Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Ikterus Neonatorum Di Ruang .

1y ago
4 Views
1 Downloads
598.40 KB
88 Pages
Last View : 25d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Dahlia Ryals
Transcription

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANGFAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGANIKTERUS NEONATORUM DI RUANG RAWATANKEBIDANAN RSI. SITI RAHMAH PADANGTAHUN 2017SkripsiDiajukan sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan DIV KebidananPoliteknik Kesehatan Kemenkes PadangOleh :FATMAWATINIM. 164330656PRODI DIV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANANPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANGTAHUN 20171

PERNYATAAN PERSETUJUANSkripsi“Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Ikterus Neonatorumdi Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah PadangTahun 2017”Oleh :FatmawatiNIM. 164330656Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh Pembimbing Skripsi Program StudiDIV Kebidanan Padang Politeknik Kesehatan Kemenkes Padangdan telah siap untuk dipertahankan dihadapan Tim PengujiSkripsi Politeknik Kesehatan Kemenkes PadangPadang, November 2017MenyetujuiPembimbing IPembimbing II( Elda Yusefni, S.ST, M. Keb )NIP. 19690409 199502 2 001( Elsyie Yuniarti, SKM, MM )NIP.19810628 200604 2 001Ka. Program Studi DIV KebidananPoliteknik Kesehatan Kemenkes Padang( Elda Yusefni, S.ST, M.Keb )NIP. 19690409 199502 2 001

PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJISkripsi“Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Ikterus Neonatorumdi Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah PadangTahun 2017”Oleh :FatmawatiNIM. 164330656Skripsi ini telah diuji dan di pertahankan di depan penguji ujian skripsiPenelitian Program Studi DIV Kebidanan Padang PoliteknikKesehatan Kemenkes Padang dan telah Dinyatakan telahmemenuhi syarat untuk diterimaPadang,Mei 2017Tim PengujiPembimbing IPembimbing II( Elda Yusefni, S.ST, M. Keb )( Elsyie Yuniarti, SKM, MM )Anggota Penguji I,Anggota Penguji II,Anggota Penguji IIIWiddefrita, S.SiT, M.KMMardiani Bebasari, S.SiT, M.KebDewi Susanti, S.SiT, M.Keb

PROGRAM STUD DIV KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANANPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANGSkripsi, November 2017FatmawatiFaktor Risiko yang Berhubungan dengan Ikterus Neonatorum di RuangRawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang Tahun 2017vi 56 Halaman 10 Tabel 3 Gambar 9 LampiranABSTRAKData RSI. Siti Rahmah Padang pada tahun 2016, dari 290 bayi yangdirawat terdapat 95 orang (32,76%) yang mengalami ikterus neonatorum.Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor risiko yang berhubungan denganikterus neonatorum di Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang tahun2017.Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional yangtelah dilakukan di Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang daribulan April sampai November 2017. Populasi semua neonatus yang ada di RuangRawatan Kebidanan sebanyak 63 orang dengan teknik sampel adalah acidentalsampling. Pengumpulan data menggunakan daftar tilik, observasi, rekam medisdan wawancara. Kemudian data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan ujistatistik chi-square.Hasil penelitian didapatkan 39,7% neonatus mengalami ikterusneonatorum. Sebesar 36,5% ibu dengan usia kehamilan preterm. Sebesar 38,1%berat badan lahir bayi yang tidak normal. Sebesar 36,5% ibu kurang baik dalammemberikan ASI pada neonatus. Ada hubungan usia kehamilan ibu (p 0,000),berat badan lahir bayi (p 0,000) dan frekuensi pemberian ASI (p 0,000)dengan kejadian ikterus neonatorum.Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan usia kehamilanibu, berat badan lahir bayi dan frekuensi pemberian ASI dengan kejadian ikterusneonatorum, maka diharapkan kepada petugas kesehatan khususnya bidan yangada di Ruang Rawatan Kebidanan lebih meningkatkan mutu pelayanan terutamadalam memberikan asuhan kebidanan pada neonatus yang mengalami ikterusdengan menggunakan manajemen kebidanan secara lengkap (komprehensif).Kata Kunci: Ikterus Neonatorum, Usia kEhamilan, Berat Badan LahirBayi, Frekuensi Pemberian ASIDaftar Pustaka : 32 (2009 – 2016)

