2. MINERALOGI, KIMIA, FISIKA, DAN BIOLOGI TANAH SAWAH

2y ago
57 Views
2 Downloads
663.22 KB
54 Pages
Last View : 17d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Genevieve Webb
Transcription

29Kimia Tanah Sawah2. MINERALOGI, KIMIA, FISIKA, DANBIOLOGI TANAH SAWAHBambang Hendro Prasetyo, J. Sri Adiningsih, Kasdi Subagyono, danR.D.M. SimanungkalitTanah sawah dapat terbentuk dari tanah kering dan tanah basah atautanah rawa sehingga karakterisasi sawah-sawah tersebut akan sangatdipengaruhi oleh bahan pembentuk tanahnya. Tanah sawah dari tanah keringumumnya terdapat di daerah dataran rendah, dataran tinggi vokan ataunonvolkan yang pada awalnya merupakan tanah kering yang tidak pernah jenuhair, sehingga morfologinya akan sangat berbeda dengan tanah sawah dari tanahrawa yang pada awalnya memang sudah jenuh air.Proses reduksi dan oksidasi merupakan proses-proses utama yang dapatmengakibatkan perubahan baik sifat mineral, kimia fisika dan biologi tanah sawah.Secara lebih rinci perubahan tersebut antara lain hancurnya suatu jenis mineraltanah oleh proses ferolysis (ferolisis), turunnya pH tanah secara drastis karenateroksidasinya lapisan tanah yang mengandung pirit, terjadinya iluviasi ataupuneluviasi bahan kimia ataupun partikel tanah dan perubahan sifat fisik dan biologitanah sawah akibat proses pelumpuran dan perubahan drainase tanah.MINERALOGI TANAH SAWAHMineral merupakan unsur utama penyusun tanah dan berperan pentingdalam menentukan sifat kimia dan fisika tanah. Mineral merupakan salah satuindikator penting mengenai pelapukan yang telah terjadi, sehingga keberadaanataupun absennya suatu jenis mineral di dalam tanah dapat dijadikan suatupetunjuk bagaimana proses pembentukan tanah terjadi.Mineral di dalam tanah dapat dibedakan atas mineral primer yang disebutjuga mineral fraksi pasir dan mineral sekunder atau mineral fraksi liat.Berdasarkan berat jenisnya, mineral primer dapat dibedakan atas mineral beratdan mineral ringan. Mineral berat adalah mineral primer yang mempunyai beratjenis 2,87, sedang yang berat jenisnya 2,87 disebut mineral ringan. Yangtergolong mineral berat adalah mineral-mineral grup olivin, piroksin, amphibol,mika, rutil, anatas, dan mineral opak. Sedang yang tergolong mineral ringanadalah mineral-mineral grup felspar dan grup silika.Berdasarkan kemudahan dalam melapuknya, mineral primer dapatdibedakan atas mineral mudah lapuk dan mineral tahan lapuk (resisten). Kelompokmineral mudah lapuk diantaranya adalah mineral-mineral felspar, ferromagnesiaseperti olivin, piroksen, amphibol, dan gelas volkan, sedang yang tergolong padamineral resisten antara lain opak, konkresi besi, zirkon, dan kuarsa.Lahan Sawah dan Teknologi Pengelolaannya29

