KOSEP DASAR BERPIKIR ILMIAH - Upnjatim.ac.id

2y ago
36 Views
6 Downloads
212.65 KB
20 Pages
Last View : 28d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Arnav Humphrey
Transcription

KOSEP DASAR BERPIKIR :PENGANTAR KE ARAH BERPIKIR ILMIAHMakalah Seminar AkademikHUT ke 40 FE UPN ”Veteran” JatimOlehSumartoFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”JAWA TIMUR2006

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiah1KOSEP DASAR BERPIKIR :PENGANTAR KE ARAH BERPIKIR ILMIAH 2Sumarto 3sumarto bg@yahoo.comBerpikir Nalar : Antara Manusia & BinatangSetiap makluk hidup di dunia ini, manusia dan binatang, memiliki otak. Karenamemiliki otak maka manusia dan binatang mampu berpikir. Karena mampu berpikirmaka manusia dan binatang mampu menghasilkan pengetahuan, dimana pengetahuan inidigunakan untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Persoalannya adalah mengapa manusialebih maju pemikirannya dari pada binatang ?Ada sebuah cerita yang mengatakan bahwa seandainya binatang memilikikemampuan menalar, maka bukan harimau jawa yang sekarang ini harus dilestarikansupaya jangan punah, melainkan manusia jawa. Usaha pelestarian itu dipimpin olehMenteri Lingkungan Hidup seekor harimau yang bergelar professor, yang memiliki cakar,taring dan loreng.Pada dasarnya binatang juga memiliki pengetahuan, namun pengetahuannyadihasilkan melalui proses berpikir tanpa penalaran, sehingga manfaat pengetahuannyasangat terbatas yaitu hanya untuk kelangsungan hidupnya [survival]. Misalnya, seekorkera tahu mana buah jambu yang enak. Seekor anak tikus tahu mana kucing yang ganas.Anak tikus ini tentu saja diajari induknya untuk sampai pada pengetahuan bahwa kucingitu berbahaya. Jadi anak tikus ini oleh induknya hanya diajari hal-hal yang menyangkutkelangsungan hidupnya.Kemampuan menalar yang miliki manusia menyebabkan manusia mampumengembangkan pengetahuan jauh lebih maju dari pada binatang. Bahkan manusiaadalah satu-satunya makluk yang mengembangkan pengetahuannya secara sungguhsungguh di bumi ini. Manusia mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, manayang baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek. Secara1Diringkas dari : Jujun S. Sariasumatri, 1985, Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Penerbit Sinar Harapan,Jakarta.2Disajikan dalam Seminar Akademik HUT ke 40 FE UPNV Jatim. Surabaya, 23 Maret 2006.3Dosen Koordinator Matakuliah Metode Penelitian Jurusan Manajemen FE UPNV Jatim.Seminar Akademik HUT FE UPNV Jatim Ke 40 Tahun 20062

