Ekspansi Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan Dan

2y ago
754 Views
354 Downloads
1.99 MB
19 Pages
Last View : 15d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Brenna Zink
Transcription

EkspansiJurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan dan AkuntansiVol. 1, No. 1, Mei 2009, 15 - 31Analisis Dampak Kebijakan Moneter terhadapPerkembangan Inflasi danPertumbuhan Ekonomi di IndonesiaIwan SetiawanProgram Studi Keuangan & Perbankan Jurusan AkuntansiPoliteknik Negeri BandungAbstrakPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak kebijakan moneter terhadap kondisiinflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kajian dilakukan dengan menggunakananalisis deskriptif dan data empiris tahun 1980-2008. Pelaksanaan kebijakan monetermelalui pengendalian jumlah uang beredar dan apresiasi nilai tukar rupiah terhadapUSD mampu mengedalikan inflasi. Apresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD akanmendorong tingkat pertumbuhan ekonomi, namun pengendalian jumlah uang beredarakan berdampak terhadap menurunnya tingkat pertumbuhan ekonomi. Upayamencapai stabilisasi harga disertai dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggimemerlukan upaya ter-integratif antara kebijakan moneter yang terkendali,pengendalian aspek eksternal melalui stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap USD danpeningkatan efektivitas kebijakan fiskal melalui peningkatan produktivitas danpenurunan tingkat kebocoran belanja pemerintah.Kata kunci : Kebijakan moneter, jumlah uang beredar, inflasi dan nilai tukar rupiah.PENDAHULUANPerkembangan perekonomian Indonesia tidak bisa lepas dari kondisi inflasi yangselalu menyertainya. Inflasi merupakan salah satu masalah perekonomian yangdampaknya sangat merugikan sehingga perlu tindakan pengendalian yang terarahsupaya dapat diatasi. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbanganbahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisisosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkanpendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakatturun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambahmiskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty)bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkanbahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalammelakukan konsumsi, investasi dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkanpertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibandingdengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riilmenjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah.15

EkspansiTujuan, Metode Analisis dan Data PenelitianKondisi Inflasi yang terjadi di suatu negara terjadi akibat berbagai faktor penyebab.Berdasarkan faktor penyebabnya salah satu bentuk inflasi adalahdemand fullinflation, inflasi yang terjadi akibat meningkatnya daya tarik permintaan. Meningkatnyapermintaan dapat terjadi akibat berubahnya unsur-unsur moneter yang terjadi akibatperubahan kebijakan moneter, kebijakan fiskal maupun kebijakan lainnya.Tujuan, Metode Analisis dan Data Penelitian sebagai berikut :1) Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji 1) bagaimana hubungan antara kebijakanmoneter dengan kondisi Inflasi dan 2) bagaimana hubungan kebijakan moneterdengan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi.2) Metode Analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode analisis deskripsidengan menggunakan analisis regresi korelasi, dengan pengolahan datamenggunakan program Minitab seri 15.3) Data yang digunakan meliputi seluruh data yang terkait dengan kebijakan moneter,seperti uang primer (Mo), uang beredar sempit (M1), uang beredar luas (M2),tingkat suku bunga, tingkat inflasi, kurs dollar, APBN dan GDP. Kajian dilakukandengan menggunakan data tahunan periode 1980-2008 yang bersumber daripublilkasi BPS, BI dan Departemen Keuangan.Konsep Teori : Inflasi dan Kebijakan MoneterInflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang secara umum (Mankiw,2000 ; Mishkin, 2004). Secara umum penyebab inflasi dapat diidentifikasi menjadi 3aspek, yaitu tarikan permintaan (demand pull inflation), desakan biaya (cost pushinflation), atau inflasi eksternal (imported inflation). Faktor penyebab terjadi demandpull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadapketersediaannya. Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan olehpeningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price) danterjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.Faktor penyebab terjadi imported inflation adalah depresiasi nilai tukar, dampak inflasiluar negeri terutama dari negara-negara partner dagangLembaga yang paling berperan dalam proses pengendalian inflasi adalah BankIndonesia. Dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2004 Pasal 7 tentang Bank Indonesiadisebutkan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilannilai rupiah. Melalui kebijakan moneter, Bank Indonesia dapat mempengaruhi inflasidari sisi permintaan, seperti investasi dan konsumsi masyarakat dengan cara16

