Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Skripsi

1y ago
13 Views
2 Downloads
7.58 MB
58 Pages
Last View : 8d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Aliana Wahl
Transcription

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGANDENGANKEJADIAN ABORTUS DI R U M A H SAKITDR. A. K. G A N I P A L E M B A N GJANUARI - AGUSTUSPERIODE2014SKRIPSISebagai salah satu syarat memperoleh gelarSarjana Kedokteran (S.Ked)Oleh:M U a V V f M A D APRILIANDY SHARIFFM M : 70 2011 054FAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITAS M U H A M M A D I Y A H2015PALEMBANG

H A L A M A N PENGESAHANF A K T O R - F A K T O R Y A N G BERHUBUNGAN DENGANK E J A D I A N ABORTUS DI R U M A H S A K I TDR. A. K . GANI P A L E M B A N G P E R I O D EJANUARI - AGUSTUS 2014Dipersiapkan dan disusun olehMUHAMMAD APRILIANDY SHARIFFNIM: 702011054Sebagai salah satu syarat memperoleh gelarSarjana Kedokteran (S. Ked)Piida tanggal 02 Februari 2015Menyetujui:DekanFakultas Kedokteraa dr. H M. All Muchtar M.ScNBM/NIDN. 060347091062484/0020084707

HALAMAN PERNYATAANDengan ini Saya menerangkan bahwa :1. Karya Tulis Saya, skripsi ini adaiah asli dan belum pernah diajukan untiikmendapatkangelarakademik. baikdi Universitas MuhammadiyahPalembang, maupun Perguruan Tinggi lainnya.2. Karya Tulis ini mumi gagasan, rumusan dan penelitian Saya sendiri, tanpabantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing.3. Dalam Karya Tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulisatau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkansebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dandicantumkan dalam daftar pustaka.4. Pemyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudianhari terdapat penyimpangan dan ketidakbcnaran dalam pemyataan ini. makaSaya bersedia mcnerima sanksi akademik atau sanksi lainnya scsuai dengannorma yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.Palembang. 2 Februari 2015Muhammad Apriliandy ShariFfN I M : 702011054

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amatbaik bagimu, dan boleh jadi (puia) kamu menyukaisesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allahmengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(Q.S Al-Baqarah 216)XfipersemBafi n gpada. J* OranQ Tua (Papa Jr. Tf.'Fatfumy Shariff, 94 Oviami It. Tij. (DafUia iNmgsiHAyu dr. (Fonda OctarianingsiA Shariff, Sp O "Kyai muttaqin 9{oviandy Sfiarff,AMd'KfidjDany (DtsramfySAariff MKjt FjCuargaAy t* Vitiversitas uAammaxGyoA (PaCmSaiy gufu-gurufiu Bestiest D3. Fno, Sophie, g B dan DiSoo J* Feman-Fcman terdeAatAu di hampus (l(}dwan,Andreas, Imanuddin, FCdAi, Wendra, Fadd94oniAa, jsma dan FahioCa J* Facaryan setaCu menemani FX'fTMF 2011 nil!!! Serta para responden dan orang-orang yang ieCoAmemSantusaya daOim proses pemAetapran sayayang tida dapat saya seSut n satu per satu.iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANGFAKULTAS KEDOKTERANSKRIPSI, JANUARI 2015MUHAMMAD APRILIANDY S H A R I F FF A K T O R - F A K T O R YANG BERHUBUNGAN DENGAN K E J A D I A NABORTUS DI RUMAH S A K I T DR. A.K. GANI PALEMBANG P E R I O D EJANUARI 2014 - AGUSTUS 2014xiil 48 halaman 6 tabelABSTRAKAbortus adaiah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janindapat hidup di luar kandungan. Sebagai balasan iaiah kehamilan kurang dari 20minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Prawirohardjo. 2010). Kejadianabortus masih menjadi masalah kesehatan yang prevalensinya tinggi di Indonesia.Beberapa faktor penting yang kejadian abortus antara lain umur ibu. paritas danriwayat abortus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensiumur ibu, status paritas dan riwayat abortus ibu yang mengalami abortus sertahubungannya dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembangperiode Januari - Agustus 2014. Jenis penelitian yang dilakukan adaiah penelitiansurvei analitik dengan desain case control. Besar sampel 120 ibu yang terdiri dari60 kasus dan kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling.Pengambilan data menggunakan instrumen rekam medik dengan usia kehamilansebagai matching. Kemudian data dianalisa secara univariat dan bivariat denganmenggunakan Pearson Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 60sampel kasus 61.7% (37 ibu) berumur 20-35 tahun. 30% (18 ibu) berumur 35tahun dan 4,2% (5 ibu) berumur 20 tahun. Sedangkan 24 ibu (40%) Multipara, 19ibu (31,7%) Nullipara, 17 ibu (28,3%) Primipara dan tidak terdapat ibu (0%)Grande Multipara. Selain itu didapatkan 38 ibu (63,3%) tanpa riwayat abortus dan22 ibu (36,7%) dengan riwayat abortus. Setelah dilakukan pengolahan data secarastatistik, umur ibu (p 0,187), paritas (p 0,068) dan riwayat abortus (p 0,067).Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa lidak terdapathubungan yang bermakna antara umur ibu, status paritas dan riwayat abortusdengan kejadian abortus.Referensi: 24 (1998-2014)Kata Kunci: Abortus, faktor - faktor yang berhubungan.V

