POLA PEMELIHARAAN TERNAK DENGAN SISTEM PADANG .

2y ago
32 Views
3 Downloads
319.86 KB
8 Pages
Last View : 3m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Bennett Almond
Transcription

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi PertanianPOLA PEMELIHARAAN TERNAK DENGAN SISTEM PADANGPENGGEMBALAAN DI KALIMANTAN TENGAH(STUDI KASUS DI KABUPATEN KATINGAN DAN GUNUNG MAS)HarminiBalai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan TengahJalan G. Obos Km 5 Palangka Raya, Kalimantan TengahE-mail: harmini miatun@yahoo.co.idABSTRAKSwasembada daging salah satu issue strategis dalam pembangunan pertanian diIndonesia. Kalimantan tengah mempunyai banyak potensi untuk pengembangansapi potong. Salah satu dari potensi tersebut adalah luas wilayah dari Kaltengyang mencapai 153.554 km2 dengan kepadatan penduduk 15 orang / km2 . Salahsatu pemanfaatan lahan untuk padang penggembalaan. Penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui pola pemeliharaan ternak dengan sistem padangpenggembalaan di Kalimantan tengah khususnya di Kabupaten Katingan danGunung Mas. Penelitian menggunakan metode survey dan pengamatanlangsung di lapangan. Survey dilakukan untuk mengetahui pola penggembalaanbaik dari potensi maupun kendala – kendala yang ada di lapangan. Potensitersebut diantaranya luas wilayah, jenis ternak, Hijauan Makanan Ternak, hargajual tinggi. Sedangkan kendala yang dihadapi seperti: penyakit, gulma, pencurianternak. Untuk meningkatkan populasi ternak pola pemeliharaan dengan sistempadang penggembalaan layak untuk dikembangkan.Kata kunci: padang penggembalaan, potensi, kendalaABSTRACTSelf-sufficiency in meat one of the strategic issues in agricultural development inIndonesia. Central Kalimantan has a lot of potential for the development of beefcattle. One of these is a potential area of Central Kalimantan, which reached 153554 km2 with a population density of 15 persons / km2. One use of land forgrazing. This study aims to determine the pattern of raising livestock grazingsystems in Central Kalimantan, especially in Katingan and Gunung Mas.Research using survey methods and direct observation in the field. The surveywas conducted to determine the pattern of grazing both of the potential andconstraints that exist in the field. The potential of such an area, livestock, Forage,high selling price. While the obstacles encountered such as: disease, weeds,cattle theft. To improve the livestock population patterns with systemmaintenance decent pasture to improvement.Key words : grazing , potential , constraints566

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi PertanianPENDAHULUANKalimantan Tengah sangat potensial sebagai wilayah pengembanganternak khususnya sapi potong. Badan Penanaman Modal dan Perizinan ProvinsiKalimantan tengah (2013) menyatakan, Kalimantan tengah masih kekurangansapi potong sebanyak 5000 ekor/tahun. Untuk memenuhi kebutuhan tersebutbisa dilakukan dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada di Kalteng.Salah satu potensi tersebut adalah luas wilayah Kalteng.Kalteng mempunyai luas 153.554 km2 atau 8,04 persen (BPS, 2014)dari luas Indonesia. Salah satu pemanfaatan lahan tersebut untuk padangpenggembalaan. Padang penggembalaan merupakan sumber penyediaanhijauan pakan ternak yang efisien dalam suatu usaha peternakan. Polapemeliharaan ternak dengan sistem padang penggembalaan (mini ranch) telahcukup lama dilakukan baik di negara – negara maju maupun berkembang. DiKalteng, sistem padang penggembalaan yang dilakukan masyarakat, khususnyamasyarakat lokal, merupakan sistem ekstensif tradisional. Tulisan ini mengulassistem penggembalaan serta berbagai masalahnya kabupaten Katingan danGunung Mas Kalimantan Tengah.METODOLOGIPenelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu 2013. Metodologi yangdigunakan dengan pengamatan langsung dan Partisipatory Rural Appraisal(PRA). Data yang diperoleh berupa data primer dan sekunder. Data primerberasal berasal pengamatan langsung dan informasi dari petani peternakmaupun petugas pendamping. Data sekunder didapat studi literatur.HASIL DAN PEMBAHASANKabupaten KatinganKabupaten Katingan salah satu Kabupaten di kalteng dengan luas 17500km2 dan jumlah penduduk 155100 (BPS,2014). Populasi sapi di Katingan padatahun 2011 sebesar 6853 ekor dan pada tahun 2013 sebesar 6861 ekor (BPS,2014). Sesuai dengan pengamatan di lapangan diduga populasi sapi potong diKatingan lebih banyak dari jumlah diatas. Sementara populasi sapi potong perkecamatan dapat dilihat pada Gambar 1.567

