Studi Perkecambahan Biji Dan Pola Pertumbuhan Semai .

3y ago
11 Views
2 Downloads
1,004.62 KB
6 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Alexia Money
Transcription

BIODIVERSI TASVolume 9, Nomor 2Halaman: 117-122ISSN: 1412-033XApril 2008DOI: 10.13057/biodiv/d090209Studi Perkecambahan Biji dan Pola Pertumbuhan SemaiCendana (Santalum album L) dari Beberapa Pohon Induk diKabupaten Belu, NTTStudy on seed germination and seedling growth models of sandalwood (Santalumalbum L.) of several mother seed trees in Belu Regency, East NusaTenggaraALBERTUS HUSEIN WAWO Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong-Bogor 16911Diterima: 6 Januari 2008. Disetujui: 23 Maret 2008.ABSTRACTSandalwood (Santalum album L.) is one of the economic plants that are threatened rare. Belu regency is a part of East Nusa TenggaraProvince was known as center of natural distribution of sandalwood. In 2005 was found some mother seed trees at several locations inBelu are Suriklulik, Lelowae, Biau, Uabau, Haitimuk, Alas and Tialai. For research propose every location was chosen only one motherseed tree that was marked with capital letters as followed ; A is mother seed tree from Suriklulik, B from Lelowae, C from Biau, D fromUabau, E from Haitimuk, F from Alas and G from Tialai, In this research was studied the germination of sandalwood seeds from severalmother seed trees was mentioned above and some aspects of seedling growth include model of seedling growth and correlation betweenheight and number of leaves growth during 5 months. This research was carried out in paranet house during 5 months and seedling wasplanted in polybag. Research was designed follow the Completely Randomized Design with 4 replications. The result of this study asfollow: The mother seed trees of sandalwood influenced germination process and seedling growth especially on height and number leavesof seedlings. Seedling growth from each mother seed trees follow models of logistic growth with high value of coefficient determinationabout 0,83, and be found also, close correlation between growth of seedling height with growth of seedling leaves was marked by high valueof coefficient correlation about 0.85.Several mother seed trees was marked with capital letter E, D, C, A and G are better than F and B. 2008 Jurusan Biologi FMIPA UNS SurakartaKey words: Santalum album L., mother seed trees, germination, seedling growth, Belu.PENDAHULUANCendana (Santalum album L.) adalah tumbuhan tropikbernilai ekonomi tinggi yang populasi di habitat aslinyamengalami penurunan drastis. Penurunan populasi tersebutterjadi karena eksploitasi yang berlebihan dan belumdilakukannya upaya-upaya konservasi. Eksploitasi cendanaterbesar terjadi pada rentang waktu antara tahun1969/1970-1996/1997 untuk meningkatkan pendapatan aslidaerah (PAD) propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)(BanoEt, 2001). Hingga saat ini masih terdapatpenebangan illegal. Secara alami daerah persebarancendana terpusat di kawasan lahan kering NTT yaitu pulauTimor, Sumba, Flores dan beberapa pulau kecil lainnya(Rahayu dkk., 2002) walaupun kemudian ditemukan juga dibeberapa daerah di luar NTT seperti beberapa lokasi diJawa Timur dan Gunung Kidul, Yogyakarta (Kramer, 1957).Kabupaten Belu, NTT yang letaknya berbatas dengannegaraTimorLeste merupakan salah satu daerahpersebaran alami cendana (Wawo, 2006) dan selama masaPelita kabupaten ini dikenal sebagai daerah penghasilbatang cendana. Berdasarkan pengamatan di lapangan Alamat korespondensi:Jl. Raya Jakarta – Bogor, Km 46. Cibinong-Bogor 16911Tel.: 62-21-8765066 ext. 2202. Fax.: 62-21-8765062e-mail: wawoal@yahoo.compada tahun 2003-2006 sangat sulit menemukan pohoncendana berukuran besar (diameter batang lebih besar 50cm) dan jika ada jumlahnya sangat sedikit. Semai danpancang cendana masih ditemukan dalam jumlah terbatasdi kawasan hutan ataupun dalam kebun/ladang penduduk(Wawo dan Abdulhadi, 2006) Kondisi populasi cendanayang demikian itu jika tidak segera dilakukan konservasimaka cendana akan langka dan terancam punah.Salah satu cara untuk mencegah terjadinya kepunahancendana, maka Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI) bersama Pemerintah Kabupaten Belu melakukankerjasama membangun Kebun Benih Cendana-Kian RaiIkun, Belu seluas 10 ha yang pelaksanaannya dikokohkanmelalui SK Bupati Belu No. 112/HK/ 2003. Kebun BenihCendana-Kian Rai Ikun yang disingkat KBC-KRI, Beluterletak pada ketinggian 450 m dpl yang dibagi menjadi 12plot. Setiap plot seluas 0,5 ha akan ditanami cendanasebanyak 200-250 semai yang berasal dari satu pohoninduk. Tujuan utama Kebun Benih Cendana-Kian Rai Ikunadalah melindungi cendana agar tidak punah, mencegahterjadinya erosi plasma nutfah cendana, menjadi pusatstudi cendana dan di masa mendatang sebagai sumberpengadaan benih dan bibit cendana yang berkualitas.Salah satu kegiatan dalam membangun kebun benihcendana ini adalah menginventarisasi pohon cendana yangberpotensi sebagai pohon induk untuk menghasilkan biji.Pohon-pohon induk tersebut adalah sisa-sisa pohon yang

