Status Gizi Lansia Berdasarkan Pengetahuan Dan Aktivitas .

3y ago
37 Views
2 Downloads
368.00 KB
8 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Aliana Wahl
Transcription

COREMetadata, citation and similar papers at core.ac.ukProvided by Universitas Sriwijaya (UNSRI): E-JournalJKK, Volume 4, No 2, April 2017: 56-63p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411Status gizi lansia berdasarkan pengetahuan dan aktivitas fisik, di wilayah kerjaPuskesmas Sukawati 1, Gianyar, BaliMarselli Widya Lestari1, I Wayan Weta21Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar Bali2Konsultan Gizi Klinik, RSUP Sanglah, Kota Denpasar, Balimarchell wieles@yahoo.comAbstrakPeningkatan Umur Harapan Hidup dan jumlah populasi lansia dapat mengakibatkan terjadinya transisi epidemiologidalam bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Berbagai penelitianyang telah dilakukan memperlihatkan hasil bahwa masih banyak angka kejadian malnutrisi pada lansia. Namun, hinggasaat ini belum ada dilakukan pendataan mengenai status gizi pada lansia di Puskesmas Sukawati I. Peneliti inginmengkaji status gizi lansia yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukawati I untuk mengetahui keadaan gizi lansia diwilayah tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional. Totalsampel yang didapatkan berjumlah 72 orang dan dalam pelaksanaannya pada semua sampel telah dilakukan wawancaraserta pengukuran antropometri. Dilihat dari perhitungan RLPP, 77,8% mengalami obesitas sentral, dengan rata-rataRLPP pada sampel yang diteliti sebesar 0,95 untuk laki-laki yang tergolong resiko obesitas rendah dan 0,92 untukperempuan yang tergolong resiko obesitas tinggi. Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang gizi, persebaran sampelyang memiliki pengetahuan yang kurang terbanyak pada status gizi lebih sebesar 71,4%, begitu pula dengan kelompokyang memiliki tingkat pengetahuan baik juga menunjukkan proporsi terbanyak pada status gizi lebih yaitu 86,7%. Jikadilihat dari aktivitas fisik, persebaran sampel yang memiliki aktivitas ringan terbanyak pada status gizi berlebih(92,7%). Puskesmas disarankan untuk melakukan pengukuran antropometri dan pencatatan status kesehatan lansiasecara komprehensif pada Kartu Menuju Sehat untuk lansia serta konseling dengan pakar gizi mengenai kesehatanlansia untuk mengatasi masalah tersebut.Kata kunci : Status gizi, prevalensi obesitas, lansia, aktivitas fisik, pengetahuanAbstractNutritional status of the elderly based on knowledge and physical activity, in the work area of the Sukawati 1health center, Gianyar, Bali. Increased life expectancy and the number of the elderly population may trigger anepidemiological transition in the health sector due to the increasing number of morbidity because of degenerativedisease. Various studies have been conducted showing that the results are still a lot of the prevalence of malnutrition inthe elderly. However, until now there has been no data collection on the nutritional status of the elderly in PuskesmasSukawati I. The researcher wants to assess the nutritional status of the elderly in Puskesmas Sukawati I to know thestate of nutrition of the elderly in the region. This research uses descriptive quantitative approach to the cross-sectionaldesign. Total sample obtained amounted to 72 people and in their implementation in all samples was conductedinterviews and anthropometric measures. Based on the calculation of waist hip ratio, 77.8% had central obesity, with anaverage waist hip ratio in the studied sample of 0.95 for men who belong to a lower risk of obesity and 0.92 for womenbelonging to the high risk of obesity. Based on the level of knowledge about nutrition, 71.4% samples areovernourished in less knowledge group, as well as with good level of knowledge group also showed the highestproportion 86.7% that is overnourished status. When viewed from the physical activity, the distribution of samples havelight activity mostly in “over nutrition” status (92.7%). PHC is advised to conduct anthropometric measurement andrecording of the elderly health status comprehensively on Card Towards Healthy for the elderly as well as counselingwith a nutritionist about the health of the elderly to resolve the issue.Keywords: Nutritional status, prevalence of obesity, elderly, physical activity, knowledge56