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi PertanianPopulasi Sapi potong di Katingan16001400120010008006004002000Series 1Sumber : Katingan dalam Angka, 2014.Gambar 1. Populasi sapi potong di Katingan.Jenis sapi potong yang dipelihara sapi Bali, sapi PO, sapi lokal Katingan.Sapi lokal Katingan, sebagian masyarakat menyebutnya dengan istilah sapi Itahatau sapi helu. Utomo et al., (2012) melaporkan, sapi Katingan mempunyaikeragaman dalam hal warna bulu, pertumbuhan tanduk dan tonjolan dikepala.Ciri umum sapi katingan adalah bergelambir, berpunuk, bertanduk danmempunyai banyak variasi warna bulu. Pola pemeliharaan pada isionaldipadangpenggembalaan.Padang penggembalaan (ranch) yang dimiliki oleh peternak padaumumnya tergolong tipe penggembalaan bergilir (rotation grazing ). Peternakmemiliki beberapa lokasi penggembalaan. Lokasi penggembalaan biasanyapada jarak berdekakatan. Jika lokasi penggembalaan pada lahan yang sangatluas, dibuat menjadi beberapa lokasi dengan dibatasi pagar – pagar baik berupapagar kawat maupun pagar hidup dari tanaman berkayu. Hijauan MakananTernak (HMT) merupakan rumput lokal / rumput lapangan. Sumber air minum didapat dari sumur pompa yang berada dilokasi. Shelter/kandang sebagai tempatberlindung ternak ada pada penggembalaan ini. Introduksi teknologi sederhanatelah dilakukan. Air minum diberikan dengan penambahan garam. Jumlahkepemilikan ternak relatif besar rata–rata di atas 10 ekor. Lokasi penggembalaandisepanjang sungai Katingan.568

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi PertanianKabupaten Gunung MasKabupaten Gunung Mas merupakan daerah yang tergolong datarantinggi, memiliki luas wilayah 10805 km2 (BPS,2014),merupakan kapubatenpemekaran dari Pulang Pisau . Pemeliharaan ternak sapi dengan sistem padangpenggembalaan ekstensif tradisional (ranch) . Sapi yang dipelihara padaumumnya sapi lokal yang mempunyai ciri seperti sapi lokal Katingan. Lokasipenggembalaan pada lahan yang agak berbukit – bukit. Air minum untuk sapiberasal dari air sungai. Hijauan makanan ternak yang digunakan jenis rumputlokal / lapangan. Pola penggembalaan di Katingan dan di Gunung Mas, tergolongekstensif, hal ini didukung oleh penyataan Suratman (2003), menyatakan bahwapola penggembangan peternakan dibagi menjadi tiga yaitu: 1) Pola ekstensif,ternak digembalakan atau dibebaskan begitu saja, 2) Pola semi ekstensif, ternakdigembala secara terkendali sambil diaritkan, dan pada malam hari ternakdikandangkan, 3) Pola intensif, ternak dikandangkan dan diaritkan.Hijauan Makanan TernakDalam industri peternakan biaya pakan mencapai 70 persen dari totalbiaya pakan. Dengan pola ekstensif tradisional ini biaya pakan hampir tidak ada.Biaya yang dikeluarkan peternak hanya untuk pengobatan yang biasanyadilakukan oleh petugas kesehatan ternak setempat maupun untuk membeli obat– obatan seperti obat cacing dan vitamin. Permasalahannya sebagian besarlahan padang penggembalaan merupakan lahan gambut yang mempunyai sifatkeasaman dan kandungan organik yang tinggi, serta kesuburan tanah yangrendah. Disamping itu kalteng merupakan salah satu dari propinsi di Indonesiayang dilalui garis khatulistiwa, siang hari bisa sangat terik mencapai 320C, sinarmatahari yang didapat dalam satu tahun lebih dari 50%. Ditambahkan rumputyang tumbuh di daerah yang beriklim tropis mempunyai kualitas yang rendah.Hal ini karena pada hujan turun sepanjang tahun, yang mengakibatkan larutnyaunsur hara yang ada di dalam tanah.Rumput yang biasa tumbuh di padang penggembalaan, biasanyasasendok atau uyah – uyahan (Plantago mayor), delingu (Dianella ensifolia sp),pakis (Asplenum nidus), asem – aseman (Baccaurea bracteata), gajihan(Stenochlaena paluris).Introduksi rumput unggul masih jarang ditemukan.Susetyo (1980), mengemukakan bahwa kondisi optimum suatu padangpenggembalaan yang baik adalah komposisi 60% rumput dan 40% leguminosa.Ditambahkan Purbajanti (2013), rumput cocok sebagai tanaman padang569