POLITEKNIK HEALTH KEMENKES PADANGD IV MIDWIFE PROGRAM STUDY MAJORING IN MIDWIFERYScription, November 2017FatmawatiRisk Factors Associated with Jaundice Neonatorum in RSI Midwifery Room.Siti Rahmah Padang Year 2017vi 56 Pages 10 Tables 3 Images 9 AttachmentsABSTRACTRSI data. Siti Rahmah Padang in 2016, from 290 treated babies there were95 people (32,76%) who had jaundice neonatorum. This study aims to look at riskfactors associated with neonatal jaundice in the RSI Midwifery Room. SitiRahmah Padang in 2017.This type of research is analytical with cross sectional design that has beendone in RSI Midwifery Room. Siti Rahmah Padang in April - November 2017.The population of all neonates in the Midwifery Room as many as 63 people withthe sample technique is the total sampling. Data collection using data collectionformat. Then the data were analyzed univariat and bivariate with chi-squarestatistic test.The result showed 39,7% neonatus had jaundice of neonatorum. As manyas 36.5% of mothers with preterm pregnancy. 38.1% of infant birth weight is notnormal. 36.5% of mothers are not good at giving breast milk to neonates. Therewas a relationship between maternal age (p 0,000), infant birth weight (p 0,000) and frequency of breast feeding (p 0,000) with neonatorum jaundice.The result of this research can be concluded that there is correlationbetween maternal age, infant birth weight and frequency of breastfeeding withneonatorum jaundice occurrence, hence expected to health officer speciallymidwife in Midwifery Room to improve service quality especially in givingmidwifery care to neonates who experienced jaundice by using complete(comprehensive) midwifery management.Keywords: Jaundice Neonatorum, Age of Pregnancy, Birth Weight Baby,Frequency of BreastfeedingReferences : 32 (2009 - 2016)

KATA PENGANTARPuji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, dimana denganberkat serta rahmat dan karunia-Nya, penulisan skripsi yang berjudul “FaktorRisiko yang Berhubungan dengan Ikterus Neonatorum di Ruang RawatanKebidanan RSI. Siti Rahmah Padang Tahun 2017”, ini dapat diselesaikan olehpeneliti walaupun menemui kesulitan maupun rintangan.Penyusunan dan penulisan skripsi ini merupakan suatu rangkaian dariproses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi DIV Kebidanan diPoliteknik Kesehatan Kemenkes Padang dan juga sebagai prasyarat dalammenyelesaikan Pendidikan Diploma IV Kebidanan pada masa akhir pendidikan.Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan rasa terima kasih yangsebesar-besarnya atas segala bimbingan, pengarahan dari Ibu Elda Yusefni, S.ST,M. Keb selaku Pembimbing I dan Kepala Program Studi DIV KebidananPoliteknik Kesehatan Kemenkes Padang serta Ibu Elsyie Yuniarti, SKM, MMselaku pembimbing II yang telah mengarahkan, membimbing dan memberikanmasukan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dan berbagai pihakyang peneliti terima, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Ucapanterima kasih ini penulis tujuan kepada :1. Bapak Sunardi, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan KemenkesPadang.2. Ibu Hj. Erwani, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan PoliteknikKesehatan Kemenkes Padang.

3. Pimpinan dan beserta staf RSI. Siti Rahmah Padang yang telah memberikanizin dalam pengambilan data untuk penelitian.4. Dosen beserta staf Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan KemenkesPadang.5. Teristimewa buat suami, anak dan orang tua yang telah memberikan semangatdan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.6. Rekan-rekan seperjuangan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkannamanya satu persatu.Dalam penulisan skripsi ini peneliti menyadari akan keterbatasankemampuan yang ada, sehingga peneliti merasa masih ada yang belum sempurnabaik dalam isi maupun dalam penyajiannya. Untuk itu peneliti selalu terbuka ataskritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini serta penelitiberharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.Padang, November 2017Peneliti