571. PendahuluanPeningkatan Umur Harapan Hidup (UHH)merupakan salah satu indikator keberhasilanpembangunan bidang kesehatan maupunkesejahteraan penduduk. Hal ini berdampakpada meningkatnya jumlah penduduk lanjutusia(lansia).BerdasarkanlaporanPerserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2013,UHH pada tahun 2013 adalah 71 tahun(dengan persentase populasi lansia mencapai12%). Tercatat bahwa jumlah lansia yang adadi Indonesia sebesar 18.043.712 jiwa atausekitar 7,59% dari seluruh pendudukIndonesia.1 Provinsi yang mempunyai lansiadengan proporsi paling tinggi adalah ProvinsiDI Yogyakarta (13,20%), Jawa Tengah (11,11%), Jawa Timur (10,96%) danBali2(10,07%).Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)menggolongkan lanjut usia menjadi empat,yaitu : usia pertengahan (middle age) 45-59tahun, lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjutusia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangattua (very old) diatas 90 tahun. Menurut UUNo 13 tahun 1998 yang diperbarui dari UUNo. 23 tahun 1992 dikatakan bahwa usialanjut adalah seseorang yang telah mencapaiusia 60 tahun keatas. Secara biologispenduduk lanjut usia adalah penduduk yangmengalami proses penuaan secara terusmenerus, yang ditandai dengan menurunnyadaya tahan fisik yaitu semakin rentannyaterhadap serangan penyakit yang dapatmenyebabkan kematian.3Berbagai penelitian yang telah dilakukanmemperlihatkan hasil bahwa masih banyakangka kejadian malnutrisi pada lansia.4Menurut WHO, pada dasarnya malnutrisiberarti nutrisi yang salah dan secara klinis,malnutrisi merupakan status gizi dimana an dari nutrien dalam suatumakanan sehingga menyebabkan efeksamping yang dapat diukur pada jaringantubuh, fungsi tubuh dan berdampak padapenurunan kesehatan. Berdasarkan definisi ini,Marselli Widya Lestari: Status gizi lansia malnutrisi bisa berupa overnourished (statusgizi berlebih) maupun undernourished.5,6Namun saat ini ancaman ipertensi, maupun diabetes mellitusmengalami peningkatan. Hal ini terlihat daridata WHO, penyebab kematian tertinggididunia tahun 2012 adalah penyakit jantungkoroner.4 Faktor resiko yang sangat eratkaitannya dengan penyakit degeneratif iniadalah gaya hidup, termasuk berat badanberlebih (obesitas). Prevalensi obesitas sentraltingkat nasional sebesar 18,8%, dimana masihterdapat kecenderungan tetap tinggi saatmemasukilansia yaitu sebesar 23,1%(kelompok umur 55-64), 18,9% (kelompokumur 65-74) dan 15,8% (kelompok 75 tahunkeatas).7Menurut Monica dalam KemenkesRl kegemukanatauobesitasakanmeningkatkan risiko menderita penyakitjantung koroner1-3kali,penyakithipertensi 1,5 kali, diabetes mellitus 2,9kalidan penyakit empedu1-6 kali.Kemenkes RI menjelaskan bahwa kelebihangizi pada lansia biasanya berhubungan dengangaya hidup dan pola konsumsi yangberlebihan sejak usia muda bahkan sejakanak- anak. Selain itu, proses metabolismeyang menurunpada lansia bila tidakdiimbangi dengan peningkatan aktivitasfisik atau penurunan jumlahmakananmengakibatkan kalori yang berlebih akandiubah menjadi lemak sehingga menyebabkankegemukan. lni menunjukkan bahwa beratbadan lebih dan obesitas juga harus tetapmenjadi perhatian karena dapat memacutimbulnya penyakit degeneratif.4Berdasarkan data dari PuskesmasSukawati I tahun 2014, Puskesmas Sukawati Imemiliki enam unit Puskesmas Pembantu(Pustu) yang masing-masing terdapat di DesaKemenuh, Desa Batuan Kaler, Desa Batuan,Desa Sukawati, Desa Guwang dan DesaKetewel. Selain itu, Puskesmas Sukawati Imemiliki empat unit Pos Pelayanan Terpadu(posyandu) lansia,masing-masing terletak didesa Batuan, Sukawati, Guwang dan juga