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanianpenggembalaan ternak atau rumput potong karena alasan: 1) reproduksi daritunas dan batang mampu pulih dari pemotongan atau penggembalaan,2)jaringan baru yang dihasilkan selama pertumbuhan muncul di dasar daun manayang paling mungkin akan rusak oleh padang pemotongan atau penggembalaan,3) rumput mampu mempertahankan pertumbuhan vegetatifnya yang terputusoleh periode kekeringan atau dingin, 4) rumput mampu menyebar denganrimpang atau stolons yang siap membentuk akar adventif dan mengcengkeramtanah dengan cepat, 5) sistem akar mengikat partikel tanah bersama – samamembentuk sebuah ‘tanah’ dan membawa nutrisi ke lapisan permukaan yangtelah dicuci ke lapisan tanah oleh hujan deras.Selain rumput di padang penggembalaan (ranch) juga terdapat gulma.Gulma di ranch merupakan semua jenis tumbuhan yang merugikan produktivitasternak. Gulma di padang penggembalaan merupakan tumbuhan yang tidakpalatabel, berkayu dan atau beracun.Gulma yang ditemukan dipadangpenggembalaan di Kalimantan umumnya ki rinyuh (Chromolaena odorata ),alang – alang (Imperata cylindrica), putri malu (Mimosa sp.). Jika tidak ditanganidengan baik gulma akan mengakibatkan bila termakan oleh ternak akanmengakibatkan keracunan, menimbulkan persaingan dengan rumput di padangpenggembalaan, serta dapat menimbulkan kebakaran pada musim kemarau.Pengendalian gulma hampir tidak dilakukan. Gulma seharusnya dilakukanpengendalian seperti dibabat maupun disemprot dengan herbisida, maupunpengendalian biologis.Kapasitas TampungKapasitas tampung pada beberapa lokasi tidak mengalami masalah.Karena lahan untuk penggembalaan ternak relatif luas. Disamping itu enggembalaan.Penggembalaan dilakukan dengan sistem roling (grazing roling).Purbajanti(2013), menambahkan dan padang penggembalaan alam hanya 0,25 UT/ha (1UT sapi dengan bobot 300-350 kg).Jumlah dan kebutuhan nutrisi pakan tergantung status fisiologis ternak.Kuantitas bahan kering yang dimakan ternak tidak saja tergantung dari kualitaspadang penggembalaan tetapi juga ukuran ternak. Reksohadiprodjo (1987), Rata–rata sapi pedaging, merenggut di pastura 9-10 jam, ternak muda memerlukan570

