KEBUDAYAAN TIONGHOA DALAM RITUAL AGAMA BUDDHA (Studi Atas .

3y ago
52 Views
3 Downloads
3.27 MB
114 Pages
Last View : Today
Last Download : 3m ago
Upload by : Mara Blakely
Transcription

KEBUDAYAAN TIONGHOA DALAM RITUAL AGAMA BUDDHA(Studi Atas Budaya Tionghoa Dalam Tradisi Keagamaan Buddha di Vihara Maitreyawira)SkripsiDiajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna MemperolehGelar Sarjana Agama (S.Ag)Oleh:Elva NuzuliahNIM : 11140321000044JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMAFAKULTAS USHULUDDINUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA1440 H/2018 M

ii

iii

iv

ABSTRAKDi Tiongkok agama Buddha, Tao dan Konfusianisme salingberhubungan, hanya saja Tao dan Konfusianisme sulit dipisahkan karena keduaajaran itu lahir di dalam wilayah yang sama, sementara Buddhisme mungkin bisasaja dipisahkan karena agama Buddha ini bukan lahir di Tiongkok melainkanberasal dari India. Ajaran Buddha masuk ke Tiongkok karena dibawa oleh parapedagang Cina yang pulang dari India. Meskipun Buddha tidak berasal dariTiongkok namun ketiga ajaran tersebut saling melengkapi satu dengan yanglainnya.Karena terjadi asimilasi ada beberapa kebudayaan Tionghoa yangdilakukan dalam agama Buddha, salah satunya di Vihara Maitreyawira.Kebudayaan tersebut tidak terlepas dari tradisi Tionghoa yang masih dilakukansecara turun temurun. Beberapa tradisi Tionghoa yang sangat berpengaruh bagiumat Buddha di Vihara Maitreyawira yaitu Bhakti puja, Dupa, memperingati hariraya Imlek, Cheng Beng.Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini ialah metodepenelitian kualitatif, dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dandokumentasi, sementara metode pendekatan yang digunakan ialah pendekatanantropologi untuk mencari kebudayaan apa saja yang masih digunakan di ViharaMaitreyawira dan pendekatan historis yang digunakan untuk mendeskripsikansejarah agama Buddha di Vihara Maiteyawira.v

KATA PENGANTARAlhamdulillahirabbil„alamin puji syukur penulis panjatkan kehadiratAllah SWT atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya begitupun hingga skripsiini berjudul “Kebudayaan Tionghoa Dalam Ritual Agama Buddha (Studi AtasBudaya China Dalam Tradisi Agama Buddha di Vihara Maitreyawira),” dapatterselesaikan. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi MuhammadSAW semoga setiap dari kita kelak mendapat syafaat darinya.Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna dan tidakakan dapat terselesaikan tanpa ada dukungan dari banyak pihak baik secaramateril maupun moril. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkanbanyak terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaianskripsi ini, terutama kepada yang terhormat:1.Allah SWT, yang telah melancarkan segala urusan saya baik mulai dari awalkuliah hingga mengerjakan skripsi tanpa kehendak dari yang kuasa skripsi initidak akan mungkin bisa terselesaikan.2.Prof. Dr. M Ikhsan Tanggok, M.A, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yangmemberikan arahan, serta kesabaran dan ketelitian dalam membimbingPenulis. Beliau yang telah banyak meluangkan waktunya, tenaga, fikiran danmemberikan arahan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehinggapenulis dapat menyelesaikan skripsi ini.3.Dr. Media Zainul Bahri, MA, selaku Ketua Jurusan Studi Agama-agamasekaligus Dosen Penasehat Akademik, yang memberikan pelayanan kepadamahasiswa/i dengan baik.vi