30Prasetyo et al.Peranan mineral di tanah sawah sangatlah penting, selain sebagai sumberhara juga berperan dalam menentukan muatan tanahnya. Pelapukan mineralprimer seperti feldspar, ferromagnesian, gelas volkan, mika, zeolit dan apatit didalam tanah akan menghasilkan unsur-unsur hara seperti Ca, Mg, Na dan K yangdiperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Sedangkan mineral sekunder, sepertismektit atau vermikulit (mineral 2:1); klorit (mineral liat 2:1 dengan sisipan Al);serta kaolinit dan haloisit (mineral 1:1) mempunyai muatan yang bervariasi, adayang negatif adapula yang positif. Tanah sawah yang didominasi oleh mineral liatdengan muatan negatif seperti smektit akan lebih reaktif bila dibanding dominasimineral dengan muatan positif seperti oksida besi.Dari segi pengolahan tanahnya, tanah sawah yang didominasi mineral tipe1:1 kaolinit tidak mempunyai kendala berarti, karena mineral ini tergolong mineralyang stabil. Tanah dengan mineral tipe 2:1 seperti smektit perlu selalu dijagakelembapannya, karena mineral smektit ini akan mengembang dan mengkerutdengan perubahan kelembapan tanah. Apabila tanah bermineral smektit keringmaka tanahnya menjadi retak-retak dan sangat keras, sehingga sulit diolah, danpada waktu retak dapat memutuskan akar-akar tanaman yang sudah ada.Mineral primerMineral primer adalah mineral yang langsung terbentuk dari pengkristalansenyawa-senyawa dalam magma akibat penurunan suhu. Susunan mineral primerdalam tanah, baik tanah sawah maupun tanah yang tidak disawahkan sangattergantung pada bahan induknya. Mineral primer dijumpai di tanah dalm bentuk fraksipasir dan sebagian fraksi debu.Mineral primer fraksi pasir maupun debu ditemukan dalam tanah sebagaihasil pelapukan fisik dari batuan, dari yang semula tersemen berukuran batukerikil, mengalami pelapukan fisik selama proses pembentukan tanah dan teruraimenjadi partikel-partikel berukuran pasir atau debu. Hasil pelapukan fisik batuanyang berupa mineral fraksi pasir maupun debu ini masih mempunyai sifat fisik dankimia yang sama dengan batuannya.Selain terbentuk dari pelapukan fisik batuan induk tanah, mineral dalamfraksi debu juga dapat berasal dari aktivitas volkanisme, pada saat terjadi letusangunung berapi. Pada saat kejadian tersebut akan sangat banyak mineral primeryang terlontarkan ke udara sebagai abu gunung berapi.Ativitas volkanisme memegang peranan yang penting atas terdistribusinyabeberapa jenis mineral. Hasil penelitian Afany dan Partoyo (2001) menunjukkanbahwa abu volkan Gunung Merapi di Jawa Tengah mengandung mineral-mineralfelspar dan piroksin yang merupakan mineral mudah lapuk dan berpotensi tinggisebagai cadangan sumber hara dalam tanah.

31Kimia Tanah SawahKomposisi mineral primer mempunyai arti yang penting dari segipengelolaan tanah sawah. Tanah sawah dengan kandungan mineral mudah lapukyang tinggi akan mempunyai cadangan sumber hara yang tinggi pula, sebaliknyadominasi mineral resisten pada tanah sawah menunjukkan miskinnya cadangansumber hara dalam tanah tersebut.Di dalam tanah mineral primer mempunyai ukuran butir fraksi pasir dandebu merupakan hasil pelapukan fisik dari bahan induk tanah. Komposisi danasosiasi dari beberapa jenis mineral primer dapat digunakan sebagai indikatorcadangan sumber hara dalam tanah dan untuk menduga bahan induk tanahnya.Contoh dari mineral primer yang paling banyak dijumpai pada tanah sawah diIndonesia disajikan dalam Tabel 1.Tabel 1. Beberapa jenis mineral primer yang banyak dijumpai di tanah sawah diIndonesiaMineralGrup OlivinForsteritFayalitGrup PiroksenAugitEnstatitHiperstinGrup Amphibole- HornblendeGrup Mika-Muskovit- BiotitRumus kimia yang ideal***Unsur utamaMg2SiO4Fe2SiO4MgFe(Ca, Na)(Mg, Fe, Al)(Si, Al) 2 O6MgSiO3(Mg, Fe)SiO3Mg, Fe, CaMgMg, Fe(Ca, Na) 4-3(Mg, Fe, Al) 5Si6(Si, Al) 2O22(OH) 2Ca, Mg, FeKAl2(AlSi3O10)(OH) 2K(Mg, Fe) 3(AlSi3O1010)(OH) 2KKGrup as- asGrup SiO2KuarsaGelas volkan***Allen and Fanning (1983)KAlSi3O8(Na, K)AlSi3O8NaAlSi3O80.62 NaAlSi3O8,0,38CaAl2Si2O8CaAl2Si2O80.23 NaAlSi3O8,0,77CaAl2Si2O80.35 NaAlSi3O8,0,65CaAl2Si2O80. NaAlSi3O8,0,29CaAl2Si2O8SiO2SiO2KK, NaNaCa, NaCa, NaCa, NaCa, NaCa, Na