Iwan Setiawanmenetapkan kebijakan kenaikan suku bunga yang dapat membatasi pengeluaranmasyaraka, pemerintah daninvestasi swasta sehingga dapat menurunkan permintaansecara keseluruhan yang pada akhirnya dapat menurunkan inflasi. Selain itu, kenaikansuku bunga dapat menguatkan nilai tukar melalui peningkatan (positive) interest ratedifferential. Demikian juga, Bank Indonesia dapat mempengaruhi ekspektasimasyarakat melalui kebijakan yang konsisten dan kredibel. Harapannya adalahsasaran (target) inflasi Bank Indonesia menjadi acuan masyarakat dan pelaku ekonomisehingga inflasi yang terjadi dapat sama atau mendekati sasaran inflasi. Apabilakondisi ini terjadi, maka biaya pengendalian moneter dapat diminimalkan.Tujuan utama kebijakan moneter lebih ditekankan pada stabilitas harga, dengan dasarbeberapa pertimbangan (Solikin, 2005). Pertama, dengan output ditentukan sesuaidengan kapasitas ekonomi jangka panjang maka segala kebijakan yang mendorongpertumbuhan ekonomi akan menciptakan inflasi (the short-run Phillips-curve) sehinggatidak akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi riil. Kedua, rational economic agentmengerti bahwa tindakan kejutan pembuat kebijakan dalam mendorong pertumbuhanekonomi yang mendorong inflasi dapat mendorong terjadinya permasalahan timeconsistency. Ketiga, Kebijakan moneter mempengaruhi variabel ekonomi memakanwaktu panjang dan mempunyai lag. Keempat, kestabilan harga dapat mendorongterciptanya iklim ekonomi yang lebih baik karena akan mengurangi biaya yang berasaldari inflasi.Penetapan stabilitas harga melalui kebijakan moneter mendorong kesinambunganpertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Namun di sisi lain jika pencapaiankebijakan moneter tidak dilakukan secara terukur juga dapat mengakibatkan tekananterhadap pertumbuhan ekonomi. Kebijakan moneter yang terlalu ketat dapat menekanpertumbuhan ekonomi dan meningkatkan jumlah pengangguran.Secara teori, kebijakan moneter dapat ditransmisikan melalui berbagai jalur (channel),yaitu jalur suku bunga, jalur kredit perbankan, jalur neraca perusahaan, jalur nilai tukar,jalur harga aset, dan jalur ekspektasi. Dengan melewati jalur-jalur tersebut, kebijakanmoneter akan ditransmisikan dan berpengaruh ke sektor finansial dan sektor riilsetelah beberapa waktu lamanya (lag of monetery policy). Kebijakan moneter perludijalankan secara sehat, dan prinsip-prinsip Kebijakan Moneter yang sehat adalah :1)Mempunyai satu tujuan akhir yang diutamakan (overriding objective), yaitusasaran inflasi, sebagai kontribusi pokok kebijakan moneter dalam meningkatkankesejahteraan masyarakat. Untuk itu, sasaran inflasi ditetapkan denganmempertimbangkan pengaruhnya (trade-off) dengan pertumbuhan ekonomi.17

