Peran Dan Fungsi Public Relations Dalam Membangun

2y ago
29 Views
2 Downloads
420.48 KB
19 Pages
Last View : 11d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Mariam Herr
Transcription

Strategi Komunikasi dalam Menangani Krisis OrganisasiOleh: Lena SatlitaAbstrakTidak ada satupun organisasi di dunia ini yang menginginkan krisis. Tetapidalam banyak kejadian, krisis bisa datang tanpa disadari dan secara tiba-tiba menghendakdan mengguncangkan suatu organisasi. Krisis bisa bersumber dari internal maupuneksternal, yang menyebabkan tidak ada satupun organisasi yang tidak rentan terkenakrisis.Mengulur waktu atau membiarkan suatu krisis berkembang secara liar, adalahtindakan yang tidak bijaksana, sia-sia dan merugikan organisasi. Demikian pula halnyadengan berbohong atau berusaha menutup-nutupi suatu krisis. Kecanggihan teknologitelekomunikasi dan media komunikasi dewasa ini, membuat organisasi tidak dapat lagimenyembunyikan suatu krisis dari telinga pers. Dalam hitungan detik, berita mengenaisuatu musibah/krisis tersebar ke berbagai penjuru dunia, menyebabkan penanggulangankrisis menjadi tidak lebih mudah.Untuk menanggulangi krisis, diperlukan suatu perencanaan khusus yang dapatmerespon , menghadapi dan menangani krisis dengan cepat dan tepat, yang di dalamnyamemasukkan faktor komunikasi sebagai bagian penting dalam penyelesaian krisis.Melalui strategi komunikasi yang handal, ketidakpastian, konflik kepentingan,keterlibatan emosional, opini publik yang berkembang dapat dinetralisir sehingga tidaksampai menjurus pada ketidakpercayaan publik yang dapat menghancurkan organisasi.Kata kunci: strategi komunikasi, krisis, organisasi.PendahuluanDalam beberapa dekade belakangan ini, boleh dikatakan hampir seluruhorganisasi baik bisnis maupun non bisnis, organisasi besar maupun kecil, pernahmengalami krisis. Krisis bisa berwujud pemogokan massal, kebakaran, kecelakaan,bencana alam, skandal, pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak lain,peraturan-peraturan baru yang merugikan dan berbagai bentuk kesulitan lainnya. Krisis-

krisis yang terjadi di Indonesia maupun dunia seperti Krisis pencemaran lingkungan”Buyat” PT Newton, Krisis ”tidak halalnya ” Ajinomoto, Krisis ”lemak babi” dalamsusu Dancow, Krisis manajemen Bank Suma, Krisis Kecelakaan Lion Air, Krisisbencana alam ”Tragedi Tsunami”, Krisis wabah penyakit Flu Brung, Krisis KenaikanBBM, Krisis teknologi Chernobyll di Uni Soviet, Kapsul Tylenol dari perusahaaanJohnson & Johson di Amerika , menunjukkan tidak ada organisasi yang bebas resiko.Reputasi cemerlang yang dibina secara susah payah bisa musnah dalam sekejap sebagaiakibat krisis mendadak yang tidak tertanggulangi.Pada dasarnya, ada dua macam kemungkinan krisis, yakni (1) kemungkinan yangpaling diperhitungkan; (2). Kemungkinan yang paling tidak diperhitungkan. Krisis yangpaling diperhitungkan biasanya berkaitan erat dengan karakteristik atau bidang kegiatanyang digeluti oleh suatu organisasi. Sedangkan kemungkinan yang paling tidakdiantisipasi adalah krisis-krisis eksternal yang kemungkinan terjadinya sangat kecilnamun konsekuensinya tidak kalah berbahanyanya. Hal-hal yang paling kecil sekalipunbisa berkembang menjadi sumber ancaman yang mengerikan.Karena itu, setiap organsiasi tidak boleh mengabaikannya dan harus memilikiserangkaian kesiapan tersendiri untuk mengatasi krisis. Dari berbagai krisis yang telahdisebutkan diatas, kita dapat melihat ada krisis yang terselesaikan dengan baik artinyatidak melumpuhkan organisasi/perusahaan, tetapi ada juga krisis yang meluluhlantakkanorganisasi/perusahaan tersebut. Hal penting yang dapat dipelajari dari organisasi/perusahaan yang selamat dari krisis adalah kemampuannya untuk megelola krisis danmemasukkan faktor komunikasi sebagai bagian penting dalam penyelesaian krisis,sehingga krisis tidak menjadi berlarut-larut dan bertambah parah. Dalam mengantisipasi

