BAB 1 PENGANTAR FILSAFAT

2y ago
43 Views
2 Downloads
615.23 KB
168 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Genevieve Webb
Transcription

BAB 1PENGANTAR FILSAFATA.Mengapa FilsafatRene Decartes bilang, bahwa aku berpikir maka aku ada (cogitoergo sum). Karena itu, penanda penting manusia hakikatnya adalahkemampuan berpikir itu sendiri. Untuk inilah, jika Anda ingindianggap manusia hendaklah berpikir. Masalahnya, adakah orangyang tidak berpikir? Hakikat manusia memang sebagai manusiaindividu, tetapi keberadaannya juga terentang oleh kodrat yang lain,yakni sebagai makhluk sosial (masyarakat).Pertanyaan-pertanyaan filsafat tentang hakikatnya maka akanmenyodorkan renungan tentang (i) siapakah aku, (ii) darimanakahaku, (iii) untuk apakah aku diciptakan, (iv) mengapa aku diciptakan,(v) untuk apa diciptakan, (vi) bagaimanakah aku diciptakan, danseterusnya. Terkait dengan eksistensinya dirinya, manusia dihantuioleh hakikat pertanyaan tentang dirinya. Hal ini terjadi sepanjanghayat dan tidak pernah henti. Katakanlah, pertanyaan siapakah akuakan terus bertapak pada puluhan pertanyaan filosofis yangmendorong untuk mendorong penemuan dirinya.1

Filsafat IlmuPertanyaan itu “siapa” ini tentunya bersifat ontologis, yang akanmenggiring pada sejumlah hakikat pertanyaan lanjutan (i) apakahaku, (ii) termasuk jenis makhluk apakah aku, (iii) apa bedanya akujika dibandingkan dengan makhluk yang lain, (iv) tersusun dariapakah aku, (v) apakah aku bisa berubah, dan seterusnya.Selanjutnya, pertanyaan “bagaimana”, tentunya bersifatepistemologis, yang akan menggiring pada sejumlah hakikatpertanyaan lanjutan (i) bagaimanakah aku hadir ke dunia, (ii)bagaimana aku diciptakan, (iii) bagaimana aku tumbuh danberkembang, (iv) bagaimana aku menjadi berbeda dengan makhlukyang lain, (v) bagaimana aku berpikir, (vi) bagaimana akumemanfaatkan hidup untuk kehidupan, (vii) bagaimana akumenjalani hidup, (viii) bagaimana akhir hidup di dunia, danseterusnya.Sedangkan, pertanyaan “mengapa”, tentunya bersifat axiologis,yang akan menggiring pada sejumlah hakikat pertanyaan macam (i)mengapa aku hadir ke dunia, (ii) mengapa aku diciptakan, (iii)mengapa manusia itu tumbuh dan berkembang, (iv) mengapamanusia berbeda dengan makhluk yang lain, (v) mengapa manusiaharus berpikir, (vi) mengapa manusia perlu memanfaatkan hidup,(vii) mengapa dan untuk apa manusia menjalani hidup, (viii)mengapa manusia harus berakhir dalam hidup, (ix) mengapamanusia harus bermanfaat bagi kehidupan, (x) mengapa manusiaharus bermanfaat bagi manusia yang lainnya, dan seterusnya.Dengan demikian, kehadiran manusia di dunia tentunya bukantanpa skenario keIlahian. Untuk itu, bagaimana dan untuk apamanusia hidup tentunya menarik untuk direfleksikan dalam segalamakna kehidupan itu sendiri. Baik dalam konteks sosial, ilmupengetahuan, agama, ekonomi, politik, sosial keamanan, ideologi,dan sebagainya. Manusia memang terentang ke dalam banyakkonteks ini karena secara ontologis dan epistemologis manusiamerupakan bagian dan proses dari bidang-bidang itu semua.2