Ekspansi2)Kebijakan moneter bersifat antisipatif atau forward looking, yaitu denganmengarahkan kebijakan moneter yang ditempuh saat ini diarahkan untukmencapai sasaran inflasi yang ditetapkan pada periode yang akan datangmengingat adanya efek tunda (lag) kebijakan moneter.3)Mengikatkan diri kepada suatu mekanisme tertentu dalam membuat pertimbanganpenentuan respon kebijakan moneter (constrained discretion). Dalam penetapanrespon kebijakan moneter, bank sentral mempertimbangkan prakiraan inflasi,pertumbuhan ekonomi, serta berbagai variabel lain. Termasuk pertimbanganmengenai kebijakan ekonomi Pemerintah dalam kerangka koordinasi kebijakanmoneter dengan kebijakan makro lain.4)Sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola yang sehat (good governance), yaituberkejelasan tujuan, konsisten, transparan, dan berakuntabilitas.Gambar 1 Bagan Jalur Kebijakan Moneter dan InflasiSumber : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), Bank Indonesia, Jakarta, Mei2004Pelaksanaan kebijakan moneter dapat dilaksanakan melalui Operasi PengendalianMoneter sebagai berikut :1)Sasaran operasional pengendalian moneter adalah BI Rate, dengan sasaran inisinyal kebijakan moneter diharapkan dapat lebih mudah dan lebih pasti dapatditangkap oleh pelaku pasar dan masyarakat, dan karenanya diharapkan puladapat meningkat efektivitas kebijakan moneter.2)Pengendalian moneter dilakukan dengan menggunakan instrumen: (i) OperasiPasar Terbuka (OPT), (ii) Instrumen likuiditas otomatis (standing facilities), (iii)Intervensi di pasar valas, (iv) Penetapan giro wajib minimum (GWM), dan (v)Himbauan moral (moral suassion).3)Pengendalian moneter diarahkan pula agar perkembangan suku bunga pasaruang antar bank (PUAB) berada pada koridor suku bunga yang ditetapkan.18

Iwan SetiawanLangkah ini dilakukan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditassekaligus untuk memperkuat sinyal kebijakan moneter yang ditempuh BankIndonesia.Model PenelitianAnalisis penelitian ini dilakukan untuk mengamati karakteristik tekanan inflasi diIndonesia, khususnya mengidentifikasi pengaruh dinamis gangguan sisi permintaanpenawaran. Dengan dasar pengidentifikasian tersebut, prospek tekanan inflasi kedepan akan diprakirakan lebih lanjut. Metode yang digunakan adalah Structural VectorAutoregression (SVAR), dengan rentang observasi triwulanan mulai 1980 sampaidengan 2008. Dengan melibatkan variabel-variabel harga, nilai tukar, output, sukubunga, dan besaran moneter, restriksi jangka panjang pada persamaan strukturaldilakukan dengan mengacu pada Keating (2002). Untuk konteks perekonomianIndonesia yang diasumsikan merupakan small-open economy, modifikasi dilakukandengan memperhitungkan pengaruh keterbukaan ekonomi, terutamanya dicerminkanoleh pengaruh gejolak nilai tukar (yang tidak diperhitungkan oleh Keating) padaveriabel-variabel ekonomi domestik. Dengan demikian, sistem persamaan strukturaldan restriksi pengaruh antar variabel dapat diturunkan sebagai berikut :Persamaan dasar dari struktur permodelan adalah log-linier dari versi model IS-LM,yang menetapkan kondisi keseimbangan di pasar barang dan pasar uang (Solikin,2007):it – EΔpt 1 f β1 yt(1)mt – pt d β2 yt β3 it(2)dimana i adalah suku bunga nominal, p adalah harga domestik, f adalah autonomousgovernment expenditures, y adalah pendapatan/output, m adalah uang beredar, dan dadalah autonomous part of money demand.Berdasarkan asumsi bahwa variabel dalam persamaan 1 dan 2 terintegrasi denganderajat I(1), maka diferensiasi pertama dari kedua persamaan tersebut adalah:Δ (it –EΔ pt 1) Δ γ1 yt(3)Δ (mt – pt) γ2 yt γ3 it u(4)Sementara itu, kurva penawaran jangka panjang adalah vertikal, yang berarti bahwadalam jangka panjang perubahan output dipengaruhi oleh shocks penawaran agregat(AS) yang umumnya berasal dari sektor domestik. Perubahan penawaran uang19

