Membangun Karakter Dan Budaya Bangsa Melalui Kegiatan Apresiasi Sastra .

1y ago
16 Views
2 Downloads
650.85 KB
14 Pages
Last View : 11d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Anton Mixon
Transcription

Prosiding Seminar Nasional PBSI-III Tahun 2020Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Guna Mendukung Merdeka Belajar pada Era RevolusiIndustry 4.0 dan SocietyMEMBANGUN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA MELALUIKEGIATAN APRESIASI SASTRA LISANAzira Natasya, Fitriani Lubis, Dwi Fitriani, Rayanda AlfathiraMahasiswa Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Medansurel: aziranatasya07@gmail.com , dwiiftr.25@gmail.com , rayandaaf@gmail.comAbstrakSastra lisan merupakan suatu karya sastra yang diwariskan secara turun-temurun. Khususnya di daerahKota Tanjung Balai- Asahan, Sastra Lisan yang ada dan pernah nampak adalah Senandung, tapi jika diuliklebih dalam lagi pada saat ini remaja-remaja banyak yang tahu apa itu senandung tapi tidak mengetahuiseperti apa senandung itu. Senandong yang banyak diketahui remaja-remaja di Kota Tanjung BalaiAsahan yaitu yang berjudul “Bertelurlah Kau Sinangin”. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptifkualitatif yang bersifat studi pustaka (Library Research) yang menggunakan buku-buku dan literaturliteratur lainnya sebagai objek yang utama. Sumber data yang dipilih peneliti yaitu Sumber Primer; dansumber sekunder. Adapun metode pengumpulan data penelitian ini diambil dari sumber data. Dalampenelitian kepustakaan, metode yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian berupa data-datakepustakaan yang telah dipilih, dicari, disajikan, dan dianalisis. Dalam penelitian ini menggunakananalisis data berupa analisis isi. Analisis isi merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu data.Kata Kunci: Sastra lisan, Senandung, BudayaPENDAHULUANPendidikan merupakan suatu unsur terpenting dalam mewujudkan kemajuan suatubangsa, karena maju mundurnya suatu bangsa pada masa kini atau masa yang akan datang sangatditentukan oleh pendidikan. Pendidikan yang bermutu merupakan hal yang sangat penting dalamkemajuan suatu bangsa. Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik danberkualitas. Jadi dengan pendidikan berkualitas juga akan membentuk manusia berkualitaskedepannya (Oemar Hamalik, 2001:79).Dalam pendidikan, bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajartetapi juga dalam membentuk karakter dan budaya siswa di Indonesia. Karakter adalah sastralisan yang tersebar di berbagai daerah di Nusantara. Sastra lisan adalah teks lisan sebagai bagiandari forklor yang merupakan kekayaan lokal jenius yang perlu digali dan diberdayakan seluasluasnya untuk kepentingan pendidikan karakter dalam rangka meningkatkan sumber dayamanusia di Indonesia yang lebih bermutu, tangguh, pantang menyerah, ulet, tekun, jujur, kerjakeras, heroik, religius, beretika, mampu bekerja sama, negarawan, taat pada hukum, relaberkorban, mengabdi, dan karakter lainnya.Pendidikan karakter dan budaya bangsa sangat penting dalam dunia pendidikan. Saat ini,pendidikan hanya mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan peserta didik.Sedangkan, pembentukan karakter dan nilai-nilai budaya bangsa di dalam diri peserta didiksemakin terpinggirkan sehingga banyak masyarakat yang kurang mengetahui disebabkan tidakditemukannya pembelajaran mengenai sastra lisan senandung ini. Maka dari itu, kamimengangkat judul “Membangun Karakter dan Budaya Bangsa Melalui Sastra Lisan”, sebagaiupaya yang tepat dalam membentuk karakter masyarakat, khususnya masyarakat kota TanjungBalai.Kota Tanjung Balai termasuk daerah yang masyarakatnya mayoritas suku Melayu atauetnis Melayu. Namun, saat ini senandung Melayu di kota Tanjung Balai sudah hampir tidak253