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiahterus menerus manusia harus mengambil pilihan tentang mana jalan yang benar dan manajalan yang salah, mana tindakan yang baik dan mana tindakan yang buruk, apa yangindah dan apa yang jelek. Dalam melakukan pilihan ini manusia berpaling kepadapengetahuannya yang dihasilkan melalui proses berpikir nalar atau proses berpikirdengan menggunakan penalaran.Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya disebabkan oleh dua halutama yakni selain memiliki penalaran juga karena memiliki bahasa :1. Dengan penalaran manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepatdan mantap. Berpikir nalar adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangkaberpikir tertentu. Binatang mampu berpikir tapi tidak mampu berpikir nalar. Instingbinatang jauh lebih peka dari insting seorang insinyur geologi. Binatang sudah jauhjauh berlindung ke tempat yang aman sebelum gunung meletus. Namun binatangtidak mampu menalar tentang gejala tersebut, misalnya mengapa gunung meletus,faktor apa yang menyebabkannya, apa yang dapat dilakukan untuk mencegahnya.2. Dengan bahasa manusia mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiranyang melatarbelakangi informasi tersebut. Seekor kera mungkin dapat memberikaninformasi kepada kelompoknya bahwa ada ular datang menyerang. Namun kera tidakmampu mengkomunikasikan kepada kera-kera yang lain jalan pikiran analistismengenai gejala tersebut. Tak ada seekor anjingpun, kata Bertrand Russel, yangberkata kepada temannya, ”Ayahku miskin namun jujur”. Dan tak seekor anjingpun,kata Adam Smith, yang secara sadar tukar menukar tulang dengan temannya sepertimanusia sebagai homo oeconomicus yang mengembangkan pengetahuan berupa ilmuekonomi.Dua kelebihan yang dimiliki manusia, yaitu bahasa yang bersifat komunikatif danpikiran yang mampu menalar inilah yang memungkinkan manusia mengembangkanpengetahuannya. Memang tidak semua pengetahuan berasal dari proses penalaran.Karena berpikirpun tidak semuanya berdasarkan penalaran. Manusia bukan semata-matamakluk yang berpikir. Selain berpikir, manusia juga merasa, mengindra. Semuapengetahuannya berasal dari ketiga sumber tersebut, disamping Wahyu yang merupakanpengetahuan hasil dari komunikasi manusia dengan Sang Pencipta.Seminar Akademik HUT FE UPNV Jatim Ke 40 Tahun 20063

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir IlmiahHakekat PenalaranPenalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yangberupa pengetahuan. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengankegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Meskipun demikian patut kita sadaribahwa tidak semua kegiatan berpikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaranmerupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukankebenaran.Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu,yaitu adanya pola berpikir atau disebut logika, dan bersifat analitik :1. Logika, dalam hal ini maka dapat kita katakan bahwa tiap bentuk penalaranmempunyai logikanya sendiri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaranmerupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis di sini berkonotasijamak bukan tunggal. Artinya, suatu kegiatan berpikir dapat disebut logis ditinjau darisuatu logika tertentu, dan mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut logika lain. Halini sering menimbulkan gejala yang disebut sebagai kekacauan penalaran yangdisebabkan oleh tidak konsistennya kita dalam menggunakan pola berpikir tertentu.2. Analitik, sebagai sifat proses berpikir nalar. Penalaran merupakan suatu kegiatanberpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis, dan kerangka berpikir yangdigunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Sifatanalitik ini merupakan konsekwensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Tanpaadanya pola berpikir tersebut maka tidak akan ada kegiatan analisis. Karena analisispada hakekatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkahtertentu.Seperti telah disampaikan terdahulu, tidak semua kegiatan berpikir mendasarkanpada penalaran. Berdasarkan kriteria penalaran tersebut maka dapat dikatakan bahwatidak semua kegiatan berpikir bersifat logis dan analistis. Berarti cara berpikir yang tidaktermasuk ke dalam penalaran bersifat tidak logis dan tidak analistis. Jadi kita dapatmembedakan secara garis besar ciri-ciri berpikir menurut penalaran dan berpikir yangbukan berdasarkan penalaran.Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkanpenalaran. Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran, misalnya intuisi.Seminar Akademik HUT FE UPNV Jatim Ke 40 Tahun 20064