58JKK, Volume 4, No 2, April 2017: 56-63p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411Ketewel. Jumlah penduduk lansia di wilayahkerja Puskesmas Sukawati I sebanyak 6076jiwa. Namun, rata-rata kunjungan lansiaberumur 60 tahun ke atas ke posyandu lansiapada bulan Juli 2015 masih sangat sedikit,yakni sekitar 418 jiwa lansia (6,8%). Lansiayang datang tersebut mendapatkan pelayanankesehatan berupa pengukuran tekanan darah,timbang berat badan serta pemeriksaankesehatan umum. Namun, hingga saat inibelum ada dilakukan pendataan mengenaistatus gizi pada lansia di Puskesmas SukawatiI.8Berdasarkan perhitungan awal yangdilakukan oleh peneliti dari data sekunderberdasarkan buku register Posyandu Lansia diDesa Batuan bulan Juli 2015 menunjukkanbahwa terdapat 79% lansia yang mengalamimalnutrisi (berdasarkan perhitungan BMI).Selanjutnya pada survey pendahuluan yangdilakukan peneliti pada 10 orang jugaditemukan 6 orang dengan status gizi lebih didesa yang sama. Tentu saja hal ini terlihatsebagai suatu kesenjangan antara prevalensimalnutrisi yang masih banyak dengan adanyasuatu program posyandu yang sudah berjalan.Oleh karena itulah, peneliti ingin mengkajistatus gizi lansia yang ada di wilayah kerjaPuskesmas Sukawati I untuk mengetahuikeadaan gizi lansia di wilayah tersebut.2. MetodePenelitian ini menggunakan pendekatandeskriptif kuantitatif dengan desain crosssectional pada tahun 2015. Studi ini dilakukanuntuk memperoleh gambaran status gizi padawarga lanjut usia (lansia) di wilayah kerjaPuskesmas Sukawati I. Pengambilan sampeldimulai dengan memilih satu dari enam desadi wilayah kerja Puskesmas Sukawati I secaraacak, dan terpilihlah desa Ketewel. Lalu,peneliti mendapat daftar nama lansia sebanyak180 orang dari Kepala Desa Ketewel yangdipilih secara acak dari 15 banjar di desatersebut. Kemudian dari 180, kami memilih 72orang sampel secara sistematik, yaitumengambil sampel yang memiliki nomer urutsetiap kelipatan 2,5. Jika hasil penjumlahanmenunjukkan angka desimal, maka akandibulatkan ke atas. Kemudian untuk mencarinomer urut selanjutnya dipakai hasilpenjumlahan desimal sebelumnya. Penelitianini dimulai dari tanggal 7 Agustus - 8September 2015.Penilaian status gizi dapat dilakukansecara lansung dan tidak langsung. Penilaianstatus gizi secara langsung dibagi menjadiempat metode, yaitu: antropometri, biokimia,biofisik dan klinis. Sedangkan, secara tidaklangsung dibagi menjadi tiga metode, yaitu:survei konsumsi makanan, statistik vital danfaktor ekologi.9 RLPP dipilih pada metodepengukuran karena RLPP dapat dipakaisebagai indikator yang sederhana untukmengetahui risiko penyakit degeneratif. Selainitu RLPP juga dapat digunakan sebagaialternatif pengganti Indeks Massa Tubuh(IMT) dalam memprediksi kegemukan padaorang dewasa 6Responden merupakan lanjut usia yangberumur 60 tahun yang tinggal di wilayahkerja Puskesmas dan terdaftar sebagaipenduduk Desa Ketewel dan tidak sedangmenderita cacat fisik maupun gangguanmental saat pemeriksaan. Variabel status giziditentukan dengan menghitung rasio lingkarpinggang dan lingkar perut. Variabel lain yangjuga dinilai adalah aktifitas fisik danpengetahuan tentang gizi. Pengumpulan datadalam penelitian ini dilakukan dengan carawawancara pada sampel yang selanjutnyadilakukan pengukuran antopometri (lingkarperut dan lingkar pinggang). Pengumpulandata dilakukan selama 20 menit dan hasilnyadicatat dalam lembar kuesioner yang telahtersedia. Data yang diperoleh dianalisa secaradeskriptif kuantitatif menggunakan SPSS 17.0dan disajikan dalam bentuk tabel dan naratif.3. HasilTotal sampel yang didapatkan berjumlah 72orang dan dalam pelaksanaannya pada semuasampel telah dilakukan wawancara serta