terjadinya krisis, organisasi sudah seharusnya membuat suatu Program Persiapan Krisisyang dapat diaplikasikan secara kongkrit bila terjadi krisis di organisasi yangbersangkutan, sehingga kedatangannya tidak mengejutkan dan tidak menghancurkansistem itu sendiri.Pengertian, Sumber dan Kategori KrisisApakah krisis itu? Darimana sumbernya? Mengapa muncul krisis? Bagaimanabentuknya? Apa dampak negatifnya bagi suatu organisasi? Dan bagaimanamengatasinya? Itulah pertanyaan yang kerap muncul apabila krisis menghadang suatuorganisasi. Dari beberapa literatur, krisis diartikan dalam beberapa pengertian yaitu:”bencana, kesengsaraan atau marabahaya yang datang mendadak”; ”bahaya yang datangsecara berkala karena tidak pernah diambil tindakan memadai” dan ”ledakan dariserangkaian peristiwa penyimpangan yang terabaikan sehingga akhirnya sistem menjaditidak berdaya lagi”.Krisis menurut Barton (Ngurah Putra , 1999:84) adalah peristiwa besar yang takterduga yang secara potensial berdampak negatif terhadap baik perusahaan maupunpublik. Peristiwa ini mungkin secara cukup berarti merusak organisasi, karyawan,produk, jasa yang dihasilkan organisasi, kondisi keuangan dan reputasi perusahaan.Caroline Sapriel yang dikutip Machfud (1998) mengatakan pada dasarnya krisisadalah suatu kejadian, dugaan atau keadaan yang mengancam keutuhan, reputasi, ataukeberlangsungan individu atau organisasi. Hal tersebut mengancam rasa aman, kelayakandan nilai-nilai sosial publik, bersifat merusak baik secara aktual maupun potensial padaorganisasi, dimana organisasi itu sendiri tidak dapat segera menyelesaikannya.

Berbagai pengertian di atas menunjukkan , krisis dipandang sebagai suatu situasiatau kejadian yang lebih banyak punya implikasi negatif pada suatu organisasi daripadasebaliknya.Mengenai penyebab timbulnya krisis, Shrivasta dan Mitroff ( Ngurah Putra,1999: 90) membagi krisis kedalam empat kategori berdasarkan penyebab krisis yangdikaitkan dengan tempat krisis. Pertama yang terkategori dalam penyebab teknis danekonomis. Kedua yang terkategori sebagai penyebab manusiawi, organisatoris dan sosial.Mereka juga mengkategorikan penyebab krisis dilihat dari sudut tempat asal ataukejadian di dalam atau di luar organisasi. Berdasarkan kategori ini mereka membuatempat sel untuk melihat tipologi krisis, seperti tergambarkan pada bagan berikut ini:Tipologi KrisisTeknis/Ekonomis Sel 1Kecelakaan kerjaKerusakan produkKemacetan komputerInformasi yang rusak/hilang Sel 2Perusakan lingkungan yang meluasBencana AlamHostile TakeoverKrisis SosialKerusakan sistem besrkala luasEksternalInternal Sel 3Kegagalan Beradaptasi/ melakukanperubahanSabotase oleh orang dalamKemacetan organisasionalOn-site product tamperingAktivitas ilegalPenyakit karena pekerjaan Sel 4Symbolic projectionSabotase orang luarTeroris, penculikan eksekutifOff site product temperingCounterfeiting (pemalsuan)Manusia/Organisasional/Sosial.