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir IlmiahIntuisi merupakan kegiatan berpikir yang non analitik yang tidak mendasarkan dirikepada pola berpikir tertentu. Berpikir intuitif ini memegang peranan penting dalammasyarakat yang berpikir non analitik, yang kemudian sering bergalau dengan yangnamanya perasaan. Jadi terdapat dua kategori cara berpikir, yakni berpikir analitik yangberupa penalaran, dan cara berpikir non analitik yang berupa intuisi dan perasaan.Dalam hal penalaran kita belum berbicara tentang materi dan sumber pengetahuan.Karena penalaran hanya merupakan cara berpikir tertentu. Untuk melakukan kegiatananalisis maka kegiatan penalaran tersebut harus diisi dengan materi pengetahuan yangberasal dari suatu sumber kebenaran. Pengetahuan yang digunakan dalam penalaran padadasarnya bersumber pada rasio dan fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalahsumber kebenaran mengembangkan paham yang kemudian disebut rasionalisme. Sedangmereka yang menyatakan bahwa fakta yang terungkap lewat pengalaman manusiamerupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme.LogikaAlkisah, ada seorang peneliti yang bergelar profesor ingin menemukan apa yangmenjadi penyebab manusia mabuk minuman keras. Ia mengadakan penyelidikan denganmencampur berbagai merk minuman keras dengan air. Mula-mula dia mencampur airdengan Wiski kemudian diminum maka diapun terkapar mabuk. Setelah siuman diamencampur air dengan Manson, termasuk merk-merk minuman luar negeri dan dalamnegeri lainnya, dan ternyata campuran-campuran itupun menyebabkan dia mabuk.Terakhir dia mencampur air dengan tuak yang diminum di pinggir jalan sambil merokok,dan ternyata campuran inipun menyebabkan dia mabuk. Berdasarkan penelitian itu makadia menyimpulkan bahwa airlah yang menyebabkan mabuk. Benar-benar masuk akal,tapi apakah hal itu benar ?Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran ini mempunyai dasar kebenaran makaproses berpikir itu harus dilakukan dengan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulanbaru dianggap valid [sahih] kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukanmenurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan dimaksud adalah logika,Seminar Akademik HUT FE UPNV Jatim Ke 40 Tahun 20065

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiahdimana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai ”cara pengkajian untuk berpikirsecara sahih”.Terdapat banyak cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan maksudtulisan ini yang memusatkan kepada berpikir ilmiah maka terdapat dua jenis penarikankesimpulan yakni berdasarkan logika induktif dan logika deduktif :1. Logika Induktif, merupakan cara berpikir menarik suatu kesimpulan yang bersifatumum dari berbagai kasus yang bersifat individual [seperti kesimpulan penelitihumoris]. Misalnya, kita punya fakta bahwa kambing punya mata, kucing punya mata,demikian juga anjing dan berbagai binatang lainnya. Dari kenyataan-kenyataan inidapat kita tarik kesimpulan umum bahwa semua binatang mempunyai mata. Duakeuntungan dari logika induktif :a. Ekonomis, karena dengan penalaran deduktif kehidupan yang beraneka ragamdengan berbagai corak dan segi dapat direduksi/dikurangi menjadi beberapapernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukan merupakan koleksi/kumpulan dari berbagai fakta melainkan esensi dari fakta-fakta tersebut. Demikianjuga pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu,melainkan menekankan pada struktur dasar yang mendasari ujud fakta tersebut.Pernyataan yang bagaimanapun lengkap dan cermatnya tidak dapat mereproduksibetapa manisnya secangkir kopi atau betapa pahitnya pil kina. Jadi pengetahuancukup puas dengan pernyataan elementer yang bersifat kategoris bahwa kopi itumanis dan pil kina itu pahit. Pernyataan seperti ini sudah cukup bagi manusiauntuk bersifat fungsional dalam kehidupan praktis dan berpikir teoritis.b. Penalaran lanjut baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif dariberbagai pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yangbersifat lebih umum lagi. Melanjutkan contoh tentang kesimpulan bahwa semuabinatang mempunyai mata [induksi binatang] , dan semua manusia mempunyaimata [induksi manusia] maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semua maklukmempunyai mata. Penalaran seperti ini memungkinkan disusunnya pengetahuansecara sistematis yang mengarah kepada pernyataan-pernyataan yang makin lamamakin bersifat fundamental.Seminar Akademik HUT FE UPNV Jatim Ke 40 Tahun 20066