Happy Susanto1.Manusia sebagai Makhluk TuhanSebagai makhluk Tuhan, manusia penting menyadari tentanghakikat kejadian. Kejadian yang bersifat misterius. Secara jasmaniia lahir dari orang tua tetapi kepemilikannya secara hakiki adalahmilik Tuhan. Di sinilah, maka keperantaraan manusia hakikatnyamerupakah hakikat keberadaan yang tidak berada. Ada yang bilang,bahwa manusia itu seperti buku yang tanpa pendahuluan danpenutup. Wah, jika demikian maka sesungguhnya pertanyaan itudapat dikejar dengan memulangkan keperantaraan manusia yangbernama “ayah” dan “ibu” dalam konteks persalinan hidup dankehidupan manusia.Sebagai makhluk Tuhan, manusia bersifat otonom. Artinya,secara individual ia adalah merdeka, kodrat kehadirannya. Tetapikemerdekaan itu ia tergantung pada kekuatan yang tidak terhinggabernama Tuhan. Dengan begitu, ia bersifat tergantung. Tergantungapa? Kekuasaan Tuhan, karena itu, bersifat relijius dalam gerak danlaku kehidupannya, baik secara sosial maupun individual.Dengan kata lain, manusia terentang antara doa dan pujiTuhan, terkungkung oleh Kekuatan Besar yang tidak terhalang.Karena itu, keotonomian diri bernama manusia terbatas pada kuasayang maha Besar ini. Untuk mencari jalan kehidupannya, maka ia(i) perlu memenuhi kebutuhan jasmaninya, makan dan minum, (ii)memenuhi kebutuhan rohaninya dengan berbagai kegiatan kejiwaanyang menumbuhkan, (iii) menengadahkan tangan dan kreatifmenemukan dan mencari dirinya ke altar kebermaknaan, dan (iv)menuliskan skenario kehidupan sesuai kodrat otonom dengan pujidoa dan kreativitasnya.Dalam keotonomian inilah, maka manusia sampai padakreativitas tertinggi dengan berbagai kreasi keilmuan yang menuntunpada kebermaknaan hidup. Hidup manusia menjadi berbeda denganmakhluk yang lainnya. Temuan-temuan keilmuan memudahkan danmenyejahterakan. Tetapi, pada konteks lain temuan dan hasilpengetahuan manusia menimbulkan persoalan baru. Inilah, maka3

Filsafat Ilmupentingnya penyadaran kembali pada kodrat axiologis manusiasehingga tidak tercerabut dari akar kemanusiaan yang tidak berartidan tergantung pada kekuatan besar Tuhan.Antara onotomi dan ketergantungan ini, manusiasesungguhnya terbentang dalam padang kontradiksi besar yangharus dipecahkan. Secara otonom sebenarnya manusia adalahkemerdekaan, kebebasan, dan keliaran lain untuk menentukan siapa,bagaimana, dan makna dirinya; tetapi pada sisi lain ia harus tundukpada kaidah Alam. Inilah roh ketergantungan itu, yang harusditemukan oleh setiap manusia.2.Manusia sebagai Makhluk SosialKodrat kehadiran manusia yang tidak sendiri melahirkanhakikat manusia dalam konteks sosial kemasyarakatan. Artinya,manusia ada dalam keterikatan manusia yang lainnya. Untuk apajika hidup hanya sendiri? Darimanakah diketahui beda antara satudengan yang lain jika tidak ada lainnya? Bagaimanakah menemukankemanfaatan jika temuan manusia tidak teruji oleh manusia yanglainnya? Dengan demikian, manusia itu ada karena ada manusia yanglain. Bayangkanlah, Anda berada di ruang kuliah tanpa dosen.Kemudian kemukakan pertanyaan ini pada diri Anda (i) untuk apaAnda di ruang kuliah, (ii) mengapa Anda di ruang kuliah, (iii)bagaimana Anda di ruang kuliah, (iv) bagaimana jika dosen tidakada, akankah Anda tetap di ruang kuliah, (v) meskipun dosen hadirtetapi jika Anda tidak ada di ruang kuliah akankah dosen Anda tetapdi ruang kuliah, (vi) jika dosen Anda berbicara tetapi Anda tidakmendengarkan apa yang terjadi, dan seterusnya. Begitulah, sedikitkodrat sosial manusia yang tergantung pada orang lain.Pada awalnya memang kelahiran manusia bersifat individu,tetapi dalam persalinan itu bukankah ia tergantung (terikat) olehorang lain (bidan, dokter, dan orang tua)? Persalinan memangindividu, tetapi kehadirannya pun ternyata juga bersifat sosial.Dengan begitu, dapat dikatakan kita merupakan individu yang4