B I O D I V E R S I T AS Vol. 9, No. 2, April 2008, hal. 117-122118tidak tertebang dan tersebar di kabupaten Belu. Biji-bijicendana dipungut dari pohon induk dan ditumbuhkan dalamrumah kaca Kebun Benih Cendana-Kian Rai Ikun, Belu danselanjutnya ditanam dalam kebun benih menjadi turunan(filial) dari pohon induk yang ada di lapangan dan menjaditanaman koleksi kebun Benih Kian Rai Ikun, Belu.Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pohon indukyang berkualitas melalui pengungkapan informasi prosesperkecambahan biji dan pola pertumbuhan semai cendanadari beberapa pohon induk yang ada di kabupaten Belu,NTT. Penelitian ini berguna sebagai informasi dasar bagikegiatan-kegiatan penelitian dan pengembangan lanjutanpada cendana di Kebun Benih Cendana-Kian Rai Ikun, Belu.BAHAN DAN METODEPenelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret hinggaNovember 2005 di lokasi Kebun Benih Cendana-Kian RaiIkun, Kabupaten Belu, NTT. Biji cendana yang digunakandalam penelitian ini dipungut dari 7 pohon induk yangtersebar pada 7 lokasi dalam wilayah kabupaten Belu,seperti disajikan dalam Tabel 1. Peta lokasi tempat tumbuhpohon induk cendana diperlihatkan pada Gambar 1,1G ABFDCEGambar 1. Peta lokasi tempat tumbuh 7 pohon induk cendana dikabupaten Belu. 1. Kebun Benih Cendana-Kian Rai Ikun, Belu(KBC-KRI); A. Suriklulik, B. Lelowae, C. Biau, D. Uabau, E.Haitimuk, F. Alas, G. Tialai.Tabel 1. Pohon induk cendana dan lokasi tempat tumbuh dikabupatem Belu, NTT.Pohon LokasiindukKondisi habitatA Suriklulik 450 m dpl, pekarangan,tanah kapur berbatu-batu,kemiringan lahan 15%B Lelowae 450 m dpl, bekas kebun,batu karang, berbatu-batu,kemiringan lahan 10%C Biau500 m dpl, pekarangan,tanah hitam, berbatubatu, lahan datarD Uabau 500 m dpl, pekarangan,berbatu-batu, lahan datarE Haitimuk 100 m dpl, bekas kebun,batu karang, kemiringanlahan 10%F Alas500 m dpl, kebun, tanahkapur, berbatu-batu,kemiringan lahan 25%G Tialai450 m dpl, kebun, tanahhitam, berbatu-batu,kemiringan lahan 20%Umur Tinggi DBH Bebaspohon pohon (cm) cabang(tahun) (m)(m)229,0 22,5 2,23012,0 28,63,5188,022,32,21910,0 24,13,02011,0 20,302013 ,0 25,51,65516,5 47,82,5Pada setiap lokasi hanya dipilih satu pohon induk yangmemenuhi beberapa persyaratan antara lain: pohon sehat,umur pohon telah mencapai 15 tahun atau lebih, batangtelah beraroma, serta batang tegak dengan tajuk yangkompak. Biji cendana yang telah tua (berwarna ungu) darimasing-masing pohon induk dipungut pada bulan Pebruari2005, dan disemaikan pada awal Maret 2005.Untuk keperluan studi perkecambahan, biji cendana darimasing-masing pohon induk disemaikan pada bak-bakpesemaian yang berisi media pasir dalam rumah kaca. Bijicendana dari masing-masing pohon induk jumlahnyaberbeda-beda. Perlakuan dalam penelitian perkecambahanbiji adalah pohon induk yang diberi kode A, B, C, D, E, Fodan G. Suhu dalam rumah kaca berkisar antara 32-36 C,intensitas cahaya sekitar 80% dengan kelembaban udarasekitar 70%. Setiap pagi dilakukan penyiraman.Perkecambahan biji cendana ditandai dengan keluarnyabakal akar (radikel) dari kulit biji dan tumbuhnya plumula.Parameter yang diamati adalah daya kecambah dan wakturata-rata perkecambahan.Pengolahan data persentase daya kecambah (DK)menggunakan rumus: ( Ntz/ Nta) x 100%, denganpengertian bahwa Ntz jumlah biji yang berkecambahhingga pada hari terakhir, sedangkan Nta jumlah biji yangdisemaikan pada saat awal. Waktu rata-rata perkecambahan (WRP) diolah dengan menggunakan rumus: (N1t1 N2t2 N3t3 Nztz)/ N (t1-tz) tz), dengan pengertianbahwa N1t1 adalah jumlah biji yang berkecambah (N1) padahari t1 dikalikan dengan jumlah hari (t1) yang dibutuhkanuntuk biji N1 berkecambah, dijumlahkan hingga jumlah bijiyang berkecambah (Nz) pada hari ke tz (hari terakhir),sedangkan tz adalah jumlah hari terakhir yang dibutuhkanhingga jumlah biji Nz berkecambah. Hasil penjumlahannyadibagikan dengan N tz yaitu total jumlah biji yangberkecambah dari hari t1-tz (Hartmann dan Kester (1976)Setelah biji cendana berkecambah dan telahmenghasilkan empat helai daun, maka dipindahkan kepolybag. Media dalam polybag terdiri dari campuran tanah,pasir dan kotoran sapi dengan perbandingan 1:1:1. Semaicendana dalam polybag diletakan dalam rumah paranet.Intensitas cahaya dalam rumah paranet rata-rata 70%

