen maka penyerapan tenaga kerja sektor industri akannaik sebesar 0,122 persen. Sebaliknya apabila jumlah uang beredar turun satupersen maka penyerapan tenaga kerja sektor industri akan turun sebesar 0,122persen. Dalam jangka panjang jumlah uang beredar memiliki koefisien regresisebesar 0,288, artinya apabila jumlah uang beredar naik satu persen makapenyerapan tenaga kerja sektor industri akan naik sebesar 0,288 persen.Sebaliknya apabila jumlah uang beredar turun satu persen maka penyerapantenaga kerja sektor industri akan turun sebesar 0,288 persen.Berdasarkan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah uangberedar berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerjasektor industri, hal ini mengartikan bahwa meningkatnya jumlah uang beredardiikuti di Indonesia pada tahun 1990-2017 diikuti dengan meningkatnyapenyerapan tenaga kerja sektor industri, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuaidengan penelitian yang dilakukan oleh Mahdi (2014) menunjukkan jumlah uangberedar berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Terdapatnyapengaruh yang signifikan antara jumlah uang beredar terhadap pertumbuhanekonomi dipengaruhi oleh jumlah uang beredar. Hal ini dikarenakan terjadinyapeningkatan jumlah uang beredar akan mengakibatkan tersedianya likuiditaskepada perekonomiansehingga perekonomian menjadilebih bergairah.Tersedianya likuiditas yang cukup bagi perekonomian akan berdampak terhadappeningkatan sektor-sektor ekonomi produktif sehingga sektor tersebut bisameningkatkan produktivitasnya. Dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomimaka akan dapat mempengaruhi peningkatan penyerapan tenaga kerja industri.Pertumbuhan ekonomi yang meningkat menggambarkan pertumbuhan jumlahproyek sektor industri dan jumlah kebutuhan tenaga kerja di sektor industri.10

Sehingga akan semakin banyak tenaga kerja yang terserap oleh pasar yangmemberikan respon positif terhadap pertumbuhan ekonomi.4.PENUTUP4.1 Simpulana. Berdasarkan hasil estimasi regresi PAM (Partial AdjustmentModel)memperlihatkan bahwa model terestimasi benar-benar merupakan modelPAM dengan koefisien regresi sebesar 0,574521 yang berarti memenuhisyarat 0 1 dan memiliki nilai probabilitas (signifikansi) empirikstastistik t sebesar 0,000 yang berarti koefisien adjustment signifikan pada 0,01.b. Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik, tidak ditemukan masalah padavariabel suku bunga. Tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas danautokorelasi dalam model. Model yang digunakan dalam uji normalitastidak terdapat penyimpangan, sehingga dapat dikatakan bahwa distribusiUt normal. Dalam uji linieritas menunjukkan spesifikasi model benar.c. Berdasarkan uji validitas pengaruh (uji t) yang dilakukan pada penyerapantenaga kerja industri disimpulkan variabel penerimaan perpajakan,penerimaan bukan pajak, pengeluaran pemerintah, dan suku bunga tidakberpengaruh signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri.Variabel jumlah uang beredar berpengaruh positif dan signifikan dalamjangka pendek maupun jangka panjang, pengaruh jangka pendek sebesar0,122843 dan dalam jangka panjang sebesar 0,288716.d. Koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel penerimaanperpajakan, penerimaan bukan pajak, pengeluaran pemerintah, sukubunga, dan jumlah uang beredar memberikan kontribusinya sebesar 94,2persen terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri di Indonesia,sedangkan sisanya 5,8 persen dipengaruhi oleh variabel bebas lain di luarmodel yang digunakan.4.2 SaranSaran yang disimpulkan berdasarkan penelitian ini ad

PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN MONETER TERHADAP . selain memberi dampak positif juga memberi dampak negatif terutama yang . 2 berkaitan dengan berbagai masalah tenaga kerja dan kesempatan kerja (Sunusi,

Related Documents:

14 XIV INFLASI DAN KEBIJAKAN MONETER DISEJUMLAH NEGARA ASIA PASIFIK 1. Australia 2. Bangladesh 3. China 4. India 5. Indonesia 6. Jepang 7. Korea selatan 8. Krisis keuangan global dan kebijakan moneter di asia pasifik 15 XV INFLASI DAN KEBIJAKAN MONETER DISEJUMLAH NEGARA ASIA PASIFIK 1. Australia 2. Bangladesh 3. China 4. Indonesia 5. Jepang 6.

Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis . Oleh: EKA WULANDARI . B300140179 . PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN . FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS . UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA . 2018 . i . ii . iii . ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA . Abstrak . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi, jumlah uang .

akumulasi dampak terhadap perekonomian yang berbeda. Menurut Siregar dkk (2006), upaya untuk menstabilkan perekonomian dapat dicapai melalui kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal berusaha menekan defisit anggaran serendah mungkin, baik melalui peningkatan pajak maupun pengurangan subsidi.

pembangunan dari sudut pandang kebijakan fiskal, Kajian Fiskal Regional (KFR) memotret gambaran perekonomian dan peran kebijakan fiskal suatu wilayah secara utuh sekaligus sebagai economic outlook perekonomian ke depan. Untuk mempertajam analisis, Kajian Fiskal Regional tahun 2

Kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia . sitif terhadap output riil pasca reformasi di China, sebaliknya desentralisasi fiskal ber-dampak negatif terhadap stabilitas harga atau inflasi. Desentralisasi fiskal

DAN POKOK-POKOK KEBIJAKAN FISKAL . BAB VIII ARAH KEBIJAKAN DAN PAGU INDIKATIF KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2019. 201 8.1 KEBIJAKAN UMUM DAN ANGGARAN KEMENTERIAN/LEMBAGA . kontribusi positif untuk penguatan fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi, yang selanjutnya akan

Daftar Isi ix Bab VEvaluasi Kebijakan Pendidikan 101 A. Konsepsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 101 B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 104 C. P ermasalahan dalam Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 106 D. Manfaat Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 108 E. Monitoring Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 109 F. Kriteria Evaluasi Program Kebijakan Pendidikan — 111

a central part of the Revolution’s narrative, the American Revolution would have never occurred nor followed the course that we know now without the ideas, dreams, and blood spilled by American patriots whose names are not recorded alongside Washington, Jefferson, and Adams in history books. The Road to the War for American Independence By the time the first shots were fired in the American .