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiah2. Penalaran Deduktif, adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif.Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan bersifat umum ditarikkesimpulan bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanyamenggunakan pola berpikir silogismus. Silogismus, disusun dari dua buah pernyataandan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premisyang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.Pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif adalah hasil kesimpulanberdasarkan kedua premis tersebut. Melanjutkan contoh penalaran induktif di atasdapat dibuat silogismus sebagai berikut :Semua makluk mempunyai mataSi Polan adalah seorang maklukJadi si Polan mempunyai mata[premis mayor] ------ Landasan [1][premis minor] ------- Landasan [2][kesimpulan] ---------- PengetahuanKesimpulan yang diambil bahwa si Polan punya mata adalah pengetahuan yangsah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari duapremis yang mendukungnya. Jika kebenaran dari kesimpulan/pengetahuan dipertanyakanmaka harus dikembalikan kepada kebenaran premis yang mendahuluinya. Sekiranyakedua premis yang mendukungnya adalah benar maka dapat dipastikan bahwakesimpulan yang ditariknya juga benar. Mungkin saja kesimpulan itu salah, meskipunkedua premisnya benar, karena cara penarikan kesimpulannya tidak sah. Contoh :Semua makluk mempunyai mataSi Polan adalah bukan maklukJadi si Polan mempunyai mataSemua makluk mempunyai rumahSi Polan adalah seorang maklukJadi si Polan mempunyai rumahSemua makluk mempunyai mataSi Polan adalah seorang maklukJadi si Polan mempunyai kaki[premis mayor] ---- Landasan [1][premis minor] ---- Landasan [2][kesimpulan] ------ Pengetahuan[premis mayor] ---- Landasan [1][premis minor] ---- Landasan [2][kesimpulan] ------ Pengetahuan[premis mayor] ---- Landasan [1][premis minor] ---- Landasan [2][kesimpulan] ------ PengetahuanJadi ketepatan penarikan kesimpulan dalam penalaran deduktif bergantung daritiga hal, yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahanpengambilan kesimpulan. Jika salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidakterpenuhi maka kesimpulan yang ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuanyang disusun secara deduktif. Misalnya, A B dan bila B C maka A C. KesimpulanA sama dengan C pada hakekatnya bukan merupakan pengetahuan baru dalam arti yangSeminar Akademik HUT FE UPNV Jatim Ke 40 Tahun 20067

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiahsebenarnya, melainkan sekedar konsekwensi dari dua pengetahuan yang telah kitaketahui sebelumnya.Sumber PengetahuanDe omnibus dubitandum ! [Segala sesuatu harus diragukan !] kata Rene Descartes.Namun segala yang ada dalam hidup ini dimulai dengan meragukan sesuatu [skeptis].Seperti Hamlet berseru kepada Ophelia :Ragukan bahwa bintang-bintang itu api;Ragukan bahwa matahari itu bergerak;Ragukan bahwa kebenaran itu dusta;Tapi jangan ragukan cintaku.Kebenaran adalah pernyataan tanpa ragu ! Lalu bagaimana cara kita memperolehpengetahuan yang benar ? Pada dasarnya terdapat dua cara bagi manusia untukmemperoleh pengetahuan yang benar, yakni melalui rasio dan pengalaman :1. Rasio; Kaum rasionalis mengembangkan paham yang dikenal dengan rasionalisme.Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya.Premis yang digunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide yang menurutanggapannya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukanlah ciptaanpikiran manusia. Jadi sudah ada jauh sebelum manusia berusaha memikirkannya.Fungsi pikiran manusia hanya mengenali melalui kemampuan berpikir rasionalnyalalu menjadi pengetahuannya. Masalah utama yang timbul dari cara berpikir sepertiini adalah mengenai kriteria untuk mengetahui kebenaran dari suatu ide yang menurutseseorang adalah jelas dan dapat dipercaya. Suatu ide bagi si A bersifat jelas dandipercaya, namun belum tentu bagi si B. Karena B menyusun sistem pengetahuanyang berbeda dengan sistem pengetahuan si A. Jadi masalah utama yang dihadapikaum rasionalis adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis yang digunakan dalampenalaran deduktif. Karena premis-premis ini semuanya bersumber dari penalaranrasional yang bersifat abstrak dan terbebas dari pengalaman maka evaluasi semacamini tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu lewat penalaran rasional akan diperolehbermacam pengetahuan mengenai obyek tertentu tanpa adanya suatu konsensus yangdapat diterima oleh semua pihak. Dalam hal ini maka pemikiran rasional cenderungSeminar Akademik HUT FE UPNV Jatim Ke 40 Tahun 20068