vii4.Ibunda Dra. Halimah SM, MA, selaku Sekertaris Jurusan Studi Agamaagama, yang selalu memberikan pelayanan kepada mahasiswa/i dengan baik.5.Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A ataskesempatan belajar dan fasilitas yang diberikan kepada fakultas Ushuluddindan Filsafat6.Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin Prof. Dr. Masri Mansoer, M.A, selakuDekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.7.Prof. Dr. M Ikhsan Tanggok, M.A, Selaku Wadek I bidang AdministrasiFakultas Uhsuluddin. Dr. Bustamin, M.A, selaku Wadek II bidangAdministrasi Umum. Dr. M. Suryadinata, M.A, selaku Wadek III bidangKemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.8.Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin, para Staff Akademik FakultasUshuluddin khusus dengan bang Jamil yang telah membantu dalam informasitentang skripsi, para Staff Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan para StaffPerpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.9.Ayahanda Ir. M.W Budi Utomo, Ibunda tercinta Syaukah S.Ag, kakak DiahSelviani dan adik A. Syaugi yang telah membuat saya semangat dalammenjalankan skripsi.10. Teman-teman terbaik saya yang selalu mensupport dan mendukung dari awalmula perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi: Studi Agama-agama kelas(A).11. Sahabat-sahabat sebagai salah satu sumber keceriaan terampuh bagi penulis:berdelapan.

viii12. Nur Shabrina dan Mustika Diani Dewi sebagai teman terbaik yang selalumemberikan waktunya untuk membantu saya dalam mengerjakan skripsi.13. Uswatun Hasanah yang telah membantu saya dalam penelitan skripsi danmemberikan dorongan motivasi saya dalam mengerjakan skripsi.14. Sahabat-sahabat saya Akew, Riris, Ayu dan Anggi mereka yang selalumensuport dan selalu membantu dalam semangat saat mengerjakan skripsi.15. Teman-teman KKN OKTET 155 yakni: Ulya, Ifa, Aidina, Sinaida, Pratiwi,Tami, Hera, Wina, Dicki, Fariz, Ibnu, Ikhsan, Ridho, Ade, yang telahberjuang bersama dalam kuliah kerja nyata UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.16. Teman-teman seperjuangan Studi Agama-agama kelas (B) yang telahmemberikan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.Semoga semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,mendapatkan balasan dari Allah SWT. Dan penulis menyadari bahwa skrisp inimasih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkankritik dan saran dari pembaca, demi lebih baiknya skripsi ini. Akhir kata semogaskripsi ini bermanfaat untuk semua Aamiin.Jakarta, 25 Oktober 2018Elva Nuzuliah

DAFTAR ISILEMBAR PERSETUJUAN . iiLEMBAR PERNYATAAN . iiiPENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNASAQOSYAH . ivABSTRAK . vKATA PENGANTAR . viDAFTAR ISI . ixBAB I PENDAHULUAN . 1A. Latar Belakang . 1B. Rumusan Masalah . 6C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . 6D. Tinjauan Pustaka . 7E. Metode Penelitian. 9F.Sistematika Penulisan . 14BAB II SEJARAH PERKEMBANGAN TIONGHOA DI INDONESIA . 15A. Pengertian Tionghoa . 15B. Sejarah dan Perkembangan Etnis Tionghoa di Indonesia . 17C. Steoritip Orang Tionghoa . 24D. Ajaran yang Membentuk Golongan Keagamaan . 26BAB III SEJARAH VIHARA MAITREYAWIRA . 29A. Pengertian Vihara dan kegunaannya . 29B. Pengertian Buddha Maitreya . 29C. Letak dan Sejarah Singkat Berdirinya Vihara Maitreyawira Jakarta . 33D. Kegiatan di Vihara Maitreyawira . 36ix

xE. Aliran dalam Agama Buddha di Vihara Maitreyawira . 38BAB IV PENGARUH TIONGHOA DALAM AGAMA BUDDHA DIVIHARA MAITREYAWIRA . 41A. Pelaksanaan Ritual di Vihara Maitreyawira . 41B. Tradisi Tionghoa Dalam Agama Buddha di Vihara Maitreyawira . 46C. Faktor Penyebab Masyarakat Tionghoa Pindah Agama Buddha . 53D. Makna Simbol Vihara Maitreyawira dalam tradisi Tionghoa. 55E. Motivasi beribadah masyarakat di Vihara Maitreya . 58BAB V PENUTUP . 62A. Kesimpulan . 62B. Saran . 64DAFTAR PUSTAKA . 66LAMPIRAN-LAMPIRAN . 71