32Prasetyo et al.Tanah yang tidak disawahkan pada umumnya mempunyai komposisimineral primer yang sama dengan tanah sawah. Hal ini disebabkan olehpersamaan bahan induknya, baik tanah kering maupun yang disawahkanmempunyai komposisi mineral primer yang sama bila bahan induknya sama.Namun beberapa pendapat menyatakan bahwa telah terjadi perubahan susunanmineral primer antara tanah yang disawahkan dengan tanah yang tidakdisawahkan (Winoto, 1985; Munir, 1987; dan Rayes, 2000).Dari penelitian-penelitian tersebut terungkap bahwa tanah yangdisawahkan, dengan kondisi tergenang dan dikeringkan bergantian, telahmenyebabkan terjadinya perubahan pada kandungan mineral biotit (Munir, 1987).Kandungan mineral biotit pada tanah yang disawahkan lebih rendah daripadatanah yang tidak disawahkan. Penemuan Winoto (1985) agak berbeda, karenapada tanah sawah kandungan mineral mudah lapuknya lebih tinggi dari tanahyang tidak disawahkan. Namun ketiganya nampaknya sepakat bahwa pada tanahsawah yang selalu tergenang, pelapukan mineral primer akan lebih rendah darisawah yang kondisinya selalu bergantian antara tergenang dan kering.Berikut beberapa jenis mineral primer, mulai dari mineral yang palingbanyak dijumpai di dalam tanah.KuarsaKuarsa merupakan jenis mineral primer yang paling banyak dijumpai ditanah pertanian karena mineral ini mempunyai stabilitas yang tinggi terhadappelapukan. Sumber dari mineral kuarsa adalah batuan beku atau volkan yangbersifat masam, seperti granit, riolit, pegmatit, dasit dan sebagainya. Proses erosidan sedimentasi sering menyebabkan terdapatnya kuarsa pada lingkungan yangseharusnya tidak mengandung kuarsa. Karena sifatnya yang resisten, mineralkuarsa tidak terpengaruh oleh proses penggenangan di tanah sawah.Keberadaan mineral kuarsa yang tinggi dalam tanah dapat mengindikasikan tiga hal: (1) menunjukkan bahwa tanah tersebut sudah mengalami tingkatperkembangan lanjut; (2) menunjukkan cadangan sumber hara tanah yangrendah; dan (3) menunjukkan bahwa bahan induk tanah tersebut bersifat masam.Kandungan kuarsa yang tinggi umumnya terdapat pada sawah alluvial hasilrombakan bahan sedimen, sawah volkan masam atau rawa pasang surut yangdipengaruhi oleh bahan sediment di bagian hilirnya.Pada umumnya keberadaan mineral kuarsa pada tanah sawah dapatmempengaruhi sifat fisik sawah tersebut, terutama tekstur dan permeabilitasnya.Tanah sawah yang didominasi oleh mineral primer kuarsa akan cenderungmempunyai tekstur yang kasar (berpasir). Selain itu pada umumnya tanah yangdidominasi oleh kuarsa mempunyai nilai kapasitas tukar kation (KTK) yangrendah.