Prosiding Seminar Nasional PBSI-III Tahun 2020Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Guna Mendukung Merdeka Belajar pada Era RevolusiIndustry 4.0 dan Societyterlihat lagi, karena jarangnya siswa/i yang mempelajari dan tidak terdapatnya pembelajaranmengenai sastra lisan ini.Adapun sastra lisan yang dibahas pada penelitian ini adalah sastra lisan senandung yangsaat ini sudah jarang diperdengarkan lagi oleh masyarakat Tanjung Balai. Di sekolah, dalampembelajaran bahasa Indonesia, siswa hanya belajar dengan teks-teks panjang yang diberikanoleh guru, sehingga siswa hanya dituntut untuk berfikir dalam mengerjakan setiap tugas. Hal inimenyebabkan, kurangnya pengetahuan siswa mengenai sastra lisan yang merupakan salah satukebudayaan di kota Tanjung Balai, sehingga masyarakat Tanjung Balai sangat minim dalamminat membudidayakan senandung sebagai sastra lisan di kota Tanjung Balai.LANDASAN TEORIKarya sastra dalam penceritaannya sebagian besar merupakan refleksi fenomenakehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Rahmanto (1988: 15)bahwa pada dasarnya sastra memiliki hubungan relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata.oleh karena itu, jika pembelajaran sastra ini dilaksanakan dengan cara yang tepat makadiharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada seperti fenomena tentang kurangnyapelestarian serta pembudidayaan sastra di lingkungan masyarakat, khususnya sastra lisan.Sastra lisan memiliki beberapa fungsi sosial bagi pendukungnya. William R. Bascom danDundes (dalam Sudikan 2014:151) menjelaskan bahwa sastra lisan (folklor lisan dan folklorsebagian lisan) mempunyai empat fungsi, yaitu: (a) sebagai sebuah bentuk hiburan, (b) sebagaialat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (c) sebagai alat pendidikananak-anak, (d) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selaludipatuhi anggota kolektifnya.Sastra lisan Melayu yang merupakan sastra lisan Indonesia dengan berbagai genrenyadiciptakan untuk menumbuhkan religiusitas, mengajar agar berlaku jujur, rasa ingin tahu,toleran, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air,menghargai prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, pedulilingkungan dan sosial, atau tanggung jawab yang kesemuanya bermuara pada pembinaankarakter.Dalam penelitian ini peneliti menggali informasi dari penelitian-penelitian yang sudahlebih dahulu dibuat sebelumnya sebagai bahan perbandingan, seperti mengenai kelebihan dankeurangan serta peneliti juga mencari informasi dari buku-buku, skripsi, dan jurnal-jurnal agarmendapatkan informasi yang sudah ada sebelumnya mengenai teori yang berkaitan dengan judulyang peneliti gunakan untuk memperoleh teori ilmiah.1. Jurnal Maman Suryaman, Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2017 dengan judul“Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Sastra” Penelitian ini merupakan penelitian kajiandeskriptif. Data dan teori-teori yang dikumpulkan dideskripsikan dengan tersusun, denganmerujuk pada data-data temuan penelitian.Data termutakhir dari laporan UNESCO (2003) melalui Program for International StudentAssessment (PISA) menunjukkan bahwa keterampilan membaca anak-anak Indonesia usia 15tahun ke atas, berada pada urutan ke-39 dari 41 negara yang diteliti. Berita yang dilansir olehHarian Umum Pikiran Rakyat (Pikiran Rakyat, 5 Agustus 2005) tentang kondisi ideal surat kabaryang harus dibaca, yakni 1:10 atau satu surat kabar untuk 10 penduduk, belum dicapai olehmasyarakat Indonesia. Bahkan, masih di bawah Filipina dan Sri Langka dengan rasio sebagaiberikut: Indonesia 1:45; Filipina 1:30; dan Sri Langka 1:38. Kondisi tersebut mencerminkanbahwa kebutuhan dan kemampuan membaca masyarakat Indonesia sebagai pondasi awal bagipembentukan karakter masih sangat rendah.Berdasarkan analisis mengenai hakikat sastra, materi bersastra dalam kurikulum, sertapembelajaran bersastra yang diharapkan, dapatlah ditarik beberapa simpulan. (1) Secara hakikisastra merupakan media pencerahan mental dan intelektual peserta didik yang menjadi bagianterpenting di dalam pendidikan karakter (2) Pembelajaran bersastra yang relevan untuk254