DAFTAR ISIABSTRAK .ABSTRACT .PERNYATAAN PERSETUJUAN .PERNYATAAN PENGESAHAN .KATA PENGANTAR .DAFTAR ISI .DAFTAR TABEL .DAFTAR GAMBAR .DAFTAR LAMPIRAN .iiiiivvviBAB I PENDAHULUANA. . LatarBelakang .1B. . PerumusanMasalah .4C. . TujuanPenelitian .41. . TujuanUmum .42. . TujuanKhusus .4D. . ManfaatPenelitian .5E. RuangLingkup Penelitian .6BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAANA. . IkterusNeonatorum .7B. . FaktorRisiko Kejadian Ikterus pada Bayi Baru Lahir .20C. . KerangkaTeori .30D. . KerangkaKonsep .31E. DefinisiOperasional .32F. . Hipotesis.33BAB III METODE PENELITIANA. . Jenis danDesain Penelitian .34B. . Tempatdan Waktu Penelitian .34

C. . Populasidan Sampel .34D. . Jenis danTeknik Pengumpulan Data .36E. TeknikPengolahan Data .36F. . AnalisisData .37BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. . GambaranUmum Tempat Penelitian .39B. . HasilPenelitian .39C. . Pembahasan .44BAB V KESIMPULAN DAN SARANA. . Kesimpulan .55B. . Saran.56DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN

DAFTAR TABELHalamanTabel 2.1 Kadar Bilirubin Berdasarkan Rumus Kramer . 11Tabel 2.2 Penatalaksanaan Hiperbillirubin pada Neoantus Cukup Bulan yangSehat (American Academy of Pediatrics) . 20Tabel 2.3 Defenisi Operasional . 32Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kejadian Ikterus Neonatorum di RuangRawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang Tahun 2017 . 39Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Usia Kehamilan Ibu di Ruang RawatanKebidanan RSI. Siti Rahmah Padang Tahun 2017 . 40Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berat Badan Lahir Bayi di Ruang RawatanKebidanan RSI. Siti Rahmah Padang Tahun 2017 . 40Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Frekuensi Pemberian ASI di Ruang RawatanKebidanan RSI. Siti Rahmah Padang Tahun 2017 . 41Tabel 4.5 Hubungan Usia Kehamilan Ibu dengan Ikterus Neonatorum diRuang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang Tahun 2017 . 41Tabel 4.6 Hubungan Berat Badan Lahir Bayi dengan Ikterus Neonatorumdi Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang Tahun2017 . 42Tabel 4.7 Hubungan Frekuensi Pemberian ASI dengan Ikterus Neonatorumdi Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang Tahun2017 . 43

DAFTAR GAMBARHalamanGambar 2.1 Cara Menentukan Bilirubin dengan Rumus Kramer .11Gambar 2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ikterus .30Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Risiko yang Berhubungandengan Ikterus Neonatorum di Ruang Rawatan Kebidanan RSI. SitiRahmah Padang Tahun 2016 .31

DAFTAR LAMPIRANLampiran A : Gant ChartLampiran B : Surat Izin PenelitianLampiran C : Surat Balasan PenelitianLampiran D : Surat Permohonan Kepada RespondenLampiran E : Lembar Persetujuan RespondenLampiran F : Kuesioner PenelitianLampiran G : Master TabelLampiran H : Hasil Analisis DataLampiran I :Lembaran Konsultasi