33Kimia Tanah SawahGrup felsparKelompok mineral feldspar merupakan kelompok kedua setelah kuarsayang mempunyai penyebaran terluas. Kelompok mineral felspar merupakanmineral primer mudah lapuk yang banyak mengandung unsur Na , Ca dan K dan kadang-kadang Ba2 dalam jumlah yang banyak (Huang, 1989). Selain itudalam mineral feldspars juga terkandung trace elemen (unsur mikro) seperti Sr,Rb, Cs, Cu dan Pb (Ribbe, 1975). Walaupun kandungan unsur mikro padafeldspar lebih rendah bila dibanding mineral olivin, piroksin dan amphibol, namunmineral feldspar lebih banyak jumlah dan penyebarannya, sehingga kelompok inimerupakan sumber unsur mikro yang sangat penting (Huang, 1989). Sumberutama dari mineral ini adalah batuan beku/volkan dan metamorf, sehingga mineralini akan selalu dijumpai pada batuan sedimen dalam jumlah yang bervariasisesuai dengan sumber dan tingkat pelapukannya.Felspar dijumpai hampir pada semua jenis tanah, namun kandungannyabervariasi sesuai dengan tingkat pelapukan dan perkembangan tanahnya.Pelapukan plagioklas mempunyai hubungan yang penting dengan penyediaan Cadalam tanah. Kondisi ini juga dapat menjelaskan mengapa Ca di dalam tanahselalu lebih tinggi konsentrasinya dibanding Mg, Na dan K. Ada tidaknya mineralplagioklas dalam bahan induk tanah akan mempengaruhi tingkat produktivitastanah (Huang, 1989). Pelapukan mineral feldspars dilaporkan telah menghasilkanbeberapa jenis mineral liat, seperti haloisit (Calvert et al., 1980), allofan (Eswaranet al., 1973), kaolinit (Gilkes et al., 1973; Rice et al., 1985), dan smektit(Glassmann, 1982).Tabel 2.Komposisi mineral primer tanah sawah alluvial dari pedon HP 5 didaerah Indramayu (Vertic Endoaquepts) dengan kandungan mineralfeldspar tergolong tinggi (Prasetyo et al., 224322579107%020406882- 20- 40- 68- 82- 52927Op opak, Ku kuarsa, Lm lapukan mineral, Fb frakmen batuan,Gv gelasvolkan, An andesin; Sa sanidin; Or orthoklas; Hb hornblende, Au aAugit; Hp hiperstin.

34Prasetyo et al.Pada tanah sawah di Indonesia mineral felspar hampir selalu dijumpai.Tinggi rendahnya kandungan mineral felspar sangat dipengaruhi oleh bahaninduk tanah dan tingkat pelapukan ataupun perkembangan tanahnya. Umumnyatanah sawah volkan dan alluvial mempunyai kandungan mineral felspar yangcukup tinggi (Subardja and Buurman, 1980; Prasetyo et al., 1996; Setyawan danWarsito, 1999). Tingginya kandungan mineral feldspar ini dapat mempengaruhiproduktivitas tanah sawah, karena tanah sawah akan mempunyai kandungandan cadangan hara Ca dan K yang tinggi, sehingga tingkat kesuburan tanahterjaga.Contoh dari tanah sawah yang mempunyai kandungan mineral feldspartinggi disajikan pada Tabel 2 dan merupakan tanah sawah alluvial.Grup olivin, piroksin, dan amphibolKelompok olivin, piroksin (augit, hipersten) dan amphibol (hornblende), yangdisebut juga sebagai mineral ferromagnesium, merupakan kelompok mineral yangmerupakan sumber Ca, Mg dan Fe dalam tanah. Mineral-mineral hornblende, augitdan hiperstin adalah sumber Ca dan Mg dalam tanah. Menurut Mohr et al. (1972),sumber Ca dalam tanah diantaranya adalah augit (16-26% CaO), dan hiperstin (1925% CaO), dan sumber Mg adalah augit (13-21% MgO) dan hornblende (2-25%MgO). Olivin terutama dijumpai pada batuan yang bersifat basa, sedang piroksin danamphibol lebih banyak berasal dari batuan yang bersifat intermedier. Di antara ketigagrup tersebut, olivin merupakan grup mineral yang paling mudah melapuk.Tabel 3. Komposisi mineral primer pada tanah sawah volkan Pedon HP7 (ChromicHapluderts) dari daerah Gunung Wilis, Madiun yang didominasi olehmineral ferromagnesian (Prasetyo et al., 1996)Kedalamancm0 - 2525- 5555-9090-110110-140Keterangan:Op58799Ku L.min F 2310022106412Op opak, Kb konkresi besi, Ku kuarsa, Lm lapukan mineral, Fb fragmen batuan,Gv gelas volkan, Pi plagioklas intermedier, Hr hornblende, Au augit, Hp hiperstinTergantung pada jenisnya, unsur hara yang dihasilkan oleh mineral olivinjuga bervariasi. Unsur hara Mg dihasilkan oleh olivin dari jenis Forsterit dan Feoleh Fayalit. Mineral dari grup piroksin dan amphibol lebih banyak dijumpai di