Prosiding Seminar Nasional PBSI-III Tahun 2020Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Guna Mendukung Merdeka Belajar pada Era RevolusiIndustry 4.0 dan Societypengembangan karakter peserta didik adalah pembelajaran yang memungkinkan peserta didiktumbuh kesadaran untuk membaca dan menulis karya sastra. (3) Untuk membangun karakterdan kepribadian peserta didik yang berakhlak mulia, berkarakter kuat, seperti kreatif, kompetitif,disiplin, menjunjung semangat kebangsaan, serta siap untuk menjadi manusia yang tangguh danuntuk segera dapat memperbaiki berbagai permasalahan kepribadian dan moral peserta didikyang sedang melanda bangsa akhir-akhir ini, diperlukan buku-buku sastra yang memenuhikriteria yang sesuai untuk peserta didik.2. Lustantini Septiningsih. Peneliti di Pusat Pengembangan dan Perlindungan BadanPengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun2015 dengan judul “Membangun Karakter Bangsa Melalui Sastra: Kajian Terhadap MateriKarya Sastra di Sekolah Menengah Atas”Hasil penelitian ini menunjukkan, berdasarkan analisis mengenai “Membangun KarakterBangsa Berbasis Sastra: Kajian terhadap Materi Karya Sastra di Sekolah Menengah Atas”, dapatdisimpulkan bahwa karya sastra yang digunakan sebagai bahan ajar bahasa Indonesia di sekolahmenengah atas dapat digunakan untuk membangun karakter. Hal itu ditunjukkan denganberbagai tema yang diangkat sebagai materi karya sastra dengan tema yang mengacu padapembangunan karakter. Tema yang diangkat dalam materi karya sastra bahan ajar tersebutadalah 1) tema cinta (puisi “Negeriku”, “Lagu Seorang Gerilya”, dan “Doa”, drama SampekEngtay, serta novel Ca Bau Kan, Cinta untuk Divan, dan Dari Lembah ke Choolibah); 2) temakepedulian (puisi “Burung-Burung Enggan Bernyanyi” dan “Menanam Pohon Akasia”); 3) temabekerja keras (cerpen “Sandal Jepit”); 4) tema suka menolong (cerpen “Kereta Raksasa”, dramaBunga Rumah Makan, dan puisi “Dengan Kasih Sayang”); 5) tema pendidikan (cerpen “AjaranKehidupan Seorang Nenek”); 6) tema bekerja sama (novel Area X); 7) tema kepemimpinan(novel Pasar).Berdasarkan dua kajian pustaka di atas, dapat dilihat perbedaannya dengan penelitianyang peneliti buat. Kedua kajian pustaka di atas menggunakan metode penelitian deskriptif,sedangkan peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Kedua kajian pustaka menggunakan satumodel pembelajaran, yaitu Reciptorocal Teaching.1. MembangunMembangun ialah sebuah perubahan sosial, yang mana terdapat berbagai ide baru yangdiperkenalkan bertujuan agar bisa menghasilkan pendapatan per kapita dan level kehidupanyang lebih baik dengan menggunakan metode produksi yang lebih canggih dan organisasi sosialyang lebih terarah (Rogers dan Shoemaker). Menurut Benny H. Hoed, pembangunan dapatdiartikan setiap upaya sistematis yang dilaksanakan untuk melepaskan diri dari ketertinggalan,dan upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat (Benny H. Hoed)2. KarakterKarakter merupakan sebuah gaya, sifat, ciri, dan juga karakteristik yang dimiliki olehseseorang yang berasal dari pembentukan atupun tempaan yang diperolehnya melaluilingkungan di sekitarnya (Doni Kusuma) Selanjutnya, karakter pada dasarnya jauh lebih baikdaripada dengan sekedar perkataan. Selain itu, karakter ialah pilihan yang dapat menentukansebuah tingkat kesuksesan dari seseorang (Maxwell)3. BudayaBudaya adalah hasil pekerjaan atau usaha dari manusia yang berwujud benda ataupemikiran manusia pada masa hidup di kala itu. Pendapat ini hampir mirip dengan SoelaimanSoemardi & Selo Soemardjan, yang mengambil pengertian budaya dari sisi masyarakat ataumanusia (Soekmono). Selanjutnya, budaya juga diartikan sebagai hasil dari usaha perjuanganmasyarakat pada alam serta zaman yang memberikan bukti kemakmuran dan kejayaan hidup.Usaha perjuangan inilah yang mampu menghadapi serta menyikapi berbagai kesulitan dalammencapai kemakmuran dan kebahagiaan hidup masyarakat tersebut. Bahkan Pendapat dari KiHajar Dewantara ini dianggap lebih tepat dengan budaya di Indonesia. Hal ini disebabkan karena255