WAWO – Perkecambahan dan pertumbuhan Santalum album L. dari Beluodengan suhu siang hari antara 30-34 C. Untuk menjagakelembaban dilakukan penyiraman setiap hari. Setelahsemai berumur 1 bulan dalam polybag dilanjutkan denganstudi pertumbuhan semai. Untuk itu dipilih semai yangseragam dari masing-masing pohon induk. Perlakuandalam penelitian pola pertumbuhan semai adalah pohoninduk yang diberi kode A, B, C, D, E, F dan G.Rancangan yang digunakan dalam studi pertumbuhansemai ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4ulangan. Setiap ulangan terdiri dari 5 semai cendana,sehingga setiap pohon induk (perlakuan) memiliki 20 semaiyang digunakan sebagai bahan penelitian. Parameter yangdiamati adalah: laju pertumbuah tinggi dan jumlah daun.Data laju pertumbuhan tinggi dan jumlah daun semaicendana, model pertumbuhan semai dan korelasi antaratinggi semai dan jumlah daun diolah dengan menggunakanprogram SAS (statistic analysis system), dilanjutkan denganUji Beda Nyata Terkecil (Gomez dan Gomez, 1995).HASIL DAN PEMBAHASANPerkecambahan bijiPerkecambahan benih-benih cendana dari berbagaipohon induk disajikan pada Tabel 2. Pada tabel ini diketahui bahwa setiap pohon induk menghasilkan biji denganpersentase daya kecambah tertentu. Persentase daya kecambah biji cendana tertinggi terdapat pada biji dari pohoninduk G yang berasal dari Tialai (87,93%) dan terendahpada biji dari pohon induk F yang berasal dari Alas (1,70%).Biji dari pohon induk A (Suriklulik), B (Lelowae) dan C(Biau) memiliki daya kecambah kurang dari 20%, sedangbiji dari pohon induk D (Uabau) dan E (Haitimuk) memilikipersentase daya kecambah antara 41,0 - 47,0%.Variasi daya kecambah ini terjadi karena pohoncendana memiliki keragaman yang besar antara satu pohondengan pohon lain yang berpengaruh pada perkecambahanbiji dan pertumbuhan bibit (Barrett, 1985). Menurut Mahdi(1986) pohon induk sebagai sumber biji berpengaruh padaperkecambahan biji dan pertumbuhan semai karena setiappohon menghasilkan biji yang memiliki sifat-sifat unggulyang berbeda seperti kandungan kimia dalam biji. De LaCruz (1982) melaporkan bahwa komposisi kimia dalam bijidikendalikan oleh faktor genetika sedangkan jumlahmasing-masing komponen kimia tersebut dipengaruhi olehfaktor lingkungan tempat tumbuh pohon induk dan iklim.Dalam penelitian ini kondisi biji yang digunakan relatif samakarena dipetik pada waktu yang tidak jauh berbeda dantelah matang. Hartmann dan Kester (1976) melaporkanbahwa viabilitas biji yang berasal dari pohon dan semakbervariasi dari tahun ke tahun, berbeda antar lokasi danberbeda antar pohon.Tabel 2. Perkecambahan biji cendana dari berbagai pohon induk dikabupaten Belu, NTT.Pohon JumlahHari setelah semai /Jumlah DKWRPindukbijiJumlah biji yang tumbuhbiji(%) (hari)yangberke45 50 60 70 90 100 120disemaicambahA1755 16 29 35 65 75 49 24 29316,70 79,69B114- 3 3 91513,15 110,00C35721 15 25 2 3 6618,48 54,62D2862 - 16 32 44 25 16 13547,20 86,44E1923 21 23 125 146 190 130 165 80041,60 87,14F99016 - 1171,70 49,41G630324 80 90 46 6 3 5 55487,93 51,70Keterangan: DK: daya kecambah, WRP