UNIVERSITY OF UARY2015MUHAMMAD APRILIANDY S H A R I F FFACTORS CORRELATED TO ABORTION AT DR. A.K. GANIPALEMBANG IN THE PERIOD OF JANUARY-AUGUST2014.HOSPITALxiii 48 pages 6 tablesABSTRACTAbortion is a threat or expulsion the products of conception before it cansurvive outside the uterine within 20 weeks or less gestational age or less than 500grams (Prawirohardjo, 2010). Abortion incidence remains high in Indonesia.Influencing factors may include are age, parity and previous abortion history. Thisresearch is aimed to determine these frequency distribution and their relation toabortion at Dr. A.K. Gani Hospital Palembang in the period of January - August2014. An analytical survey using case control design was applied to total 120samples consist of 60 cases and controls. Sample was taken by total sampling.Data was taken by using medical record instrument with gestational age asmatching. Furthermore, data was analyzed with univariate and bivariate usingPearson Chi-Square. The result shows among 60 cases 61,7% (37 mothers) aged20-35 years old, 30% (18 mothers) aged 35 years old and 4,2% (5 mothers) aged 20 years old. Based on parity status, 24 mothers are Multiparous (40%), 22mothers are Nulliparous (36,7%), 17 mothers are Primiparous (28,3%) and nomother is Grande Multiparous (0%). 38 mothers (63,3%) have no previousabortion history and 22 mothers (36,7%) have previous abortion history.Statistically result shows that, age (p 0,187), parity (p 0,068) and previousabortion history (p 0,067). Based on the result, it can be concluded that age,parity and previous abortion history are not correlated to abortion.Reference: 24 (1998 - 2014)Keywords: Abortion, correlatedfactorsvi

D A F T A R ISIHALAMAN JUDULiHALAMAN PENGESAHANiiHALAMAN PERNYATAANiiiHALAMAN PERSEMBAHAN DAN M O T T OivABSTRAKVABSTRACTviKATA PENGANTARviiDAFTAR ISIviiiDAFTAR T A B E LxiDAFTAR BAG ANxiiD A F T A R LAMP! RANxiiiBAB IPENDAHULUAN1.1Latar Belakang11.2Rumusan Masalah31.3Tujuan Penelitian31.3.1 Tujuan Umum31.3.2 Tujuan KJiusus3Manfaat Penelitian31.4.1 Manfaat Teoritis31.4.2 Manfaat Praktisi4Keaslian Penelitian41.41.5BAB HTINJAUAN PUSTAKA2.1Landasan Teori62.1.1 Definisi Abortus62.1.2 Klasifikasi Abortus62.1.3 Etiologi Abortus92.1.4 Faktor Risiko Abortus13viii

2.1.5 Penatalaksanaan Abortus142.1.6 Komplikasi Abortus162.2Kerangka Teori1 2.3Hipotesis 8BAB III M E T O D E P E N E L I T I A N3.1.lenis Penelitian193.2Waktu dan Lokasi Penelitian193.2.1 Waktu Penelitian193.2.2 Lokasi Penelitian19Populasi dan Sampel Penelitian193.3.1 Populasi193.3.2 Sampel193.3.3 Kriteria Restriksi203.3.4 Cara Pengambilan Sampel20Variabe! Penelitian213.4.1 Variabel Dependen213.4.2 Variabel Independen213.5Definisi Operasional213.6Cara Pengumpulan Data223.7Cara Pengolahan dan Analisis Data223.7.1 Pengolahan Data223.7.2 Analisis Data23Alur Penelitian243.33.43.8BAB I V HASIL DAN PEMBAHASAN4. 1 Hasil254.1.1. Analisis Univariat25A. Umur Ibu25B. Paritas26C. Riwayat Abortus27ix