Menurut Otto Lerbinger yang pendapatnya dikutip Mazur & White ( 1998: 32)kategori krisis dapat dikelompokkan sebagai berikut:1.Krisis teknologis (technological crisis). Dalam era pascaindustri inimakin banyak koorporasi yang tergantung pada kemajuan dankeandalan teknologi, sehingga bilamana teknologinya gagal makaakibatnya bagi masyarakat sangat dahsyat.2.Krisis konfrontasi (confrontation crisis). Krisis timbul karena gerakanmasa melakukan proses dan kecaman terhadap korporasi.3.Krisis tindak kejahatan (crisis of malevolence). Krisis timbul sebagaiakibat dari tindakan beberapa orang atau kelompok-kelompokterorganisasi.4.Krisis kegagalan manajemen (crisis of management failures). Krisismuncul karena terjadinya salah urus dan penyalahgunaan kekuasaanoleh kelompok-kelompok yang diberi kewenangan khusus.5.Krisis ancaman-ancaman lain (crisis involving other threats to theorganization). Dalam perkembangan sekarang, krisis terutama dapatberbentuk likuidasi, pencaplokan, dan merger perusahaan.Linke mengkategorikan krisis dengan melihat proses atau waktu kejadian sebuahkrisis. Menurut Linke, krisis terbagi ke dalam empat jenis.,aitu:1. The exploding crisis, krisis yang terjadi karena sesuatu yang diluar kebiasaan,misalnya kebakaran, kecelakaan kerja atau peristiwa yang dengan mudah dapatdikategorikan dann terkenali yang punya dampak langsung.

2. The immediate crisis, yakni sebuah kejadian yang membuat manajemen terkejut,namun masih ada waktu untuk mempersiapkan respon terhadap krisis tersebut,misalnya laporan media massa tentang sebuah perusahaan, pengumumanpemerintah tentang ambang batas pencemaran dan sebagainya.3. The a building crisis, yakni sebuah krisis yang sedang berproses dan dapatdiantisipasi, misalnya negosiasi dengan buruh.4. The continuing crisis, yakni problem kronis yang memerlukan waktu panjanguntuk muncul. Ia biadsanya sangat kompleks dan kemunculannya tidak mudah,bahkan mungkin tidak dikenali sama sekali, misalnya krisis industri asbestos diAmerika Serikat (Ngurah, 1999:92).Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyebab krisis dapat berasal dari luarorganisasi maupun dari dalam organisasi, dan dapat dikategorikan menjadi: (1) Krisisyang disebabkan karena kesalahan manusia, (2). Karena kegagalan teknologi, (3). Karenaalasan sosial (kerusuhan, perang, sabotase maupun teroris), (4). Karena berkaitan denganbencana alam (natural disaster) dan (5). Karena ketidakbecusan manajemen.Apapun penyebabnya, suatu krisis tidak dapat dibiarkan karena krisis merupakansuatu kejadian yang mempunyai lingkup luas kemasyarakat. Krisis secara potensial dapatmengakibatkan kerusakan jangka panjang pada citra perusahaan, baik kehilangankepercayaan dari publik dan konsumen maupun melemahnya moral kerja karyawan.Seperti dikatakan Rosady Ruslan (1999:73) suatu organisasi atau perusahaan yangmengalami krisis, dapat menimbulkan resiko sebagai berikut:1. Intensitas masalah menjadi meningkat.