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertanianprotein lebih dibanding ternak dewasa untuk pertumbuhannya serta kebutuhanair minum 45 L / hari atau 16000 L/ tahun.Pemberian air minum untuk ternak, untuk padang penggembalaan yangberada jauh dari sungai, dengan sumber air dari sumur pompa, relatif kurang.Air minum diberikan jika peternak mendatangi lokasi. Ternak kekurangan airminum. Pada saat suhu meningkat, utamanya pada saat musim kering /kemarau, kebutuhan air minum meningkat. Dalam keadaan seperti ini ternakmerenggut pakan pada malam hari. Kekurangan air minum dapat menurunkankonsumsi pakan. Musim kemarau akan mengakibatkan kekurangan air, produksirumput akan menurun. Sebagian peternak memberikan pakan tambahan beruparumput yang diaritkan. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak tercukupikebutuhan agar tetap hidup dan kebutuhan pokoknya. Diharapkan bila pakanruminansia tercukupi kebutuhan energinya maka kebutuhan protein, mineral,vitamin akan tercukupi pula.PenyakitKejadian terjangkitnya penyakit di lapangan jarang ditemukan. Penyakityang sering ditemukan adalah defisiensi mineral. Seperti dilaporkan Bambang(2011 ), bahwa sapi Katingan kekurangan mineral Zn.Untuk mengatasinyapeternak memberikan mineral yang diberikan dengan cara dicampurkan denganair minum. Jika tidak ada mineral peternak menggamtinya dengan garam.Berbeda dengan (Braverman et al., 2003),ternak yang digembalakan lebihberpotensi terinfeksi dibandingkan dengan dikandangkan karena ternak yangdilindungi baik oleh kandang, pepohonan dan tempat tertutup lainnya, sehinggavektor tidak dapat melihat langsung indung semang untuk dihisap darahnya.Penelitian lain menyebutkan, penyakit yang berhubungan dengan pernafasanmerupakan masalah kesehatan utama ternak di daerah tropis (Oliveira et al.,2014). Sementara itu Hutchings et al., (1997), padang rumput dapatterkontaminasi dengan kotoran urin dan atau dahak dari luak, menjadi carapenularan penyakit.Keamanan di Padang usdipadangpenggembalaan. Kasus pencurian ternak sudah marak terjadi. Di Tumbanglahang, Katingan, pencurian ternak mulai sering terjadi sejak akses jalan darat571

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi Pertaniandari Buntut Bali ke Tumbang Samba menjadi lancar. Lokasi padangpenggembalaan yang terletak disepanjang jalan memudahkan akses bagipencuri. Pada awalnya akses tranportasi warga menggunakan transpotasi airmelewati sungai Kahayan.Pada saat itu ternak yang ada di padangpenggembalaan relatif aman. Maraknya pencurian ternak selain menurunkanpopulasi ternak, bisa menjadi faktor yang menurunkan keinginan peternak untukmemelihara sapi. Hal ini karena khawatir jika ternaknya dicuri. Sementara itupencurian ternak masih jarang ditemukan di Gunung Mas.KESIMPULAN DAN SARANPola pemeliharaan ternak dengan sistem padang penggembalaan secaraekstensif tradisional di Kalimantan khususnya di Katingan dan Gunung Masmenghadapi beberapa kendala : Rumput di lapangan dengan kandungan gizirendah, kapasitas tampung utamanya hijauan dan air pada saat kekeringan,penyakit defisiensi mineral, serta masalah pencurian ternak.DAFTAR PUSTAKABadan Penanaman Modal dan Perizinan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah.2013. Potensi Investasi di Kalimantan Tengah. Badan PenanamanModal dan Perizinan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah.BPS. 2014. Kalimantan Tengah Dalam Angka. Badan Pusat StatistikBPS. 2014. Katingan Dalam Angka. Badan Pusat StatistikOliveira C.A and D.D. Millen. 2014. Survey of The Nutritional Recommendationsand Management Practices Adopted by Feedlot Cattle Nutritionistsin Brazil. Animal Feed Science and Technology Vol. 197. Hal. 64 –75.Purbayanti E.D. 2013. Rumput dan Legum Sebagai Hijauan Makanan Ternak.Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.Reksohadiprodjo, S. 1987. Pakan Ternak Gembala. BPFE Yogyakarta.Suratman. 2003. Pewilayahan Peternakan Mau Dibawa Kemana?. WartaPenelitian dan Pengembangan Pertanian. Hal. 16Susetyo S. 1980. Padang Penggembalaan. Direktorat Bina Sarana UsahaPeternakan Direktur Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian.Bogor572