Happy Susantomemasyarakat. Kita tidak bisa hidup sendiri karena kita berada dalamlingkup dan lingkung sosial masyarakat. Rumah tangga misalnya,sebagai contoh sosial terkecil dari manusia terdiri dari ayah, ibu, dananak. Ketiga komponen terikat oleh dalil sosial yang harus dipatuhioleh masing-masingnya. Jika tidak maka boleh dikatakan rumahtangga itu bukanlah rumah sosial yang baik.Nah, sekarang bayangkanlah jika itu kita merupakan bagiandari masyarakat yang lebih besar. Sebuah RW misalnya, ada beberapaRT, masing-masing RT terdiri dari keluarga, dan masing-masingkeluarga terdiri dari ibu, anak, dan ayah. Mereka terikat oleh hukumsosial masyarakat ke-RW-an, yang jika tidak kita tepati maka akanmelahirkan keberadaan kita tertolak oleh lingkungan sosial kita.Untuk ini, bagaimana sifat indivualitas manusia hakikatnya terikatoleh manusia lainnya. Inilah, kodrat lanjutan manusia yang harusdipegang dan ditaati.Sebaliknya, masyarakat yang baik, maka akan menghargai hakhak individualitas masing-masing warganya. Di sinilah, makamemunculkan konsep sosial tentang hak dan kewajiban. Hubunganantarindividu dengan begitu terikat oleh hukum individu dalamsosial, individu yang memasyarakat. Jika tidak bagaimana? Wah,Anda bisa membayangkan sendiri.Sumber ilmu pengetahuan adalah filsafat. Filsafat hakikatnyaberbicara masalah sumber kebenaran. Dan kebenaran merupakanpangkal dari banyak hal. Manusia dengan begitu mengandungpotensi-potensi kejiwaan (spiritual) yang sangat menentukan bagiesensi (diri) dan eksistensi (keberadaan) manusia itu sendiri. Denganpotensi-potensi kejiwaan, yaitu “pikiran, perasaan, dan kemauan”,manusia berada di dalam dirinya sendiri dan keberadaannya itu“mengungguli” makhluk-makhluk lainnya.Manusia memiliki pikiran. Pikiran ini sekaligus merupakanpembeda utama dengan makhluk lainnya. Dalam berpikir manusiamenggunakan bahasa, dan logika; sedangkan dalam berfilsafatmanusia juga menggunakan bahasa, pikiran, dan logika. Pikiran5