4.1.2. Analisis Bivariat27A. Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian Abortus . 27B. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus28C. Hubungan Riwayat Abortus Dengan KejadianAbortus4.229Pembahasan294.2.1. Analisis Univariat29A. Umur Ibu29B.30ParitasC. Riwayat Abortus4.2.2. Analisis Bivariat3030A. Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian Abortus . 31B.Hubungan Paritas Dengan Kejadian Abortus32C. Hubungan Riwayat Abortus Dengan KejadianAbortus4.3BAB V33Keterbatas Penelitian34K E S I M P U L A N DAN SARAN5. 1 Kesimpulan355.2Saran35DAFTAR PUSTAKA36LAMPIRAN39X

DAFTAR TABELTabel 4.1. Distribusi sampel kasus berdasarkan kelompok umur25Tabel 4.2. Distribusi sampel kasus berdasarkan kelompok paritas26Tabel 4.3. Distribusi sampel kasus berdasarkan riwayat abortus27Tabel 4.4. Hubungan Umur dengan Kejadian Abortus27Tabel 4.5. Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus28Tabel 4.6. Hubungan Riwayat Abortus dengan Kejadian Abortus29xi

DAFTAR GAMBARGambar 2.1 Kerangka Teori17Gambar 3.1 Alur Penelitian24xii

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1. Rekapitulasi Data Rekam Medik39Lampiran 2. Hasil Pengolahan Data dengan Software SPSS 16.042Lampiran 3. Surat Izin Melaksanakan dan Selesai Penelitian47xiii

BAB IPENDAHULUAN1.1.Latar BelakangAbortus adaiah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelumjanin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan iaiah kehamilankurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram(Prawirohardjo, 2010).Menurut Leveno dkk. (2007), abortus adaiah berakhimya kehamilanmelalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup. Di AmerikaSerikat, definisi ini terbatas pada terminasi kehamilan sebelum 20 minggudidasarkan pada tanggal hari pertama haid normal terakhir. Definisi lainyang sering digunakan adaiah keluamya janin-neonatus yang beratnyakurang dari 500 gram.Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatusbanyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi.Abortus spontan dan tidakjelasumur kehamilannya, hanya sedikitmemberikan gejala atau tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atauberobat. Sementaraitu, darikejadian yang diketahui, 15%-20%merupakan abortus spontan ataukehamilan ektopik. Sekitar 5% daripasangan yang mencoba hamil akanmengalami 2 keguguran yangberurutan, dan sekitar 1% dari pasanganmengalami 3 ataulebihkeguguran yang berurutan (Prawirohardjo, 2010).Berdasarkan data yang dilansir dari CDC {Centers for DiseaseControl and Prevention) pada tahun 2010, terdapat 765.651 kasus abortusyang dimbil dari 49 negara. Diperkirakan tingkat kejadian abortus tahun2010 mencapai 14.6 per 1000 wanita pada umur 15-44 tahun dan rasioabortus 228 kejadian abortus berbanding 1000 kelahiran hidup. Kejadianabortus menurut usia gestasinya ; 91,9% terjadi padaminggu, 71,7% terjadi pada usia gestasi 8 minggu.1usia gestasi 13

evalensinya tinggi di Indonesia. Utomo dkk. (2000) didalam Sedgh &Ball (2008) mengestimasibahwa abortus di Indonesia berdasarkanpenelitiannya adaiah sebesar 37 abortus setiap tahunnya untuk setiap 1000perempuan usia reproduksi (15-49 tahun). Perkiraan ini cukup tinggi biladibandingkan dengan negara-negara lain di Asia; dalam skala regionalsekitar 29 abortus terjadi untuk setiap 1000 perempuan usia reproduksi.Berbagai kelainan dapat terjadi pada konseptus maupun pada areasekitar saluran reproduksi. Salah satu penyebab terseringnya adaiahkelainan kromosom pada konseptus. Abortus yang terjadi akibat kelainanpada saluran reproduksi akan menyebabkan defek anatomis pada padauterus baik kongenital maupun didapat. Kelainan tersebut juga dapatdisebabkan oleh kelainan endokrin yang menyebabkan pematangan ovumsebelum waktunya, atau pematangan dan pertumbuhan endometrium saatmempersiapkan diri untuk implantasi. Meningkatnya usia ibu diikuti puladengan kejadian kelainan kromosom pada embrio dan janin serta rerataterjadinya abortus spontan. Kelainan sel telur yang berhubungan denganusia diperkirakan merupakan penyebab paling banyak pada pengaruh usia.(Heffner dan Schust, 2012).Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus.Namun beberapa faktor penting yang mempengaruhinya antara lain umuribu, paritas dan riwayat abortus. Berdasarkan data yang diperoleh daribeberapa literatur diatas, angka kejadian abortus masih terbilang tinggi diIndonesia. Hal-hal inilah yang membual peneliti tertarik meneliti tentang"Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus di RumahSakti Dr. A.K. Gani Palembang Periode Januari - Agustus 2014".