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangPembangunan kesehatan dewasa ini masih diwarnai oleh rawannyaderajat kematian ibu dan anak, terutama pada kelompok yang paling rawanyaitu ibu hamil, ibu bersalin dan bayi pada masa perinatal (masa antara 28minggu dalam kandungan sampai 7 hari setalah kelahiran). Penyebab utamakematian perinatal pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasikehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis, komplikasi berat lahir rendahdan ikterus neonatorum.1,2Menurut World Health Organization (WHO), secara global sekitar 6,6juta bayi meninggal pada tahun 2013, sebagian besar disebabkan oleh ikterusneonatorum. Tahun 2014, 73% kematian neonatal di seluruh dunia terjadidalam tujuh hari kehidupan, salah satunya penyebabnya adalah adanyaproduksi bilirubin yang berlebih atau disebut juga dengan ikterus, sedangkanpada tahun 2015 ditemukan jumlah bayi dengan kasus ikterus neonatorumsebesar 79,6%. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiaptahunnya, sekitar 65% menderita ikterus dalam minggu pertamakehidupannya.3Di Indonesia, didapatkan data ikterus neonatorum dari beberapa rumahsakit pendidikan, diantaranya RSCM dengan prevalensi ikterus pada bayi barulahir tahun 2013 sebesar 58% untuk kadar bilirubin 5 mg/dL dan 29,3%untuk kadar bilirubin 12 mg/dL pada minggu pertama kehidupan. Rumah

Sakit Dr. Sardjito melaporkan sebanyak 85% bayi sehat cukup bulanmempunyai kadar bilirubin 5 mg/dL dan 23,8% mempunyai kadar bilirubin 13 mg/dL. Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang dengan prevalensi ikterusneonatorum sebesar 13,7%. Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya sebesar 30%.Penelitian yang dilakukan oleh Deswita (2014) tentang hubungan pendidikankesehatan dengan kejadian ikterus di RSUP Dr. M. Djamil Padang, didapatkan40% bayi mengalami ikterus neonatorum dan 60% bayi yang tidak mengalamiikterus neonatorum.2,4Ikterus merupakan perubahan warna kulit/sklera mata (normalberwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalamdarah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yangfisiologis, terdapat pada 25%-50% pada bayi yang lahir cukup bulan dan lebihtinggi pada neonatus yang kurang bulan.5 Nilai normal bilirubin indirek 0,31,1 mg/dl dan bilirubin direk adalah 0,1-0,4 mg/dl.6Ikterus timbul akibat metabolisme bilirubin neonatus belum sempurnayaitu masih dalam masa transisi dari masa janin ke masa dewasa. Ikteruspatologis timbul dalam 24 jam pertama pasca persalinan, dimana peningkatandan akumulasi bilirubin indirek 5 ml/dl/24 jam dan ikterus akan tetapmenetap hingga 8 hari atau lebih pada bayi cukup bulan, sedangkan pada bayikurang bulan, ikterus akan tetap ada hingga hari ke-14 atau lebih.7Beberapa faktor risiko yang sering terjadi di Asia yaitu jenis kelaminbayi, usia kehamilan, berat badan lahir, jenis persalinan, kejadian asfiksia danfrekuensi pemberian ASI. Kejadian ikterus sering dijumpai pada bayi denganberat badan kurang dari 2500 gram. Hal ini disebabkan belum matangnya

fungsi hati bayi untuk memproses eritrosit (sel darah merah). Banyak bayibaru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir 2500 gram)mengalami ikterus pada minggu pertama kelahirannya. Pada bayi dengan beratkurang dair 2500 gram, pembentukan hepar belum sempurna (imaturitashepar) sehingga menyebabkan konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubindirek di hepar tidak sempurna.8,9Walaupun ikterus bukan merupakan patologis tetapi perlu jugadiwaspadai karena jika kadar bilirubin indirek yang terlalu tinggi dapatmerusak sel-sel otak (kernikterus). Kernikterus adalah suatu sindromaneurologis yang timbul sebagai akibat penimbunan bilirubin dalam sel-selotak yang tidak dapat dihancurkan dan dibuang. Dampak yang terjadi dalamjangka pendek bayi akan mengalami kejang-kejang, sementara dalam jangkapanjang bayi bisa mengalami cacat neurologis seperti: ketulian, gangguanbicara dan retardasi mental. Jadi, penting sekali mewaspadai keadaan umum sibayi dan harus terus dimonitor secara ketat.10Ikterus dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasankehamilan dengan baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksipada janin, dan hipoksia (kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim.Pada masa persalinan, jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir,lilitan tali pusat, dan lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat.Sebaiknya, sejak lahir, biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagisekitar jam 7 – jam 8 pagi setiap hari selama 15 menit dengan membukapakaiannya.11

