KARAKTERISTIK PENGERINGAN RUMPUT LAUT Ulva Sp.

2y ago
262 Views
115 Downloads
532.67 KB
12 Pages
Last View : 18d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Josiah Pursley
Transcription

Karakteristik Pengeringan Rumput Laut Ulva sp. dan Sargassum sp. .(Dwi Joko Prasetyo et al.)KARAKTERISTIK PENGERINGAN RUMPUT LAUT Ulva sp.DAN Sargassum sp.Drying Characteristics of Ulva sp. and Sargassum sp. SeaweedsDwi Joko Prasetyo*, Tri Hadi Jatmiko, dan Crescentiana Dewi PoeloengasihBalai Penelitian Teknologi Bahan Alam, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,Jalan Jogja-Wonosari KM 31,5, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Indonesia*Korespondensi Penulis: prasetyo dwijoko@yahoo.co.idDiterima: 12 Februari 2018; Direvisi: 19 Maret 2018; Disetujui: 23 April 2018ABSTRAKDalam penelitian ini karakteristik pengeringan dari rumput laut Ulva sp. dan Sargassum sp.telah dipelajari. Proses pengeringan dilakukan pada kondisi variasi suhu 40, 50, dan 60 C didalam alat pengering laboratorium. Laj u pengeringan dievaluasi dengan empat modelpengeringan lapis tipis, yakni Newton, Page, Two-Term, dan Midilli. Model yang paling sesuaiditentukan dari nilai sum square error (SSE) dan root mean square error (RMSE) terendah, sertanilai r tertinggi. Laju pengeringan kedua rumput laut memperlihatkan adanya periode lajupengeringan menurun dan tidak ada periode laju pengeringan konstan pada pengeringan Ulvasp. dan Sargassum sp. Hasil menunjukkan bahwa laj u pengeringan meningkat seiringpeningkatan kadar air dan suhu, dan laju pengeringan menurun seiring dengan berjalannyawaktu. Laju pengeringan tertinggi diperoleh pada suhu 60 C untuk Ulva sp. dan Sargassum sp.Hasil evaluasi menunjukkan bahwa model Midilli memiliki nilai SSE dan RMSE terendah, sertanilai r tertinggi. Berdasarkan hasil tersebut model Midilli merupakan model yang paling sesuaiuntuk menggambarkan laju pengeringan Ulva sp. dan Sargassum sp.KATA KUNCI: pengeringan, rumput laut, Ulva sp., Sargassum sp.ABSTRACTIn this project drying characteristic of Ulva sp. and Sargassum sp. were studied. Drying processwas conducted using laboratory scale dryer at various temperatures (40, 50, and 60 C). Fourdifferent thin layer drying models, i.e., Newton, Page, Two-term and Midilli were used to evaluatethe drying kinetics. The most appropriate model was determined based on the lowest value ofsum square error (SSE) and root mean square error (RMSE), and the highest value of r. There wasonly decrease period and no constant drying period in drying rate of Ulva sp. and Sargassum sp.The results showed that drying rate increased as moisture content and temperature increased,while drying rate decreased as drying time increased. The highest drying rate was obtained at60 C for Ulva sp. and Sargassum sp. The evaluation reveals that Midilli model has the lowestvalue of SSE and RMSE and the highest value of r at all condition. Based on the results, it wasfound that Midilli model was the appropriate model to describe the drying rate of Ulva sp. andSargassum sp.KEYWORDS: drying, seaweed, Ulva sp., Sargassum sp.PENDAHULUANRumput laut Ulva sp. dan Sargassum sp.merupakan rumput laut yang banyak ditemukan diPantai Sepanjang, Yogyakarta. Kedua jenis rumputlaut tersebut banyak dimanfaatkan oleh masyarakatpesisir Pantai Sepanjang baik sebagai bahan panganmaupun komoditas perdagangan. Rumput laut hijauUlva sp. memiliki berbagai manfaat, antara lainsebagai sumber zat warna (Haryatfrehni, Dewi,Meilianda, Rahmawati, & Sari 2015), polisakarida ulvan(Robic, Sassi, & Lahaye, 2008), serat (Yaich et al.,2011; Yaich et al., 2015) dan protein (Tabarsa, Rezaei,Ramezanpour, & Waaland, 2012), serta sebagaisumber antioksidan (Kurniasih, Pramesti, & Ridlo,2014). Rumput laut coklat Sargassum sp. juga memilikipotensi yang luar biasa di samping merupakan sumberalginat yang dapat dimanfaatkan sebagai pengemulsi,Copyright 2018, JPBKP, Nomor Akreditasi : 769/AU3/P2MI-LIPI/08/2017DOI : http://dx.doi.org/10.15578/jpbkp.v13i1.5151

JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 13 No. 1 Tahun 2018: 1-12penstabil dan pensuspensi (Kadi, 2005), serta sebagaisumber antioksidan (Norra, Aminah, & Suri, 2016).Berbagai manfaat tersebut menyebabkan keduarumput laut memiliki nilai ekonomis. Pada umumnyakedua jenis rumput laut ini mengalami blooming saatmusim kemarau, sehingga banyak dipanen olehmasyarakat sekitar Pantai Sepanjang. Rumput lautyang telah dipanen kemudian dikeringkan untuk dijualkepada pengepul atau diolah sendiri. Rumput laut Ulvasp. telah diolah menjadi keripik ulva oleh masyarakatsekitar dan dapat juga diolah menjadi produk nori ulva(Zakaria, Priosoeryanto, Erniati, & Sajida, 2017).Pada umumnya proses pengeringan rumput lautdi tingkat masyarakat dilakukan secara langsung dipantai dengan bantuan sinar matahari. Metodepengeringan ini merupakan metode pengeringan palingmudah dan paling murah, namun memerlukan waktucukup lama, yaitu 3-5 hari tergantung intensitas sinarmatahari (Djaeni, Sasongko, & van Boxtel, 2013;Masduqi, Izzati, & Prihastanti, 2014). Selain itupengeri ngan dengan menggunakan met odepenjemuran umumnya menghasilkan produk yangkurang higienis serta berkualitas rendah (Djaeni etal.; Gothandapani, Parvathi, & Kennedy, 1997).Fudholi, Sopian, Othman, & Ruslan (2014) melaporkanbahwa dengan metode pengeringan solar dryer prosespengeringan rumput laut merah dapat dipercepatmenjadi 15 jam atau 2 hari saja. Suherman et al.(2018) juga melaporkan bahwa metode pengeringandengan solar dryer memiliki efisiensi yang lebih tinggidaripada metode pengeringan dengan sinar mataharilangsung.Salah satu aspek penting dalam penentuan lajuproses pengeringan adalah penggunaan pemodelanmatematika proses pengeringan. Pemodelanmatematika proses pengeringan memperlihatkankarakteristik dari proses pengeringan bahan tersebut.Evaluasi model pengeringan lapis tipis telah diterapkanpada berbagai jenis rumput laut seperti Eucheumacottonii (Djaeni & Sari, 2015; Fithriani, Assadad, &Siregar, 2016), Ascophyllum nodosum (Kadam, Tiwari,&O’Donnell, 2015), dan Himanthalia elongata (Gupta,Cox, & Abu-Ghannam, 2011), namun belum pernahdilakukan pada rumput laut Ulva sp. dan Sargassumsp. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untukmenginvestigasi model pengeringan yang sesuai untukmenggambarkan karakteristik pengeringan rumput lautUlva sp. dan Sargassum sp.BAHAN DAN METODEBahanBahan utama yang digunakan dalam penelitian iniadalah rumput laut Ulva sp. dan Sargassum sp. yangdiperoleh dari Pantai Sepanjang, Gunungkidul, DIYogyakarta. Waktu pengambilan sampel disesuaikandengan masa panen rumput laut yang dilakukan olehmasyarakat sekitar Pantai Sepanjang. Ulva sp. diambilpada bulan November 2017 dan Sargassum sp. diambilpada bulan Januari 2018. Rumput laut diambil langsungdari laut, kemudian dicuci dengan air laut, disortasi,dan diletakkan pada wadah berisi air laut untukmenjaga kondisi rumput laut. Proses pengeringandilakukan pada hari berikutnya.Dalam proses pengeringan ini, alat-alat yangdipergunakan adalah oven skala laboratorium UF110Memmert (dimensi 560x480x400 mm, terdapat 2 buahGambar 1. Alat pengering skala laboratoriumFigure1. Laboratory scale dryer2