31.2Rumusan MasalahApa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian abortus diRumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembang periode Januari - Agustus 2014 ?1.3Tujuan Penelitian1.3.1Tujuan UmumUntukmengetahui faktor-faktoryang berhubungan dengankejadian abortus di Rumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembangperiode Januari - Agustus 2014.1.3.2Tujuan Khusus1. Untukmengetahui distribusifrekuensi umur ibu yangmengalami abortus.2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi paritas ibu yangmengalami abortus.3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi riwayat abortus ibuyang mengalami abortus.4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara faktor-faktordi atas dengan kejadian abortus di Rumah Sakit Dr. A.K. GaniPalembang periode Januari - Agustus 2014.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1. Manfaat Teoritisa. Hasilpenelitian ini diharapkandapatmenyumbangilmupengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengankejadian abortus.b. Sebagai salah satu sumber informasi kepada ibu hamil tentangpenyebab dan faktor risiko terjadinya abortus.c. Sebagai landasan untuk penelitian selanjutnya daiam menganalisishubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadianabortus.

54.Penelitian oleh Verra Ancha Perdana pada tahun 2012, dengan judul"Hubungan Faktor-Faktor Risiko dan Kejadian Abortus Spontan DiRumah Sakit Muhammadiyah Palembang Periode 1 Januari - 31Desember 2011". Variabel independen; usia ibu, riwayat abortus danpekeijaan,sedangkanvariabel dependen;kejadian abortus. Hasilpenelitian didapatkan tidak ditemukan hubungan antara usia ibu, jumlahparitas, riwayat abortus dan pekerjaan ibu dengan kejadian abortus.

BAB I ITINJAUAN PUSTAKA2.1.Landasan Teori2.1.1. Definisi AbortusAbortus adaiah ancaman atau pengeluaran hasilkonsepsisebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan iaiahkehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500gram (Prawirohardjo. 2010).Adapun menurut Cunningham dkk. (2012) abortus adaiah janinatau mudigah yang dikeluarkan atau keluar dari uterus delamatrimester pertama kehamilan 20 minggu atau kurang, atau bila usiakehamilan yang akurat tidak diketahui, beratnya kurang dari 500gram.2.1.2. Klasifikasi sberdasarkan gejala, tanda dan proses patologinya masing-masing.Berikut adaiah macam-macam abortus:1.Abortus erjadinya abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uterimasih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan(Prawirohardjo, 2012). Sekitar 20-50% dari abortus imminensakan berakhir dengan gugumya kehamilan (Stead, 2007).Menurut Rock (2003), abortus imminens paling banyakterjadi pada usia kehamilan dibawah 12 minggu yaitu sebanyak80% kejadian dengan rata-rata kejadian terjadi pada usia 9minggu.6

8dalam uterus dapat terjadi maserasi fetus dan carneous mole(Hanretty, 2010).6.Abortus HabitualisAbortus habtitualis adaiah abortus spontan yang terjadi 3kali atau lebih secara berturut-turut. Angka kejadian abortushabitualis adaiah 0,4% dari seluruh kehamilan. Umumnyawanita tersebut tidak susah untuk hamil, namun kehamilannyatidak dapat bertahan dan terhenti pada trimester pertama atausedikit lebih tua (Wiknjosastro, 2005).7.Abortus Infeksiosus dan Abortus SeptikAbortus infeksiosus adaiah abortus yang disertai infeksipada alat genitalia sedangkan abortus septi adaiah abortus yangdisertai dengan penyebaran infeksi pada peredarah darah atauperitoneum (Prawirohardjo, 2010).8.Kehamilan Anembrionik {Blighted Ovum)Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologidimana mudigah tidak terbentuk sejak awal walaupun kantunggestasi tetap terbentuk. Kelainan ini baru dapat terdcteksi setelahberkembangnya ulstrasonografi (Prawirohardjo, 2010).Klasifikasi abortus yang dipaparkan diatas merupakan abortus yangspontan. Selain itu terdapat pula klasifikasi abortus yang lain, yaitu abortusprovokatus. Menurut Curmingham dkk. (2012), abortus provokatus adaiahpengakhiran secara medis atau bedah kehamilan sebelum kehamilan viable(mampu hidup). Selanjutnya abortus provokatus dibagi menjadi 2 macamyaitu :1.Abortus TerapetikAbortus terapetik atau medisinalis adaiah abortus karenatindakan kila (dokter) sendiri, dengan alasan bila kehamilandilanjutkan,dapatmembahayakanjiwaibu (berdasarkanindikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai3 tim dokter ahli (Mochtar, 2012).