59Marselli Widya Lestari: Status gizi lansia pengukuran antropometri. Dari Tabel 1 terlihatbahwa persebaran sampel berdasarkan umurdiperoleh rata-rata berumur 65,54 tahun.Mayoritas sampel berusia 60-69 tahun, lakilaki, masih memiliki pasangan, berpendidikanrendah dan tidak bekerja. Sampel palingbanyak memiliki keluhan nyeri sendi danmudah kesemutan. Sebagai catatan, saturesponden dapat mengeluhkan beberapakeluhan.Dilihat dari perhitungan RLPP, 77,8%mengalami obesitas sentral, dengan rata-rataRLPP pada sampel yang diteliti sebesar 0,95untuk laki-laki yang tergolong resiko obesitasrendah dan 0,92 untuk perempuan yangtergolong resiko obesitas tinggi. Pada tabel 3juga menunjukkan variabel yang secara teoridapatmempengaruhistatusnutrisi.Berdasarkan tingkat pengetahuan, didapatkanlebih dari 50% memiliki pengetahuan yangkurang, yaitu berhasil menjawab kurang atausama dengan 5 dari 10 pertanyaan. Persebaransampel menurut aktivitas fisik, diperolehproporsi paling tinggi pada aktivitas ringansebesar 56,9%.Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik RespondenKarakteristikSubjekUmur60-69 tahun 70 tahunJenis /jandaStatusPendidikanRendahMenengahTinggiJenis PekerjaanPetaniPedagangburuh bangunanLainnyatidak bekerjaJumlah 12,56,910106133313,913,98,318,145,8Tabel 2. Distribusi Frekuensi Keluhan Saat IniKeluhan saat iniNyeri sendiKesemutanLainnyaPusingSulit BAB atau BakGangguan Saluran CernaSulit Menelan 2,8Tabel 3. Distribusi Frekuensi Variabel PenelitianVariabel123Status Gizi (RLPP)Normal(Laki-laki 1,0 Perempuan 0,9)Lebih(Laki-laki 1,0 Perempuan 0,9)Pengetahuan tentang giziKurangBaikAktivitas Fisik (PAL)Ringan ( 16,49)Sedang (16,5-2,00)Berat ( engetahuan tentang gizi didapatkan dari10 pertanyaan dari pesan gizi lansia. 91,7%responden mengetahui poin pertama dari pesanini yaitu makan makanan yang terdiri daribahan makanan pokok, lauk-pauk, sayuran danbuah. Pada urutan kedua, meminum air yangbersih dan aman 2 liter/hari, sebanyak 73,6%.Dari tabel didapatkan masih kurangnyapengetahuan lansia mengenai poin mengurangimakanan yang mengandung gula sederhana(berasa manis) seperti gula pasir atau sirup danmengurangi makanan yang asin ( mengandunggaram tinggi) masing-masing 16,7% dan 25%.Tidur, makan, mandi dan berpakaian,aktivitas santai, dan kegiatan ringan adalah 5aktivitas terbanyak yang dilakukan lansia.Selanjutnya diikuti oleh berjalan, kegiatanyang dilakukan dengan duduk, menyapu,mencuci baju dan piring tanpa mesin, dan