Prosiding Seminar Nasional PBSI-III Tahun 2020Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Guna Mendukung Merdeka Belajar pada Era RevolusiIndustry 4.0 dan Societybudaya di Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan dari waktu ke waktu sehinggamembuat perubahan kondisi alam (Ki Hajar Dewantara).METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian kualitatif, berupa analisis nilai karakter yang terdapatpada senandung Tanjung Balai. Adapun Metode penelitian dalam kajian pustaka berisi teoriteori yang relevan disertai dengan masalah-masalah penelitian. Dalam bagian ini dilakukukanpengkajian mengenai konsep serta teori. Adapun konsep dan teori yang digunakan yaitu dariliteratur-literatur yang ada, seperti dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.Kajian pustaka merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian yang dapat membangunkonsep dan teori sebagai dasar studi alam penelitian. Jadi, dengan menggunakan metodepenelitian kajian pustaka ini penulis dapat mencari solusi untuk menyelesaikan masalah yangsedang diteliti.Sebelum melakukan metode kajian pustaka peneliti harus mengetahui bahan-bahan yangakan menjadi rujukan penelitian dan mengetahui dari mana sumber-sumber ilmiah yang akandiperoleh. Adapun yang menjadi alasan peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif,karena metode tersebut yang paling cocok untuk melaksanakan penelitian yang akan ditelitiyaitu penelitian tentang Membangun Karakter Budaya Bangsa Melalui Karya Sastra Lisan.Dalam hal ini diharapkan dengan menggunakan metode tersebut dapat memberikan gambarannyata mengenai sastra lisan sebagai sarana dalam pembentukan karakter budaya bangsa terhadapsiswa.Dalam penelitian ini sumber data promer yang dipilih oleh peneliti dari hasil wawancarayang diperoleh dari penduduk asli daerah setempat mengenai satrsa lisan yang ada di daerahtersebut. wawancara dilakukan pada dua orang penduduk asli, dilengkapi dengan catatan tertulisdan menggunakan alat bantu rekaman seperti handphone. Sedangkan sumber data yang dipilihdari jurnal-jurnal dan buku-buku mengenai sastra lisan. Data sekunder juga didapatkan di tempatpenulis melakukan penelitian, data yang didapat berupa gambaran umum tempat penelitian sertasastra lisan “senandung” yang di berikan oleh narasumber.Adapun metode pengumpulan data penelitian ini diambil dari sumber data. Sumber datadalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh. Apabila peneliti menggunakandokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedangkan isi catatansubjek penelitian atau variabel penelitian.Dalam penelitian kepustakaan, metode yang digunakan dalam mengumpulkan datapenelitian berupa data-data kepustakaan yang telah dipilih, dicari, disajikan, dan dianalisis.Sumber data penelitian ini mencari data-data yang substansinya membutuhkan tindakanpengilahan secara filosofis dan teoritis. Studi pustaka di sini adalah studi pustaka tanpa disertaiuji empiris (Muhadjir, 1998: 159). Data yang disajikan adalah data yang berbentuk kata yangmemerlukan pengolahan supaya ringkas dan sistematis (Muhadjir, 1998: 29). Pengumpulan datayang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan buku-buku dan artikel ilmiahtentang sastra lisan daerah.Setelah seluruh data atau informasi terkumpul dilanjutkan dengan langkah menganalisadata yang sudah didapat untuk ditarik suatu kesimpulan. Agar memperoleh data dan informasiyang benar peneliti dapat menggunakan teknik analisis isi. Teknik analisis isi dapat menelitisemua bentuk komunikasi seperti surat kabar, barita, dan lain-lain. Tentu kaitannya akanmempermudah peneliti dalam pemahaman dengan mengenalisis kebenarannya melalu pendapatpara ahli yang berkenaan dengan sastra. Dalam penelitian ini menggunakan analisis data berupaanalisis isi (content analysis). Analisis ini merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu data(Muhadjir, 1998:49). Adapun langkah-langkah dalam analisis isi yaitu: (1) Menetapkan desaindan model penelitian. Dalam hal ini menetapkan media, analisis perbandingan atau korelasi,serta obyek penelitian. (2) Pencarian data primer atau data pokok. Dalam analisis ini peneliti256