Ekspansiberedar diasumsikan dipengaruhi oleh pendapatan/output, suku bunga, dan shocks dipasar uang (MD dan MS).Δ yt AS(5)Δmt γ4 Δyt γ5 Δit γ6 ΔMD ΔMS(6)Dengan asumsi adanya kointegrasi antara m dan p, maka persamaan 4 dapatdirumuskan sebagai :Δpt γ4 Δyt γ5 Δ it γ6 ΔMD ΔMS(7)Pengembangan sistem persamaan dilakukan dengan memasukkan persamaanterakhir yang mengacu pada Purchasing Power Parity (PPP) (Mankiw, 2003)., yangdiasumsikan bahwa dalam jangka panjang harga-harga sekumpulan barang dalamcommon currency di negara yang berlainan (p dan p*) akan meningkat secara one-forone, sehingga yang tersisa adalah autonomous componen dari pengaruh sektoreksternal terhadap perekonomian domestik (a), dimana ξ adalah disturbances denganrata-rata nol. Dengan pemahaman bahwa nilai tukar (e) juga terintegrasi denganderajat 1, maka dalam jangka panjang depresiasi mata uang domestic akandipengaruhi shocks eksternal yang bersifat autonomous(pt – p*t ) – et a ξt(8)Δet ΔEX(9)Dengan memperhatikan aspek moneter, fiskal dan eksternal, model penelitian yangakan digunakan adalah sebagai berikut ;Model Inflasi :pt ß0 ß1 it ß2 et ß3 MSt ß4Gt(10)Model Pertumbuhan Ekonomiyt ß0 ß1 it ß2 et ß3 MSt ß4Gt(11)Dari persamaan 10 dan 11 dapat dianalisis pengaruh suku bunga dan penawaranuang sebagai bentuk aktual pelaksanaan kebijakan moneter terhadap tingkat inflasidan pertumbuhan ekonomi. Nilai tukar dan belanja pemerintah menggambarkan peranaspek eksternal dan kebijakan fiskal terhadap kondisi inflasi dan pertumbuhanekonomi.20

Iwan SetiawanPEMBAHASANDeskripsi Data Empiris dan Hasil Penelitian:Kondisi Inflasi di Indonesia dan Kebijakan MoneterMulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerjakebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yangmencakup empat elemen dasar : (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policyreference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategikomunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan denganPemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dantata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilanharga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatankesejahteraan masyarakat.Sasaran Inflasi dilakukan Pemerintah dan Bank Indonesia dengan menetapkan danmengumumkan sasaran inflasi untuk tahun 2008, 2009, dan 2010 masing-masingsebesar 5% 1%, 4,5% 1%, dan 4% 1%. Sasaran inflasi dimaksud sejalan denganproses penurunan inflasi secara bertahap mengarah pada sasaran inflasi jangkamenengah-panjang yang kompetitif dengan negara lain sekitar 3%.Instrumen dan operasi moneter yang digunakan sebagai sinyal respon kebijakanmoneter dan sasaran operasi moneter adalah suku bunga BI. Suku bunga BI adalahsuku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secaraperiodik untuk jangka waktu tertentu. BI Rate diimplementasikan melalui operasi pasarterbuka (OPT) untuk SBI tenor 1 bulan. Untuk meningkatkan efektivitas pengendalianlikuditas di pasar, operasi moneter harian melalui instrumen Fine Tune Operations(FTO) dilakukan dengan underlying instruments SBI dan SUN.Kondisi inflasi di Indonesia berfluktuasi seiring dengan kondisi perekonomian yangdihadapi. Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1998 sejalan kondisi krisis ekonomi yangmelanda perekonomian Indonesia. Pada periode sebelum dan setelah krisis ekonomitahun 1998 tingkat inflasi berfluktuasi dengan tingkat inflasi terendah pada tahun 2000sebesar 4%.21