35Kimia Tanah Sawahtanah sawah. Kedua grup mineral ini banyak dijumpai di tanah sawah volkan danalluvium (Subardja and Buurman, 1980; Prasetyo et al., 1996; dan Setyawan danWarsito, 1999).Contoh tanah sawah yang didominasi oleh mineral ferromagnesiandisajikan pada Tabel 3. Pada komposisi mineral primer tersebut tidak dijumpaimineral olivin. Mineral olivin tergolong pada mineral yang pertama-tama melapuksehingga di tanah olivin mungkin sudah tidak dijumpai.Grup mineral opakMineral opak adalah mineral primer dari jenis magnetit dan ilmenit yangberwarna kelam metalik. Mineral ini banyak dijumpai pada tanah tanah yangberbahan induk basaltik (Allen and Hajek, 1989). Mineral ini tergolong padakelompok mineral resisten, sehingga sering kali opak bersama kuarsamedominasi komposisi mineral primer dalam tanah. Tanah yang didominasi olehmineral opak mengindikasikan bahwa tanah tersebut sudah mengalami tingkatpelapukan lanjut dan miskin akan sumber hara. Kandungan magnetit yang tinggidalam tanah dapat mengakibatkan hasil analisis Fe yang diekstrak dengan oxalatmaupun dithionit menjadi lebih tinggi (overestimate) (Walker, 1983).Contoh tanah sawah bukaan baru yang didominasi oleh mineral opakdisajikan pada Tabel 4.Tabel 4. Komposisi mineral primer pada tanah sawah bukaan baru (TypicHapludox) yang didominasi oleh mineral opak, dari daerah LampungUtara (Prasetyo et al., 1995)Kedalamancm0 - 1414 - 4545 – 6868 – 9090 - 7344731Op opak, Zi zirkon, Ku Kuarsa, Fb fragmen batuan, Au augit, Hp hiperstinGelas volkanGelas volkan berasal dari sisa-sisa magma yang telah mengalamikristalisasi, karena itu komposisi kimia dari gelas volkan berbeda-beda, tergantungdari senyawa-senyawa kimia yang tertinggal setelah pembentukan mineral kristalin.Di suatu tempat gelas volkan mungkin hampir seluruhnya didominasi SiO2, tetapiditempat lain mungkin mengandung unsur-unsur kimia lainnya seperti P, Ca, Mg, K