Prosiding Seminar Nasional PBSI-III Tahun 2020Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Guna Mendukung Merdeka Belajar pada Era RevolusiIndustry 4.0 dan Societymenggunakan teks sebagai data primernya. Teks merupakan suatu obyek pokok, pencarian dapatdilakukan dengan menggunakan lembaran pengamatan yang sengaja dibuat untuk keperluanpencarian data. Pencarian pengetahuan kontekstual. Hal ini dilakukan , agar tidak berada diruanghampa, dan tetap terlihat saling berkaitan dengan faktor lainnya.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN1. Gambaran Umum Wilayah PenelitianKota Tanjungbalai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Luaswilayahnya 60,52 km² dan penduduk berjumlah 154.445 jiwa. Kota ini berada di tepi SungaiAsahan, sungai terpanjang di Sumatera Utara. Jarak tempuh dari Medan lebih kurang 186 KMatau sekitar 5 jam perjalanan kendaraan. Sebelum Kota Tanjungbalai diperluas dari hanya 199ha (2 km²) menjadi 60,52 km², kota ini pernah menjadi kota terpadat di Asia Tenggara denganjumlah penduduk lebih kurang 40.000 orang dengan kepadatan penduduk lebih kurang 20.000jiwa per km². Akhirnya Kota Tanjung Balai diperluas menjadi 60 Km² dengan terbitnyaPeraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan batas wilayahKota Tanjung Balai dan Kabupaten Asahan.2. Sejarah Senandung di Tanjung BalaiSejarah mengenai syair-syair yang dilantunkan dalam kesenian senandung Tanjung Balaipenuh dengan kata-kata mistis yang sarat dengan kata-kata petuah atau nasehat dari orang-orangterdahulu. Syair-syair senandung Tanjung Balai juga disertai dengan bunyi-bunyian alatmusikseperti gendang, gong, biola, dan rebab. Hal tersebut menjadikan senandung sebagai hiburanpada acara-acara tertentu di kota Tanjung Balai seperti acara pernikahan, khitanan, dan acaraacara lainnnya. Senandung Tanjung Balai pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1950an sampai dengan tahun 1970-an. Pada masa itu senandung Tanjung Balai masih dikatakansebagai senandung Asahan karena saat itu Tanjung Balai masih bersatu dengan kabupatenAsahan. Senandung tersebut sangat terkenal di Sumatera Utara, bahkan sampai ke ibu kotaJakarta. Para pemain senandung dari Tanjung Balai sering diundang untuk mengisi acara-acararesmi pemerintah provinsi Sumatera Utara dan pemerintah pusat. Pada zaman Orde Barukesenian senandung Tanjung Balai dengan pesenandungnya Cik Nasti (Cik Nasution) pernahdiundang untuk tampil di Istana Negara ketika Presiden Soeharto sedang menjamu para tamunyayang datang dari luar negeri. Dan beberapa kali tampil di Sasana Budaya Taman Mini IndonesiaIndah (TMII) Jakarta.Pada tahun 1965, di saat pergolakan Gerakan 30 Septeber/PKI kesenian Sinandongsempat surut karena adanya rasa ketakutan yang dirasakan oleh para seniman pelaku Senandung,disebabkan adanya kesenian yang nyaris sama dengan Senandung Tanjung Balai atau Asahansaaitu yakni, senandung produk dari Lembaga Kebudayaan Rakya (Lekra) yang merupakansalah satu organisasi underbow PKI. Namun pada tahun 1970-an Senandung Tanjung Balaikembali mengudara. Akan tetapi denyut nadi kehidupannya hanya sampai pada tahun 1980-an.Dan sekarang kesenian Senandung ini nyaris sirna dan tidak terdengar lagi.Perkembangan kesenian Sinandong Tanjung Balai berbeda dengan kesenian qasidah danbordah yang sampai saat ini masih terdengar rentak suaranya. Setiap acara-acara hajatan danseremonial yang dilakukan oleh masyarakat dan Pemerintah Kota Tanjung Balai, alunan merdulagu-lagu qasidah dan bordah masih tetap terdengar memecahkan kesunyian malam. Syair-syairlagu qasidah tidak berbeda jauh dengan syair-syair Senandung Tanjung Balai. Jika senandungTanjung Balai berbahasa daerah Tanjung Balai, sementara qasidah menggunakan bahasa Arab.Namun inti dari syair-syair yang dilantunkan tetap pada koridor nasehat dan petuah-petuahdalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia dan kelak di akhirat. Bagi seorang pemainqasidah yang mahir, mereka dapat melakukan alih bahasa dari bahasa Arab kepada bahasaMelayu Asahan, sehingga para pendengar yang kurang paham dengan makna bahasa Arab yang257