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Inovasi Teknologi PertanianUtomo, B.N., R.R. Noor, C. Sumantri, I. Supriatna, E.D. Gunardi dan B.Tiesnamurti. 2012. Keragaman fenotipik kualitatif sapi Katingan.JITV 17 (1): 1-12Utomo. 2011. Keragaman fenotipik dan genetik, profil reproduksi serta strategipelestarian dan pengembangansapi katingan di KalimantanTengah. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,Bogor573

Shelter/kandang sebagai tempat berlindung ternak ada pada penggembalaan ini. Introduksi teknologi sederhana . Pemeliharaan ternak sapi dengan sistem padang penggembalaan ekstensif tradisional (ranch) . Sapi yang dipelihara pada . Masalah keamanan menjadi masalah yang serius di padang p

Related Documents:

BAB A: ASAL DAN SEJARAH KERAGAMAN TERNAK 5 1. Pendahuluan 5 2. Proses domestikasi ternak 6 3. Tetua dan asal geografis dari ternak kita 9 4. Penyebaran hewan-hewan yang didomestikasi 14 5. Transformasi pada proses domestikasi ternak 17 6. Kesimpulan 18 Daftar Pustaka 19 BAB B: STATUS SUMBERDAYA GENETIK TERNAK 23 1. Pendahuluan 23 2.

sistem organ, kelainan dan penyakit. Sistem – sistem pada manusia dan hewan 1. Sistem pencernaan 2. Sistem ekskresi 3. Sistem pernapasan 4. Sistem peredaran darah 5. Sistem saraf dan indera 6. Sistem gerak 7. Sistem imun 8. Sistem reproduksi 9. Keterkaitan antar sistem organ dan homeostasis 10. Kelain

sistem produksi pada ternak sapi daging, manajemen pemeliharaan ternak sapi daging, bangunan dan perkandangan, penanganan kesehatan, manajemen feedlot dan evaluasi serta pemasaran sapi daging. 7. PTP222 Teknologi Produksi Ternak Babi Dan Kuda 3(2-3) Mata kuliah ini memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang

Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tamalate Kota Makassar (dibimbing oleh Ihyani Malik dan Syukri) Pola komunikasi organisasi merupakan hal penting dalam sistem pengendalian kepada pegawai/bawahan. Adanya pola komunikasi yang ditetapkan oleh pimpinan membuat komunikasi dalam organisasi berjalan berdasarkan pola-

li (1) 03 40 pemeliharaan instalasi b a. 38 120 mkh. 37 kp(1) 120 36 80 35 mkh. 34 lt(1) 80 33 120 32 80 mkh. 28 lg(1) 40 29 40 31 30 40 22 80 21 80 mkh. 20 le(1) 80 42 120 41 40 80 mkh. 39 kc(1) 80 26 80 25 80 mkh. 24 pc(1) 40 mkh.pc(1) 23 40 pemeliharaan sarana penunjang pemeliharaan kelistrikan pemeliharaan instrumen kontrol 27 mkh. 18 kt(1 .

harus diadakan pemeliharaan untuk kerusakan komponen sistem kelistrikan tiap 223,1111 jam. Frekuensi pemeliharaan individu terjadwal / frekuensi preventive time (fpt) 0,00008 pemeliharaan / jam. Waktu rata – rata pemeliharaan aktif / mean maintenance (M) 2

tubuh kambing kacang. Besar keuntungan usaha pembibitan ternak kambing, selain dipengaruhi oleh . peningkatan kepemilikan ternak dan kandang . Peningkatan usaha ternak kambing di Kelompok Tani Sumber Sari dalam analisis ekonomi pendapatan. SEPA 11 (1), hal: 151 – 162.

4 Introduction to Field Theory where c is a suitably chosen speed (generally not the speed of light!). Clearly, the configuration space is the set of maps j µ R4" R4 (1.10) In general we will be interested both in the dynamical evolution of such systems and in their large-scale (thermodynamic) properties. Thus, we will need to determine how a system that, at some time t 0 is in some .