60JKK, Volume 4, No 2, April 2017: 56-63p-ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Hal inimenunjukkan bahwa sebagian besar kebiasaandari kegiatan sehari-hari lansia kurang aktif.Berdasarkan tingkat pengetahuan tentanggizi, persebaran sampel yang memilikipengetahuan yang kurang terbanyak padastatus gizi lebih sebesar 71,4%, seperti yangditunjukkan Tabel 4. Cukup timpang denganyang memiliki status gizi normal yaitu 28,6%.Begitu pula dengan kelompok yang memilikitingkat pengetahuan baik juga menunjukkanproporsi terbanyak pada status gizi lebih yaitu86,7%.Jika dilihat dari aktivitas fisik,persebaran sampel yang memiliki aktivitasringan terbanyak pada status gizi berlebih(92,7%). Pada kelompok yang melakukanaktivitas sedang juga menunjukkan proporsipaling tinggi pada status gizi lebih sebesar86,7%. Hal tersebut berkebalikan denganaktivitas berat, dimana kategori ini memilikiproporsi tertinggi pada status gizi normal.Tabel 4. Tabulasi Silang RLPP Berdasarkan TingkatPengetahuan Tentang Gizi, Aktivitas Fisik, dan Jumlah GigiRLPP12NormalF%LebihF%Pengetahuantentang ,31386,71168,8531,3Aktivitas FisikRinganSedangBerat4. PembahasanMenurut hasil perhitungan rasio lingkarpinggang panggul dan lebih banyak termasukdalam obesitas sentral (RLPP 1 untuk lakilaki dan RLPP 0,9 untuk perempuan).Proporsi obesitas sentral ini lebih tinggidibandingkan dengan data Riset KesehatanDasar tahun 2007, yang menyatakan bahwaprevalensi obesitas pada kelompok lansiahanya sebesar 23,1%. Hal ini berbedadikarenakan87,5%respondensaatdiwawancara mengatakan bahwa dalam sehari,mereka makan tiga kali bahkan lebih. Namun,aktivitas fisik terbanyak yang dilakukan olehresponden termasuk dalam aktivitas ringan.Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkanoleh Beck bahwa obesitas ini biasanya terjadiakibat masukan energi tidak dikurangi saataktivitas fisik sudah menurun. Obesitas inibiasanya disebabkan oleh kebiasaan makanyang banyak sejak usia muda. Banyak halyang merugikan dapat timbul akibatkegemukan pada usia lanjut diantaranyagerakan lansia yang gemuk akan menjadi lebihsulit lagi dan nantinya akan lebih rentan padapenyakit degeneratif.10Sebagai penyedia pelayanan primer diwilayah penelitian ini, Puskesmas Sukawati Iperlu melakukan upaya dalam menanggulangitingginya prevalensi gizi berlebih ini melaluiprogram posyandu lansia. Dalam programtersebut, dilakukan pemantauan nsif.Programinidapatdiintegrasikan dengan program gizi sehinggamemungkinkan adanya konseling denganpakar gizi mengenai status gizinya.Diharapkan dengan hal ini, masing-masinglansia dapat mencapai gizi yang ideal danmenurunkan morbiditas penyakit.Berdasarkan data Profil PuskesmasSukawati I, angka prevalensi penyakit padalansia terbanyak adalah hipertensi.8 Beberapapenelitian menyebutkan besarnya risikokejadian hipertensi dengan pola konsumsigaram berlebih adalah sebesar 2,643 kalidibanding pola konsumsi garam yang rendah.11Hal ini mendukung hasil penelitian ini bahwakurangnyapengetahuanmengenaipengurangan konsumsi garam si di wilayah kerja Puskesmas ini.Beberapapenelitianmenyatakanbahwa tingkat pengetahuan tidak berhubunganterhadap status gizi seperti penelitian Thakuryang menyatakan tidak ada perbedaanpengetahuan yang signifikan pada murid