Prosiding Seminar Nasional PBSI-III Tahun 2020Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Guna Mendukung Merdeka Belajar pada Era RevolusiIndustry 4.0 dan Societydisampaikan oleh para pemain qasidah dapat mengerti dan memahami makna syair-syairtersebut.Qasidah tidak hanya terdapat di daerah Tanjungbalai saja, akan tetapi juga tumbuh danberkembang di pesisir Selat Malaka, seperti daerah Kabupaten Batu Bara, Tanjung Ledong,Kualuh, Air hitam, Kampung Mesjid, Tanjung Pasir di Kabupaten Labuhan Batu Utara, LabuhanBilik, Tanjung Sarang Elang, Negeri Lama, Aek Nabara di Kabupaten Labuhan Batu Induk,sampai ke Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Karena pada awalnya kesenianqasidah ini berasal dari daerah Turki Bakhdat, dan berkembang di tanah Semenanjung Malaya(Malaysia). Masih bertahannya kesenian qasidah ini disebabkan masih adanya para generasimuda yang mau mempelajarinya. Berbeda dengan kesenian Senandung Tanjung Balai yangtidak mengalami regenerasi. Padahal Senandung Tanjung Balai masih layak untuk dijual kepadamasyarakat dalam konteks hiburan. Kini geliat kesenian Senandung Tanjung nyaris punah.Seiring dengan waktu dimana para pesenandungnya telah banyak yang tiada, disamping banyakpula yang uzur termakan usia. Sementara itu para seniman muda enggan untuk menggelutikesenian Senandung Tanjung Balai ini. Bukan tidak mungkin pula pada saatnya nantiSenandung Tanjung Balai ini akan hilang ditelan zaman. Atas dasar itulah pada tahun 2018 BalaiPelestarian Nilai Budaya Aceh (BPNB Aceh) mengajukan Senandung Tanjung Balai untukditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTB Indonesia) sebagaisalah satu bentuk usaha untuk melestarikannya, dan Senandung Tanjung Balai telah ditetapkansebagai salah satu WBTB Indonesia pada tahun 2018.3. Cerita Asal-Usul SenandungBerdasarkan asal-usul katanya, senandung berasal dari kata andung dalam bahasa BatakToba. Senandung ini asal-usulnya juga mengandung folklor dengan berbagai versi. Adapun dibawah ini ada beberapa versi yang idapat dari warga Tanjung Balai mengenai cerita dari asalusul Senandung. Versi pertama, menurut penuturan Rahim Maha, dahulu kala hiduplah tigaorang nelayan, yang bernama Si Buritan, Si Timba Ruang, dan Haluan. Pada saat merekamencari ikan di laut dengan kapal layar, mereka terombang ambing oleh angin kencang, sampaiakhirnya tidak tahu lagi mereka berada di mana. Saat demikian angin laut pun mati. Untukmenghilangkan rasa jenuh menunggu angin, masing-masing mereka memainkan musik. SiBuritan “mengandung” akan nasib peruntungan yang menimpa diri mereka bertiga. Si Haluanmeniup bangsi dan Si Timba Ruang menimba air yang masuk ke kapal. Alunan senandung danmusiknya ini didengar oleh seorang putri raja, sampai ke daratan. Putri raja terkesan dan terharumendengarkannya. Kemudian, putri raja memanggil ketiga nelayan ke istana melalui utusannyadan memberikan hadiah sebidang tanah daratan yang ada di hilir Sungai Asahan.Versi kedua, menurut penuturan Syafi‟i, dahulu kala ada seorang nelayan yang berlayardari Labuhanbatu (sebelah selatan Tanjung Balai) untuk merantau ke Tanjung Balai. Setelahnelayan tersebut sampai di Tanjung Balai, ia mendaratkan perahunya di hutan pesisir, laluberistirahat.Tiba-tiba, ia mendengar suara batang kayu yang bergesek ditiup angin, dan batangkayu tersebut mengeluarkan suara. Beberapa saat kemudian, nelayan itu mendengar kembalisuara yang lain, yaitu suara bintang rio-rio (lebah). Setelah itu, nelayan tersebut mendegarkembali suara binatang yang lain, yaitu katak. Lama-kelamaan, nelayan itu merasa enakmendengarkan ketiga suara tersebut apabila digabung. Dari suara pohon ia sepertimendengarkan suara manusia. Suara yang dikeluarkan rio-rio seperti suara biola dan dari suarakatak ia mendengarkan seperti suara gong. Karena enaknya mendengar ketiga suara tersebut,akhirnya nelayan itu mengikuti alunan suaranya, dan berusaha membuat syairnya yangmenceritakan tentang kisah hidup dan perjalanannya. Sejak saat itu, si nelayan terus-menerusmenyanyi sampai akhirnya didengar oleh puteri raja. Karena tertarik mendengar suara nelayanitu, putri raja akhirnya minta dinikahkan dengan nelayan itu. Setelah beberapa lama menikah,putri raja dan si nelayan bertengkar, karena takut, si nelayan melarikan diri kembali ke tempat258