36Prasetyo et al.dan sebagainya. Gelas volkan yang banyak mengandung Si terdapat pada batuapung. Mineral ini tergolong pada jenis mineral mudah lapuk. Pelapukan mineral inidapat menghasilkan mineral amorf allophan.Pelapukan gelas volkan atau pelarutannya pada tanah sawah dapatmembentuk suatu lapisan padas yang keras (duripan) di tanah sawah.Pengendapan silika amorf dapat terjadi apabila konsentrasi H4SiO4 dalam larutanmelebihi 1,25 mmol/l, dan pebentukan duripan memerlukan kelembapan yangcukup untuk pelapukan mineral primer dan pengangkutan silika larut, namunkondisi iklim tidak boleh terlalu basah (van Breemen et al., 1992).Hasil penelitian Rayes et al. (2003) menunjukkan bahwa pada tanahsawah maupun lahan kering dari bahan volkan di daerah lereng Merapi,Yogyakarta, terbentuk lapisan duripan, yaitu horizon bawah yang tersementasioleh silika dengan atau tanpa bahan penyemen lainnya. Pada kedalaman sekitar17–22 cm pada tanah tersebut dijumpai lapisan yang lebih lunak, yangmerupakan tapak bajak yang mengalami penyemenan oleh besi dan mangan(Rayes, 2000), dan di lapisan bawahnya terdapat lapisan padas yang amat keras(duripan) mulai kedalaman sekitar 22–110 cm. Meskipun jumlah semen silikadalam duripan hanya sedikit, namun dapat berpengaruh terhadap sifat fisik tanah.Menurut penelitian tersebut warna duripan yang kemerahan disebabkan olehadanya oksida dan hidroksida besi dan mangan (Mn) yang berperan juga sebagaibahan penyemen.Sebagian besar lapisan duripan terdapat di daerah yang dipengaruhi olehproses vulkanisme (Soil Survey Staff, 1999). Duripan terbentuk karena adanyapengendapan/pelapukan silika dari bahan gelas volkan dan bahan-bahan amorfyang berlangsung secara cepat, atau pelapukan mineral-mineral feldspar danferromagnesian yang lambat dan lama (Flach et al., 1969).Mineral sekunderMineral sekunder atau mineral liat adalah mineral berukuran halus ( 2µ),terbentuk pada waktu proses pembentukan tanah, merupakan hasil pelapukankimiawi dari mineral primer ataupun hasil pembentukan baru dalam prosespembentukan tanah sehingga mempunyai susunan kimia dan struktur yangberbeda dengan mineral yang dilapuk. Jenis mineral liat yang terbentuk dalamproses pembentukan tanah umumnya tergantung pada jenis dan konsentrasi darisusunan kation, Si, pH dan kecepatan pencucian basa-basa dari hasil pelapukan(Buol et al., 1980). Beberapa jenis mineral liat yang banyak dijumpai di Indonesiadisajikan dalam Tabel 5. Mineral liat pada tanah yang tidak disawahkan jugadapat mempunyai komposisi demikian. Perbedaan antara mineral liat pada tanahyang disawahkan dan tidak disawahkan akan dibahas tersendiri.

Kimia Tanah Sawah37Pengaruh mineral liat pada sifat fisika dan kimia tanah sawahJenis dan jumlah mineral liat dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimiatanah sawah. Tanah sawah yang didominasi oleh mineral monmorilonit, padawaktu kering akan rekah-rekah dan menjadi sangat keras sehingga sulit untukdiolah. Tanah sawah yang didominasi oleh monmorilonit tersebut bila digenangiakan mengalami peningkatan pori mikro yang sangat tinggi, dan bila kering akanmembenuk struktur prismatik yang sangat keras sehingga sulit untuk diolah(Hardjowigeno dan Rayes, 2001).Sebaliknya di musim basah tanah akan mengembang dan melumpur,umumnya sangat lekat. Tanah sawah yang didominasi mineral liat tipe 2:1(monmorilonit) akan sulit membentuk lapisan tapak bajak karena sifat mengembangdan mengkerut dari mineral tersebut. Lapisan tapak bajak yang mulai terbentukakan hancur ketika terjadi pengerutan pada mineral monmorilonit. Dominasi mineralliat tipe 1:1 (kaolinit) tidak berpengaruh negatif pada sifat fisika tanah sawah karenamineral ini tidak menyebabkan perubahan sifat fisik tanah yang nyata.Tanah sawah yang didominasi oleh mineral smektit mencirikan terjadinyaakumulasi basa-basa dan lingkungan yang bereaksi netral hingga basis dengandrainase tanah jelek, dan mempunyai muatan negatif (KTK) yang tinggi karenaadanya substitusi Al3 oleh Mg2 . Namun bila terjadi perubahan sifat lingkungan(misalnya penurunan pH tanah), pelapukan mineral monmorilonit dapatmenghasilkan Al-dd dalam jumlah yang cukup signifikan. Sebaliknya tanah sawahyang didominasi oleh kaolinit mencirikan lingkungan yang bereaksi masam hinggasangat masam, dan mempunyai muatan negatif yang rendah karena substitusiisomorfik pada mineral ini hampir tak pernah terjadi.Pengaruh penyawahan terhadap mineral liatTanah sawah mengalami kondisi tergenang dan kering yang bergantian,sehingga dapat me