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangIndonesia hidup bermasyarakat dalam berbagai macam budaya, suku,bahasa, ras dan beraneka ragam adat istiadat. Dengan keanekaragaman sukuini, Indonesia memiliki keunikan budaya, adat-istiadat, kepercayaan, ceritasejarah, serta keindahan bentangan alam yang mampu membuat siapa punberdecak kagum. Menurut Koentaraningrat kebudayaan sebagai “keseluruhandari hasil budi dan karya.” Dengan kata lain kebudayaan adalah keseluruhandari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan karyanya.Jadi kebudayaan merupakan produk dari budaya. Sedangkan perwujudan laindari kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagaimakhluk yang berbudaya, dan benda-benda yang bersifat nyata merupakankehidupan bermasyarakat untuk membantu manusia.1Realitas kemajemukan bangsa Indonesia tercermin secara nyata daribanyaknya etnis seperti etnis Jawa, Sunda, Betawi, Madura, Batak, Banjar,Dayak, Buton, Bali, Sasak, Maluku, Minang dan lain sebagainya. MenurutImam Syafii dalam buku penelitian antropolog Amerika Serikat HildredGeertz berjumlah lebih dari 300 etnis. Masing-masing etnis mempunyaibahasa daerah (Hildred Geertz dalam penelitiannya memperkirakan lebih dari250 bahasa lokal di pakai di Indonesia), adat istiadat, tradisi, seni dan budayasendiri-sendiri dengan identitas khas yang berbeda satu sama lain. Dari segiagama dan kepercayaan, bangsa Indonesia memperlihatkan juga sosok1Widiastuti, “Analisis Swot Keragaman Budaya Indonesia,” Jurnal Ilmiah WIDYA, Vol,1, No. 1, h. 9.1

2kemajemukan yang sangat kaya dan variatif. Agama-agama besar sepertiIslam (dipeluk oleh mayoritas bangsa Indonesia), Kristen (Katolik danProtestan), Hindu dan Buddha sudah lama eksis di Tanah Air ini danmempunyai komunitas penganut masing-masing. Realitas historis sosiologisini menunjukkan secara nyata bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakatyang religius. Bahkan Indonesia terdapat Kementerian Agama (Kemenag)yang salah satu tugas pokoknya adalah menumbuhkembangkan, membina danmenjaga kerukunan antar umat beragama dan toleransi antarpenganutkepercayaan.2Praktik keagamaan dalam setiap upacara-upacara keagaman diIndonesia disebut ritual keagamaan yang mana berarti serangkaian kegiatanyang dilaksanakan terutama untuk tujuan simbolis pada agama atau suatukepercayaan. Secara garis besar definisi ritual keagamaan adalah sarana yangmenghubungkan manusia dengan yang keramat, inilah agama dalam praktek(in action). Ritual bukan hanya sarana yang memperkuat ikatan sosialkelompok dan mengurangi ketegangan, tetapi juga suatu cara untukmerayakan peristiwa-peristiwa penting dan yang menyebabkan krisis, sepertikematian.3 Alexander menekankan bahwa semua ritual, termasuk ritualkeagamaan, didasarkan kepada dunia keseharian manusia.4Salah satu etnik minoritas di Indonesia namun dapat perhatian lebihdari pemerintah dan memberikan sumbangsih dalam perekonomian Indonesiaadalah Tionghoa. Tionghoa di Indonesia juga mempunyai hak untuk2Ahmad Syafi‟i Mufid, Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal DiIndonesia (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012), Cet Ke-1, h. xiii.3William A. Haviland, Antropologi (Jakarta: Erlangga, 1985), h. 207.4Yusron Razak, dkk., Antropologi Agama (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), Cet Ke-1,h. 116.