Karakteristik Pengeringan Rumput Laut Ulva sp. dan Sargassum sp. .(Dwi Joko Prasetyo et al.)rak), anemometer Sanfix GM8902, termohigrometerBioTemp, neraca analitis digital (AND GR-300), danmoisture analyzer (AND MX-50).MetodeProses pengeringanProses pengeringan dilakukan pada variasi suhu40, 50, dan 60 C dengan sistem pengeringan udaratersirkulasi. Tiga level suhu tersebut dipilih karenapengeringan produk hasil pertanian dengan udaratersirkulasi disarankan dilakukan pada suhu 45-75 C(Fithriani et al., 2016). Variasi suhu 40, 50, dan 60 Cjuga telah diaplikasikan pada penelitian terdahulutentang pengeringan rumput laut (Fithriani et al.;Fudholi et al., 2011). Pada setiap suhu percobaankondisi oven diatur sama yakni pada kecepatanputaran kipas 50% dan bukaan flap 50%, sehinggamenghasilkan debit udara pengering pada nilai 0,2090,238 m3/menit. Massa rumput laut yang dikeringkansebesar 600 g dan dibalik setiap 1 jam. Kelembabanudara relatif di dalam pengering selama prosespengeringan berada pada nilai 76-80%, sedangkankelembaban udara relatif udara sekitar berada padanilai 82-86%.Parameter pengamatan dalam penelitian iniadalah:a. Pengukuran perubahan massa sampel sebanyak10 g dilakukan setiap 15 menit dengan 3 kaliulangan dan dihentikan setelah massa sampelbahan konstan. Pengukuran massa dilakukandengan mengeluarkan sampel dari oven dansetelah dilakukan pengukuran, sampel dengancepat dikembalikan ke dalam oven. Meskipunterdapat selisih antara kelembaban udara relatifdi dalam oven (76-80%) dan udara sekitar (8286%), pada kondisi ini diasumsikan laju adsorbsiuap air sekitar ke dalam bahan diabaikan karenafluktuasi nilai kelembaban relatif bukan merupakanf aktor yang signif ikan pada kecepatanpengeringan pada buah dan sayuran (Onwude,Hashim, Janius, Nawi, & Abdan, 2016).b. Pengukuran kadar air akhir/kadar airkeseimbangan dari sampel dilakukan dengan alatmoisture analyzer pada suhu operasi 105 C.c. Moisture ratio (MR) dihitung dengan persamaanberikut (Ibrahim, Sopian, & Daud, 2009):MR MC-MCeMC0-MCeMC WwWdKeterangan:MR Moisture ratioMCe kadar air keseimbangan, %MC0 kadar air awal, %MC kadar air pada waktu tertentu, %Ww berat air yang teruapkan, gramWd berat kering, gramd. Laju pengeringan pada tiap waktu dihitung denganpersamaan berikut:DR -(Mt dt–Mt)dtKeterangan:DR laju pengeringan, gram air/gram bahankering/menitMt dt kadar air pada waktu t dt, gram air/grambahan keringMt kadar air pada waktu t, gram air/gram bahankeringdt selisih waktu, menitNilai laju pengeringan total pada masing-masingrumput laut dan suhu ditentukan dengan persamaandi atas. Nilai laju pengeringan yang diperolehkemudian diuji statistik. Ulva sp. dan Sargassum sp.merupakan dua jenis rumput laut dengan karakter yangsangat berbeda, sehingga uji statistik hanya dilakukanuntuk melihat pengaruh suhu t erhadap lajupengeringan. Uji statistik dilakukan dengan metodeOne Way Completely Randomized ANOVAmenggunakan software CoStat untuk masing-masingrumput laut. Jika terdapat perbedaan signifikan, makadata diuji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test(DMRT).Model matematika pengeringanModel matematika pengeringan Ulva sp. danSargassum sp. ditentukan dengan menggunakan datamoisture ratio (MR) yang dihubungkan terhadapwaktu,sehingga diperoleh kurva pengeringan. Kurvapengeringan kemudian dievaluasi menggunakanmetode kuadrat terkecil (least square method) diMicrosoft Excel dengan mencari nilai sum square error(SSE) terkecil. Kurva hasil evaluasi kemudiandicocokkan dengan empat model pengeringan lapistipis. Model pengeringan yang dipilih adalah Newton,Page, Two-Term, dan Midilli. Model Newton dan Pagemerupakan model yang umum dipilih dalam evaluasipengeringan rumput laut. Beberapa penelitianmemperlihatkan bahwa model Page sesuai untukevaluasi model pengeringan rumput laut (Djaeni & Sari,2015; Fithriani et al., 2016; Fudholi et al., 2011; Fudholi3

JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 13 No. 1 Tahun 2018: 1-12Tabel 1. Model pengeringan yang digunakanTable 1. Mathematical models usedModel/M odelNewtonPersamaan/EquationMR exp(-kt)Pustaka/ReferenceDjaeni & Sari, 2015; Fithriani et al., 2016;Fudholi et. al., 2011; Fudholi et al., 2014MR exp(-ktn)Djaeni & Sari, 2015; Fithriani et al., 2016;Fudholi et. al., 2011; Fudholi et al., 2014MR a exp(-kt) a1 exp(-k 1t)Chin, et al., 2009; Ertekin & Yaldiz, 2004;Midilli, Kucuk, & Yapar 2002MR a exp(-kt n) a1t)Chin, et al., 2009; Darvishi et. al., 2014;Ertekin & Yaldiz, 2004; Midilli et al., 2002PageTwo-termMidilliet al., 2014). Model Two-Term dan Midilli sering dipilihuntuk evaluasi komoditas lain dengan model Midillimenjadi model yang sesuai (Chin, Law, Supramanian,& Cheng, 2009; Darvishi et al., 2014; Ertekin & Yaldiz,2004; Tulek, 2011). Di sisi lain keempat model yangdipilih memiliki karakteristik yang berbeda. ModelNewton dan Page diturunkan berdasarkan Newton’sLaw of Cooling, sedangkan model Two-term dan Midilliberdasarkan Fick’s Second Law of Diffusion (Erbay& Icier, 2010). Oleh karena itu keempat model tersebutdikaji untuk melihat kesesuaian dengan prosespengeringan rumput laut, sehingga dapat diketahuikarakteristik pengeringan rumput laut Ulva sp. danSargassum sp. Kurva yang terbentuk dari setiap modeldievaluasi dengan root mean square error (RMSE) dancoefficent of correlation (r). Model yang paling cocokadalah kurva dengan nilai r tertinggi, serta nilai SSEdan RMSE terendah.Pengaruh Waktu Pengeringan dan KadarAir terhadap Laju PengeringanPengaruh waktu terhadap laju pengeringan Ulvasp. dan Sargassum sp. ditunjukkan pada Gambar 2.Laju pengeringan kedua rumput laut memperlihatkanfenomena yang sama, yakni didominasi oleh periodelaju pengeringan menurun dan tidak adanya periodelaju pengeringan konstan. Nilai laju pengeringantertinggi diperoleh pada awal waktu pengeringan danterus menurun sampai nilai terendah pada periodeakhir pengeringan.Hasil ini sama untuk rumput lautEucheuma cottonii (Fithriani et al., 2016) dan bahanlainnya (Darvishi et. al, 2014; Prasetyo, Jatmiko,Poeloengasih, & Kismurtono, 2017; Tulek, 2011). Padalaju pengeringan menurun, mekanisme fisik 02b0.14Laju pengeringan (%bk/menit)/Drying rate (%db/min)0.14Laju pengeringan (%bk/menit)/Drying rate (%db/min)HASIL DAN me (menit/minutes)4204800.00060120 180 240 300 360Waktu/time (menit/minutes)Gambar 2.Hubungan antara waktu dan laju pengeringan Ulva sp. (a) dan Sargassum sp. (b)Figure 2. Correlation between time and drying rate of Ulva sp. (a) and Sargassum sp. (b)4420480