waktu rata-rata perkecambahan.119Pada Tabel 2 diketahui waktu rata-rata perkecambahan(WRP) biji juga bervariasi menurut pohon induknya. Bijicendana dari pohon induk F (Alas), G (Tialai) dan C (Biau)memiliki waktu rata-rata perkecambahan yang lebih pendekyaitu antara 40-55 hari dibandingkan dengan biji/benihcendana dari keempat pohon induk lainnya yang memilikiwrp lebih panjang antara 75-110 hari. Mahdi (1986)melaporkan bahwa waktu rata-rata perkecambahan bijicendana sangat lamban dan dimulai dari hari ke 30 hinggamelebihi 150 hari. Untuk mencapai daya kecambah 50%dibutuhkan waktu perkecambahan lebih dari 90 hari, danuntuk daya kecambah 85-90% diperlukan waktu lebih dari150 hari setelah disemai. Kecepatan perkecambahanberkaitan erat dengan komposisi kimia yang ada dalam biji.Biji yang lamban berkecambah (dormansi) dan cepatberkecambah, juga berkaitan dengan kadar kandunganinhibitor dan promotor yang ada dalam biji tersebutUmumnya diketahui bahwa asam absisik dan fenolberperan sebagai penghambat perkecambahan sedangkanasam giberellin merangsang/mendorong perkecambahan(Maguire, 1976). De La Cruz (1982) mengatakan bahwajumlah kandungan zat kimia dalam biji selain dipengaruhioleh sifat genetika juga dipengaruhi oleh pohon induk benihdan faktor lingkungan. Biji cendana dari pohon induk Bmulai berkecambah pada hari ke-90 setelah disemaisedangkan biji cendana dari pohon induk lainnya mulaiberkecambah pada hari ke-45 setelah disemai. Perbedaanini terjadi karena biji cendana dari pohon induk Bmengalami dormansi sehingga membutuhkan waktu untukberkecambh lebih lama. Maguire (1976) mengatakanbahwa faktor lingkungan seperti suhu rendah pada saatpembentukan biji dan sebelum pemungutan biji matangberpengaruh pada lamanya masa dormansi.Pertumbuhan tinggi semai cendanaLaju pertumbuhan tinggi semai cendana pada umur 1,2, 3, 4 dan 5 bulan dari masing masing perlakuan disajikanpada Tabel 3. Dari tabel ini diketahui bahwa semai-semaicendana dari pohon induk B dan F memiliki laju pertumbuhan tinggi semai yang tidak berbeda nyata pada umur 1,2, 3, 4 dan 5 bulan. Laju pertumbuhan tinggi semai daripohon induk B dan F adalah terendah dan berbeda nyatadibandingkan dengan semai-semai dari kelima pohon induklainnya. Pada umur 3, 4 dan 5 bulan setelah pengamatanawal, semai dari pohon induk E memiliki laju pertumbuhantinggi semai yang tertinggi dan berbeda nyata dengansemai-semai yang berasal dari pohon induk A, B, D, F danG, tetapi tidak berbeda nyata semai dari pohon induk C.Tabel 3. Rerata laju pertumbuhan tinggi semai cendana dariberbagai pohon induk.RerataUmur (bulan)1234A5,67 d9,95 d19,27 c28,40 cB6,77 d8,50 d9,57 d11,77 dC17,42 a30,27 a36,02 a37,20 abccbD11,1218,0527,0032,75 bcE12,17 bc23,42 b32,25 a42,35 aF7,05 d9,60 d13,50 d16,10 dbbcbG13,2020,5727,1031,30 bcKeterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf yang samakolom artinya berbeda tidak nyata pada taraf 5%.Pohoninduk538,10 bc15,30 d42,10 ab35,15 bc48,40 a20,50 d33,30 cdalam satuPerbedaan laju pertumbuhan tinggi semai tersebutdipengaruhi oleh sifat genetika yang dibawa biji dari