3mempercayai agama, walaupun masyarakat di Indonesia mayoritas beragamaIslam namun kebebasan untuk memilih agama sesuai kepercayaan masingmasing tetap dibolehkan sesuai aturan pemerintah yang telah diresmikan.Karena sebagian besar orang Tionghoa di Indonesia menganut agama Tao,Konghucu dan Buddha. Namun yang apabila ditanya agama apa yang merekaanut mereka menjawab bahwa mereka masih mempercayai agama nenekmoyang, padahal tertera di dalam KTP mereka beragama Buddha. karena padasaat itu Khonghucu belum diresmikan mereka menaruh agama Buddha didalam KTP. Namun ada juga beberapa tempat ibadah yang menjadi tradisietnis Tionghoa untuk berdoa seperti: klenteng-klenteng di Indonesia, sebagianbesar adalah kelenteng yang bercorak Tridharma, dimana ada patung Lao-tze,Khonghucu dan Buddha menjadi syarat utama dari kelenteng-kelentengtersebut. Dalam kelenteng tersebut disediakan juga patung-patung dewa lain,seperti Kwan Kong (dewa perang, dewa bumi, dan lain-lain) patung ini seringjuga dipuja, dimintai pertolongannya oleh sebagian besar pengunjungklenteng.Buddha berasal dari akar kata sanskerta Budh yang mempunyai artibaik “bangun” ataupun “mengetahui”. Dengan kata lain, kata “Buddha” adalah“Ia Yang Mengetahui” atau “Ia Yang Bangun”.5 Kata Buddha menunjukkan,bukan hanya satu guru religius tunggal yang hidup di zaman tertentu, tetapisatu tipe seorang teladan yang memberikan banyak contoh yang berlakusepanjang waktu. Hari Tri suci Waisak adalah peringatan akan Kelahiran,Pencapaian Kesempurnaan, sekaligus Parinirwana (wafat) dari Buddha5M. Ikhsan Tanggok, Agama Buddha (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009)Cet Ke-1, h. 1-2.

4Sidharta Gautama. Menurut sudut pandang doktrin Buddhis klasik, kataBuddha memiliki arti yang lebih luas daripada gelar seorang figur historis.Bukan hanya seorang guru agama tunggal yang pernah hidup di zamantertentu, tetapi satu tipe pribadi seorang teladan yang memberikan banyakcontoh teladan yang berlaku sepanjang waktu.6Meskipun sebagian besar di antara orang Tionghoa secara resmimenganut agama Buddha dan ada sebagian kecil menganut agama Katolik,Kristen yang tertera di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Namun banyakdi antara mereka yang apabila ditanya agama yang dianut, mereka menyatakandiri bahwa menganut agama Khonghucu dan Tao. Ada juga di antara merekadengan tegas menyatakan bahwa Khonghucu bukanlah agama melainkanfilsafat dan etika kehidupan keluarga. Secara resmi ada diantara mereka yangmenganut agama Buddha, tapi mereka juga menyatakan bahwa mereka masihmenerapkan agama nenek moyangnya seperti Taoisme dan Konfusianismedalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, seperti melakukanpemujaan leluhur dan melakukan pemujaan pada dewa-dewa dan roh-roh diklenteng.7Beberapa tokoh agama di Indonesia mengatakan bahwa antaraKonfusianisme dan Taoisme sulit untuk dipisahkan, sebab kedua ajaran itulahir di dalam wilayah yang sama, dan perbedaan waktu lahir kedua ajaran initidak begitu lama. Kalau Buddhisme menurut mereka, mungkin masih dapatdipisahkan dari Konfusianisme dan Taoisme, karena Buddhisme tidak lahir diTiongkok tapi di India. Ajarannya masuk ke Tiongkok karena dibawa oleh6Wahid Winoto, Buddha & PesanNya (Jakarta: Dian Dharma, 2006), h. 2-4.M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao (Jakarta: Lembaga PenelitianUIN Jakarta, 2006), Cet Ke-1, h. 26.7