Filsafat Ilmumanusia, sementara itu, mempunyai kecenderungan terhadap nilai“kebenaran”; perasaannya berkecenderungan terhadap adanya nilai“keindahan”; dan kemauannya selalu tertuju kepada nilai “kebaikan”.Tiga potensi kejiwaan manusia itu mendorong suatu tingkah laku,yaitu “ingin tahu” mengenai apa saja menurut nilai-nilai kebenaran,keindahan, dan kebaikan.Mengapa kita manusia melakukan sesuatu kadang dinilai orangtidak benar sementara di mata orang lain benar? Demikian juga kitadalam berbuat di mata yang lain baik sebaliknya di mata orang laintidak baik? Sebuah hakikat kebenaran yang bersifat relatif itulahhakikatnya. Dengan begitu, maka penting kita untuk mengenalibagaimana proses berpikir dan berfilsafat terjadi.Selanjutnya, kebenaran memberikan pedoman dalam halketetapan tingkah laku sehingga setiap perbuatan selalu diawalidengan perhitungan-perhitungan logis. Kebenaran bermula darikeyakinan yang terbukti yang mendorong seseorang untuk berbuatdan melakukannya. Dengan begitu, seseorang dalam bertindak inidiyakini memiliki kebenaran dalam sudut pandang dirinya. Tidakheran, kebenaran yang demikian menimbulkan problem dalam sosialmasyarakat. Mengapa? Kebenaran seringkali ditentukan oleh faktor(a) pola berpikir, (b) cara pandang terhadap objek kebenaran, (c)teori dan ilmu yang dipergunakan dalam memandang, (d) prosespenemuan kebenaran, dan (e) aspek-aspek nonteknis lainnya sepertiemosi, kelelahan, dan sebagainya.Manusia juga makhluk estetik. Dengan begitu, nilai keindahanmemberikan suasana ketenangan dalam perbuatan, sehingga setiapperbuatan selalu memiliki daya tarik tertentu. Mengapa kitamenyukai wanita cantik atau lelaki tampan? Mengapa kita sukarekreasi ke berbagai tempat katakanlah hutan, pantai atau tempatlainnya? Mengapa kita suka lukisan? Mengapa menyukai sebuahornamen musik yang menyentuh hati? Sebuah nilai keindahan akanmemandu manusia untuk menemukan keindahan diri dalam potretrealita sosial atau mengekspresikannya ke dalam berbagai bentuk6

Happy Susantosarana estetis seperti puisi dan karya seni lainnya.Sementara itu, manusia juga mengenal apa yang dia sebutdengan kebaikan. Kebaikan dalam konteks kultural bersifat relatifdan kontekstual, maka kebenaran dalam pandangan demikianseringkali memberikan makna nilai baik yang berbeda dengan tempatlain. Barangkali dalam peribahasa Indonesia dapat diwakilkan dalamungkapan, di situ bumi dipijak di situ langit dijunjung. Sebuahkodrat etika kebaikan yang tentunya berlaku berbeda antara yangsatu dengan lainnya. Nilai kebaikan memberikan pedoman untukmengukur apakah suatu tindakan itu berguna atau tidak. Kebaikanakan memberikan kebermaknaan hidup sebaliknya ketidakbaikanseringkali menyurukan kita ke dalam ketidakbergunaan. Etika Samintentang kebaikan, diungkapkannya secara sederhana tetapi filosofis.Apa? Wong itu sing diarani apik yen antara rembug karo lakunepodho.Dalam kehidupan sehari-hari, ketiga naluri manusia itu bekerjasecara otomatis. Umumnya, kita sering bertanya tentang ini dan itu,untuk apa ini dan itu, mengapa ini dan itu, bagaimana ini dan itu,untuk apa ini dan itu. Pertanyaan “apakah ini atau itu”, misalnya,seringkali membuat seseorang heran dan kagum. Sebuah naluri yangmendorong keinginan untuk mengetahui lebih jauh. Di sinilahsumber filsafat bermula. Filsafat memang bermuara pada keingintahuan yang pertama-tama, meragukan, berikutnya berproses untukmenjamah kebenaran yang mungkin terjadi. Masalahnya adalahapakah ke-apa-an itu dapat dtelusuri secara rasional dan benar?Demikian juga apakah ke-mengapa-an juga dapat dipertanggungjawabkan secara maknawi? Dan apakah ke-bagaimana-annya dapatdiketahui dan dipraktekan oleh orang lain.Dengan kata lain, keingintahuan manusia itu berawal daripencapaian pengetahuan hakikat, sebab-musabab keberadaan danbagaimana menciptakan barang-barang yang senilai, yangdilatarbelakangi oleh tujuan-tujuan tertentu (segi kegunaan) bagiperkembangan hidup dan kehidupannya. Apa konsekuensinya?7