Karakteristik Pengeringan Rumput Laut Ulva sp. dan Sargassum sp. .(Dwi Joko Prasetyo et al.)difusi air di dalam bahan merupakan faktor yangdominan (Lahsasni, Kouhila, Mahrouz, & Jaouhari,2004).Laju pengeringan kedua jenis rumput laut jugadipengaruhi oleh kadar air bahan seperti ditunjukkanpada Gam bar 3. Penurunan ni lai kadar airmengakibatkan penurunan nilai laju pengeringan(Prasetyo et al., 2017). Gambar 4 memperlihatkanpenurunan kadar ai r bahan seiring denganbertambahnya waktu dan hal ini menyebabkanpenurunan nilai laju pengeringan. Nilai laju pengeringantinggi terjadi pada awal waktu pengeringan. Hal inidisebabkan masih tingginya kadar air bebas dipermukaan bahan, sehingga air lebih mudahteruapkan. Pada proses pengeringan Ulva sp. danSargassum sp. laju pengeringan konstan tidak terjadi,Pengaruh Suhu terhadap Laju PengeringanNilai kadar air keseimbangan dan lama waktupengeringan rumput laut Ulva sp. dan Sargassum sp.disajikan pada Tabel 2. Pada kedua jenis rumput lautterlihat bahwa kenaikan suhu pengeringanmenyebabkan waktu pengeringan menjadi semakinsingkat. Fenomena ini sama dengan hasil penelitianterdahulu pada rumput laut dan komoditas lain (Ertekin0.14aUlva-400.12Laju pengeringan (%bk/menit)/Drying rate (%db/min)Laju pengeringan (%bk/menit)/Drying rate (%db/min)0.14sehingga difusi merupakan mekanisme dominan padaproses pengeringan. Seiring bertambahnya waktu, airyang tersisa berada pada bagian dalam bahan,sehingga membutuhkan waktu untuk berdifusi menujupermukaan sebelum teruapkan. Hal ini yangmenyebabkan semakin menurunnya laju pengeringan(Fithriani et al., 20.000.000.01.53.04.56.0Kadar air (g air/g bahan kering)Moisture content (g water/g dry matter)0.07.51.53.04.56.0Kadar air (g air/g bahan kering)Moisture content (g water/g dry matter)7.5Gambar 3. Hubungan antara kadar air dan laju pengeringan Ulva sp. (a) Sargassum sp. (b)Figure 3. Correlation between moisture content and drying rate of Ulva sp. (a) Sargassum sp. Waktu/time (menit/minutes)420480Kadar air (g air/g berat kering)/Moisture Content (g water/g dry matter)Kadar air (g air/g berat kering)/Moisture Content (g water/g dry 43210060120180240300360420480Waktu/time (menit/minutes)Gambar 4.Hubungan antara waktu dan kadar air Ulva sp. (a) Sargassum sp. (b)Figure 4. Correlation between time and moisture content of Ulva sp. (a) Sargassum sp. (b)5

JPB Kelautan dan Perikanan Vol. 13 No. 1 Tahun 2018: 1-12Tabel 2. Kadar air keseimbangan dan waktu pengeringan rumput laut Ulva sp. dan Sargassum sp.Table 2. Equilibrium moisture contents and drying time of Ulva sp.and Sargassum sp. seaweedsRumput Laut/SeaweedsSuhu/Temperature ( C)Ulva sp./Ulva sp .Sargassum sp./Sargassum sp .40Kadar Air Keseimbangan/Equilibrium M oistureContent (%)14.10Waktu Pengeringan/Drying 08.11225608.09195& Yaldiz, 2004; Gupta et al., 2011; Prasetyo et al.,2017). Pada suhu 40 dan 50 C, Ulva sp.membutuhkan waktu pengeringan lebih lama dankadar air keseimbangan lebih tinggi dibandingkandengan Sargassum sp., sedangkan pada suhu 60 Cterjadi fenomena yang sebaliknya. Nilai kadar airkeseimbangan berbagai suhu dari Ulva sp.memilikirentang nilai yang lebih lebar (6,03-14,10%) dibandingdengan Sargassum sp. (8,09-9,83 %). Pada keduarumput laut terdapat fenomena yang sama, yaknikenaikan suhu menyebabkan penurunan kadar airkeseimbangan bahan.Laju pengeringan total pada masing-masing bahandan variasi suhu pengeringan yang diperoleh kemudiandihitung dan dilakukan uji statistik yang hasilnyadisajikan pada Tabel 3. Dari hasil uji statistik dapatdiketahui bahwa pada kedua jenis rumput laut, suhumempengaruhi nilai laju pengeringan (p 0,05).Pengaruh suhu terhadap laju pengeringan diuji lebihlanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT).Hasil uji menunjukkan bahwa laju pengeringantertinggi kedua rumput laut diperoleh pada suhupengeringan 60 C. Hal ini sejalan dengan hasilpenelitian yang dilakukan oleh Ertekin & Yaldiz (2004)bahwa semakin tinggi suhu pengeringan, maka lajupengeringan akan semakin cepat. Pada suhu yanglebih tinggi, perbedaan suhu antara permukaan bahandan udara pengering semakin besar. Hal ini memicupeningkatkan jumlah uap air yang teruapkan, sehinggalaju pengeringan juga meningkat (Chin et al., 2009).Akan tetapi penggunaan suhu pengeringan yangterlalu tinggi tidak disarankan karena akan merusakkomponen aktif pada bahan (Chin et al.; Fithriani etal., 2016; Tulek, 2011).Laju pengeringan dipengaruhi oleh sifat bahan dankondisi operasi pengeringan. Dalam penelitian inikedua jenis rumput laut memiliki sifat yang berbeda.Ulva sp. memiliki bentuk seperti lembaran daun tipis,sedangkan rumput laut Sargassum sp. memilikibentuk yang lebih tebal dan lebih komplek denganadanya bentuk seperti batang dan daun. Hal inimenyebabkan penempatan Sargassum sp. di dalamoven menjadi lebih ringkas daripada Ulva sp., sehinggapada proses pengeringan Sargassum sp. udara panasdapat menjangkau seluruh permukaan bahandibandingkan pengeringan pada Ulva sp. Oleh karenaTabel 3. Laju pengeringan Ulva sp. dan Sargassum sp. pada berbagai SuhuTable 3. Drying rate of Ulva sp. and Sargassum sp. at various temperaturesSuhu/Temperature ( C)Laju Pengeringan/Drying Rate((Air/Berat Kering(g/g)/Menit/Water/Dry M atter (g/g)/M inutes))Ulva sp./ Ulva sp.Sargassum sp./Sargassum aKeterangan/Note :Huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyata untuk kolom yang sama/The same letter shows no significantdifference for the same column6