Berdasarkan data RSI. Siti Rahmah Padang pada tahun 2016, dari 290bayi yang dirawat terdapat 95 orang (32,76%) yang mengalami ikterusneonatorum.12 Berdasarkan uraian di atas maka peneliti melakukan penelitiantentang faktor risiko yang berhubungan dengan ikterus neonatorum di RuangRawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang tahun 2017.B. Rumusan MasalahRumusan masalah penelitian adalah “apa saja faktor risiko yangberhubungan dengan ikterus neonatorum di Ruang Rawatan Kebidanan RSI.Siti Rahmah Padang tahun 2017 ?”C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumMengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan ikterusneonatorum di Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang tahun2017.2. Tujuan Khususa. Diketahui distribusi frekuensi kejadian ikterus neonatorum di RuangRawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang tahun 2017.b. Diketahui distribusi frekuensi usia kehamilan ibu di Ruang RawatanKebidanan RSI. Siti Rahmah Padang tahun 2017.c. Diketahui distribusi frekuensi berat badan lahir bayi di Ruang RawatanKebidanan RSI. Siti Rahmah Padang tahun 2017.

d. Diketahui distribusi frekuensi frekuensi pemberian ASI di RuangRawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang tahun 2017.e. Diketahui hubungan usia kehamilan ibu dengan ikterus neonatorum diRuang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang tahun 2017.f. Diketahui hubungan berat badan lahir bayi dengan ikterus neonatorumdi Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang tahun 2017.g. Diketahui hubungan frekuensi pemberian ASI dengan ikterusneonatorum di Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padangtahun 2017.D. Manfaat Penelitian1. Bagi PenelitiUntuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama dibangku perkuliahan dan menambah wawasan peneliti tentang ikterusneonatorum pada bayi baru lahir serta sebagai data awal bagi penelitiselanjutnya.2. Bagi Institusi PendidikanDapat dijadikan sebagai bahan informasi dan menambah literatur untukPoliteknik Kesehatan Kemenkes Padang.3. Bagi RSI. Siti Rahmah PadangSebagai data dasar untuk memberikan pelayanan kepada ibu-ibu yangmelahirkan terutama pada ibu-ibu melahirkan bayi yang mengalamiikterus neonatorum baik ikterus fisiologis maupun patologis.

E. Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor risiko yangberhubungan dengan ikterus neonatorum. Variabel penelitian yaitu variabelindependen (usia kehamilan, berat badan bayi dan frekuensi pemberian ASI)dan variabel dependen (ikterus neonatorum). Jenis penelitian yang digunakanadalah analitik dengan desain cross sectional. Penelitian telah dilakukan diRuang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang pada bulan AprilNovember 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah semua neonatus yangada di Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang dengan rata-rataper bulan sebanyak 63 orang, dengan menggunakan teknik sampel adalah totalsampling. Data dikumpulkan menggunakan format pengumpulan data,kemudian di analisis menggunakan analisis univariat dan bivariat dengan ujistatistik Chi-Square.

BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAANA. Ikterus Neonatorum1. PengertianIkterus merupakan perubahan warna kulit/sklera mata (normalberwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalamdarah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yangfisiologis, terdapat pada 25%-50% pada bayi yang lahir cukup bulan danlebih tinggi pada neonatus yang kurang bulan. Tetapi dapat jugamerupakan hal yang patologis misalnya akibat berlawannya rhesus darahbayi dan ibunya sepsis (infeksi berat) dan penyumbatan saluran empedu.5Ikterus merupakan diskolorisasi kuning penumpukan padakulit/organ lain akibat penumpukan bilirubin dalam darah yang timbulpada hari 3-5 post partum. Pada bayi baru lahir terbagi menjadi ikterusfisiologis dan patologis. Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3serta tidak mempunyai dasar patologis atau tidak ada potensi konsentrasibilirubin. Ikterus patologis adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubinserumnya bisa menjurus ke arah terjadinya kern-ikterus bila kadarbilirubinnya tidak terkendali atau mencapai hiperbilirubinemia. 13,14Ikterus adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yangkadar nilainya lebih dari normal. Biasanya terjadi pada bayi baru lahirdengan nilai normal bilirubin indirek adalah 0,3-1,1 mg/dl dan bilirubindirek adalah 0,1-0,4 mg/dl.67