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiahbersifat solipsistic [hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang beradadalam benak orang yang berpikir tersebut] dan subyektif.2. Pengalaman; Kelompok yang mengembangkan pengetahuan berdasarkan pengalamantergolong kaum empiris [fakta] dengan paham empirisme. Mereka berpendapat bahwapengetahuan manusia bukan didapat lewat penalaran rasional yang abstrak, namunlewat pengetahuan nyata. Gejala-gejala alamiah menurut kaum empiris adalahbersifat nyata dan dapat ditangkap melalui pancaindera manusia. Jika ditelaah, gejalatersebut memiliki beberapa karakteristik tertentu. Misalnya, terdapat pola teratur,adanya kesamaan dan pengulangan mengenai suatu kejadian tertentu. Benda padatjika dipanaskan jadi memanjang, langit mendung diikuti turunnya hujan, danseterusnya. Hal ini memungkinkan untuk melakukan generalisasi dari berbagai kasusyang telah terjadi. Dengan menggunakan metode induktif dapat disusun pengetahuanyang berlaku secara umum lewat pengamatan gejala-gejala phisik yang bersifatindividual. Masalah utamanya adalah suatu kumpulan mengenai fakta, atau kaitanantara berbagai fakta, belum menjamin terwujudnya suatu sistem pengetahuan yangsistematis. Seperti yang dikatakan oleh Einstein bahwa tidak terdapat metode induktifyang memungkinkan berkembangnya konsep dasar suatu ilmu. Kaum empirismenganggap bahwa dunia phisik adalah nyata karena tertangkap oleh pancainderamanusia. Hal ini menimbulkan dua masalah :a. Sekiranya kita mengetahui dua fakta yang nyata, misalnya bentuk rambut danintelegensi manusia, bagaimana kita merasa pasti mengenai kaitan kedua faktatersebut. Apakah bentuk rambut manusia mempunyai keterkaitan kausalitadengan intelegensinya ? Jika kita mengatakan “tidak” bagaimana jika penalaraninduktif mengatakan sebaliknya ? Pertanyaan tersebut mengingatkan kita bahwahubungan antara berbagai fakta tidaklah nyata sebagaimana yang kita kira. Harusada suatu kerangka pemikiran yang mendasari mengapa X hubungan kausalitadengan Y. Jika tidak maka pada hakekatnya semua fakta dalam dunia phisik dapatsaja dihubung-hubungkan dalam kaitan kausalita.b. Hakekat pengalaman yang merupakan cara dalam menemukan pengetahuan danpacaindera sebagai alat penangkapnya. Pertanyaannya adalah apakah yangsebenarnya dinamakan pengalaman ? Apakah hal ini merupakan stimulusSeminar Akademik HUT FE UPNV Jatim Ke 40 Tahun 20069