Karakteristik Pengeringan Rumput Laut Ulva sp. dan Sargassum sp. .(Dwi Joko Prasetyo et al.)0.12a0.07Ulva-400.06Sargassum-40Laju pengeringan (%bk/menit)/Drying rate (%db/min)Laju pengeringan (%bk/menit)/Drying rate aktu/time (menit/minutes)100150200250300350Waktu/time (menit/minutes)Gambar 5. Hubungan antara waktu dan laju pengeringan Ulva sp. dan Sargassum sp. pada suhu 40 C (a)dan 50 C (b)Figure 5.Correlation between time and drying rate of Ulva sp. and Sargassum sp. at temperature of 40 C(a) and 5

di atas. Nilai laju pengeringan yang diperoleh kemudian diuji statistik. Ulva sp. dan Sargassum sp. merupakan dua jenis rumput laut dengan karakter yang sangat berbeda, sehingga uji statistik hanya dilakukan untuk melihat pengaruh suhu terhadap laju pengeringan. Uji statistik di

Related Documents:

profil petani rumput laut, tingkat produktivitas petani rumput laut, kelayakan usaha budidaya rumput laut di pesisir Kabupaten Jepara. Metode pengumpulan datanya meliputi dokumentasi, wawancara, observasi, dan kuesioner. Metode analisis dat

Aspek Sosial Usaha Budidaya Rumput Laut VIII. Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut IX. Pencatatan Kegiatan Budidaya X. Daftar Pustaka Daftar Isi ii Better Management Practices BUDIDAYA RUMPUT LAUT -

Pengembangan usaha budidaya rumput laut yang terencana diharapkan mampu percepatan usaha budidaya rumput laut. Akan tetapi, perlu dilakukan kajian dan evaluasi mengenai pengembangan usaha budidaya rumput laut. Potensi rumput laut di Indonesia mencapai 1,2 juta hektar atau terbes

rumput laut sudah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, diantaranya Mahatama dan Farid (2013) dan Luhur et al. (2012). Namun, penelitian mereka lebih melihat mengenai daya saing terbatas hanya pada usaha rumput laut, tanpa melihat daya saing dari setiap sistem budidaya rum

VII. Aspek Sosial Usaha Budidaya Rumput Laut VIII. Analisis Usaha Budidaya Rumput Laut IX. Pencatatan Kegiatan Budidaya X. Daftar Pustaka Daftar Isi ii B Better Management Practices GUDIDAYA RUMPUT LAUT

usaha budidaya rumput laut yang sudah ada sebelumnya, namun pembudidaya tetap mempertahankan pengembangan usaha budidaya rumput laut (Suwariyati, dkk., 2014). Perkembangan pantai kutuh menjadi daerah pariwisata tentu dapat berpengaruh terhadap perkembangan usaha

pada rumput laut dari Pebotoa, dan rendemen karaginan murni terendah (19,81%) ditemukan pada rumput laut dari Pulau Bapa. Dengan asumsi lokasi budidaya yang dianalisis mewakili Morowali, maka rendemen karaginan murni yang dapat dihasilkan dari rumput laut asal Morowali sama dengan rendemen

4 BETH REVIS Marae pushes herself up against the control panel. “The edge broke my fall,” she says. Her voice is flat, but I catch a wary tone under her words. “You would have kept going if something hadn’t stopped you. The first law of motion.” I shut my eyes briefly, trying to remember all I had studied in preparation for this moment. “On Sol-Earth, there was a scientist. Isaac .