Filsafat IlmuKarena keingintahuan itu terus berubah, maka dengan sendirinyamanusia itu bersifat dinamis dan secara terus-menerus bergeraksecara mendasar.Ketika kita sudah memiliki rasa ingin tahu secara mendalamdemikianlah maka filsafat sudah mulai ada (filsafat sudah lahir).Latar belakang lahirnya filsafat, karena itu, didorong oleh dua faktor,penting: “interen” dan “eksteren”. Faktor interen adalahkecenderungan atau dorongan dari dalam diri manusia, yaitu rasaingin tahu itu sendiri. Sebuah kodrat manusia tentang kehidupanmanusia. Inilah, ruh dasar makna inherenitas filsafat bagi manusia.Adakah manusia yang tidak ingin tahu? Mungkin ada, tetapi jika initerjadi maka dapat diprediksikan manusia yang demikian tidak akandinamis. Bukankah keberubahan bermula dari keingintahuan?Faktor eksteren hakikatnya merupakan faktor dari luarmanusia itu. Yakni, adanya hal atau sesuatu yang menggejala dihadapan manusia sehingga menimbulkan rasa heran atau kagum.Mengapa ini terjadi? Karena manusia berhubungan dengan hal-haldi luar dirinya: alam, hewan, tumbuhan, dan manusia lainnya. Segalahal yang ada di luar dirinya secara kausalitas memang diperuntukkanuntuk dirinya. Manusia yang berpikir dengan begitu akan terdoronguntuk terus menerus mengembangkannya untuk kemaslahatannya.Jika kita mengamati realita sosial keilmuan misalnya, makasesuatu yang menggejala itu menimbulkan rasa kagum bagi manusia.Atau, ada juga manusia yang rasa kekagumannya itu terhenti, tidakdiikuti oleh rasa ingin tahu secara radikal. Masalahnya adalah (a)ada orang yang memiliki rasa kagum atas hal yang ada di luar dirinyakemudian berhenti dan hanya pasif, dan (b) ada pula orang yangkagum kemudian menggerakkan untuk berbuat dan terus melakukanpencarian makna, proses, dan kehakikatan dari kekagumannya.Untuk inilah, maka naluri filsafat pada manusia dengan sendirinyatidak berhenti tetapi terus berkembang sesuatu situasi dan keadaanyang menyertainya.8

Happy SusantoUntuk itu atas dasar kekaguman itu, maka hakikatnya manusiadapat dibedakan menjadi pembeda ke dalam jenis dan sifatmanusianya. Ada diantara mereka, yang hanya sekadar ingin tahudan setelah mendapatkannya lalu puas adalah tergolong orang-orang“pada umumnya”. Sebaliknya, ada sebagian kecil dari mereka yangsecara radikal ingin tahu tentang segala hal atau segala sesuatusampai ke taraf hakikat adalah tergolong para pemikir, ahli pikir ataufilsuf (philosopher).Ilustrasi berikut barangkali dapat menjelaskannya. Suatu waktupenulis berkunjung ke Thailand. Apa yang saya kagumi dari negerigajah itu. Banyak: (a) pendidikannya yang tidak norak seperti kita,(b) banyak anak yang tidak menggunakan motor ke sekolahsebaliknya mereka lebih suka naik bus sekolah, (c) mereka lebihdisiplin, (d) guru dan komponen lainnya lebih tekun dan kerasan disekolah, dan (e) pola konsumtif sama sekali tidak tampak pada realitadunia pendidikan di sana.Ada dua hal yang dapat penulis rasakan. Pertama, mayoritasguru yang berkunjung ke sana tidak menyempatkan mengamati halini, tidak mengagumi, sebagian mengagumi, tetapi kemudianberhenti tidak mencoba mencari akar permasalahan mengapa halitu terjadi. Mereka rata-rata hanya melihat permukaan, tidak tergerakuntuk mengetahui lebih jauh (keapaannya), apalagi untukmempertanyakan (kebagaimanaannya), dan apalagi menyeruak kemakna pendidikan (keaxiologisannya). Mereka sebagian besarmemang kagum tetapi terhenti di situ.Sementara penulis, terus tersesaki oleh pertanyaan-pertanyaanmenukik yang menimbulkan ketidaknyenyakan: (a) mengapa anakanak Thailand lebih sadar, (b) apakah kesadaran itu dibentuk atautelah menjadi, (c) proses pendidikannya berlangsung dalamkeintegrasian, (d) mereka belajar mencari pemaknaan pendidikan,dan (e) mengapa semua itu mudah terjadi di Thailand sementara diIndonesia tidak. Sebagai guru, penulis menyesal mengapa harusterlahir di tempat yang tidak menguntungkan. Sementara pola9