92.Abortus Edcktif (Voluntary)Pengakhiran kehamilan sebelum janin mampu hidup ataspermintaan wanita itu sendiri. tetapi bukan atas alasan medis(Cunningham dkk, 2012).2.1.3. Etiologi regnancy loss) bervariasi dan sering diperdebatkan.(earlyPenyebab-penyebab abortus antara lain :1. Faktor GenctikSebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kariotipembrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimesterpertama merupakan kelainan sitogenetik. Kelainan sitogenetikembrio biasanya berupa aneuploidi yang unctionmeiosispoliploidi dari fertilitas abnormal (Prawirohardjo. 2010).Sekitar 95% kelainan kromosom disebabkan kesalahangametogenesis ibu, sisanya akibat ayah. Walaupun sekitar 75%abortus aneuploidi terjadi sebelum 8 minggu tetapi unningham dkk, 2012).Kelainan sering juga berupa gen yang abnormal, mungkinkarena adanya mutasi gen yang bisa menggangguprosesimplantasi bahkan menyebabkan abortus (Prawirohardjo, 2010).Menurut Stoppard (2008), sudah banyak klinik antenatalsekarang yang menyediakan beberapa tes yang dapat mengujiketidaknormalan janin. Tes-tes ini tidak dapat memberitahukansecara pasti apakah terdapat suatu kesalahan tetapi dapatmenunjukkanprobabilitas. Dapatlanjutan untuk mengkonfirmasimenepiskannya.dilakukan tesdiagnostikmasalah yang terjadi atau

102. Penyebab AnatomikDefekanatomikuterusdiketahui sebagai penyebabkomplikasi obsletrik, seperti abortus berulang. prematuritas sertamalpresentasi janin. Insidensi kelainan bentuk uterus berkisar1/200 sampai 1/600 mplantasi serta pasokan darah pada permukaan endometrium.Risiko abortus berkisar antara 25-80% bergantung pada beratringannya gangguan (Prawirohardjo, 2010).Insufiensiserviks atauinkompetensiserviksadaiahkondisi ketidakmampuan serviks untuk menyokong kehamilanhingga saat kelahiran tiba akibat defek fungsional serviks.Komplikasi dari inkompetensi serviks ini meningkat seiringdengan pertambahan usia gestasi dan peningkatan pembukaanserviks. Komplikasi jangka pendek ( 48 jam) adaiah kehilangandarah dalam jumlah besar, ketuban pecah dini dan keguguranspontan (3-20%) (Norwitz dan Schorge, 2006).3. Penyebab AutoimunTerdapat hubungan yang nyata antara abortus upusErithematosus (SLE) dan Antiphospolipid Antibodies (aPA).aPA merupakan antibodi spesifik yang didapati pada perempuandengan SLE. Kejadian abortus spontan di antara pasien SLEsekitar 10%, dibanding populasi umum. Bila digabung denganpeluang terjadinya pengakhiran kehamilan trimester 2 dan 3,maka diperkirakan 75 % pasien dengan SLE akan berakhirdengan terhentinya kehamilan (Prawirohardjo, 2010).Autoantibodi ini juga dtemukan pada wanita tanpa lupus.Memang hampir 5% wanita hamil normal, antikoagulan lupusdan antikardiolipin dilaporkan berkaitan dengan peningkatankematian janin (Cunningham dkk, 2012).