2. Menjadi sorotan publik, baik melalui liputan media massa, informasi yangdisebarkan melalui mulut ke mulut.3. Mengganggu kelancaran kegiatan dan aktivitas sehari hari, organisasi danmengganggu nama baik serta citra organisasi.4. Merusak sistem kerja, etos kerja, dan mengacaukan sendi-sendi organisasisecara total yang mengakibatkan lumpuhnya kegiatan.5. Membuat masyarakat ikut-ikutan panik.6. Mengundang ikut campur tangan pemerintah, yang mau tidak mau harus turutmengatasi masalah yang timbul.7 . Dampak atau efek dari krisis tersebut tidak saja merugikan organisasi yangbersangkutan, tetapi juga masyarakat tertentu atau lainnya ikut merasakanakibatnya. Lingkup dampak akan dengan cepat meluas, disebabkan olehkemajuan teknik di bidang komunikasi.Mengelola Krisis OrganisasiMengingat dampak negatif dan kerugian yang sedemikian besar, maka krisistidak dapat dibiarkan saja tetapi perlu dikelola dengan baik. Langkah-langkah yang perludilakukan menurut Kasali (1999: 231-232) :1.Identifikasi Krisis. Langkah ini dilakukan dengan melakukan penelitiansecara kilat dan informal. Hari itu tim diterjunkan dan mengumpulkandata, hari itu juga kesimpulan harus ditarik.

2.Analisis Krisis. Semua masukan yang diperoleh, harus dilakukananalisis dengan cakupan yang luas, mulai dari analisis parsial sampaianalisis integral yang kait mengkait.3.Isolasi Krisis. Krisis ibarat sebuah penyakit menular. Sebelummenyebar luas, krisis harus dikarantinakan sebelum tindakan seriusdilakukan.4.Pilihan Strategi. Sebelum mengambil langkah-langkah komunikasiuntuk mengendalikan krisis, sebuah organisasi perlu melakukanpenetapan strategi generik yang akan diambil. Ada 3 strategi generikuntuk menangani krisis yaitu : (1). Strategi defensif, dengan langkahlangkah mengulur waktu, tidak melakukan apa-apa, membentengi diridengan kuat: (2). Strategi Adaptif, dengan langkah-langkah mengubahkebijakan, modifikasi operasional, kompromi, meluruskan citra; dan(3). Strategi Dinamis, dengan melakukan langkah-langah merger danakuisisi, investasi baru, menjual saham, meluncurkan produk baru,menggandeng kekuasaan, melempar isu baru untuk mengalihkanperhatian.5.Program Pengendalian. Program ini adalah langkah penerapan yangdilakukan menuju strategi generik yang dirumuskan. Umumnya strategigenerik dapat dirumuskan sebelum krisis timbul dan dapat menjadipedoman untuk mengambil langkah yang pasti, sedangkan programpenngendalian biasanya disusun di lapangan ketika krisis muncul.

Rosady Ruslan (1999:83) mengacu apa yang telah dilakukan Ivy Lee, pakar publicrelations dalam menangani berbagai krisis di Amerika, mengatakan bahwa untukmenanggulangi krisis yang tengah berlangsung, perlu membentuk suatu program khususyakni:1. Menghadapi krisis dengan sistem case by case.2. Menunjuk salah seorang sebagai juru bicara bagi pihak ketiga.3. Memberikan pelatihan dan pengarahan bagi karyawan, apa yang dilakukan danapa yang tidak boleh dilakukan.4. Tidak berspekulasi terhadap suatu peristiwa, baik mengenai jumlah kerugian yangdiderita akibat krisis itu terjadi maupun nilai uang dan materi lainnya sebelum adaangka yang pasti.5. Membuka semua saluran informasi, tetapi harus dikoordinasikan lewat juru bicarayang telah ditunjuk, agar tercipta satu sumber informasi yang terkendali mengenaitahapan krisis hingga penyelesaiannya.6. Tindakan terakhir adalah mengawasi dan mengevaluasi masalah yang telahdicapai atau yang belum diselesaikan dalam upaya mengurangi dampak dan efekkrisis. Sejauh mana kerugian yang diderita, baik perusahaan maupun masyarakatlainnya, yang terseret menjadi korban dari krisis secara langsung dan tidaklangsung.Walaupun berbagai krisis yang dihadapi oleh suatu organisasi tanpa diawalimunculnya gejala krisis, namum umumnya sebuah krisis menurut Kasali (1999: 226),mengalami berbagai tahap pertumbuhan mulai tahap warning stage (sinyal tanda