B I O D I V E R S I T AS Vol. 9, No. 2, April 2008, hal. 117-122120masing-masing pohon induknya dan lingkungan tempattumbuh pohon induk (Mahdi, 1986). Barrett (1985)mengatakan bahwa pohon cendana memiliki keragamanyang besar antara satu pohon dengan pohon lain yangberpengaruh pada perkecambahan biji dan pertumbuhanbibit (semai) cendana. Effendi (1992) mengungkapkanbahwa beberapa sifat unggul pada cendana dipengaruhioleh faktor genetik antara lain kecepatan pertumbuhan danpembentukan teras. Setiap pohon memiliki variasi danperbedaan sifat yang dipengaruhi oleh pohon induk, variasilokal, variasi pohon dalam satu lokasi dan variasi dalampohon sendiri.Analisis model pertumbuhan tinggi semai cendanadalam polybag selama lima bulan diketahui mengikutimodel persamaan logistik, yang berarti semakin lama umursemai maka laju pertambahan tumbuh tinggi semai akansemakin berkurang (Sitompul dan Guritno, 1995). Padaanalisis dugaan model pertumbuhan logistik diperoleh nilai2R (koefisien determinasi) yang tinggi untuk ketujuh pohoninduk, yaitu 0,83. Koefisien determinasi yang tinggimenunjukkan model pertumbuhan logistik yang diperolehsemakin akurat. Informasi pertumbuhan logistik pada tinggisemai cendana disajikan pada Tabel 4. Adapun modelpertumbuhan logistik tinggi semai cendana dari masingmasing pohon induk selama lima bulan dalam polybagdisajikan pada Gambar 2.Guritno (1995) mengatakan bahwa model pertumbuhanlogistik terjadi pada dua keadaan yaitu: vigor semai yangdikendalikan oleh faktor genetik dan ketersediaan substratsebagai media tumbuh semai cendana. Resosoedarmodkk. (1986) mengatakan bahwa kurva pertumbuhan logistikpada mula pertumbuhannya meningkat dengan cepat dansampai pada suatu saat pertumbuhan menjadi stabil dankurva menjadi datar yaitu pada saat potensi biotik samadengan tahanan lingkungan. Dalam keadaan semacam inikemampuan lingkungan untuk mendukung pertumbuhansudah mencapai titik maksimum.Tabel 4. Model persamaan pertumbuhan logistik tinggi semaicendana dari berbagai pohon induk.PohonindukPohonindukABCDEFGModel pertumbuhanY 19,606 Ln(X) 1,5077Y 4,7298 Ln(X) 5,8563Y 14,729 Ln(X) 18,502Y 15,689 Ln(X) 9,7930Y 22,541 Ln(X) 10,137Y 7,9761 Ln(X) 5,7129Y 12,923 Ln(X) 12,721Koefisiendeterminasi buhan jumlah daun semai cendanaLaju pertumbuhan jumlah daun semai cendana darimasing-masing perlakuan (pohon induk) disajikan padaTabel 5. Pada tabel ini diketahui bahwa semai-semaicendana dari pohon induk B dan F pada umur 1-5 bulanmemiliki laju pertumbuhan jumlah daun terendah danberbeda tidak nyata diantara keduanya. Pada umur 3, 4dan 5 bulan setelah pengamatan awal semai dari pohoninduk E, memiliki laju pertumbuhan jumlah daun semaitertinggi dan berbeda nyata dengan semai cendana darikeempat pohon induk lainnya yaitu A, B, F, dan G.Tabel 5. Rerata laju pertumbuhan daun semai cendana dariberbagai pohon induk.RerataUmur (bulan)12345A4,85 d9,85 d15,70 c20,10 c25,40 cB6,67 c9,20 d11,05 d12,45 d16,57 dC15,05 a19,60 a23,45 a24,60 ab28,50 bcbbcabaD11,8017,3022,6527,7030,90 abE11,70 b18,00 b24,60 a28,00 a32,80 aF5,80 cd9,00 d11,95 d15,30 d17,90 dG11,70 b15,90 c20,15 b23,75 bc25,20 cKeterangan: Rerata yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satukolom artinya berbeda tidak nyata pada taraf 5%.Gambar 2 menunjukkan laju pertumbuhan awal bersifateksponensial terjadi antara umur semai 1-2 bulan; setelahmelampaui umur dua bulan laju pertumbuhan tinggi semaicendana cenderung semakin berkurang. Sitompul danPerbedaan laju pertumbuhan jumlah daun semaimerupakan salah satu variasi sifat yang dikendalikansecara genetik dan dibawa oleh biji dari pohon induknya.Mahdi (1986) menjelaskan bahwa pohon induk sebagaiGambar 2. Kurva modelpertumbuhan logistik tinggi semaicendana dari berbagai pohon induk.Gambar 3. Model logistik pertumbuhan jumlah daun semaicendana dari berbagai pohon induk.