61gemuk dan tidak gemuk. Hal ini disebabkankarena pengetahuan yang mereka miliki hanyamerupakan suatu informasi yang tidakmendorong mereka untuk memiliki beratbadan yang ideal.12 Penelitian oleh Brien danDavies di Irlandia juga menyatakan tidak adahubungan yang signifikan antara pengetahuandengan BMI. Pengetahuan tentang nutrisidianggap penting, namun tidak mengubahperilaku karena perubahan perilaku lebihdipengaruhi oleh personal, kebiasaan, danlingkungan.13Namun hal ini berbeda secara teoriyang dikemukakan Darmojo yang menjelaskanbahwa faktor risiko terjadinya kurang gizipada lansia disebabkan karena pengetahuantentang gizi yang kurang dan penelitian dariSakamaki, dkk yang menyatakan bahwapengetahuan dan kesadaran tentang gizi padamahasiswa di Cina berhubungan dengan beratbadan yang ideal.14,15Dalam penelitian ini didapatkan databahwa masih banyaknya responden yangkurang mengetahui tentang makan makananyang seharusnya dikurangi seperti makananberlemak, makanan yang banyak mengandunggaram, maupun gula sehingga didapatkansebagian besar responden memiliki giziberlebih. Oleh karena itu perlu diadakanpromosi kesehatan mengenai 10 pesan giziseimbang pada lansia, terutama makananmakananyangseharusnyadikurangi,pentingnya aktifitas fisik, bahaya obesitas danpengaruhnya terhadap penyakit degeneratifsehingga promosi kesehatan ini tidak hanyadapat menurunkan angka obesitas, namundapat menurunkan juga angka morbiditas yangsering pada lansia seperti hipertensi, diabetesmellitus tipe 2, stroke.Aktivitas fisik yang mendominasi padasampel penelitian ini adalah aktivitas fisikringan. Hal yang dapat menjadi alasan daritingginya prevalensi ini adalah statuspekerjaan dan keluhan responden. Lebih dariseparuh responden memiliki keluhan nyerisendi dan skor PAL 1,69 sedangkan hampir50% responden sudah tidak bekerja. Meskipuntidak menghasilkan, sebenarnya lansia masihMarselli Widya Lestari: Status gizi lansia dapat melakukan aktivitas fisik yang lainseperti mengerjakan pekerjaan rumah,menyapu, olahraga jalan kaki ataupun senamuntuk lansia. Namun, aktivitas yang seringdilakukan (selain aktivitas fisiologis) pararesponden adalah aktivitas santai sepertimenonton tv dan mengobrol, kegiatan ringanseperti mengasuh cucu dirumah, berjalan(tidak olahraga), dan kegiatan yang dilakukandengan duduk seperti "mebanten". Dominasiaktivitas ini mungkin disebabkan oleh keluhansaat ini dan riwayat penyakit sendi sertakeluhan lain yaitu penglihatan menurun darirespond

berdasarkan buku register Posyandu Lansia di Desa Batuan bulan Juli 2015 menunjukkan bahwa terdapat 79% lansia yang mengalami malnutrisi (berdasarkan perhitungan BMI). Selanjutnya pada survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 10 orang juga ditemukan 6 orang dengan status gizi lebih di desa yang sama.

Related Documents:

Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat tergantung pada tingkat konsumsi, Dewasa ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Di satu pihak masalah gizi kurang yang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan .

Konseling gizi yang diberikan pada ibu nifas agar dapat memberikan dampak pada status gizi ibu, terutama anemia gizi serta meningkatkan kesehatan bayi yang baru dilahirkan. Berdasarkan hal tersebut di tasa, maka perlu dilakukan penelitian hubungan Konseling

DENGAN STATUS GIZI REMAJA PUTRI DI SMK MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA . Program Studi S1 Gizi Disusun Oleh: RICA ARIYANINGTIYAS 2015030095 INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019 . ii . iii . iv PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :

perilaku gizi yang belum memadai berakibat munculnya masalah kurang gizi (Adisasmito, 2007). Masalah gizi kurang pada anak balita sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung yaitu asupan makanan dan penyakit infeksi yang terkait satu sama lain.

beverages dengan status gizi. Kata Kunci: Status gizi, remaja Pengetahuan, Konsumsi sugar sweetened beverages. Abstracts Adolescence is a period of rapid physical growth. Changes in physical growth that occur will affect health status and nutrition. Imbalances between the intake of needs will cause nutritional problems.

diseminasi informasi, umpan balik surveilans, dan monitoring serta evaluasi kegiatan surveilans gizi masih belum berjalan lancar. Sedangkan output dari surveilans gizi berupa gambaran masalah gizi secara nasional dan pemanfaatan output tersebut dalam perumusan kebijakan te

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN GIZI DENGAN SISA MAKANAN PASIEN DI RUANG VIP RS PANTI RAPIH YOGYAKARTA BERNADETH DWI WAHYUNANI NIM : P07131216054 . Asuhan gizi pasien rawat jalan 2) Asuhan gizi pasien rawat inap 3) Penyelenggaraan makanan 4) Penelitian dan pengembangan gizi (Kemenkes, 2013). .

Accounting involves recording business transactions and, this in turn, leads to the generation of financial information which can be used as the basis of good financial control and planning. Inadequate record keeping and a lack of effective planning ultimately lead to poor financial results. It is vital that owners and managers of businesses recognise the indications of potential difficulties .