5para pedagang Tiongkok yang pulang dari India. Meskipun demikian, dalampraktik keagamaan orang Tionghoa ketiga ajaran ini saling melengkapi satudengan yang lainnya dan selalu digunakan dalam acara-acara tertentu atauresmi.8Masyarakat Tionghoa yang beragama Buddha sembahyang di Vihara.Vihara adalah tempat dimana keagamaan umat Buddha dilangsungkan.9Banyak Vihara di Indonesia salah satunya Vihara Maitreya. karena sebagianbesar masyarakat di Vihara Maitreyawira adalah etnis Tionghoa, maka tradisiyang digunakan dalam Vihara ini tidak terlepas dari kebudayaan Tionghoayang masih dilestarikan agar tidak hilang begitu saja. Maitreya berasal daribahasa sanskrit „Maitri‟ yang berarti cinta kasih. Maitreya memiliki sumpahyaitu mengubah dunia yang lama ini menjadi dunia baru, menata duniamenjadi surga. Tempat hidup kita selama ini dipenuhi kejahatan, pertikaian,kebencian, ketidakadilan, dan seterusnya.10Masyarakat yang berdoa dan sembahyang di Vihara Maitreyamayoritas etnis Tionghoa. Keseharian mereka dalam beribadah tidak lepasdari budaya Tionghoa, baik dalam ritual keagaamannya maupun hari rayaTiongkok masih di lakukan di Vihara ini. Pernak pernik yang ada di dalamVihara Maitreya juga tidak lepas dari budaya Tionghoa.11 Karena Buddhaberasal dari India seharusnya budaya India masih diterapkan dan dimunculkan namun dalam hal ini berbeda dengan di Indonesia budaya yang8M. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao (Jakarta: Lembaga PenelitianUIN Jakarta, 2006), Cet Ke-1, h. 26-27.9Miskaningsih, “Makna Simbolis Ornamen Pada Bangunan Utama ViharaAvalokitesvara Di Kawasan Banten Lama”, skripsi (Yogyakarta: Fakultas Bahasa Dan SeniUniversitas Negeri, 2017), h. 18.10Yoyoh Masruroh, “Makna dan Tata Cara Bhakti Puja Dalam Ajaran Buddha Maitreya”,Skripsi (Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 8.11Wawancara Pribadi dengan Pandita Mingfuu. Jakarta, 19 Maret 2018.

6menonjol dalam agama Buddha adalah budaya Tionghoa. Terkait penelitianini, penulis berusaha untuk meneliti mengenai budaya Tionghoa dalam ritualagama Buddha yang kita tidak pernah mengetahui mereka masih memakaikebudayaan Tionghoa dalam ritual tersebut atau tidak. Sehingga penulis inginmengupas dan meneliti lebih dalam lagi mengenai budaya Tionghoa dalamritual agama Buddha. Berdasarkan latar belakang di atas, maka judul skripsiyang diangkat oleh peneliti yaitu “kebudayaan Tionghoa dalam ritual agamaBuddha di Vihara Maitreyawira”B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis merumuskanbeberapa masalah sebagai berikut:1. Apa saja pengaruh tradisi Tionghoa di Indonesia dalam agama Buddha diVihara Maitreyawira?2. Bagaimana kontroversi penyebab masyarakat Tionghoa yang pindahagama Buddha di Vihara Maitreyawira?C. Tujuan dan Manfaat PenelitianSesuai rumusan masalah yang telah penulis buat maka tujuanpenulisan skripsi ini adalah:1. Untuk mengetahui pengaruh tradisi Tionghoa apa saja yang ada dalamagama Buddha di Vihara Maitreyawira.2. Untuk mengetahui kontroversi penyebab masyarakat Tionghoa yangpindah agama Buddha di Vihara Maitreyawira.Adapun manfaat penelitian ini adalah:

71. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjanahprogram Studi Agama-agama di Fakultas Ushuluddin UIN SyarifHidayatullah Jakarta.2. Agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat menjadi rujukan penelitianpenelitian serupa di kemudian hari.3. Untuk menambah wawasan adanya unsur-unsur budaya Tionghoa di dalamagama Buddha.D. Tinjauan Pustaka1. Setelah melakukan pembacaan yang intensif di berbagai sejumlahperpustakaan UIN Syarif Hidayatullah, khususnya tentang kajian pustakayang fokus membahas tentang “Makna dan Tata Cara Bhakti Puja DalamAjaran Buddha Maitreya” oleh Yoyoh Masruroh, Fakultas Ushuluddindan Filsafat. Dalam skripsinya, Yoyoh Masruroh mengenai pemahamanbhakti puja dan makna bagi umat Buddha di vihara Maitreyawira.Kesimpulannya agar umat selalu mementingkan cinta kasih kepada semuamakhluk, oleh karena itu Buddha Maitreya rela berjuang siang dan malamdalam melaksanakan bhakti puja. Persamaan skripsi dengan penulis samasama meneliti di Vihara Maitreya hanya saja perbedaannya penulis lebihfokus kepada unsur-unsur budaya Tionghoa yang beragama

Meskipun sebagian besar di antara orang Tionghoa secara resmi menganut agama Buddha dan ada sebagian kecil menganut agama Katolik, Kristen yang tertera di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP). Namun banyak di antara mereka yang apabila ditanya agama yang dianut, mereka menyatakan diri bahwa menganut agama Khonghucu dan Tao.

Related Documents:

etnis Tionghoa Jawa Timur telah terinterferensi oleh bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Tionghoa, maupun dialek Suruboyoan. Hasil analisis tampak dalam Tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Bentuk interferensi yang terjadi pada lagam etnis Tionghoa Jawa Timur Bentuk lagam kata Bentuk interferensinya dari bahasa Indonesia atau bahasa Jawa atau bahasa

Cara Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah dan Strategi Kebudayaan sebagai aturan turunan UU. Pasal 2 dalam Peraturan Presiden tersebut menyebutkan bahwa “Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah kabupaten/kota, Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah provinsi, dan Strategi Kebudayaan merupakan landasan kebijakan pembangunan Kebudayaan

MAKNA DAN URGENSI AGAMA BAGI MANUSIA A. Mencari Makna Agama, Perspektif Ontologis . Dalam wacana pemikiran modern Barat, persoalan pendefinisian kata agama telah mengundang perdebatan dan polemik yang tidak berkesudahan, baik di bidang Ilmu Filsafat Agama, Teologi, . Problematika Agama dalam Kehidupan Manusia (Jakarta: Kalam Mulia, 1989), 1

Lahirnya Program Studi Perbandingan Agama di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat adalah pada tahun 1962. Prodi Perbandingan Agama sudah bertukar nama ke Prodi Studi Agama-Agama di atas keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam

perkembangan peradilan agama yang spesifik dalam sistem peradilan nasional, pembinaan terhadap badan peradilan agama dilakukan dengan memperhatikan saran dan pendapat Menteri Agama dan Majelis Ulama Indonesia”. Disamping itu pula, ketentuan tentang batas waktu pengalihan organisasi, administrasi, dan finansial dalam lingkungan Peradilan Agama

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu untuk memenuhi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Ilmu TarbiyahPendidikan Agama Islam (S.Pd). Oleh SHOIBATUL ASLAMIA NIM. 131 6210713 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

STRATEGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 2 PEKUNCEN BANYUMAS Miftahudin, NIM. 082338040, udin miftah132@gmail.com Progran Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto) ABSTRAK Pendidikan Agama Islam merupakan pendidikan yang sangat penting bagi

Unit-1: Introduction and Classification of algae (04L) i) Prokaryotic and Eukaryotic algae ii) Classification of algae according to F. E. Fritsch (1945), G.W. Prescott and Parker (1982)