WAWO – Perkecambahan dan pertumbuhan Santalum album L. dari Belu121ABCDEFGGambar 4. Kurva persamaan garis regresi linier yang menunjukkan hubungan antara tinggi semai dan jumlah daun semai cendana dariberbagai pohon induk.Tabel 6. Model persamaan pertumbuhan logistik jumlah daunsemai cendana dari berbagai pohon induk.PohonindukABCDEFGModel pertumbuhanY 12,470 Ln(X) 3,2396Y 5,4970 Ln(X) 5,9266Y 7,9519 Ln(X) 14,626Y 11,976 Ln(X) 10,603Y 12,937 Ln(X) 10,632Y 7,4182 Ln(X) 4,8871Y 8,6973 Ln(X) 11,012Koefisiendeterminasi er biji berpengaruh pada perkecambahan biji danpertumbuhan semai, karena biji mewarisi sifat-sifat unggulyang berbeda dari masing-masing pohon induknya sepertikandungan kimia dalam biji. Barrett (1985) mengatakanba

Studi Perkecambahan Biji dan Pola Pertumbuhan Semai Cendana (Santalum album L) dari Beberapa Pohon Induk di Kabupaten Belu, NTT Study on seed germination and seedling growth models of sandalwood (Santalum album L.) of several mother seed trees in Belu Regency, East NusaTenggara