bahaya), tahap akut, tahap kronik, dan tahap penyembuhan. Oleh karenanya penanganansuatu krisis organisasi seharusnya dilakukan sejak dini, ketika sinyal-sinyal memberitanda bahaya, bahkan sebelum krisis itu terjadi. Ardianto & Soemirat (2002: 184 )mengatakan suatu krisis organisasi perlu ditangani dengan menggunakan strategi 3P,yaitu:1. Strategi Pencegahan, adalah tindakan preventif melalui antisipasi terhadap situasikrisis. Dalam hal ini, organisasi perlu memiliki kepekaan terhadap gejala-gejalayang timbul mendahului krisis.2. Strategi Persiapan. Bilamana krisis tidak dapat dicegah sejak dini, strategipersiapan harus dilakukan dengan melalui dua langakah: (1) perusahaaanmembentuk tim krisis yang terdiri dari pemimpin organisasi dan bagian lainnyayang terkait dengan krisis. Tim harus selalu berhubungan baik melalui surat,telepon, rapat, untuk memantau krisis dari waktu ke waktu.3. Strategi Penanggulangan. Apabila strategi pencegahan dan persiapan tidak sempatdilaksanakakan, langkah yang terakhir diambil adalah strategi penanggulangan,yaitu , masa kuratif. Dalam strategi penanggulangan terdapat langkah-langkahyang harus diambil sesuai dengan kondisi krisis:(1). Kondisi krisis akut, pengamanan yang harus dilakukan melalui tahaptahap: (a). Mengidentifikasi krisis, mencari penyebab timbulnya krisis; (b).Mengisolasi krisis,agar operasional organisasi tidak terganggu , agarefektivitas penanggulangan dapat ditingkatkan; (c). Mengendalikan krisis,agar krisis tidak meluas, krisis harus dikendalikan. Dalam hal ini keputusantepat dan baik yang harus diambil.

(2). Kondisi kesembuhan, kondisi ini merupakan saat dimana organisasimenginstrospeksi mengapa krisis terjadi.Strategi Komunikasi Dalam Menghadapi Krisis OrganisasiKesalahan umum yang paling sering dilakukan oleh pimpinan organisasi yangtidak siap menghadapi krisis adalah dalam bidang komunikasi. Bentuk kesalahan yangdilakukan misalnya melakukan penolakan telah terjadi krisis, berbohong, spekulasi danmenolak untuk memberi informasi yang jujur dan komplit. Menurut Fearn-Banks,Haggart, Stubbart yang dikutip Ngurah Putra (1999) komunikasi pada saat organisasimenghadapi krisis menjadi sangat penting disebabkan antara lain karena krisis dicirikanoleh adanya ketidakpastian (uncertainty), konflik kepentingan (conflict of interest),kompleksitas dan keterlibatan emosional. Pada saat sebuah krisis terjadi, kebutuhan akansebuah informasi biasanya begitu tinggi. Informasi yang cepat dan tepat akanmengurangi ketidakpastian.Mengenai pentingnya komunikasi dalam penanganan krisisjuga terungkap darisebuah studi yang dilakukan Pinsdorf (Putra, 1999) yang membandingkan pengelolaankrisis yang terjadi pada perusahaan penerbangan nasional Jepang Japan Airlines yangmengalami kecelakanan pada tahun 1985, dan pengelolaan krisis oleh Pan Am, sebuahperusahaan Amerika yang mengalami kecelakaan pada tahun 1988. Dari berbagai respondan reaksi kedua perusahaan tersebut, secara garis besar dalam penanganan krisis ada duatindakan khas yang menjadi tuntutan yaitu : (1). Tindakan-tindakan yang bercirikanketerlibatan manajemen langsung dalam merespon krisis, yaitu segi apa yang harusdilakukan organisasi pada saat krisis dan (2), tindakan komunikasi, yakni apa yang