EkspansiPelaksanaan Kebijakan Moneter bisa ditinjau dari perkembangan jumlah uang beredar,baik uang primer (Mo), uang beredar dalam arti sempit (M1) maupun uang beredardalam arti luas (M2). Pertumbuhan uang primer (Mo) tertinggi terjadi pada tahun 1998sejalan dengan kondisi krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia. Pada tahun berikutnyapertumbuhan uang primer mengalami penurunan dan kondisi terendah terjadi padatahun 2005 dan 2007 dimana uang primer jumlahnya mengalami penurunan sebesar5% dan 10%. Kondisi ini sejalan dengan langkah pemerintah dalan rangkamenstabilkan nilai rupiah melalui pengendalian jumlah uang beredar. Pertumbuhanuang beredar luas (M2) tertinggi terjadi pada tahun 1998 sebesar 38%, dan padaperiode berikutnya pertumbuhannya mengalami penurunan pada tahun 2003 dantahun 2008 sebesar 6% dan 2%. Penurunan tingkat pertumbuhan Uang Beredar Luas(M2) mencerminkan penurunan aktivitas sektor perbankan berkaitan dengan prinsipkehati-hatian sektor ini.Penerapan kebijakan moneter bisa dilaksanakan melalui penetapan suku bunga BI (BIRate) yang selanjutnya akan mempengaruhi kondisi suku bunga pada pasar uang.Berdasarkan data empiris tahun 1980 sampai 2008, terlihat bahwa suku bunga dipasar uang Indonesia mengalami fluktuasi sejalan dengan langkah pelaksanaankebijakan moneter oleh pihak Bank Indonesia.22

Iwan SetiawanSalah satu tujuan pelaksanaan kebijakan moneter di Indonesia adalah dalam rangkamendorong perekonomian. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berfluktuasi sejalankondisi perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada saat amikontraksidanpertumbuhannya sebesar minus 13%. Pada tahun-tahun berikutnya kondisi ekonomiIndonesia meningkat dan relatif stabil pada tingkat pertumbuhan antara 4%-6%.Langkah pengedalian inflasi dilakukan dengan mengendalikan faktor-faktor dominanpenyebabnya. Untuk Indonesia ada beberapa faktor dominan yang menonjol, pertamadan yang paling besar pengaruhnya adalah faktor moneter (core inflation). Inikonsisten dengan pendapat begawan ilmu ekonomi moneter Milton Friedman yangmengatakan inflation is always a monetary phenomenon. Walaupun faktor moneterpaling dominan pengaruhnya, core inflation selama ini adalah bagian inflasi yangpaling mudah dikendalikan. Dari data tahun 2003, deviasi realisasi dari perkiraan coreinflation hanya 1,07 persen dari perkiraan 8 persen diawal tahun tersebut. Kondisi yangmasih menjadi persoalan di Indonesia dalam hal ini adalah terjadinya effek tunda (lag)dari suatu kebijakan moneter yang lumayan lama, kabarnya masih sekitar 4-6 bulan.Faktor dominan kedua adalah perubahan atas administered prices yaitu harga barangbarang dan jasa tertentu yang tingkat harganya ditentukan secara sefihak olehpemerintah, BUMN atau oleh kartel, seperti BBM, listrik, telpon, air, listrik, SPP sekolahdsb. Berdasarkan data BI, tingkat penyimpangan realisasi dari perkiraan untuk tahun2003 cukup besar yaitu 7,59 persen, sekaligus menunjukkan tipisnya kesadaran,kesepakatan maupun koordinasi para pengambil kebijakan terkait (baik swastamaupun pemerintah) dalam pengendalian administered prices ini (Asmanto, 2007).Faktor yang ketiga adalah fenomena supply-shock yang sangat mempengaruhiperekonomian kita, baik dari sisi domestik (seperti kekeringan, gagal panen dan wabahternak) maupun internasional (seperti naiknya harga crude oil, perubahan exchange23

Ekspansirate, dan suku bunga internasional). Berdasarkan data BI tahun 2003 deviasi realisasidari perkiraan food volatile inflation cukup besar yaitu 7,69 persen .departemenperdagangandanperindustrian belum dapat mewujudkan kebijakan distribusi yang effektif untukmenghindari tingginya inflasi bila terjadi krisis pangan. Ketergantungan atas imporminyak bumi juga memperparah inflasi apabila terjadi kenaikan harga minyak dunia.Tiap satu dollar AS kenaikan harga minyak bumi, akan berdampak 0,05 persen padatingkat inflasi, dan tiap satu persen rupiah melemah terhadap dolar Amerika akanmembawa dampak 0,23 persen pada tingkat inflasi.Tujuan kebijakan moneter BI berdasarkan UU No. 23/1999 sebagaimana telah diubahdengan UU No. 3/2004 adalah mengatur, menjaga, dan memelihara kestabilan nilairupiah. Kestabilan rupiah tersebut mencakup inflasi dan nilai tukar rupiah. Pada masasebelum UU tersebut dikeluarkan, tujuan BI selain menjaga kestabilan rupiah jugamencakup mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluaskesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.Pemberian kewenangan kepada BI hanya mestabilkan nilai rupiah agar BI lebih fokusdalam mencapai tujuannya dan sekaligus sebagai mengamankan atau mengendalikankebijakan yang dapat membahayakan inflasi. Misalnya, kebijakan pemerintah untukmendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek melalui pembiayaan defisitdapat membahayakan inflasi dan stabilitas makro, dapat dinetralisir a