2. Klasifikasi Ikterusa. Ikterus fisiologisIkterus fisiologis adalah warna kekuningan pada kulit yangtimbul pada hari ke-2 sampai ke-3 setelah lahir yang tidak mempunyaidasar patologis dan akan menghilang dengan sendirinya pada hari ke10. Penyebab ikterus fisiologis diantaranya kurang protein Y dan Zatau enzim glukoronyl transferose yang belum cukup jumlahnya,sehingga kemampuan hati untuk konjugasi dan ekskresi bilirubinberkurang. Sebagian besar neonatus mengalami peningkatan kadarbilirubin indirek (bilirubin yang sulit larut dalam air, mudah larutdalam lemak, sulit diekskresi, mudah masuk membran biologik sepertiplasenta dan sawar darah otak).15Ikterus fisiologis juga dapat disebabkan minum yang belumadekuat. Bayi yang puasa panjang atau masukan kalori/cairan yangbelum adekuat akan menurunkan kemampuan hati untuk memprosesbilirubin. Sebagian bahan yang terkandung dalam ASI (betaglucuronidose) akan memecah bilirubin menjadi bentuk yang larutdalam lemak sehingga bilirubin indirek akan meningkat, kemudianakan diabsorbsi oleh usus. Frekuensi feses yang jarang pada bayi yangminum ASI Kemungkinan disebabkan oleh usus memerlukan waktulebih panjang untuk mengabsorbsi bilirubin.15Ikterus fisiologis terjadi karena :1) Peningkatan produksi bilirubin karena peningkatan penghancuraneritrosit janin (hemolisis). Hal ini adalah hasil dari pendeknya umur

eritrosit janindan massa eritrosit yang lebih tinggi pada neonatus(Kadar Hb neonatus cukup bulan sekitar 16,8 gr/dl).2) Kapasitas ekskresi yang rendah dari hepar karena konsentrasirendah dari ligan protein pengikat di hepatosit (rendahnya uptake)dan karena aktivitas yang rendah dari glukuronil transferase, enzimyang bertanggung jawab untuk mengkonjugasikan bilirubin denganasam glukuronat sehingga bilirubin menjadi larut dalam air(konjugasi).3) Sirkulus enterohepatikus meningkat karena masih sedikitnya floranormal di usus dan gerakan usus yang tertunda akibat belum adaintake nutrien.Ikterus fisiologis adalah ikterus normal yang dialami oleh bayibaru lahir, tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak berpotensimenjadi kern ikterus. Ikterus fisiologis ini memiliki tanda-tandaberikut :161) Timbul pada hari kedua dan ketiga setelah bayi lahir2) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% pada neonatuscukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.3) Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak lebih dari 5 mg% perhari.4) Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%.5) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.6) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis.

b. Ikterus patologisIkterus patologis merupakan keadaan hiperbilirubin karenafaktor penyakit atau infeksi. Ikterus neonatorum patologis ini ditandaidengan :1) Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; serum bilirubintotal lebih dari 12 mg/dl.2) Peningkatan kadar bilirubin 5 mg% atau lebih dalam 24 jam.3) Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg% pada bayi kurangbulan (BBLR) dan 12,5 mg% pada bayi cukup bulan.4) Ikterus yang disertai proses hemolisis.5) Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum 1mg/dl/jam atau lebih 5 mg/dl/hari.6) Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari (cukup bulan) danlebih dari 14 hari pada BBLR.Beberapa keadaan yang menimbulkan ikterus patologis, yaitu :1) Penyakit hemolitik, isoantibodi karena ketidakcocokan golongandarah ibu dan anak seperti Rhesus antagonis, ABO dan sebagainya.2) Kelainan dalam sel darah merah seperti pada defisiensi G-6-PD,thalasemia dan lain-lain.3) Hemolisis : hematoma, polisitemia, perdarahan karena traumalahir.4) Infeksi : septikemia, meningitis, infeksi saluran kemih, penyakitkarena toxoplasmosis, sifilis, rubella, hepatitis dan lain-lain.5) Kelainan metabolik : hipoglikemia, galaktosemia.

6) Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albuminseperti : solfonamida, salisilat, sodium benzoat, gentamisin dsb.7) Pirau enterohepatik yang meninggi: obstruksi usus letak tinggi,penyakit hirschprung, mekoneum ileus dan lain-lain.Cara menentukan kadar bilirubin pada neonatus yang mengalamiikterus :16Gambar 2.1Cara Menentukan Bilirubin dengan Rumus KramerTabel 2.1Kadar Bilirubin Berdasarkan Rumus KramerDaerahLuas IkterusKadar Bilirubin(mg%)51Kepala dan leher2Daerah 1 badan bagian atas93Daerah 1, 2 badan bagian11bawah dan tungkai4Daerah 1, 2, 3 lengan dan12kaki dibawah tungkai5Daerah 1, 2, 3, 4 tangan dan16kakiBerdasarkan klasifikasi ikterus dan rumus Kramer dapatdisimpulkan bahwa bayi yang dikatakan ikterik jika terjadi pada harikedua dan ketiga setelah bayi lahir, kadar bilirubin tidak lebih dari 10

mg% pada neonatus cukup bulan dan dibandingkan dengan rumusKramer dimana bayi tersebut sudah mengalami warna kekuningan padakulit bayi pada daerah 3 dimana luas ikterusnya mulai dari kepala, leher,badan bagian atas sampai badan bagian bawah dan tungkai dandiperkirakan kadar bilirubin pada daerah 3 itu adalah 11 mg%.3. EtiologiEtiologi dari ikterus yaitu :13a. Fisiologis1) Pemecahan eritrosit2) Uptake kurang3) Konjugasi tidak adekuat4) Aktifnya cirkulus enterohepatikib. Patologis1) Hemolise2) Hepatoseluler3) Obstruksi intra/extra hepatal4. DiagnosisDiagnosis dari ikterus adalah :13a. Timbul warna kuningb. Nafsu minum mungkin menurunc. Warna tinja akolik (sumbatan s

berkat serta rahmat dan karunia-Nya, penulisan skripsi yang berjudul "Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Ikterus Neonatorum di Ruang Rawatan Kebidanan RSI. Siti Rahmah Padang Tahun 2017", ini dapat diselesaikan oleh peneliti walaupun menemui kesulitan maupun rintangan.

Related Documents:

lintas diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pengendara, faktor kendaraan, faktor lingkungan dan faktor jalanan yaitu sarana dan prasarana.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Safety Riding Remaja di SMAN 7 Kota Bengkulu.

penurunan pada tahun 2019. Hal yang mendasari ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil selama masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar.

mengelola risiko. 4. Proses atau tahapan dalam pengelolaan risiko. 5. Enterprise Risk Management (pengelolaan risiko dalam suatu . sebagian besar instrumen keuangan atau komoditas di dunia. Dengan . risiko: risiko murni dan risiko spekulatif, risiko subjektif dan objektif, dan dinamis dan statis. Gambar 1.2.

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI KLINIK UTAMA VIDYAN MEDIKA . Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap pada bayi selama masa pandemi COVID-19 yaitu umur ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, .

likuiditas. Risiko kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak memenuhi kewajibannya.9 Selain risiko-risiko tersebut, bank syariah juga menghadapi satu risiko yang mempengaruhi tingkat keuntungan bank, yaitu risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan adalah

SKRIPSI . Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) . dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengetahuan merupakan faktor yang dominan dalam membentuk suatu . penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan WUS dalam memilih jenis kontrasepsi di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK JAMBI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Skripsi Oleh : Marsis Mayanti 1903021419 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYRIAH . Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanan IMD seperti faktor

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK PEMBANGUNAN 6 RUAS TOL DALAM KOTA JAKARTA SEKSI 1A SKRIPSI ZEFANYA GERALDINE RUTHIN 1710713108 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA . Low Back Pain (LBP) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor individu, lingkungan, dan juga .