harus dikatakan oleh organisasi yang sedang menghadapi krisis. Dalam merespon krisis,pemenuhan akan informasi yang terkontrol dengan baik dan informasi yang cepat dantepat merupakan prioritas utama. Kekurangakuratan dalam komunikasi krisis justru dapatmenyebabkan semakin terpuruknya sebuah organisasi yang sedang menghadapi krisis.Kajian di atas sesuai dengan pendapat Dindin M. Machhfud, Senior Managerpada Divisi Public Relations PT Astra International Tbk (1998:50) , ” apabila gejalakrisis mulai menampakkan diri, perusahaan perlu segera membentuk Tim Krisis yangsolid, kompak dan kredibel. Tim ini bertugas untuk antara lain menghimpun,menginvetigasi, mengkaji data dan fakta secara kritis termasuk langkah-langkah: (1).Memulai proses pemulihan, (2). Menginformasikan kepada publik kunci mengenailangkah-langkah yang telah diambil dan akan dilaksanakan, (3). Mengaktifkan PusatKrisis selama 24 jam, (4). Mengaktifkan Pusat Media dan (5). Memberikan penjelasankepada pers mengenai perkembangan yang terjadi secara periodik- disampingmenyiapkan siaran pers” .Komunikasi selama krisis menurut Sturges dkk ( Ngurah Putra , 1999)mempunyai dua fungsi dasar, yakni (1) untuk menetralisir intervensi pihak ketiga yangmungkin dapat memperparah krisis yang sedang dihadapi oleh sebuah organisasi dan (2).Untuk menjaga agar karyawan dapat tetap memperoleh informasi yang tepat tentangorganisasi tempat mereka bekerja, sehingga mereka menjadi tim yang memperkuat posisiorganisasi dalam menghadapi krisis. Intervensi pihak ketiga umumnya datang dari mediamassa yang punya prinsip untuk menyampaikan setiap realitas sosial kepadakhalayaknya, termasuk krisis yang sedang dialami sebuah organisasi.

Keberhasilan komunikasi krisis tergantung dari program komunikasi yang dibuatoleh sebuah organisasi dalam menghadapi krisis. Program komunikasi perlumempertimbangkan beberapa hal seperti khalayak atau publik suatu organisasi, tujuankegiatan komunikasi untuk masing-masing publik, pesan yang akan disampaikan, mediakomunikasi yang akan digunakan, bentuk informasi, pelaku komunikasi atau juru bicaraatau sumber komunikasi krisis serta dukungan pihak luar dalam penguatan organisasi (Barton, 1993; Fearn Banks, 1996; W.Noeradi, 1997).Pengenalan terhadap publik sasaran merupakan hal yang penting dalam programkomunikasi krisis. Dengan pemahaman yang detail terhadap publik, dapat ditentukan carakomunikasi yang paling efektif dan cara mencapai mereka. Fearn-Banks (1996:27)membagi publik kedalam kategori:1.Enabling public, yakni publik yang punya kekuasaan untukmemutuskan suatu persoalan. Termasuk di dalamnya antara lain DewanDirektur, pemegang Saham, Komisaris perusahaan dan pemerintah.2.Functional public, yakni kelompok orang yang menjadikan sebuahorganisasi dapat berputar . Termasuk didalamnya antara lain karyawan,konsumen, dll.3.Normative public, yakni kelompok orang yang mempunyai kepentinganyang sama dengan organisasi. Termasuk di dalamnya adalah paraanggota asosiasi atau perkumpulan perusahaan-perusahaan sejenis.4.Diffused public, yakni kelompok orang yang secara tidak langsungberhubungan dengan organisasi dalam sebuah krisis. Yang tergolong