Prosiding Seminar Nasional PBSI-III Tahun 2020Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Guna Mendukung Merdeka Belajar pada Era RevolusiIndustry 4.0 dan Societyasalnya yaitu Kualuh. Namun, raja memerintahkan para tentaranya mencari si nelayan itu dansetelah berjumpa dibunuhnya si nelayan itu.Versi ketiga, menurut M. Yatim (56 Tahun), mengisahkan pada masa dahulu ada seorangpemuda dari rakyat biasa mencintai seorang putri raja. Hubungan asmara mereka tidak disetujuioleh raja, karena kesenjangan sosial. Si pemuda selalu meratap dengan senandung duka lara didalam sampannya, sedangkan si putri raja jatuh sakit. Namun ketika ia mendengar alunansenandung si nelayan miskin itu, ia langsung tersentak dan berlari menuju ke arah pantai. Akhirkisah mereka dinikahkan juga. Dalam konteks budaya Melayu Tanjung Balai, senandung inidibagi lagi ke dalam beberapa jenis.Versi keempat, Senandung bermula ketika putri dari seorang Sultan Tanjung Balai yangsedang duduk-duduk di anjungan Istana tiba-tiba mendengar suara andungan (tangisan) yangdiiringi gendang dari kejauhan. Ketika diselidiki ternyata itu adalah suara dari 3 orang nelayanyang hendak pergi berlayar. Mereka bernyanyi dan memukul gendang sebagai ritual agarmendapatkan banyak ikan, mereka percaya syair-syair dan alunan musik yang mereka mainkandapat memanggil angin yang menuju ke arah ikan berada, sebab dahulu kala orang yang melauttidak menggunakan mesin untuk membuat sampannya berlayar, namun menggunakan angin.Dan mereka percaya bahwa senandung yang diiringi musik Gubang yang mereka mainkan dapatmembawa mereka pada arah angin, mereka juga percaya bahwa arah angin itu akan membawamereka pada tempat yang banyak menghasilkan ikan. Oleh sebab itu mereka memberi judulSenandung ini “Bertelur Kau Sinangin”.Senandung ini juga berkembang pada segi konsep pertunjukkan, pada era tahun 70-ansenandung ini hanya dimainkan oleh seorang nelayan yang ingin melakukan rituan dalam pergimelaut, mereka memainkan senandung ini hanya diiringi oleh sebuah gendang yang dipukulyang menghasilkan musik bernama musik Gubang, mereka melakukan ritual ini diatas sampanatau perahu yang mereka naiki. Namun pada era sekarang senandung ini dapat ditemukan diacara hiburan di Kota Tanjung Balai. Misalnya pada acara perkawinan atau dalam pertunjukkanyang sengaja dibuat untuk mempererat tali silaturahmi antara warga dan juga agar keseniansenandung tidak hilang peredaran Kota Tanjung Balai.Pada instrumen (alat musik) dalam memainkan senandung juga mengalami perubahan.Dulunya senandung ini hanya dimainkan dengan menggunakan sebuah gendang. Namun setelahbergeser ke sarana hiburan, alat musik yang dipakai untuk mengiringi senandung ini jugamenjadi bertambah. Tidak hanya menggunakan gendang, namun juga menggunakan alat musikgong yaitu alat musik yang terbuat dari besi yang dimainkan secara dipukul. Namun tetap masihterasa senandungnya, hanya saja dulu sebagai ritual untuk memanggil angin dalam mencari ikandan sekarang bergeser ke sarana hiburan.4. Deskripsi Fungsi Nilai-nilai dalam Senandunga. Kerja KerasKerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalammengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaikbaiknya (Sibarani, 2012:143). Masyarakat Melayu yang mendasarkan budayanya dalam agamaIslam selalu memandang bahwa bekerja adalah ibadah, kewajiban dan tanggung jawab. Dalamkehidupan orang Melayu, kerja keras sudah diturunkan dari satu generasi ke generasi lain, agarmemiliki semangat kerja untuk mengangkat harkat dan martabat mereka. Masyarakat MelayuTanjung Balai memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan petani ini terlihat pada SinandongAnakTidolah anakku. tidolah sayangKalau gugo.gugu kepoyang.Jatoh ke bumi terobang melayang.Jatoh.terobang melayang.259