Related Documents:

Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan . Gambar 2.2 Perkecambahan biji epigeal (a) dan perkecambahan biji hipogeal (b) (Campbell et al., . Yayuk, N and Ermawati. 2013. Pengaruh skarifikasi pada pola imbibisi dan Perkecambahan benih saga manis (abruss precatorius L.). J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993.

biji dengan mensintesis cadangan makanan sebagai persediaan cadangan makanan pada saat perkecambahan berlangsung yang dipakai untuk berkecambah. 2. Perkecambahan Perkecambahan adalah munculnya plantula (tanaman kecil) dari dalam biji yang merupakan hasil pertumbuhan dan perkembangan embrio. Pada perkembangan embrio saat berkecambah,

Biji berbentuk bulat berwarna hitam dan daging biji berwarna putih. Biji lengkeng mengandung karbohidrat, sedikit minyak, dan . Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum . Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 dengan 3 ulangan. Faktor

2.2 Fase Pertumbuhan Perkecambahan Tanaman Jagung Secara umum jagung mempunyai pola pertumbuhan yang sama, namun . R3 menurunkan ukuran dan jumlah biji yang terbentuk. Kadar air biji dapat mencapai 80%. Fase R4 (dough) Fase R4 mulai terjadi 24-28 hari setelah silking. Bagian dalam biji seperti

terdapat 2 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap ekspor biji kopi Indonesia ke pasar internasional. Hasil analisis dalam penelitian ini dapat dipertimbangkan sebagai salah satu acuan dalam pengambilan kebijakan ekspor biji kopi Indonesia. Kata kunci : Ekspor biji kopi, Luas areal perkebunan biji kopi, Exchange rate, ECM

Pola-pola evolusi dan produk perubahan (Evolution: patterns and products of change). 2. Interaksi dan interdependensi (Interaction and interdependence). . melakukan obervasi (pe ngamatan) da n studi referensi. Biologi Umum P. Hw. 7 Laporan Kegiatan : . Persoalan-persoalan perkecambahan biji.

Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tamalate Kota Makassar (dibimbing oleh Ihyani Malik dan Syukri) Pola komunikasi organisasi merupakan hal penting dalam sistem pengendalian kepada pegawai/bawahan. Adanya pola komunikasi yang ditetapkan oleh pimpinan membuat komunikasi dalam organisasi berjalan berdasarkan pola-

runout inspection according to DIN 3960/62 or AGMA 2000 (or other standards), the exact measurement and determination of the APEX point of herringbone gears, with a comprehensive evaluation software package, en-sures a final quality certification. KAPP NILES Callenberger Str. 52 96450 Coburg, Germany Phone: 49 9561 866-0 Fax: 49 9561 866-1003 E-Mail: info@kapp-niles.com Internet: www.kapp .