114. Penyebab ecologist (2001), infeksi jarang menjadi penyebab abortusdini. Data mengenai hubungan antara sebagian infeksi lain danpeningkatanangkaabortusmasih bertentangan.Beberapapenelitian yang dilakuakn diakhir abad-20 melaporkan bahwainfeksi dan abortus tidak berhubungan secara langsung. Namun,Oakeshort dkk. (2002) melaporkan adanya keterkaitan antaraabortus trimesterkedua, bukan trimester pertama dan vaginosisbakteri (Cunningham dkk, 2012).5. Faktor LingkunganDiperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparanobat, bahan kimia atau radiasi umumnya berakhir denganabortus (Prawirohardjo, 2010).Menurut Cunningham dkk. (2012), merokok berkaitandengan peningkatan kejadian abortus euploidi. Baik abortusspontan maupun anomali janin dapat ditimbulkan oleh seringnyakonsumsi alkohol. Selain itu, kafein, radiasi dan alat kontrasepsijuga menyumbang meningkatnya risiko kejadian abortus.6. Faktor HormonalA. Kadar Progesterone RendahProgesteron punya peran penting dalam asiembrio.Support fase luteal punya peran kritis pada kehamilan sekitar7 minggu, yaitu saat dimana trofoblas harus menghasilkancukup steroid untuk menunjang kehamilan. Pengangkatankorpus luteum sebelum usia 7 minggu akan menyebabkanabortus. Dan bila progesterone diberikan pada pasien ini,kehamilan bisa diselamatkan (Prawirohardjo, 2010).B. Defek Fase Luteal

12Defek fase luteal adaiah kelainan endokrinologik yangditandai dengan adanya gangguan fungsi korpus luteum yangtidak mampu menghasilkanprogestroneyangadekuat.Akibatnya terjadi gangguan pada endometrium berupa tidaksinkronya keadaan stroma kelenjar yang pada akhirnyamenyebabkan gangguan implantasi. Angka kejadian defekfase luteal adaiah 25-60% pada abortus berulang (Baziad,2003).Abortus spontan dan malformasi kongenital mayormeningkat pada wanita dengan diabetes dependen-insulin.Risiko ini berkaitan dengan derajat kontrol metabolik padatrimester pertama. Dalam suatu studi prospektif, Mills dkk.(1998) mendapatkan bahwa kontrol glukosa yang baik dalam21 hari setelah konsepsi menghasilkan angka keguguran yangsetara dengan angka kontrol nondiabetes. Namun, kurangnyapengendalian glukosa menyebabkan peningkatan mencolokangka abortus (Cunningham dkk, 2012).7. Faktor HematologikBeberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defekplascntasidan adanyaplasenta.Berbagaimemegangperanmikrotrombi pada pembuluh darahkomponendanfibrinolitikpenting pada implantasi embrio, invasitrofoblas, dan plasentasi.hiperkoagulasikoagulasiPada kehamilan terjadi n, penurunan faktor antikoagulan, dan penurunanaktivitas fibrinolitik. Kadar faktor V I I , VIII, X, dan fibrinogenmeningkat selama kehamilan normal, terutama pada kehamilansebelum 12 minggu (Prawirohardjo, 2010).Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus,sering didapatkan defek hemostatik. Penelitian Tulpalla dankawan-kawan menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat

13abortusberulang,seringterdapatpeningkatan produksitromboksan yang berlebihan pada usia kehamilan 4-6 minggu,dan penurunan produksi prostasiklin saat usia kehamilan 8-11minggu. Perubahanrasio tromboksan-prostasiklin memacuvasospasme serta agregrasi trombosit, yang akan menyebabkanmikrotrombiserta nekrosis plasenta. Juga sering disertaipenurunan kadar protein C dan fibrinopeptida (Prawirohardjo,2010).Defisiensi faktor XII (Hageman) berhubungan njugaberhubungan dengan abortus berulang pada lebih dari 22 persenkasus (Prawirohardjo, 2010).2.1.4 Faktor Risiko AbortusBerikutini adaiahbeberapafaktorrisikoyang dapatmempengaruhi terjadinya abortus:1.Usia IbuInsidensi abortus euploidi meningkat drastis setelah ibuberusia 35 tahun. Frekuensi abortus bertambah dari 12% padawanita 20 tahun, menjadi 26 % pada wanita yang berusia diatas40 tahun (Cunningham dkk, 2012).MenurutPrawirohardjo (2010),risikoibu terkenaaneuploidi adaiah 1 : 80 pada usia diatas 35 tahun, karena angkakejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelahusia 35 tahun.2.Paritas IbuFaktor risiko terjadinya abortus adaiah usia ibu, paritasdan keguguran sebelumnya. Sedangkan menurut Cunninghamdkk. (2012), risiko terjadinya abortus meningkat denganmeningkatnya jumlah kehamilan dan kelahiran, usia ibu danumur ayah serta jarak kelahiran.

143.Riwayat AbortusKejadianabortus didugamempunyaiefekterhadapkehamilan berikutnya, baik pada timbulnya penyulit kehamilanmaupun pada hasil kehamilan itu sendiri. Wanita dengan riwayatabortus mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinyapersalinan prematur, abortus berulang, bayi dengan Berat BadanLahir Rendah (BBLR) (Cunningham dkk, 2012).Pada suatu studi menunjukkan bahwa terjadi peningkatanrisiko kejadian abortus spontan berulang pada wanita yangpernah mengalami abortus spontan. Ha! ini terjadi pada semuausia gestasi. Berdasarkan sebuah studi risiko abortus spontanmeningkat 20% setelah 1 kali abortus menjadi 43% setelah 3kali atau lebih mengalami abortus spontan (Rock, 2003).Risiko abortus pada trimester pertama setelah 1 kalikeguguran adaiah 24%, setelah 2 kali keguguran 26% dansetelah 3 kali keguguran menjadi 32% (Cunningham dkk, 2012).2.1.5 Penatalaksanaan Abortus1.Abortus ImminensPenderita diminta untuk melakukan tirah baring sampaipendarahan berhenti. Diberi obat spasmolilik agar uterus tidakberkontraksi atau diberi tambahan hormon progesteron atauderivatnyauntukmencegah terjadinyapengeluaran janin.Pendertita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi pendarahndengan pesan khusus tidak boleh berhubungan seksual dulusampai kurang lebih 2 minggu (Prawirohardjo, 2010). Dapatdipergunakan analgesia dengan asetaminofen untuk menguranginyeri.2.Abortus InsipiensPenanagan abortus ini harus memperhatikan keadaanumum dan perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan

15segera dilakukan tindakan evakuasi/pengeluaran hasil konsepsidisusul kuretase bila banyak pendarahan (Prawirohardjo, 2010).3.Abortus InkompletPendarahan akibat abortus inkomplit tahap lebih ematikan. Tetapi harus tetap memikirkan keadaan umumpasien. Karena itu penderita harus segera dievakuasi. Jika terjadidemamdiberikan antibiotik yang sesuai sebelum kuretasdilakukan (Cunningham dkk. 2012).Menurut Prawirohardjo (2002), perlu difikirkan apakahtelah dilakukan usaha abortus provokatus. Apabila iya, perludiberikan antibiotika walapun belum ada tanda-tanda infeksisecara intravena dengan dosis tinggi (Prawirohardjo, 2002).4.Abortus KompletPcngelolaan penderita abortus komplet tidak memerlukanpengelolaan khusus. Biasanya hanya diberi roborantia atauhematinik jika penderita memerlukan. IJterotonik tidak perludiberikan (Prawirohardjo, 2010).5.Abortus HabitualisPenentuan waktu dan tingkat evaluasi wanita denganabortus habitualis didasarkan pada usia ibu, ada tidaknyainfertilitas, gejala dan tingkat kecemasan. Perlu dilakukanpenggalian akar masalah dari abortus habitualis yang diderita.Pemeriksaan kariotipe pasangan, evaluasi rongga uterus danpemeriksaan antibodi antifosfolipid (Cunningham dkk, 2012).6.Missed AbortionBerikan obat dengan maksud agar terjadi his sehinggafetus dan desidua dapat dikeluarkan. Apabila tidak berhasil,maka lakukan dilatasi dan kuretase. Dapat juga dilakukanhisteretomia anterior. Hendaknya pada penderita juga diberikantonika dan antibiotik (Mochtar. 2012).

167.Abortus InfeksiosusPenatalaksanaan pasien ini harusmempertimbangkankeseimbangan cairan tubuh dan perlunya antibiotika yangadekuat dan sesuai dengan hasil kultur dan sensitivitas kumanyang diambil dari kultur darah dan cairan fluksus yang keluarpervaginam.Untukpertolonganpertama dapat diberikanAmpisilin 4 x 1 gram ditambah Gentamisin 2 x 80 mg danMetronidazol 2 x 1 gram. Selanjutnyaantibiotik disesuaikandengan kultur (Prawirohardjo, akukan jika uterus tidak lebih besar dari ukuran uterus padausia kehamilan 8-10 minggu. Selama kuretase tranfusi darahharus tersedia. Mifepristone, sebuah obat progesterone receptorblocker dapat digunakan sebagai tatalaksana awal.2.1.6 Komplikasi AbortusMenurut Rock (2003) komplikasi dari abortus antara lain :1.Perdarahan (Hemorrhage)Perdarahan yang terjadi sangat bervariasi antara 100sampai 1000 mL darah. Angka kejadian terjadinya pendarahanantara 0.05 sampai 4,9 per 1000 abortus (Rock, retaseyangdilakukan oleh tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun(Mochtar, 2012). Perforasi berpotensi menjadi masalah yangserius namun jarang sekali terjadi. Berdasarkan banyak laporanstudi, insidensi perforasi pada abortus terjadi sekitar 0,2 per 100kuretase aborsi (Rock, 2003).3.Infeksi4.Hematometra Akut

182.3. Hipotesis1.Ho (Hipotesis null) ; tidak terdapat hubungan yang bermakna antaraumur ibu, paritas dan riwayat abortus dengan semua kejadian abortusdi Rumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembang periode Januari - Agustus2014.2.Ha (Hipotesis alternatil) ; terdapat hubungan yang bermakna antaraumur ibu. paritas dan riwayat abortus dengan semua kejadian abortusdi Rumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembang periode Januari - Agustus2014.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1.Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan metodecase control.3.2.Waktu dan Lokasi Penelitian3.2.1. Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2014 hinggaJanuari 2015.3.2.2. Lokasi PenelitianPenelitian ini dilakukan di bagian Rekam Medik RumahSakit Dr. A.K. Gani Palembang3.3.Populasi dan Sampel Penelitian3.3.1. PopulasiPopulasi pada penelitian ini adaiah seluruh ibu hamil yangberobat ke Rumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembang periode Januari- Agustus 2014.3.3.2. SampelSampel dalam penelitian ini adaiah :A. Sampel kasus adaiah ibu hamil yang mengalami abortus yangberobat ke Rumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembang periodeJanuari - Agustus 2014.B.Sampel kontrol adaiah ibu hamil yang tidak mengalami abortusberobat ke Rumah Sakit Dr. A.K. Gani Palembang periodeJanuari - Agustus 2014.19

203.3.3. Kriteria RestriksiA. Kriteria Inklusi1. Sampel KasusIbu hamil yang mengalami abortus yang berobat ke RumahSakit Dr. A.K. Gani Palembang periode Januari - Agustus2014 dan memiliki data rekam medik yang lengkap2. Sampel KontrolIbu hamil yang tidak mengalami abortus yang berobat keRumah Sak

terjadinya abortus spontan. Kelainan sel telur yang berhubungan dengan usia diperkirakan merupakan penyebab paling banyak pada pengaruh usia. (Heffner dan Schust, 2012). Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya abortus. Namun beberapa faktor penting yang mempengaruhinya antara lain umur ibu, paritas dan riwayat abortus.

Related Documents:

lintas diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pengendara, faktor kendaraan, faktor lingkungan dan faktor jalanan yaitu sarana dan prasarana.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Safety Riding Remaja di SMAN 7 Kota Bengkulu.

penurunan pada tahun 2019. Hal yang mendasari ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil selama masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar.

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI KLINIK UTAMA VIDYAN MEDIKA . Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap pada bayi selama masa pandemi COVID-19 yaitu umur ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, .

SKRIPSI . Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) . dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengetahuan merupakan faktor yang dominan dalam membentuk suatu . penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan WUS dalam memilih jenis kontrasepsi di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK JAMBI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Skripsi Oleh : Marsis Mayanti 1903021419 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYRIAH . Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanan IMD seperti faktor

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK PEMBANGUNAN 6 RUAS TOL DALAM KOTA JAKARTA SEKSI 1A SKRIPSI ZEFANYA GERALDINE RUTHIN 1710713108 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA . Low Back Pain (LBP) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor individu, lingkungan, dan juga .

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN TIDAK AMAN PADA PELAKU USAHA RPH UNGGAS RAWA KEPITING TAHUN 2019 SKRIPSI DIAN KOMALASARI 1510713027 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAKARTA . Tindakan tidak aman disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor manajemen, desain peralatan, lingkungan fisik, pekerjaan, lingkungan .

Skripsi yang berjudul "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Payudara di RSUD Kota Yogyakarta Tahun 2016" adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Tia Arsittasari NIM : P07124213036 Tanggal : 05 Juli 2017 Yang menyatakan, ( Tia Arsittasari )