Filsafat Ilmukehidupan umum sama sekali tidak kondusif untuk terjadinya prosespendidikan yang lebih baik.Nah, keadaan demikian maka sangat ditentukan olehpengetahuan seseorang. Pengetahuan, karena itu, akanmempengaruhi pendirian, sikap dan tingkah laku seseorang. Jikaada orang yang dorongan ingin tahunya itu radikal, dan selanjutnyapengetahuannya mengenai hakikat sesuatu itu kemudianmembentuk pendirian, sikap, dan tingkah laku, maka orang tersebutcenderung ber-kebijaksana-an dan senantiasa mencintaikebijaksanaan. Sementara itu, ada yang berkonsentrasi pada tarafpengetahuan yang teoritis mengenai segala sesuatu menurut segitertentu. Mereka ini adalah para praktisi atau teknolog. Dengandemikian, di dalam kehidupan masyarakat, ada beberapa golongan,yaitu para filsuf, ilmuwan, teknolog, dan golongan masyarakat awam.Bukankah yang awam lebih banyak? Sementara yang tertidik danpraktisinya jauh lebih kecil. Sementara, yang lebih kecil itu belumtentu pencarian keingintahuan sampai ke akar filosofisnya.Pada galipnya, sebenarnya setiap orang itu berada di dalamfilsafat hidupnya. Jadi, setiap orang pastilah berfilsafat. Bukankahdalam kehidupan sering orang mengatakan (a) hidup itu yangpenting uang, (b) hidup itu yang penting beribadah, (c) hidup ituyang penting bahagia, (d) hidup itu untuk dinikmati, (e) hidup itubelajar, (f) hidup itu sekadar menjalani, (g) hidup tak perlu ngoyo,dan seterusnya. Mengapa masing orang berbeda? Karena filfatahidupnya berbeda. Ada yang hedonisme, ada yang materialisme, adarelijius, ada yang eksistensialisme.Di samping itu, manusia ditentukan oleh (a) kesadaran dirinya,(b) tujuan hidupnya, (c) keinginan dirinya, dan (d) kebermaknaanhidupnya. Hal-hal itu, seringkali ditentukan pula oleh tingkatkematangan pikiran dan mentalitasnya. Tujuan hidup ini tentudidasarkan kepada pengetahuan atau kepercayaan yang merekamiliki mengenai dirinya sendiri dan sesamanya, alam lingkungannya,hidup, dan kehidupannya. Mengapa ada orang yang membabi buta10

Happy Susantoingin memiliki berpuluh kendaraan? Mengapa ada pula orang yangbegitu sederhana meskipun sebenarnya memiliki semuanya?Mengapa ada orang yang gelisah dan senang?Dengan demikian, sesungguhnya filsafat itu merupakan halbiasa. Artinya, karena dalam kehidupan ini pun secara langsungataupun tidak kita digerakkan oleh sesuatu yang mengendap(mendasar) dalam diri kita. Dengan kata lain, filsafat akan lahir danmengendap pada diri setiap orang. Pada waktunya, mereka akantumbuh dan berkembang yang berbeda-beda kuantitas dankualitasnya.Selanjutnya, dalam mengaji filsafat sesungguhnya kita dapatmengenali beberapa bidang yang akan membantu kita untukmempertajamnya. Bidang-bidang itu mencakup bidang ontologis(kehakikatan), epistemologis (proses dan prosedurnya), dan axiologis(makna dan manfaatnya). Ketiga bidang ini selanjutnya dapatdipraktikkan untuk segala hal, khususnya dalam pengembangan ilmupengetahuan bagi manusia.B.Awal MulaKetika kita sudah sepakat bahwa filsafat adalah suatu hal(pandangan/konsep) yang adanya melekat erat secara kodrati padadiri manusia, maka sesungguhnya apa yang terlepas dalam kehidupan ini dari filsafat? Dalam proses penemuan –dalam segala hal—manusia mencoba menemukan kejelasan. Manusia mendapatkankejelasan dengan sendirinya berfilsafat. Karena filsafatlah maka suatumakhluk disebut manusia dan karena makhluk itu manusia makapastilah ia berfilsafat. Masing-masing kita, tentunya memiliki falsafahhidup yang berbeda dengan yang lainnya. Sementar