dalam kategori ini antara lain media dan kelompok-kelompokkomunitas.Pada dasarnya, masing-masing publik organisasi punya kepentingan yangberbeda-beda, sehingga suatu krisis pasti ditandai denga

krisis yang terjadi di Indonesia maupun dunia seperti Krisis pencemaran lingkungan ”Buyat” PT Newton, Krisis ”tidak halalnya ” Ajinomoto, Krisis ”lemak babi” dalam susu Dancow, Krisis manajemen Bank Suma, Krisis Kecelakaan Lion Air, Krisis bencana alam ”Tragedi Tsunami”, Krisis w

Related Documents:

Ujian Tengah Semester 9. dan 10 Mahasiswa mampu memahami peran dan fungsi komputasi pada pembelajaran matematika Peran dan fungsi komputasi - Diskusi - Tanya-jawab - Inquiry - Discovery - Penugasan 2 x 100 menit Merumuskan dan menyimpulkan kembali peran dan fungsi komputasi pada pembelajaran matematika - Kehadiran - Memberikan pendapat

Menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan masalah 1.2 Kompetensi Dasar Menggunakan sifat limit fungsi untuk menghitung bentuk tak tentu fungsi aljabar dan tri-gonometri 1.3 Indikator 1.Menjelaskan pengertian limit fungsi melalui perhitungan nilai-nilai fungsi

Fungsi kuadrat tersebut merupakan fungsi kuadrat dalam peubah x. Grafik fungsi kuadrat ditulis dengan notasi y f(x) ax 2 bx c, dan grafik fungsi kuadrat dise but parabola. Langkah -langkah menggambar sketsa grafik fungsi kuadrat yang sederhana: Langkah 1: Tentukan beberapa anggota fungsi f, yaitu koordinat titik -titik yang

Menjelaskan dan menentukan fungsi ( terutama fungs linear, Fungsi kuadrat dan Fungsi Rasional) secra formal yang meliputi notasi, daerah asal, daerah hasil dan ekspresi simbolik serta sketsa grafiknya X Aljabar Fungsi, fungsi Kuadrat dan fungsi rasional dan grafiknya L2 Menyelesaikan masalah kontekstual laba maksimum yang berkaitan dengan .

1. Menghitung limit fungsi aljabar sederhana di suatu titik 2. Menggunakan sifat limit fungsi untuk menghitung bentuk tak tentu fungsi aljabar Konsep turunan fungsi sangat berguna membantu memecahkan masalah ekonomi, namun demikian konsep turunan fungsi didasarkan atas konsep limit fungsi.

Fungsi kuadrat merupakan merupakan fungsi polinom berderajat dua bentuk umum persamaan fungsi kuadrat adalah : y a bx cx2 atau y cx2 bx a dimana cz0. Contoh fungsi kuadrat dalam bentuk grafik di gambarkan sebagai berikut : y y x2 x 3.1.1 Penyelesaian Persamaan Kuadratik Penyelesaian persamaan kuadratik merukan pencarian akar-akar dari persamaan .

Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat Drs. Susiswo, M.Si. ompetensi umum yang diharapkan, setelah mempelajari modul ini, adalah Anda dapat memahami konsep tentang persamaan linear dan fungsi kuadrat. Sementara itu, kompetensi khusus yang diharapkan adalah Anda dapat: 1. menyusun tabel pasangan fungsi linear; 2.

F. Penerapan Persamaan dan Fungsi Kuadrat Penerapan persamaan dan fungsi kuadrat adalah pemakaian aturan persamaan dan fungsi kuadrat dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari Terdapat tiga langkah dalam menyelesaikan soal cerita dengan persamaan dan fungsi kuadrat, yautu : 1. Menetapkan variabel-variabel dari soal cerita 2.