Analisis Dampak Kebijakan Moneter terhadap. Perkembangan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Iwan Setiawan . Program Studi Keuangan & Perbankan Jurusan Akuntansi. Politeknik Negeri Bandung. Abstrak . Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dampak . kebijakan moneter terhadap

Related Documents:

BAB 3 EKONOMI DAN PEMBANGUNAN; SEBUAH KRITIK 31 3.1 Krisis Negara Kesejahteraan 31 3.2 Inkonsistensi Ekonomi Pembangunan 42 3.3 Kritik terhadap Ilmu Ekonomi Konvesional 45 BAB 4 RANCANG BANGUN EKONOMI ISLAM 53 4.1 Paradigma Ekonomi Islam 54 4.2 Prinsip Dasar Ekonomi Islam 58 BAB 5 HAKIKAT EKONOMI ISLAM 71 5.1 Makna Ekonomi Islam 71

menentukan pilihan, tindakan dan kegiatan ekonomi sesuai dengan nilai, konsep dan teori ekonomi yang seharusnya. Kajian Ilmu Ekonomi Meski ruang lingkup ilmu ekonomi sangat luas, namun secara garis besar teori ekonomi dibagi 2 yaitu : 1. Teori Mikro Ekonomi Didefinisikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang menganalisa

3 Nujmatil Laily, pengaruh literasi keuangan terhadap perilaku mahasiswa dalam mengelolah keuangan. Jurnal. Universitas Negeri Malang, 2014, h.2 4 Rosyni Rasyid, Jurnal Kajian Manajemen Bisnis: Analisis Tingkat Literasi Keuangan Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi. 2 september, Vol. 1. No. 2. 2012, h. 92

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PERBANKAN SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL DI KABUPATEN SUMENEP Artikel Skripsi Oleh : DWI SEFTY KURNIAWATY NPM : 715.2.2.0986 . Bank Umum Syariah menjadikan Indonesia Negara yang menganut dua sistem perbankan, yaitu perbankan konvensional dan perbankan"syariah (Muhammad, 2011)."

standar laporan keuangan 4.20 Membuat laporan keuangan 3.20.1 Menjelaskan standard laporan keuangan 3.20.2 Menganalisis standard laporan keuangan usaha produk barang/ jasa 4.20.1 Menyusun laporan keuangan Penyususnan laporan keuangan - Mengamati untuk mengidentifikasi dan menganalisis penyusunan laporan keuangan usaha

Kementerian Keuangan c.q Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) telah menyelenggarakan Pelatihan Pengelolaan Keuangan Daerah dalam bentuk kegiatan LKD (Latihan Keuangan Daerah), KKD (Kursus Keuangan Daerah) dan KKDK (Kursus Penatausahaan/Akutansi Keuangan Daerah) yang bekerja sama

Modul dan bahan ajar pendukung ini terdiri dari enam seri yang terdiri atas: 1).Mengelola keuangan UPT Sekolah, 2). Mengelola keuangan UPT Puskesmas, 3). Pengantar mengelola keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), 4). Mengelola keuangan BLUD, 5). Mengelola keuangan kecamatan, 6).

The most popular agile methodologies include: extreme programming (XP), Scrum, Crystal, Dynamic Sys-tems Development (DSDM), Lean Development, and Feature Driven Development (FDD). All Agile methods share a common vision and core values of the Agile Manifesto. Agile Methods: Some well-known agile software development methods include: Agile .