2. MINERALOGI, KIMIA, FISIKA, DAN BIOLOGI TANAH SAWAH Bambang Hendro Prasetyo, J. Sri Adiningsih, Kasdi Subagyono, dan R.D.M. Simanungkalit Tanah sawah dapat terbentuk dari tanah kering dan tanah basah atau tanah rawa sehingga karakterisasi sawah-sawah tersebut akan sangat dipengaruhi ole

Related Documents:

kimia yang umum, dan analisis data dari instrumen tersebut. 3. Menguasai prinsip dasar piranti lunak analisis dan sintesis pada bidang kimia umum atau lebih spesifik (kimia organik, biokimia, kimia analitik, kimia fisika, atau kimia anorganik). b. Kemampuan Kerja (KK) 1. Memiliki keterampilan analisis dan kemampuan untuk menerapkan berbagai

1. Mahasiswa mampu menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu kimia sebagai dasar dalam mempelajari ilmu yang berkaitan dengan kimia. 2. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan-perhitungan dasar kimia. Pokok Bahasan 1. Konsep Dasar Kimia 2. Model dan Struktur Atom 3. Konfigurasi Elektron dan Ikatan Kimia 4. Wujud Zat dan Perubahan Fase 5.

fisika terbagi atas beberapa bidang, hukum fisika berlaku universal. Tinjauan suatu fenomena dari bidang fisika tertentu akan memperoleh hasil yang sama jika ditinjau dari bidang fisika lain. Selain itu konsep-konsep dasar fisika tidak saja mendukung perkembangan fisika sendiri, tetapi juga perkemban

PETA KONSEP ILMU KIMIA Kedudukan diantara ilmu lainnya Peran Ilmu Kimia Memperbarui materi yang dapat diperbarui . elektrokimia (elektronik dan kimia), serta kimia nuklir (kimia dan nuklir) E. Kegiatan Eksperimen Kegiatan eksperimen dapat dilakukan dilaboratorium. Laboratorium adalah tempat untuk eksperimen

3 Mineralogi bijih dan mineralogi butiran endapan REE pada aluvial timah di Dr.Eng. Syafrizal, ST., MT. 197111251998031002 Pulau Bangka Ir. Teti Indriati, MT. 195909151987032001 Arie Naftali Hawu Hede , ST., MT., Ph.D. 198611162015041001 4 Analisis mineralogi dan lingkungan geokimia pada tambang tungsten Ir. Teti Indriati, MT. 195909151987032001

Kimia Analitik merupakan cabang dari ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara melakukan analisis kimia terhadap suatu bahan atau zat kimia termasuk di dalamnya pemisahan, identifikasi dan penentuan komponen dalam sampel. Analisis kimia dapat berupa analisis kualitatif dan analisis kuantitatif serta d

2 S e j a r a h F i s i k a ERA FISIKA MODERN A. Latar Belakang Lahirnya Fisika Kuantum Fisika modern merupakan salah satu bagian dari ilmu fisika yang mempelajari perilaku materi dan energy pada skala atomik dan partikel-partikel subatomik atau gelombang. Ilmu

ASME A17.1, Safety Code for Elevators and Escalators, International Building Code, and other non-governmental safety standards identify minimum design requirements for elevators and for building systems that interface with the elevator controls. The performance language