Filsafat Ilmu Karena keingintahuan itu terus berubah, maka dengan sendirinya manusia itu bersifat dinamis dan secara terus-menerus bergerak secara mendasar. Ketika kita sudah memiliki rasa ingin tahu secara mendalam demikianlah maka filsafat sudah mulai ada (filsafat sudah lahir). Latar bela

Related Documents:

Filsafat pemerintahan (politik) Filsafat agama Filsafat ilmu Filsafat pendidikan Filsafat hukum Filsafat sejarah Filsafat matematika. Filsafat Ilmu Filsafat ilmu sering dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-ilmu sosial ka

Filsafat, Filsafat Hukum, dan Ruang Lingkup Filsafat Hukum Khotibul Umam, S.H., LL.M. M odul 1 merupakan langkah awal yang perlu Anda pahami dalam mempelajari mata kuliah Filsafat Hukum dan Etika Profesi. Pada Modul 1 ini, akan dibahas mengenai pengertian filsafat, filsafat hukum, dan ruang lingkup filsafat hukum.

5. Politik (Filsafat pemerintahan); 6. Filsafat Agama; 7. Filsafat ilmu; 8. Filsafat pendidikan; 9. Filsafat Hukum; 10. Filsafat sejarah; 11. Filsafat matematika. Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yakni : 1. Logika (apa yang disebut benar dan apa yang disebut sa

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2009 DIKTAT MATA KULIAH DASAR-DASAR ILMU SOSIAL . 2 BAB I FILSAFAT ILMU A. Filsafat Ilmu Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat Ilmu, yang . politik, dan estetika. Alfarabi : 870-950 : Ilmu pengetahuan .

memahami hakikat filsafat, terutama tentang definisi filsafat, filsafat itu berfikir, filsafat itu mencari, objek kajian dan cabang –cabang filsafat. Buku ini juga mengantarkan pembaca mengenai pendidikan sebagai ilmu dan tujuan pendidikan serta hakikat filsafat pendidikan. Pada akhirny

Filsafat ekonomi Islam didasarkan pada konsep triangle: yakni filsafat Tuhan, manusia dan alam. Kunci filsafat ekonomi Islam terletak pada manusia dengan Tuhan, alam dan manusia lainnya. Dimensi filsafat ekonomi Islam inilah yang membedakan ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya kapitalisme dan sosialisme.

Suatu disiplin ilmu akan memiliki filsafat ilmunya sendiri [Contoh: Filsafat sains, Filsafat Pendidikan, atau Filsafat Pendidikan Sains] 3. Ilmu dan Agama Ada kelainan keinsyafan antara ilmu

STORAGE TANK DESIGN CALCULATION - API 650 1of14 1 .0 DESIGN CODE & SPECIFICATION DESIGN CODE : APIAPI 650 11th Edition 1 .1 TANK Item numberte u beb : 7061706T-3901390 Roof ( Open/Close ) : Close T f f(C f/D f/Fl t f/NA)Type of roof ( Cone-roof / Dome-roof / Flat-roof / NA )yp ( ) : Fl ti R fFloating Roofg 1 .2 GEOMETRIC DATA Inside diameter , Di ( corroded ) (@ 39,000 mm ) 39,006 mm Nominal .