BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian - UMM

1y ago
18 Views
2 Downloads
1.11 MB
24 Pages
Last View : 3d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Maxton Kershaw
Transcription

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Prosedur PenelitianTerdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk merancang desaineksperimen dalam suatu penelitian. Perancangan desain eksperimen penelitian inimenggunakan pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Pahl dan Beitz(Sewoyo, tt; 2004:6). Proses dititik beratkan pada konseptual karena pada tahap inikreativitas dan kemampuan faktual sangat diperlukan.Pahl dan Beitz mengembangkan prosedur perancangan desain dalam limatahapan: (1) Tahap analisa situasional. (2) Tahap spesifikasi disain. (3) TahapKonsep. (4) Tahap layout. (5) Tahap solusi.Pada tahap situasional, perancangan menganalisis situasi yang menjadi sebabatau alasan perlunya dirancang suatu desain. Misalnya analisi atau situasikebutuhan pasar, ekspansi suatuperusahaan, keadaan ekonomi yang secara umumbaik dengan indikasi sikap belanja konsumen tinggi, kenaikan harga air yang tinggi,adanya krisis energi ditengah melimpahnya energi yang belum dimanfaatkan dansebagainya. Tahap analisis situasionalyang mendasari penelitan ini adalahpenggalian energi alternatif terbuka, dalam rangka menyikapi krisis enegi. Untukitu dipilih energi alternatif briket dari kaliandra, sekam padi, ampas tebu dan serbukgergaji. Proses pembuatan briket ini relatif sederhana dan tidak memerlukan biayayang besar. Bahan baku berlimpah, bahan cenderung tidak dimanfaatkan.16

173.2 Bahan Dan AlatBahan baku yang digunakan dalam penelitian ini dalah sekam padi, serbuk kayujati, serbuk kayu sengon, tepung kanji dan air. Sedangkan perlatan yang digunakanadalah sebagai berikut:a. Pipa paralon berdiameter 22 mm dengan panjang 9 cm, digunakan untuk wadahpencetakan.b. Besi berbentuk silinder diameter luar 20 mm dan diameter dalam 16,5 mmdengan panjang 12 cm, dugunakan untuk membantu menekan adonan didalampipa paralon.c. Timbangan tepung, digunakan untuk menimbang campuran adonan pelet,menimbang pelet sebelum dikeringkan dan pelet setelah dikeringkan.d. Timbangan berat badan, digunakan untuk menimbang beban pengepresan.e. Tumbukan, digunakan untuk memperkecil ukurang serbuk kayu dan sekampadi.f. Ayakan mesh 60, digunakan untuk menyaring serbuk kayu dan sekam padiagar menghasilkan ukuran yang sama.g. Oven, digunakan untuk mengeringkan biopelet.3.3 Desain PenelitianPerancangan konseptual diawali dari daftar persyaratan atau spesifikasi desainyang diharapkan. Dalam hal ini peneliti membuat daftar persyaratan berdasarkankebutuhan dan hasil pelet yang diharapkan. Spesifikasi desain yang diharapkandalam penelitian ini ditabulasikan Tabel 3.1 berikut.

18Tabel 3.1 Spesifikasi desainNoUraianPersyaratanCatatan1Bahan baku :Bahan yang dipilihKarena keterbatasana. Sekam padi mengandung karbon yangwaktu, energi dan danab. Serbuktinggi, kondisi bahanpenelitian, makankayuharus dalam keadaanbahan yang dipilihsengonkering, mudah diperoleh,yang mudahdan tidak berharga mahal.ditemukan.Penggergajian takPenumbukansempurna, dalam artimenggunakan alatbahan baku yangseadanya.c. Serbukkayu jati2Penggergajianditumbuk tidak menjadipartikel yang halus tetapimenjadi partikel yangkasara.34PengayakanAdonanPengayakan agarPengayakanmendapatkan serbuk yangmengunakan ayakanukurannya halusmesh 60Adonan sebagai bahanAdonan dicampurbaku pelet mudahdengan tepung kanjidibentuk dalam bentukagar dapat merekat.gumpalan-gumpalan.

195PencetakanTidak ada kandungan airSulit dipenuhi, upayadan komposisi pelet harusyang dilakukanpadat.meminimalkankandungan air melaluipengepresan yangmakismal.Alat cetah kuatDengan alat cetakyang kuat apa bilamendapatkan tekanan60 kg tidak mudahpecah6PengeringanKandungan air yg sedikitdan ikatan pelet tidakpecah.7Ukuran peletUkurannya tidak terlalubesar, tidak terlalu kecil.8Pelet yangMempunyai berbagaiKarena yangdihasilkanmacam nilai kalor.digunakan bebagaimacam jenis, jadihanya membandingkannilai kalori yangdihasilkan.

20Tidak ada kandungan air.Sulit dipenuhi, selainmengupayakan.9Lain-lain.Proses pebuatan mudah.Komponen-komponenprosesing mudah didapatdan tidak mahal.Alat proses bisa dipindahpindahkan.Dari tabel 3.1 tampak bahwa penelitian tidak bebas dalam mendesaineksperimen. Ketidak bebasan diatas oleh bahan baku sebagai input, prosespembuatan dan hasil akhir (output) berupa pelet.3.4 Identifikasi Masalah PenelitianTahap ini merupakan tahap penajaman dari persoalan-persoalan yang mengikatpada spesifikasi desain. Sesuai spesifikasi desain yang diharapkan, persoalanpersoalan yang mengikat dalam penelitian ini dapat dikelompokan delapansubtahapan, yaitu masalah: (1) sekam padi, serbuk kayu sengon dan sebuk kayu jatisebagai bahan baku, (2) penumbukan, (3) pengayakan, (4) adonan, (5) pecetakan,(6) pengeringan, (7) bentuk pelet, (8) pelet yang dihasilkan, (8) lain-lain dari proseshingga menemukan kadar nilai kalor dari masing-masing pelet.Tiap-tiap maslah dari delapan subtahapan pada identifikasi masalahmemerlukan langkah-langkah penyelesaian. Sesuai spesifikasi desain, sebagaimana

21ditabulasikan dalam bentuk tabel 3.1, langkah-langkah masalah besertapenyelesaiannya diuraikan sebagai berikut:3.4.1Langkah 1. Bahan BakuBahan baku pelet adalah bahan yang mengandung unsur karbon yang tinggi.Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan pelet dengan nolai kalori yang tinggi.Persyaratan ini wajib dipenuhi karena eksperimen ditekankan untuk mendapatkanpelet dengan nilai kalori yang tinggi. Syarat-syarat yang bersifat tidak wajib tetapidiupayakn untuk dipenuhi adalah bahan mudah diperoleh dan tidak berharga mahal.Atas dasar syarat tersebut dan atas pertimbangan keterbatasan waktu, energidan dana penelitian, penelitian langsung menetapkan pada empat bahan tersebut.Empat bahan tersebut banyak dijumpai sekeliling Kota Malang, umumnya bahantersebut belum dimanfaatkan oleh masyarakat dan dibiarkan untuk menjadi humussecara alamiah. Sejauh ini, penelitian menjumpai pemanfaatan empat bahan bakutersebut secara komersial di daerah Malang Raya.Syarat wajib yang harus dipenuhi bahan baku pelet adalah harus kondisikering. Untuk itu saat pengumpulan bahan dialukukan pemilihan. Dipilih bahanyang kering.Serbuk kayu jatiSerbuk kayu sengonSekam padiGambar 3.1 Bahan baku biopeletAgar bahan baku lebih kering, bahan baku dikeringkan terlebih dahulu.Pengeringan dilakukan dengan metode konvensional yaitu melalui penjemuran

22langsung dibawah terik sinar matahari. Pada pelaksanaannya, penjemurandilakukan selama satu hari selama enam jam, dimualai pukul 9.00 pagi hinggapukul 16.00 sore.Pngeringan secara konvensional melaui penjemuran dibawah terik sinarmatahari dapat dilakukan bilamana sinar tidak terhalang awan atau pada saat hujan,penjemuran secara konvensional tidak dapat dilakukan.3.4.2Langakah 2. PenumbukanAdapun tujuan melakukan penumbukan untuk mengubah ukuran bahanbaku menjadi partikel yang kecil. Karena dengan mengubah ukuran suatu bahanbaku menjadi partikel kecil agar dapat mempermudah terbentuknya suatugumpalan.Gambar 3.2 Tumbukan3.4.3Langkah 3. PengayakanPengayakan dilakukan agar mendapatkan ukuran serbuk kayu dan sekampadi dengan ukuran yang sama maka menggunakan ayakan mesh 60, sehingga padasaat melakukan pencetakan adonan lebih gampang terikat satu sama lain.

23Gambar 3.3 Ayakan mesh 603.4.4Langkah 4. AdonanAgar mudah dicetak untuk menghasilkan pelet, bahan baku harusdigumpalkan. Pada kenyataannya pada saat melakukan pencetakan danpengepresan terjadi kegagalan, antara lain:1. Pada pencetakan dengan tekanan rendah, terjadi gumpalan. Akan tetapidilakukan pengeringan, gumpalan terpecah.2. Pada pencetakan dengan tekanan relatif besar, cairan perekat pada adonanakan habis sehingga jika adonan dikeluarkan dari cetakan akan hancur .3. Mencetak adonan dengan cetakan panjang dan tekanan yang rendah maupuntinggi, terjadi patah pada saat mengeluarkan adonan dari cetakan.4. Adonan jadi, pengeringan dengan suhu 100 C selama 1 jam. Akan tetapipelet tidak kering sepenuhnya.Atas problemproblem tersebut diambil langkah pembuatan adonan. Bahan bakudicampur dengan perekat cair. Sebayang, Thosin, dan Tetuko (2008), dari PusatPenelitian Fisika-LIPI, telah melakukan penelitian pembuatan briket jenis batubaradengan menggunakan PVA (Poly Vinyl Alkohol) sebagai bahan perekat. KarenaPVA relatif berharga mahal, peneliti mencari alternatif perekat lain yang lebih

24murah. Dalam hal ini dipilih perekat dari kanji. Alasan memilih kanji sebagai bahanperekat adonan, yaitu (1) relatif harga murah , (2) mudah diperoleh, (3) dapatdijadikan lem atau perekat cair, (4) pembuatan lem mudah dilakukan, dan (5)kekentalan lem dapat diatur sesuai kebutuhan.Kayu jatiKayu sengonSekam padiGambar 3.4 Adonan3.4.5Langkah 5. PencetakanPencetakan merupakan membentuk pelet dari adonan ketiga materialtersebut. Untuk itu syarat yang wajib dipenuhi adalah pelet harus padat dan tidakada kandungan airnya. Syarat ini sulit dipenuhi. Upaya yang dilakukan adalahmeminimalkan kandungan air melalui pengepresan. Syarat lanjut dari pengepresan,wadah atau alat cetaknya harus kuat, tidak mudah pecah. Pengepresan dilakukansecara manual dengan beban 60 kg dan alat cetak dari pipa paralon ukuran 22 mmdengan panjang 9 cm. Pada tabel 3.2 diperlihatkan serangkain kegagalan yangtimbul dalam proses pengepresan adonan secara manual.Gambar 3.5 Alat yang digunakan sebagai cetakan

25Tabel 3.2 Serangkaian Percobaan PencetakanNoPerlakuan CetakProses Pengepresan1Paralon, diameter luar SecaraHasil Pengepresanmanual, Pelet tidak terlalu22 mm dan diameter dengan beban 40 kg.padat, sehingga apadalambila dikeluarkan dari16,5mmdengan panjang 9 cm.cetakanmudahpatah.2Paralon, diameter luar Menggunakan mesin Peletrusak,22 mm dan diameter press skala 100 bar.dikarenakan tekanandalamyang diberikan tidak16,5mmdengan panjang 9 cm.terhitungdimanometersehingga cairan padaadonan habis padasaat pengepresan.3Paralon, diameter luar Secaramanual, Peletpadat, akan22 mm dan diameter dengan beban 60 kg.tetapidalamdihasilkan16,5mmdengan panjang 9 cm.peletygpanjangsehingga apa biladikeluarkancetakanpatah.darimudah

2645Paralon, diameter luar Secara manual dengan Pelet padat, namun22 mm dan diameter beban 60 kg.peletdalamdihasilkan16,5mmyangterlaludengan panjang 9 cm.panjangsehinggaAkan tetapi adonanapa bila dikeluarkanhanya diisi kecetakdari cetakan mudahsepanjang 6,5 mmpatah.Paralon, diameter luar Secara manual dengan Pelet padat dan tidak22 mm dan diameter beban 60 kg.dalam16,5mudah patah.mmdengan panjang 9 cm.Akan tetapi adonanhanya diisi kecetakansepanjang 5,5 mmTabel 3.3 Kekuatan tekan adonanTekananAdonanPengepresan(kg)Adonan serbuk2kayu campuranKeberhasilanBerhasilGagal keteranganKarna menggunakanmesin press hydraulic100 bar, pelet keringpada saat pengepresan

27Adonan serbuk 40kayu campuranPelet kurang padat danmudah patah ketikandikrluarkandaricetakanAdonan serbuk60 Pelet padat60 Pelet padat60 Pelet padatkayu jatiAdonan serbukkayu sengonAdonan serbuksekam padi3.4.6Langkah 6. PengeringanAgar pelet kering dengan tujuan mudah dibakar, hasil cetakan yang masihbasah harus dikeringkan terlebih dahulu. Awal pengeringan dilakukan denganmetode konvensional yaitu melalui penjemuran langsung di bawah terik sinarmatahari. Pada pelaksanaannya, untuk memperoleh pelet yang kering penjemurandilakukan selama 7 hari selama enam jam, dimulai pukul 10.00 pagi hingga 16.00sore. Cara konvensional ini tidak sepenuhnyan berhasil bilaman pencetakandilakukan manual.Pengeringan secara konvensional melalui penjemuran di bawah sinarmatahari dapat dilakukan bilamana sinar tidak terhalang oleh awan atau pada lakukan.Untukmenanggulangi kemungkinan adanya problem tersebut, dicoba pengeringan denganmenggunakan media oven digital.

28Gambar 3.6 Oven digitalDiperhatikan proses pengeringan pelet yang masih basah denganmenggunakan oven digital. Untuk mendapatkan hasil yang baik, divariasikanlamanya pengeringan. Untuk itu pelet basah dikelompokkan atas tiga kelompokspesimen yang lama pengovenannya sama dengan waktu yang bertahap.Pengeringan dilakukan pada suhu 80 ºC selama 2, 3, 4 dan 5 jam. Dari analisaterhadap tiga kelompok spesimen pelet yang lama pengovenannya sama makawaktu yang tepat dengan menggunakan pengeringan selama 5 jam.Tabel 3.4 serangkaian kegagalan pengeringan peletNo1Tipe ovenOven besiBahanSuhu dan waktuHasilpengeringanpengeringanPelet serbuk kayuSuhu 100 CPelet lumayancampurandengan waktu 1kering namunjamdibagiandalam masihbasah

2923Oven catOven digitalPelet serbuk kayuSuhu 40 C denganPelet masihjatiwaktu 4 jambasah totalPelet serbuk kayuSuhu 80 C denganPelet keringjatiwaktu 4 jamnamun bagiantengah sedikitbasah4563.4.7Oven digitalOven digitalOven digitalPelet serbuk kayuSuhu 80 C denganPelet keringjatiwaktu 5 jammerataPelet serbuk kayuSuhu 80 C denganPelet keringsengonwaktu 5 jammerataPelet serbukSuhu 80 C denganPelet keringsekam padiwaktu 5 jammerataLangkah 7. Bentuk PeletDari mekanisme pembuatan pelet sebagaimana yang dipaparkan di atas,bentuk pelet jadi sesuai dengan bentuk cetakan yang digunakan. Oleh karena itupelet yang dihasilkan dari penelitian ini sesuai dengan cetakkan yang digunakan,berbentuk silinder dengan ukuran diameter sekitar 20 mm dengan panjan 5 cm.Kayu jatiKayu sengonGambar 3.7 Bentuk biopeletSekam padi

303.4.8Langkah 8. Pelet yang DihasilkanAgar pelet yang dihasilkan sesuai dengan harapan, pelet harus mempunyaikandungan kimia yang lebih baik dari arang konvensional. Misalnya mengandung(1) kadar kalori yang tinggi, (2) sedikit kadar abau, dan (3) sedikit kandunganairnya. Karena dalam penelitian ini menggunakan tiga macam material yang tidaksejenis, yaitu sekam padi, serbuk kayu sengon dan serbuk kayu jati, persyaratanpersyaratan tersebut tidak sepenuhnya dapat dipenuhi.Dalam penelitian ini hanya diukur perbedaan nilai kalor antara ketigamaterial tersebut, yang mana tujuan utamanya mencari kadar nilai kalor yang palingtinggi antara serbuk kayu jati, serbuk kayu sengon dan serbuk sekam padi.3.4.9Langkah 9. Lain-lainSyarat lain yang wajib dipenuhi oleh pelet adalah proses pembuatannyamudah. Bila pembuatan pelet dilakukan secara manual, yaitu pengeringandilakukan secara konvensional, pengepresan dilakukan secara manual, pembuatanpelet relatif mudah. Pembuatannya dapat dilakukan oleh semua orang dewasa(dalam artian normal), baik lelaki maupun perempuan. Bahkan anak kecil seusiaSekolah Dasar dapat membuat bahan bakar pelet.Syarat-syarat lain yang tidak bersifat wajib meliputi: (1) komponenkomponen prosesing mudah dan tidak mahal, dan (2) alat prosesing dapat dipindahpindahkan. Peralatan yang digunakan untuk membuat bahan bakar pelet secaramanual meliputi:1. Paralon, diameter luar 22 mm dan diameter dalam 16,5 mm dengan panjang9 cm sebagai alat pencetakan.

312. Besi berbentuk silinder yang berukuran lebih kecil dari diameter dalamparalon cetakan.3. Galon yang diisikan pasir dan air dengan berat yang dihasilkan adalah 60kg.Dengan mencermati alat-alat yang diperlukan untuk pembuatan bahan bakarpelet secara manual tersebut, dapat disimpulkan bahwa komponen-komponenprosesing pembuatan bahan bakar pelet mudah didapat, tidak mahal, dan dapatdipindah-pindahkan.3.5 Struktur FungsiDari formulasi masalah dimungkinkan untuk membuat struktur fungsi yangberupa fungsi keseluruhan (oveeral function) dan subfungsi atau fungsi utama yangdidasarkan pada diagram alir dengan menggunakan diagram blok. Gambar berikut(Gambar 3.1) menunjukkan diagram blok untuk fungsi keseluruhan dan subfungsieksperimen pembuatan bahan bakar pelet dari sekam padi, serbuk kayu sengon,dan serbuk kayu jati.

32sekam padi dan serbuk kayuPeletProses Pembuatan(Input)(Output)Gambar 3.1 Diagram Blok Fungsi KeseluruhanPemilihanPengepresanPengayak(60 mesh)PengeringanPengadonanPencetakanLemkanjiGambar 3.2 Diagram Alir Eksperimen Pembuatan Bahan Bakar Pelet

33MulaiSerbuk kayu jati,serbuk kayu sengondan serbuk sekampadiPenumbukanserbuk kayu dansekam padiTepung kanji14 gram danair 140 mlPengayakan (mesh 60)Serbuk halus kayudan sekam padiPemanasandengan komporLem kanjiPencampuranAdonanPencetakan pelet(paralon)Pengeringan ovendigital (5 jam)Gambar 3.3 Diagram alir proses pembuatan bahan bakar peletBio pelet

343.6 Prinsip EksperimenAgar ringkasan dan sistematis dibuat secara kronologis prinsip eksperimenpembuatan bahan bakar pelet sebagau berikut:a. Sekam padi, serbuk kayu sengo, dan serbuk kayu jati dipilih sebagai bahanbaku pembuatan pelet. Sebelum menampak pada tahap berikutnya, bahandipilih yang kering tandus dan berdimensi kecil (sudah melaluipenyerbukan).b. Dilakukan pengeringan dengan cara konvensional (memanfaatkanmatahari) atau dengan oven pengerin.c. Pembuatan adonan, pencampuran dengan bahan perekat dari tepung kanji.d. Proses pencetakan dilakukan pada alat cetak dari paralon lalu dilakukanpengepresan secara manual dengan memberikan memberikan beban diatassilinder.e. Proses pengeringan pelet yang masih basah dapat dilakukan secarakonvensional (memanfaatkan sinar matahari) atau dengan media oven.f. Bahan jadi berupa pelet.3.7 Analisis Bahan Baku dan Produksi AkhirEvaluasi sekam padi, serbuk kayu sengon dan serbuk kayu jati sebagaibahan baku dan pelet sebagai produk akhir meliputi perhitungan kadar air, kadarkarbon dan nilai kalori dari pelet.

353.7.1 Kadar AirUntuk menentukan kadar air bahan baku dan produk pelet yang berasal dariaerbuk kayu jati, serbuk kayu sengon dan serbuk sekam padi denganmenggunakan oven digital. Metoden oven digital didasarkan atas prinsipperbedaan massa bahan sebelum pemanasan dan setelah pemanasan. Prosespemanasan dilakukan dalam suatu oven, dengan maksud untuk dilakukanpenguapan terhadap bahan yang hendak diukur kadar airnya.Detail prosedur eksperimen untuk menentukan kadar air pelet adalahsebagai berikut:a. PrinsipAir yang terkandung dalam bahan baku pelet dan produk pelet setengah jadidapat dihilangkan dengan penguapan menggunakan oven digital. Denganmengetahui massa bahan sebelum pemanasan dan sesudah pemanasan,maka dapat diketahui kadar air dalam suatu bahan.b. AlatTimbangan tepung dan oven.c. BahanSempel produk biopelet sebelum dan sesuda dikeringkan.d. Prosedur Kerja Penimbangan macam-macam produk pelet sebelum dikeringkandengan menggunkan timbangan tepung yang hasilnya 12 gram. Penimbangan macam-macam produk pelet sesudah dikeringkan denganmenggunakan oven digital selama 5 jam yang hasillnya 6 gram

36 Kadar air pelet dapat dihitung dengan rumus:% kadar air (berat dengan air/berat kering tanur) x 1003.7.2Nilai KaloriUntuk menentukan kadar atau nilai kalori bahan baku dan pelet, digunakanmetode bom kalorimeter. Metode kalorimeter didasarkan atas prinsip ParrAdiabatic Bom Calorimeter. Proses yang terjadi di dalam kalorimeter bomberlangsung secara adiabatik. Kalor yang dilepaskan dalam proses pembakarandigunakan untuk menaikan suhu kalorimeter. Berdasarkan kenaikan suhukalorimeter bom ini dapat ditentukan kalor pembakaran.Detail prosedur eksperimen untuk menentukan nilai kalor adalah sebagaiberikut:a. Peralatan yang digunakan Parr Adiabatic Bom Calorimeter Neraca analitik Stop watch Botol semprot Termometer Erlenmayer Buretb. Bahan yang digunakan Air Asam benzoat (1 tablet)

37 Naftalena (1 gram) Gas oksigen (1 tabung) Larutan standar NaCO3 0,0725 N Indikator metil merah Aquadesc. Prosedur percobaan Ambil 1 gram bahan dan timbang dengan teliti (dengan neraca analitik). Masukkan bahan ke dalam mangkuk sempel dalam bom, pasan kawatpemanas pada kedua elektroda (panjang kawat 10 cm), dan kawat iniharus tepat menyentuh permukaan bahan. Tutup bom dengan rapat, kemudian isi bom dengan perlahan-lahandengan gas oksigen sampai tekanan pada manometer menunjukkan 20atmosfer. Ember kalorimeter diisi dengan air sebanyak 2000 0,5 gram. Jikatidak diperlukan ketelitian yang tinggi dapat diambil 2 liter air. Suhudidalam ember diatur 1,5 ᵒC di bawah suhu kamar. Masukkan ember kedalam kalorimeter, lalu letakkan bom kedalamember, kemudian pasang termometer. Biarkan kalorimeter selama 4-5 menit sementara pengatur otomatismengatur suhu mentel supaya seimbang dengan suhu air dalam ember(jika ada). Baca suhu air dalam ember (T1). Jalankan arus listrik untuk membakar cuplikan. Tombol untuk inihendaknya jangan ditekan lebih dari 5 detik. Suhu ember akan naikdalam 20 detik stelah dimulai pembakaran.

38 Catat suhu air tiap menit hingga tercapai harga maksimum yang konstanselama paling tidak 2 menit. Catat suhu akhir ini (T2). Buka kalorimeter, keluarkan bom dari dalam ember. Sebelummembuka bom keluarkan terlebih dahulu gas-gas hasil reaksi melaluilubang di atas bom dengan memutar drei. Pengerjaan terakhir inihendaknya dialakukan perlahan-lahan. Dengan menggunakan botol semprot cuci bagian dalam bom dantampung hasil cucian dalam labu erlenmayer. Titrasi larutan ini denganNa2 CO3 0,0725 N dengan indikator metil merah. Titk akhir titrasiditandai dengan bentuknya warna indikator metil merah muda. VolumeNa2 CO3 0,0725 N yang diperlukan digunakan untuk menghitung faktorkoreksi U1. Lepaskan kawat pemanas yang tidak terbakar dari elektroda dan ukurpanjangnya. Tentukan panjang kawat yang habis terbakar (dalam cm).Data panjang kawat ini digunakan untuk menghitung faktor koreksi U2 . Hitung kapasitas kalor kalorimeter dengan menggunakan rumus: UT ̵ (C . T U1 U2 )/m(dalam kal/gram)Dimana: UT Perubahan energi dalam sistemC Kapasitas kalor (kal/ᵒC) kalorimeter (ember air bom) T Temperatur (ᵒC) U1 Volume (mL) larutan Na2 CO3 0,0725 N yang diperlukan untukmenetralkan

39asam nitrat x (-1 kal/mL) U2 Panjang kawat yang terbakar (cm) x (-2,3 kal/cm)

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk merancang desain eksperimen dalam suatu penelitian. Perancangan desain eksperimen penelitian ini menggunakan pendekatan sistem yang dikembangkan oleh Pahl dan Beitz (Sewoyo, tt; 2004:6).

Related Documents:

METODE PENELITIAN A. Penelitian Eksperimen Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Seperti yang dijelaskan dalam sugiyono (2010, hlm.11) bahwa metode penelitian eksperimen meruoakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu. Adapun, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dapat dipilih sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Secara umum, metode yang digunakan dalam penelitian yaitu (a) metode deskriptif, (b) metode eksperimen, (c) metode historis, (d) metode pengembangan, (e) metode tindakan, dan (f) metode kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, artinya sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan .

35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang

BAB III DESAIN/PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian . Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Ciruas yang berlokasi di Jl. Nambo-Teras Bendung Km 2,5 Desa Pulo Ciruas 42182 Serang, Pulo, Kec. Ciruas, Kab.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh . Penelitian ini dilaksakan pada semester II atau genap tahun pelajaran 2016/2017 yaitu pada pertengahan bulan mei. Waktu penelitian mengacu pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono dalam bukunya metode kuantitatif kualitatif dan R & D, menyatakan bahwa penelitian merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvaliditasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. yang dikutip oleh. (Sugiyono, 2010: 9)

Dalam penulisan skripsi ini meliputi : Bab I: Latar belakang, tujuan dan manfaat penelitian. Bab II: Tinjauan Pustaka. Bab III: Metodelogi penelitian yang terdiri dari waktu dan tempat penelitian, metode penelitian, metode pengambilan sampel, metode pengolahan data, dan analisis data. Bab IV: Hasil penelitian dan