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiahpacaindera, persepsi, atau sensasi ? Sekiranya kita mengandalkan pancainderaseberapa jauh kita dapat mengandalkan pancaindera tersebut ? Ternyata kaumempiris tidak dapat memberikan jawaban yang meyakinkan mengenai hakekatpengalaman. Sementara pancaindera manusia sangat terbatas kemampuannya danpancaindera manusia bisa melakukan kesalahan. Contoh, pengalaman sehari-haritentang bagaimana sebuah tongkat lurus yang sebagai terendam air akan kelihatanmenjadi bengkok, atau pengelihatan fatamorgana . Haruskah kita mempercayaihal semacam ini sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan ?Selain rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkanpengetahuan, yaitu melalui intuisi dan Wahyu :1. Intuisi, merupakan cara untuk mendapatkan pengetahuan tanpa melalui prosespenalaran. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tibamenemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Jawaban tersebut muncul dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu. Intuisi ini bekerja dalamkeadaan dimana manusia tidak sepenuhnya sadar. Kita hanya merasa yakin bahwamemang itulah jawabannya namun tidak dapat menjelaskan bagaimana caranyasampai pada jawaban tersebut. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan.Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi tidak dapatdiandalkan. Pengetahuan intuitif dapat digunakan sebagai hipotesis bag

Konsep Dasar Berpikir : Pengantar Ke Arah Berpikir Ilmiah Seminar Akademik HUT FE UPNV Jatim Ke 40 Tahun 2006 2 1 KOSEP DASAR BERPIKIR : PENGANTA

Related Documents:

Dasar-dasar Agribisnis Produksi Tanaman 53. Dasar-dasar Agribisnis Produksi Ternak 54.Dasar-dasar Agribisnis Produksi Sumberdaya Perairan 55. Dasar-dasar Mekanisme Pertanian 56. Dasar-dasar Agribisnis Hasil Pertanian 57. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian 58. Dasar-dasar Kehutanan 59. PertanianDasar-dasar Administrasi

Kisi-kisi Tes Uji Coba Keterampilan Berpikir Kritis Teori Berpikir Kritis Ennis Berpikir kritis itu adalah sebuah proses berpikir yang kompleks yang melibatkan banyak hal. Proses dasar berpikir kritis adalah menemukan hubungan, menghubungkan sebab akibat, mentransformasi,

yang berjudul "Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah" dapat terselesaikan meskipun masih banyak kekurangan. Penyusunan buku yang berjudul "Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah " ini dilatarbelakangi adanya keinginan Penulis agar mahasiswa dapat menyusun karya ilmiah dengan benar dan baik. Karya tulis ilmiah dipersiapkan sebagai tuntutan .

dasar karya tulis ilmiah secara lebih mendalam. 1) Definisi Karya Tulis Ilmiah Karya ilmiah terdiri dari dua kata yaitu: karya dan ilmiah. Karya menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pekerjaan, hasil perbuatan, buatan, ciptaan (terutama hasil karangan). Sedangkan ilmiah adalah

berpikir kreatif tingkat 4 (sangat kreatif). Siswa dengan kemampuan matematika sedang cenderung memiliki kemampuan berpikir kreatif tingkat 4 (sangat kreatif), sedangkan siswa dengan kemampuan matematika rendah tidak dapat memenuhi ketiga indikator berpikir kreatif. Kata Kunci: Berpikir Kreatif, Menyelesaikan Soa Open Ended, Keliling dan Luas

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PADA MATERI GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN . Indikator Keterampilan Berpikir Kritis . 18 TABEL 2.2. : Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis dan Profil Kemampuan . 20 TABEL 2.3 : Kisi-kisi dan Butir Tes Berpikir Kritis Matematis SMP.

keterampilan berpikir matematis, yaitu berpikir kreatif yang sering diidentikkan dengan intuisi dan kemampuan berpikir analitik yang diidentikkan dengan kemampuan berpikir logis. Sementara Kiesswetter (Pehnoken, 199

analyses of published criminal justice statistics, including data about crime, the courts and prison systems in a number of countries. Secondly, there are reviews of a small selection of recent academic literature on criminal justice subjects, which we looked at in order to provide Committee Members with some insights into the directions being taken in current research. 3 In neither case was .