Prosiding Seminar Nasional PBSI-III Tahun 2020Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Guna Mendukung Merdeka Belajar pada Era RevolusiIndustry 4.0 dan SocietyTido anakku tidolah sayang.Agar omakmu biso ka lading.Lalalalala. (Senandung Menimang Anak)Syair tersebut mengisyaratkan bahwa wanita bukan hanya bertugas mengurus rumah,anak dan suami. Namun harus membantu mencari nafkah dengan perg ke ladang. Walaupunwanita tidak wajib mencari nafkah tetapi wanita melayu Tanjung Balai tetap berusaha danbejerja keras membantu untuk meningkatkan ekonomi keluarga mereka.b. PendidikanPendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dar kehidupan manusia yangselalu ingin berkembang dan berusaha kompleks untuk menyesuaikan kebudayaan dengankebutuhan anggotanya melalui kebebasan akademik dan pendidikan individu dalam masyarakatdemokrratis. Sedangkan ilmu pendidikan adalah ilmu yang memepelajari proses pengaruhantara peserta didik dalam berbagai situasi untuk mencapai tujuan pendidikan (Sagala, 2009).Masyarakat Melayu mempercayai bahwa pendidikan dan ilmu merupakan salah satu bagianyang sangat penting dalam kehidupan, terutama mengenai ilmu agama. Dengan ilmu agamayang baik tentunya semua masalah dalam hidup dapat dengan mudah teratasi. Tentu denganbegitu hidup akan selamat ddi dunia dan akhirat. Hal tersebut dapat terlhat dari Senandung Anakdan Senandung Hiburan.Mak ongah oi.tinggi-tinggi-tinggi.tinggi.sampai atapBolum tumbuh gigi pandai baca kitab (Senandung Menimang Anak)Tiang la cenggok tinggalTinggi-tinnggi la sampai ke atas atapCopatla tumbuh gigiSupayo copat mambaco kitab (Senandung Hiburan)Pada kesua syair tersebut, dapat terlihat bahwa ilmu atau penidikan agama sangatlah pentingdalam masyarakat Melayu, sehingga ilmu agama ditekankan dan dipelajari sejak masih dini.Menjadikan kitab sebagai pedoman utama dalam hidup dengan sel

KEGIATAN APRESIASI SASTRA LISAN Azira Natasya, Fitriani Lubis, Dwi Fitriani, Rayanda Alfathira Mahasiswa Prodi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Medan surel: aziranatasya07@gmail.com , dwiiftr.25@gmail.com , rayandaaf@gmail.com Abstrak Sastra lisan merupakan suatu karya sastra yang diwariskan secara turun-temurun.

Related Documents:

F. Nilai-Nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa 7 BAB II : PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA MELALUI INTEGRASI MATA PELAJARAN, PENGEMBANGAN DIRI, DAN BUDAYA SEKOLAH A. Prinsip dan Pendekatan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa 11 B. Perencanaan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa 14

bernegara. Sejak awal kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah bertekad untuk menjadikan pembangunan karakter bangsa sebagai bagian penting dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Menyadari kondisi karakter masyarakat saat ini, pemerintah mengambil inisatif untuk mengarusutamakan pembangunan karakter bangsa.

Di samping itu, bahasa dan sastra Indonesia memiliki nilai yang sangat tinggi sebagai penciri khusus budaya dan karakter bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, penguatan karakter bangsa Indonesia sangat strategis dilaksanakan melalui pelestarian, pewarisan, dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia. . dalam Pembelajaran Apresiasi Sastra Haryadi .

pembelajaran karakter di sekolah-sekolah dan bentuk model teoretis integrasi pendidikan karakter lintas agama. Key words: lintas agama, pendidkan karakter, penelitian dan pengembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter dalam Kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah .

PEMBANGUNAN SOSIAL DAN BUDAYA A. UMUM Berdasarkan Propenas 2000–2004, dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang keempat, yaitu: membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama, dan ketahanan budaya, dilaksanakan pembangunan bidang agama, bidang pendidikan, serta bidang sosial dan budaya.

Penguatan Pendidikan Karakter bukanlah suatu kebijakan baru sama sekali karena sejak tahun 2010 pendidikan karakter di sekolah sudah menjadi Gerakan Nasional. Satuan pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan karakter bangsa karena memiliki sistem, infrastruktur, dan dukungan ekosistem pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia,

1. Teridentifikasinya struktur sosial dan budaya yang terbentuk di wilayah dan/atau kawasan. 2. Terumuskannya potensi dan kondisi sosial budaya meliputi pasar Terumuskannya potensi dan kondisi sosial budaya, meliputi pasar tenaga kerja, keragaman sosial budaya penduduk serta jumlah dan pertumbuhan penduduk. 3.

SILABUS PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA : DIRI SENDIRI KELAS II I SEMESTER 1 Kompetensi Dasar Nilai Budaya Dan Karakter bangsa Nilai Kewirausahaan Materi Ajar Kegiatan Pembelajaran Indikator Pe nilaian Bentuk AW Sumber Belajar Teknik Instrumen Contoh Instrumen PKn 1.1. Mengenal makna satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa