BAB II KONVERGENSI MEDIA CETAK - Universitas Diponegoro

1y ago
4 Views
1 Downloads
1.03 MB
35 Pages
Last View : 29d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Evelyn Loftin
Transcription

BAB IIKONVERGENSI MEDIA CETAKDalam bab ini, peneliti mengetengahkan dinamika media cetak secaraumum. Di era internet, kehadiran media baru dalam beragam bentuk platform danchannel, memberi tantangan tersendiri untuk media massa cetak, tak terkecualiSuara Merdeka. Mediamorfosis adalah adaptasi sekaligus strategi yang ditempuhbeberapa media di tengah proses berkonvergensi, baik konvergensi jurnalistikmaupun kontinum yang juga akan dijelaskan lebih rinci di bab ini. Suara MerdekaNetworks sebagai jaringan media yang memimpin brand media lokal di Jatengadalah salah satu media yang sedang proses berkonvergensi. Kerangka proseskonvergensi secara umum akan dijelaskan di bab ini.2.1. Tantangan Industri MediaPerkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat sejak2000 telah mengubah secara drastis paradigma banyak orang dalam memandangberbagai sisi kehidupan. Ditinjau dari sisi industri media, konvergensi teknologidan komunikasi telah menghasilkan suatu produk yaitu internet, yang memberikansebuah dunia dengan pilihan tanpa batas menunggu untuk dieksplorasi dandieksploitasi. Bagaimanapun industri media harus siap dan mau berubah untukmempertahankan intensitas aktivitas industri media.70

Beberapa tantangan ke depan industri media sehubungan denganperkembangan teknologi informasi dan komunikasi antara lain kesiapanmenghadapi perubahan teknologi, perubahan budaya masyarakat, dan penerapankode etik para pelaku bisnis media. (Noor, 2010: 309)Selain menjadi sebuah tantangan, perkembangan teknologi informasi dankomunikasi dapat dilihat sebagai sebuah peluang bisnis dan akan memperbesarkapasitas industri media. Dampak dari perkembangan teknologi informasi dankomunikasi adalah makin banyaknya masyarakat yang menggunakan produkteknologi tersebut. Secara umum hal ini mengindikasikan adanya prospek industrimedia yang semakin besar. Kemajuan teknologi juga dinilai dapat meningkatkankinerja ekonomi perusahaan.Teknologi yang pada hakikatnya ada untuk mempermudah aktivitasmanusia akan membuat industri media mendapatkan efisiensi biaya, waktu, danproses komunikasi sehingga dapat meningkatkan produktivitas ekonomi. Melaluiteknologi pula, makin terbuka akses ke sumber informasi dan pengetahuan dariberbagai penjuru yang dapat meningkatkan kualitas komunikasi dan kemampuankompetisi perusahaan. (Noor, 2010: 314)Salah satu syarat agar industri media dapat lebih berkembang di masa depanadalah beradaptasi dan mengganti strategi. Globalisasi telah mengubah cara-caraorang berbisnis. Salah satunya adalah perlunya transformasi dari model ransformasiperludiperhatikan risiko yang harus dihadapi perusahaan dalam masa transisi tersebut,71

misalnya dengan model bisnis baru yang ingin diimplementasikan. Beberapa hasilpenelitian terkait menunjukkan banyak perusahaan mulai menerapkan e-businesssecara bertahap dan tampaknya cukup efektif, karena memiliki risiko kegagalanyang relatif kecil. (Noor, 2010: 333).Demikian halnya dengan industri suratkabar, agar mampu berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologiharus mentransformasikan dirinya dari single platform menjadi konvergensi.2.2. Dinamika Media Cetak di Era KonvergensiHingga akhir 1980-an dan awal 1990-an, teknologi produksi mediadidominasi oleh teknologi berbasis cetak dan penyiaran analog. Era ini disebutsebagai era old media, dengan karakter pola konsumsi khalayak terhadap mediaberlangsung sangat khas, yaitu membaca, mendengar, dan menonton. Kondisi itutak hanya menumbuhkembangkan perusahaan-perusahaan media yang kuat secarabisnis, namun juga memberikan banyak pengalaman media bagi para konsumenmedia. Pengalaman mengonsumsi media sangat ekspresif, rutin, dan emosional.Orang menunggu koran pagi sambil berharap menemukan atau membaca sesuatuyang berharga dari headlines halaman pertama. Khalayak bahkan kerap bertumbuhatas bantuan langsung para profesional media. Era ini berganti dengan era newmedia, yang ditandai kehadiran teknologi digital, komputerisasi, serta komunikasidan informasi jaringan yang mengurangi peran teknologi analog.Berbagai karakter media berbasis teknologi digital hadir. Karakter itu diantaranya dapat dihubungkan (networkable), interaktif, lebih independen, memiliki72

perangkat padat, dan imparsial. Internet mengubah banyak hal. Sebagai titik kunci,Galloway menyebutnya sebagai fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi. Dua halyang ada dalam otonomisasi atau desentralisasi dan melekat dalam internet.(Galloway, 2004: 31).Diagram 2.2. Pola Desentralisasi Jaringan (Galloway, 2004):Karakter teknologi digital yang difasilitasi internet itu muncul dalamberagam platform, salah satunya media sosial. Media sosial merupakan salah satuaplikasi contoh sukses jaringan terdistribusi. Dimana setiap akun adalah agen sosialotonom, yang berhak memberikan konten apa pun di dalam jaringan. Inimenjadikan sebuah budaya baru dalam komunikasi.Media-media lama, termasuk cetak sebetulnya diuntungkan dengankehadiran teknologi digital, seperti dalam percepatan pengelolaan teks, data dangambar. Pelaku industri media juga merasakan manfaat kehadiran internet yangbisa mempercepat pengiriman isi media sekaligus menghadirkan nuansa baru dalammengonsumsi media.73

Era digital memaksa setiap pihak yang terlibat dalam aktivitas komunikasimedia, baik khalayak, pengelola media, maupun para pengiklan mengubah caraberpikir dan berinteraksi dengan pasar. Media cetak misalnya, mengalami tekanansejak masuk era konvergensi media. Terlebih ada perubahan pola konsumsi mediadan menurunnya jumlah pembaca media cetak.Suara Merdeka adalah brand besar media di Jawa Tengah yang menghadapiarus deras perubahan pasar media. Deklarasi Suara Merdeka yang menyatakan siapmemasuki era konvergensi terjadi pada 2009. Salah satu hasil penelitian NielsenIndonesia, Wave 3 pada 2009 (Juli-September 2009) menunjukkan, sejak 20042009, berdasarkan suvei pembaca di sembilan kota utama di Indonesia, khalayakyang mengaku membaca koran menurun dari 30 persen menjadi 18 persen,pembaca tabloid menurun dari 20 persen menjadi 11 persen, dan pembaca majalahanjlok dari 20 persen menjadi 13 persen.Pada saat yang sama, jumlah penonton televisi meningkat dua persen, dari92 persen menjadi 94 persen, dan pendengar radio menurun dari 46 persen menjadi37 persen. Pengguna internet di saat yang sama meningkat di seluruh kota. Bahkandi Semarang yang menjadi jantung pemasaran Suara Merdeka, khalayak yangmenggunakan internet sebanyak 33 persen, ketimbang pembaca koran yang hanya26 persen. Penurunan besar jumlah pembaca media cetak (hingga 40 persen),mengindikasikan media cetak mengalami turbulensi hebat dan berpotensimengancam eksistensinya.74

Berdasarkan sejumlah penelitian terbaru itu, jumlah khalayak yang dapatdijangkau media cetak makin tertinggal jauh dengan media elektronik dan daring.Tiga hal pokok yang menjadi perhatian peneliti pada saat mengamati perilakupembaca adalah lama waktu untuk membaca (length of time to read), jumlahhalaman yang habis dibaca (completeness of pages read), dan frekuensi membacaselama periode penerbitan (frequency of reading during the period of publication).Saat ini, ketiga hal tersebut makin tergerus. Hal itulah yang menyebabkangelombang perpindahan khalayak dari media lama, terutama cetak, makin takterbendung.Adaptasi dan respons media cetak ke perkembangan teknologi dan perilakupasar itu penting. Dean Roper, direktur Insight WAN-IFRA mengatakan,berdasarkan riset lembaganya, ada tren yang berkembang sejak 2016, yaitu lembagapenerbitan bisa membangun kesetiaan audiens/pembaca melalui kerja jurnalismeberkualitas tinggi.1 Sejak 1988, WAN-IFRA selalu memonitor perkembanganindustri surat kabar di seluruh dunia. Tidak kurang dari 200 negara disurvei secaraperiodik. Laporan yang dipublikasi WAN-IFRA pada 2017 tentang perkembanganmedia sejak 2016 adalah soal kepercayaan (trust) pembaca. Survei tahunan yangdilakukan WAN-IFRA 2017 ini mencakup data dari lebih dari 70 negara.Menurut survei itu, kepercayaan pada media tradisional menurun, namunada fakta untuk menumbuhkannya melalui kualitas pemberitaan. Kredibilitas ld-press-trends-2017.75

kepercayaan masyarakat ini hanya dapat dibangun oleh jiwa profesionalismewartawan yang berpegang pada etika jurnalisme yaitu menyajikan informasi yangfaktual dan terverifikasi dengan baik. Inilah tawaran yang sangat kuat bagi mediacetak untuk dapat bertahan.Pada sisi lain, ada peluang pemasukan iklan melalui edisi digital. Adatantangan besar surat kabar di tengah perkembangan teknologi, namun peluangtetap muncul bersamaan dengan itu. Membangun jurnalisme berkualitas tinggiadalah jalan untuk meraih kesetiaan pembaca. (Roper, 2017).Roper memaparkan, penelitian WAN-IFRA yang diumumkan pada 10Oktober 2017 itu menunjukkan 56 persen pendapatan seluruh surat kabar berasaldari penjualan sirkulasi (cetak dan digital) pada 2016. Pendapatan sirkulasi digitaltumbuh 28 persen dalam setahun dan tren itu diperkirakan akan terus berlanjut.Masih berdasarkan survei itu, pendapatan pembaca kini mencapai sekitar 30 persendari total pendapatan digital. Kendati begitu, total pendapatan surat kabar globalturun 2,1 persen pada 2016 dari tahun sebelumnya, dan turun 7,8 persen selamalima tahun terakhir. Pendapatan iklan media cetak turun delapan persen dari periodesebelumnya dan merosot 26,8 persen selama lima tahun terakhir. Sementara ituperiklanan digital tumbuh sebesar lima persen dari 2015 hingga 2016. (Roper,2017).Salah satu penyebab turunnya jumlah pengguna media cetak adalahperubahan kultur komunikasi dari khalayak. Komunikasi yang muncul di erainternet atau digital sangat bersifat interaktif dengan kapasitas pengiriman pesan76

many to many, realtime, dan memungkinkan untuk menggunakan komunikasi pointto poin, broadcasting, yang semuanya diatur sesuai maksud dan tujuan komunikasiyang diinginkan. (Castells, 2009: 55). Castells menyebutnya sebagai mass-selfcommunication.Otomatisasi yang muncul, ditambah dengan perangkat internet, membuatkultur baru khalayak yang juga makin kreatif. Oleh Lev Manovich, ini dianggapsebagai “bahasa baru” komunikasi yang muncul lewat new media. (Manovich,2001: 32).Mengacu pada perkembangan teknologi yang menghadirkan prinsipotomatisasi sebagaimana dikemukakan Manovich, lalu muncul kultur baru yaituapa yang disebut Castells sebagai mass-self communication, khalayak memilikikarakter yang berbeda di era new media. Kondisi ini membawa dampak serius padamedia massa cetak yang konvensional. Dampak ini pada ujungnya membuat posisinew media dalam bentuk digitalisasi informasi dengan multimedia menekan mediamassa cetak, setidaknya dalam memperebutkan pembaca baru.Kehilangan pembaca adalah ancaman terbesar bagi media cetak, menyusulkemudian ancaman kehilangan pengiklan. Kehilangan banyak pengiklan akanmenyebabkan media cetak bubar dan beralih ke daring. Media baru berpeluangmenggantikan peran media cetak dalam mengomunikasikan brand kepada khalayakberkait dengan biaya beriklan di media cetak tyang makin tidak efektif dan efisien.Media baru, terutama media interaktif berbasis internet cenderung makindisukai pengiklan. Perpindahan sebagian dana iklan dari media lama ke media baru77

sangat mempengaruhi pendapatan media cetak hingga menyulitkan untuk bertahanhidup. Pertumbuhan penerimaan (revenue growth) yang menurun, bahkan negatif,memaksa banyak perusahaan media cetak menghentikan operasi, atau setidaknyamengurangi jumlah pekerja.Salah satu kelemahan yang dihadapi praktisi media cetak adalah kekurangandata dan informasi yang akurat tentang tentang reading behaviour khalayak yangmereka kelola sehingga mereka masih terus bertahan tanpa mengubah caraberoperasi. Contoh, data tentang curahan waktu membaca dari khalayak.Ketersediaan data itu akan memberikan gambaran di kalangan pengiklan apakahiklan yang mereka pasang terbaca dan efektif atau tidak. Apabila curahan waktumembaca terhadap media meningkat, maka kualitas perhatian serta minat pembacaterhadap media tersebut meningkat. Ujungnya iklan pun makin berpeluang dilihat.Saat ini para pengelola brand cenderung memanfaatkan media interaktifdalam berkomunikasi dengan target khalayak. Mereka tidak hanya memindahkanbudget ke media-media baru yang sangat interaktif, tetapi juga memanfaatkanactive crowd atau kerumunan aktif dalam bentuk event. Daya ingat seseorangterhadap iklan (advertising recall) yang dimuat di media cetak cenderung menurunbersamaan dengan tingkat keterlibatan khalayak dengan media cetak yang menurunpula. Kalangan usia remaja dan muda, lebih dekat dengan media sosial darimultiplatform.Implikasi fenomena itu terhadap media cetak adalah penurunan pemasanganiklan dari brand-brand yang menempatkan kalangan usia remaja dan muda sebagai78

target khalayak. Situasi penurunan jumlah khalayak dan kualitas konsumsi mediaterhadap media cetak masih akan terus terjadi. Khalayak tidak hanya bertindaksebagai consumer, tetapi juga producer. Media yang tidak memberikan ruang bagikhalayak untuk kedua peran tersebut sulit untuk bisa kompetitif. Peluang mediacetak untuk mempertahankan diri tetap terbuka. Namun harus menerapkan strategipengelolaan bisnis yang relevan dengan tuntutan pasar. Media cetak jelas bukanmedia interaktif, sehingga upaya untuk membangun interaksi dengan khalayakharus mengembangkan dan membangun media baru yang membuka ruanginteraktif.Meminjam istilah Bolter dan Grusin (1999), terjadi proses remediasi,dimana media-media baru memberikan dampak terhadap media-media lama secarabentuk, fungsi maupun budaya yang tercipta karenanya. Ada dua kondisi yangdigarisbawahi Bolter dan Grusin, yaitu immediacy, dimana media barumenggantikan media lama; dan hypermediacy, dimana media lama masih tetapbertahan karena masih ada yang menggunakannya. (Bolter and Grusin, 1999: 70).Dalam pandangan Bolter dan Grusin, di luar dimensi sosial dan determinasiteknologi, ada dimensi ekonomi dalam proses remediasi. Secara bisnis, media barumemberi nilai lebih dari sisi ekonomi terhadap media lama. (Bolter & Grusin, 1999:68). Pada waktu yang bersamaan, kehadiran media baru juga mempengaruhipekerja yang terlibat.Suara Merdeka Network ada dalam situasi dimana ingin mempertahankanmedia lama, yakni edisi cetak yang sudah ada sejak 1950 dan bertahan hingga saat79

ini. Upaya mempertahankan itu dilakukan dengan beragam strategi. Namun akibatperubahan-perubahan teknologi informasi dan komunikasi yang cepat dalambeberapa tahun terakhir, upaya mempertahankan edisi cetak tersebut mengalamitantangan besar. Indikasi paling terlihat adalah turunnya jumlah tiras (pembaca) danpendapatan iklan. Upaya manajemen Suara Merdeka menyesuaikan diri dilakukansejak lama, dengan menerbitkan edisi daring (media baru) untuk menjaringpembaca melalui internet. Sejak 2009, tekad untuk memasuki era konvergensidideklarasikan. Namun tesis Bolter dan Grusin bahwa media baru memberi dimensiekonomi yang lebih untuk media yang lama, bagi Suara Merdeka Networks masihmenjadi tantangan. Hal ini akan diurai secara lebih fokus pada temuan-temuanpenelitian di bab III dan bab IV yang menjadi bagian dari penelitian ini.2.2.1. Mediamorfosis: Sebuah TantanganMediamorfosis adalah transformasi media komunikasi yang biasanyaditimbulkan oleh hubungan timbal balik yang rumit antara kebutuhan yangdirasakan, tekanan persaingan dan politik, serta berbagai inovasi sosial danteknologi (Fidler, 2003: 34). Mediamorfosis bukan sekadar cara berpikir tentangevolusi teknologi media komunikasi, namun mendorong kita untuk memahamisemua bentuk sebagai bagian dari sebuah sistem yang saling terkait dan mencatatberbagai kesamaan dan hubungan yang ada antara bentuk-bentuk yang muncul padamasa lalu, masa sekarang, dan yang sedang dalam proses kemunculannya.80

Ketika bentuk-bentuk media komunikasi yang lebih baru muncul, bentukbentuk terdahulu biasanya tidak mati, terus berkembang dan beradaptasi. (Fidler,2003:35). Sama-sama sebagai media konvensional, industri surat kabar, majalah,dan film tidak memiliki kemampuan untuk bersaing dengan citra televisi yangcepat, segar, dan memikat. Namun demikian kenyataannya, industri surat kabar,majalah, dan film semakin ulet dapat dapat beradaptasi. Dalam mediamorfosis,bentuk-bentuk media komunikasi yang ada harus berubah dalam menanggapikemunculan medium baru. Sebagai sebuah strategi untuk mempertahankan diri,prinsip mediamorfosis memiliki tiga konsep utama yaitu koevolusi, konvergensi,kompleksitas (Fidler, 2003: 36).Konsep prinsip mediamorfosis pertama adalah koevolusi. Sudah menjadinorma, bahwa setiap kali muncul dan berkembang bentuk baru mempengaruhibentuk yang lain. Teknologi komunikasi yang ada sekarang tidak akan mungkinterwujud jika setiap kelahiran medium baru terjadi bersamaan dengan kematianmedium terdahulu. Bentuk-bentuk media mempunyai siklus kehidupan danakhirnya benar-benar punah, namun sebagian besar sifat dasarnya akan selalumenjadi bagian dari sistem.Bentuk-bentuk khusus media, sama halnya dengan spesies, mempunyaisiklus kehidupan dan akhirnya benar-benar punah. Namun, sebagian besar sifatdasarnya akan selalu tetap menjadi bagian dari sistem. Sejak kelahiran bahasa tulis,berbagai bentuk media terus berkoevolusi dalam tiga jalur yang berbeda, yangdisebut sebagai domain. Kehadiran domain-domain ini telah menurunkan81

serangkain sifat dasar media yang bersifat spesifik dan masih relatif stabil selamahampir enam milenium.Konsep kedua dalam prinsip mediamorfosis adalah konvergensi. Hadirnyaberbagai macam teknologi dan bentuk media secara bersamaan. CD-ROMmerupakan perpaduan teks dan potongan-potongan gambar dengan klip-klip audiodan video. Nicholas Negroponte diyakini sebagai orang pertama yang mengakuikonvegensi industri media dan teknologi digital pada akhirnya akan mengarah padabentuk-bentuk yang dikenal sebagai komunikasi multimedia. Media campuran ataumultimedia ini didefinisikan sebagai medium yang mengintegrasikan dua bentukkomunikasi atau lebih.Sebagian besar surat kabar dan majalah cetak tergolong bentuk multimediakarena keduanya menyuguhkan informasi dengan memadukan antara kata-katatertulis, fotografi, dan grafis yang ditampilkan melalui medium kertas. Jika mediumkertas merupakan dipandang sebagai medium lama, maka untuk medium baruadalah layar elektronis seperti monitor komputer atau layar televisi. Sistemmultimedia baru mampu menyuguhkan informasi dengan berbagai perpaduanantara video, gambar hidup, animasi, suara, dan potongan-potongan gambar sertakata-kata tertulis.Konvergensi bukan mengonsolidasikan atau menggantikan bentuk-bentukterdahulu. Bentuk-bentuk yang lebih baru cenderung bersifat khas dan menambahpada media campuran. Sebenarnya, ketika menggambarkan tiga lingkaran yangtumpang tindih, Negroponte tidak sedang berupaya memprediksikan hasil-hasilnya82

sebagaimana dikesankan beberapa pihak. Dia hanya menunjukkan daerah-daerahpeluang yang potensial untuk pengembangan media baru.Konsep ketiga dalam prinsip mediamorfosis adalah kompleksitas. Persoalankonvergensi tidak jauh dari persoalan perubahan yang sering kali membawa situasidalam keadaan kacau atau chaos. Komponen penting dalam perubahan adalahchaos. Tanpa chaos, alam semesta tidak mungkin menjadi tempat kematian dankehidupan. Sebab dari kondisi chaos lahir gagasan-gagasan baru yangmentransformasikan dan menghidupkan sistem-sistem.Kompleksitas mengacu pada peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sistemsistem tertentu yang tampak mengalami chaos. Perilaku sistem-sistem yangkompleks bersifat adaptif, yaitu bahwa sistem-sistem itu hanya meresponskejadian-kejadian secara pasif seperti batu yang menggelinding karena gempabumi. Sistem komunikasi manusia merupakan sebuah sistem yang adaptif dankompleks. Semua bentuk media hidup dalam dunia yang dinamis dan salingtergantung. (Fidler, 2003: 44)Roger Fidler (2003) mengatakan, sebelum mulai membuat penilaian yangmasuk akal tentang kemunculan teknologi dan masa depan media arus utama, makaperlu mendapatkan pengetahuan yang luas dan utuh tentang berbagai komunikasimanusia dan pola-pola historis perubahan dalam keseluruhan sistem. Pengetahuaninilah yang oleh Fidler disebut sebagai mediamorfosis.Dari uraian Fidler, tampak bahwa konvergensi merupakan salah satu bentukmediamorfosis yang seharusnya juga menjaga dan mencermati prinsip-prinsip83

dasar mediamorfosis. Bahkan khusus media cetak, Fidler (2003: 399) menyatakan,tidak disangsikan lagi, orang akan terus lebih menyukai publikasi-publikasi, bukubuku, dan dokumen-dokumen lain yang bisa mereka baca dimana pun dan kapanpun.Dalam kesempatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-69 pada 11 Februari 2019,Chief Executive Officer (CEO) Suara Merdeka Networks Kukrit Suryo Wicaksonomeneguhkan posisi Suara Merdeka menjadi bagian yang merekat denganmasyarakat Jawa Tengah. Posisi ini menuntut Suara Merdeka peka dengan perandan tanggung jawab sebagai media massa. Era konvensional telah berubah menjadizaman modern. Hampir semua aktivitas saat ini tidak terlepas dari pemanfaatanteknologi internet. Gaya hidup masyarakat pun mengalami metamorfosis. Polakonvensional dan manual semakin tertinggalkan. Suara Merdeka senantiasaberadaptasi. Bukan melawan teknologi, bukan pula larut dalam euforia. rmasidarimediakonvensional menjadi integrated marketing solution modern. Sebanyak 143,26 jutapenduduk Indonesia (50,08 persen di Pulau Jawa) tercatat menggunakan teknologiinternet, komputer, dan perangkat seluler. Itu pula yang mendorong Suara Merdekaberinovasi. Bukan mengejar sensasi kecepatan informasi, namun harusmengedukasi sejalan dengan tren dan gaya hidup masyarakat.22Dimuat di www.suaramerdeka.com edisi 11 Februari 201984

2.2.2. Konvergensi Media: Sebuah Strategi KebijakanDalam subbab ini diuraikan dimensi dan perspektif dalam konsepkonvergensi media. Konvergensi media yang akan diuraikan adalah konvergensikontinum dan konvergensi jurnalistik. Sejarah konvergensi akan mengawali uraiankonvergensi media ini.2.2.2.1. Sejarah Konvergensi MediaDi era internet, konvergensi menjadi istilah paling popular di kalanganindustri media. Seakan tak pernah ada habisnya bicara mengenai konvergensi.Namun, ditelisik dari sejumlah literatur, definisi konvergensi masih beragam.Ikhwal beragamnya definisi konvergensi ini diakui oleh Justice Power Stewart yangmengatakan, “Saya tidak dapat mendefinisikan konvergensi, namun saya tahuketika saya melihatnya”.Dari pernyataan tersebut dapat kita pahami bagaimana sulitnyamendefinisikan konvergensi. Tentu, perlu diketengahkan konsep awal yang sudahdipelopori oleh Nicholas Negroponte dan Ithiel de Sola Pool. (Grant 2009: 3).Pada tahun 1979, ketika Nicholas Negroponte mulai memopulerkan istilahkonvergensi dalam kuliah kelilingnya untuk mengumpulkan dana pembangunangedung laboratorium Media di Massachusetts Institute of Technology (MIT), hanyasegelintir orang yang mempunyai pemahaman tentang konvergensi. Para pesertakuliah sering kali terpana pada kenyataan yang diungkap Negroponte bahwa semua85

teknologi komunikasi bersama-sama sedang memasuki titik genting metamorfosis,yang hanya dapat dipahami dengan tepat jika didekati sebagai subjek tunggal.Untuk memberikan gambaran ini Negroponte membuat tiga lingkaran yangtumpang tindih, yang diberi nama “industri penyiaran dan gambar hidup”, industrikomputer”, dan “industri percetakan dan penerbitan” (Fidler, 2003).Negroponte menjadi orang pertama yang mengakui bahwa konvergensiindustri media dan teknologi digital pada akhirnya akan mengarah pada bentukbentuk yang dikenal sebagai komunikasi multimedia. Multimedia atau yang jugadikenal sebagai media campuran, pada umumnya didefinisikan sebagai mediumyang mengintegrasikan dua bentuk komunikasi atau lebih. Dalam definisi yangamat luas atas istilah itu, maka sebagian besar media cetak tergolong dalam bentukmultimedia karena keduanya menyuguhkan informasi dengan memadukan antarateks, fotografi, dan grafis yang ditampilkan melalui medium ediayangdipopulerkan mengabaikan kertas karena dipandang sebagai medium lama.Kecenderungan yang terjadi akhir-akhir ini memilih layar elektronis sebagaimedium baru menggantikan kertas. Dengan medium tampilan elektronis sepertimonitor komputer dan layar televisi, sistem multimedia baru mampu menyuguhkaninformasi dengan berbagai perpaduan antara video dengan gambar hidup, animasi,dan suara, serta potongan-potongan gambar dan kata-kata tertulis. Ketikamenyampaikan konsep konvergensi, Negroponte tidak sedang meramalkan hasilhasil media masa depan, tetapi hanya menunjukkan peluang yang potensial untukpengembangan baru. Dan ternyata, konvergensi yang berkembang saat ini dengan86

memunculkan media baru yang makin memperbesar irisan ketiga lingkaran itusudah diperkirakan sejak tahun 1978 oleh Negroponte dan timnya.Pada kenyataannya, konvergensi itu selalu menjadi esensi evolusi padamasa ini dan proses mediamorfosis. Bentuk media baru yang begitu banyak saat inimerupakan hasil dari sebuah konvergensi berskala kecil yang tak terhitungbanyaknya. Konvergensi lebih menyerupai sebuah perkawinan atau persilanganyang menghasilkan transformasi atas masing-masing entitas yang bertemu danpenciptaan entitas baru.Tabel 2.2.2.1. Konstruksi Konvergensi dari Laboratorium Mediadi Massachusetts Institute of Technology (MIT):Sumber: Fidler (2003)Jenkins (2006:10) menuliskan, pada awal 1983 Ithiel de Sola Pool dalambukunya berjudul Technology of Freedom menggunakan istilah konvergensi untukmenggambarkan kekuatan perubahan dalam industri media.87

Sebuah proses yang disebut sebagai konvergensi itu mengaburkan batasanantara media. Misalnya komunikasi point to point (pos, telepon, dan telegraf) dankomunikasi massa (pers, radio, televisi). Perangkat fisik tunggal seperti kabel dangelombang udara, yang pada masa lalu dalam bentuk terpisah, kini dapatdiakomodir oleh satu medium seperti penyiaran, pers, dan komunikasi lewattelepon.A process called the “convergence of modes” is blurring the lines betweenmedia, even between point-to-point communications, such as the post, telephoneand telegraph, and mass communications, such as the press, radio, and television.A single physical means -be it wires, cables or airwaves- may carry services that inthe past were provided in separate ways. Conversely, a service that in the past wasprovided by any one medium -be it broadcasting, the press, or telephony- can nowbe provided in several different physical ways. So the one-to-one relationship thatused to exist between a medium and its use is eroding. (Pool 1983:23 dalam Jenkins,2006:10)Definisi konvergensi lainnya yang lebih jelas adalah seperti yang dikatakanJenkins (2001:93) yaitu konvergensi sebagai sebuah proses multidimensi teknologi,ekonomi, sosial, budaya global yang tidak berbeda dengan transisi dan transformasiperiode Renaissance. Konvergensi media ibarat percikan api yang tersebar danmenjangkau ranah sosial, politik, ekonomi, dan perselisihan legal karena ada tujuanyang bertentangan dari sisi konsumen, produsen, dan gatekeeper.“Media convergence is sparking a range of social, political, economic andlegal disputes because of the conflicting goals of consumers, producers andgatekeepers.” (Jenkins: Dwyer, 2010:25)88

Sementara Burnett dan Marshall (2003:1) mendefinisikan konvergensimedia sebagai penggabungan industri media, telekomunikasi, dan komputermenjadi sebuah bentuk yang bersatu dan berfungsi sebagai media komunikasidalam bentuk digital. Berkembangnya dimensi-dimensi dalam konvergensi mediadisebabkan oleh penemuan dan perkembangan WWW (World Wide Web) danjaringan komputer berkecepatan tinggi. Teknologi media digital ini pun dipasarkandan dimiliki oleh masyarakat luas, sehingga masyarakat dapat menikmati,menghasilkan, dan menyebarluaskan konten dari media tersebut. Dalam hal ini,konten memiliki arti sangat luas, yang mencakup berbagai bidang pengetahuan,bukan hanya bidang jurnalisme dan komunikasi massa. (Grant, 2009:100)2.2.2.2. Dimensi KonvergensiDalam bukunya yang berjudul The Meaning of Convergence, Rich Gordon(Quinn, 2004:112) membagi konvergensi ke dalam lima dimensi atau level.Pertama, ownership convergence. Konvergensi ini mengacu pada kepemilikanperusahaan media besar atas beberapa jenis media. Misalnya sebuah perusahaanmedia yang menjadi induk dari media cetak, media daring, dan media penyiaran.Kedua, tactical convergence. Konvergensi ini merupakan bentuk trik ataucara kerja sama dengan melakukan promosi silang serta pertukaran informasi yangdiperoleh dari media-media yang berkonvergen atau bekerja sama. Misalnya,liputan khusus sebuah surat kabar dipromosikan di televisi atau sebaliknya,program khusus televisi diiklankan di surat kabar, radio dan online.89

Ketiga, structural convergence. Konvergensi ini membutuhkan redesignpembagian kerja dan strukturisasi organisasi di tiap media yang sudah menjadibagian dari konvergensi. Struktur organisasi dan job description yang sudahmengimplementasikan konvergensi ditata ulang dan disesuaikan dengan kebutuhankonvergensi.Keempat, information gathering convergence. Jenis konvergensi ini terjadiketika para jurnalis yang sering disebut sebagai backpack journalist atau jurnalisyang memiliki keterampilan bekerja di lebih satu jenis media diharapkan dapatmengumpulkan data, mengolah, dan menyajikan data dalam berbagai platform.Dengan kata lain, jurnalis wajib melaporkan hasil liputannya ke dalam platformyang berbeda. Bisa ke platform cetak, televisi, radio, maupun online.Kelima, storytelling convergence. Bentuk konvergensi ini menuntutketerampilan jurnalis dalam mengemas berita sesuai dengan segmen pasar mediayang bersangkutan dan dilengkapi dengan foto, video, maupun grafis.Dalam konvergensi media, ada klausul mendasar yang harus dilakukan,yaitu harus muncul kesadaran untuk saling berbagi sumber daya manusia maupunperalatan. Hal ini sangat penting untuk menciptakan konvergensi dalam newsroomyang menghasilkan proses produksi konten yang lebih

Salah satu hasil penelitian Nielsen Indonesia, Wave 3 pada 2009 (Juli-September 2009) menunjukkan, sejak 2004- . dari total pendapatan digital. Kendati begitu, total pendapatan surat kabar global turun 2,1 persen pada 2016 dari tahun sebelumnya, dan turun 7,8 persen selama lima tahun terakhir. Pendapatan iklan media cetak turun delapan persen .

Related Documents:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Media Cetak 1. Pengertian Media Cetak Media cetak adalah dimana perkembangan teknologi yang belum berkembang, yaitu media cetak dibuat memakai mesin tik untuk membuat suatu iklan produk sedangkan gambar-gambar atau animasi yang memperbagus iklan produk itu dibuat secara manual dengan menggunakan pena.

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

bab ii penerimaan pegawai . bab iii waktu kerja, istirahat kerja, dan lembur . bab iv hubungan kerja dan pemberdayaan pegawai . bab v penilaian kinerja . bab vi pelatihan dan pengembangan . bab vii kewajiban pengupahan, perlindungan, dan kesejahteraan . bab viii perjalanan dinas . bab ix tata tertib dan disiplin kerja . bab x penyelesaian perselisihan dan .

Bab 24: Hukum sihir 132 Bab 25: Macam macam sihir 135 Bab 26:Dukun,tukang ramal dan sejenisnya 138 Bab 27: Nusyrah 142 Bab 28: Tathayyur 144 Bab 29: Ilmu nujum (Perbintangan) 150 Bab 30: Menisbatkan turunnya hujan kepada bintang 152 Bab 31: [Cinta kepada Allah]. 156 Bab 32: [Takut kepada Allah] 161

bab iii. jenis-jenis perawatan 7 . bab iv. perawatan yang direncanakan 12 . bab v. faktor penunjang pada sistem perawatan 18 . bab vi. perawatan di industri 28 . bab vii. peningkatan jadwal kerja perawatan 32 . bab viii. penerapan jadwal kritis 41 . bab ix. perawatan preventif 46 . bab x. pengelolaan dan pengontrolan suku cadang 59 . bab xi.

BAB 1 Akuntansi Keuangan & Standar Akuntansi Keuangan 1 BAB 2 Laporan Laba Rugi, Neraca dan Arus Kas 11 BAB 3 Pengawasan Terhadap Kas 25 BAB 4 P i u t a n g 33 BAB 5 Wesel dan Promes 47 BAB 6 Persediaan Barang Dagang 53 BAB 7 Penilaian Persediaan Berdasarkan Selain Harga Pokok 71 BAB 8 Amortisasi Aktiva Tak Berwujud 81 . Modul Akuntansi Keuangan 1 Dy Ilham Satria 1 1 AKUNTANSI KEUANGAN DAN .

FISIKA DASAR I (Edisi Revisi) Oleh Dr.Eng. MIKRAJUDDIN ABDULLAH, M.Si. PROGRAM STUDI FISIKA . Daftar Isi Bab 1 Gerak Dua Dimensi 1 Bab 2 Gerak Peluru 17 Bab 3 Gerak Melingkar 36 Bab 4 Hukum Newton dan Dinamika 50 Bab 5 Hukum Gravitasi 81 Bab 6 Usaha Energi 99 Bab 7 Elastisitas Bahan 131 .

Basic Description Logics Franz Baader Werner Nutt Abstract This chapter provides an introduction to Description Logics as a formal language for representing knowledge and reasoning about it. It first gives a short overview of the ideas underlying Description Logics. Then it introduces syntax and semantics, covering the basic constructors that are used in systems or have been introduced in the .