METODE PENELITIAN SEJARAH - Universitas Diponegoro

2y ago
36 Views
3 Downloads
371.07 KB
30 Pages
Last View : 15d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Fiona Harless
Transcription

METODE PENELITIAN SEJARAHDARI RISET HINGGA PENULISAN

Sanksi pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014tentang Hak Cipta(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomisebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk PenggunaanSecara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahundan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta ataupemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Penciptasebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidanapenjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta ataupemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Penciptasebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidanapenjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyakRp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjarapaling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyakRp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

METODE PENELITIAN SEJARAHDARI RISET HINGGA PENULISANWasinoEndah Sri Hartatik

Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga PenulisanPenulisEditorDesain KoverLayout: Wasino dan Endah Sri Hartatik: Priyo Sudarmo: Ahmad Dani: RGBCetakan I, 2018Diterbitkan olehMagnum Pustaka UtamaJl. Parangtritis KM 4, RT 03 No. 83 D,Salakan, Bangunharjo, Sewon, Bantul, DI YogyakartaTelp. 0878-3981-4456; 0821-3540-1919Email: penerbit.magnum@gmail.comISBN: 978-602-5789-.-.

PRAKATAPenelitian sejarah merupakan sebuah proses riset dengan ciri khususyang berbeda dengan penelitian sosial-humaniora lain. Objek kajiansejarah adalah fenomena sosial yang terjadi di masa lampau yang memilikijarak waktu, kecuali sejarah kontemporer sangat jauh dengan waktutempat hidup penelitinya. Akibatnya interkasi antara peneliti denganobjek penelitian tidak bisa terjadi secara langsung, tetapi harus melaluimedia yang dikenal sebagai sumber sejarah. Sehubungan dengan hal itu,maka pemahaman yang benar tentang prosedur riset sejarah diperlukan.Selama ini telah banyak buku metode dan metodologi sejarahyang diterbitkan di Indonesia. Akan tetapi buku-buku tersebut sebagianbesar berbicara pada tataran filosofis dan metodologis, dan hanya sedikityang mengupas tentang aspek praktis dari penelitian sejarah, pada haluntuk para peneliti sejarah pemula, mahasiswa tingkat awal, dan penulissejarah awam, segi-segi praktis dalam pmetode sejarah diperlukan.Sehubungan dengan hal itu, maka buku metode sejarah: dari riset hinggapenulisan ini dihadirkan di kalangan pembaca.Buku ini sesungguhnya revisi dari buku ajar yang pernah sayaterbitkan di Universitas Negeri Semarang dengan judul “dari Risethingga Tulisan Sejarah”. Revisi difokuskan pada paspek-aspek barudalam penggalian sumber sejarah, yakni yang berbasis media digital.Sebagai sebuah buku pengantar, buku ini memang hanyamenyajikan kulitnya saja dari suatu riset sejarah. Akan tetapi bagi penelitivPrakata

pemula, dan orang awam terhadap sejarah buku ini cukup bermaknadalam memahami apa sesungguhnya ilmu sejarah dan bagaimana masalampau sampai ke tangan pembaca sejarah melalui langkah-langkahpenelitian yang dilalui.Tidak semua isi buku merupakan pemikiran penulis. Banyakinformasi diambil dan dirujuk dari sejumlah buku tentang metode danmetodologi sejarah baik dari pakar sejarah dari dalam maupun luarnegeri. Dengan cara itu, maka buku ini baru bisa diterbitkan.Saya harus menyampaikan terimakasih kepada semua pihak atasterbitnya buku ini. Pertama-tama kepada Fakultas Imu Sosial, Unnesyang telah memfasilitasi penulisan dan penerbitan buku ini. Demikianpula kepada Unnes Press yang telah bersedia menerbitkan edisi pertamabuku pengantar ini. Selain itu ucapan terimakasih juga saya sampaikansaudara Muhammad Apriyanto yang telah membantu pengetikan dalamrevisi buku iniBuku ini tersusun menjadi lima bab. Bagian pertama berisitentang konsep-konsep dasar ilmu sejarah, yaitu pengertian sejarah,proses menjadi sejarah, penelitian sejarah, dan kegunaan sejarah.Bagian kedua bersisi tentang bukti sejarah atau sumber sejarah sebagaititik awal dalam riset sejarah. Di dalamnya dikemukakan tentang jenisjenis sumber sejarah dan strategi untuk menelusurinya. Bagian ketigamemuat tentang menilai sumber sejarah. Penilaian meliputi otentisitasdan krediblitas sumber, serta validasi atau triangulasi terhadapkebenaran sumber yang dikenal sebagai koroborasi. Bagian keempatmenguraikan tentang tafsir dan penjelasan sejarah. Ada beberapamodel yaitu tafsir tekstual, hermeneutika, postitifistik, Weberian, danpos kolonial atau dekonstruksi sejarah. Bagian kelima atau bagian akhirmemuat tentang teknik menulis sejarah. Di dalamnya diungkapkantentang penggunaaan bahasa yang baik, model penulisan sejarah,hingga teknik perujukan sumber sejarah untuk dicantumkan dalamteks sejarah.Sebagai sebuah buku pengantar, buku ini masih banyakkekurangan. Sehubungan dengan hal itu kritik dan saran dari pembacaMetode Penelitian SejarahviDari Riset hingga Penulisan

untuk perbaikan akan diterima dengan senang hati dan akandipertimbangkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.Semarang, Agustus 2018PenulisviiPrakata

DAFTAR ISIPRAKATA. vDAFTAR ISI. ixDAFTAR BAGAN, DAFTAR GAMBAR, DAN DAFTARFLOWCHART. xiBAB I PENDAHULUAN. 1A. Pengertian Sejarah. 2B. Dari Kejadian Menjadi Sejarah. 4C. Sejarah antara Ilmu dan Seni. 7D. Metode Sejarah. 11E. Manfaat Sejarah. 14BAB II MENGGALI SUMBER SEJARAH. 19A. Pemilihan Topik. 19B. Penelusuran Sumber Sejarah (Heuristik). 232. Strategi Menggali Sumber Sejarah. 27C. Menggunakan Sumber Lisan. 46D. Menambah Informasi dari Sumber Lain (Artefak, SumberAudio Visual dan Media Online). 50E. Membuat Catatan dari Sumber Sejarah. 58F. Mengolah Catatan-catatan Sumber Sejarah. 68BAB III VERIFIKASI ATAU KRITIK SUMBER. 71A. Kritik Ekstern atau Uji Otentisitas Sumber. 71B. Verifikasi Kredibilitas Sumber. 76BAB IV INTERPRETASI DAN EKSPLANASI SEJARAH. 99A. Interpretasi Sejarah. 99B. Eksplanasi Sejarah. 110ixDaftar Isi

BAB V MEMBUAT TULISAN SEJARAH. 129A. Menggunakan Bahasa yang Komunikatif. 129B. Struktur dan Model Penulisan. 134C. Gaya Penulisan. 135D. Perujukan Sumber. 145DAFTAR PUSTAKA. 149TENTANG PENULIS. 153Metode Penelitian SejarahxDari Riset hingga Penulisan

DAFTAR BAGAN, DAFTAR GAMBAR, DANDAFTAR FLOWCHARTDaftar BaganBagan 1. Dari Kejadian Menjadi Sejarah. 6Bagan 2. Prosedur Penelitian Sejarah. 13Daftar GambarGambar 1. Gambaran website dari gahetna.nl. 51Gambar 2. Ketik di kolom pencarian, tujuan pencarian. 52Gambar 3. Tampilan hasil dari penelusuran gahetna.nl. 52Gambar 4. Halaman muka situs perpustakaan Leiden. 53Gambar 5. Kolom Pencarian Perpustakaan Online Leiden. 53Gambar 6. Hasil Penelusuran . 54Gambar 7. Laman utama Google Scholar. 55Gambar 8. Memasukkan kata kunci di kolom pencarian. 55Gambar 9. Hasil Pencarian dari Google Scholar. 56Gambar 10. Link untuk mengunduh Google Scholar. 56Gambar 11. Tampilan utama e-resources Perpustakaan Nasional.57Gambar 12. List Penerbit. 57Gambar 13. Memilih salah satu penerbit . 58Gambar 14. Hasil penelusuran penerbit online- Brill Online. 58Gambar 15. Tabelisasi Data Temuan. 68Gambar 16. Tabelisasi Data via Ms. Excel. 69Gambar 17. Penggunaan fitur filter. 70Daftar FlowchartBagan 1. Dari Kejadian Menjadi Sejarah. 6Bagan 2. Prosedur Penelitian Sejarah. 13BAB 1xiPendahuluan

BAB IPENDAHULUANSejarah merupakan ilmu pengetahuan yang sudah tua usianya.Sebagai sebuah ilmu, sejarah tidak hanya hanya menjadi tradisimasyarakat Barat, tetapi juga masyarakat Timur, termasuk Indonesia.Tradisi sejarah tersebut melahirkan kesan umum tentang “Sejarah” dalamsuatu masyarakat. Dalam kasus Indonseia, tradisi sejarah umumnyaberlangsung di kalangan elite, kalangan penguasa yang umumnyamenulis sejarah sebagai kisah perjalanan politik. Tradisi penulisansejarah itu di dalam kebudayaan Jawa dikenal dengan nama “babad”,di kebudayaan Minang dikenal dengan nama “tambo”, di kebudayaanMelayu di dikenal dengan nama “syajarah”, dan lain sebagainya.Tradisi kesejarahan tersebut kemudian bersinergi dengan konsepsejarah dari dunia Barat setelah masuknya penjajahan Belanda. Sejarahdipahami sebagai sebuah sejarah politik yang didasarkan pada sumbersumber tertulis yang dapat dilacak otentisitas dan kredibilitasnya.Pengaruh pemikiran positivistik van Ranke telah melahirkan tradisipemikiran sejarah bahwa masa lampau adalah realitas politik yang benarbenar terjadi apa adanya (Barnes,1963:245-253)Warisan tradisi kesejarahan dunia “Timur” dan dunia “Barat”tersebut melahirkan kesan tentang sejarah dalam masyarajat Indonesia.Di kalangan awam, sejarah adalah sebuah realitas yang kebenarannyaharus pasti. Berdasarkan asumsi ini, maka ketika kerjadi perbedaanBAB 11Pendahuluan

pendapat tentang sebuah fakta sejarah tertentu terutama yang terkaitdengan sejarah politik, seperti Serangan Umum 1 maret 1949, Peristiwa30 September1965 di Indonesia, Supersemar, dan semacamnya orangcenderung mengatakan bahwa telah terjadi penyelewengan sejarah.Oleh sebab itu ada usaha-usaha meluruskan sejarah. Bagian ini akanmembicarakan tentang hal-hal mendasar tentang apa itu sejarah,bagaimana masa lampau sampai ke tangan orang sekarang, dansebagainya.A. Pengertian SejarahSecara harfiah, “Sejarah” berasal dari kata Arab “syajarah” yangberarti pohon. Terkait dengan ini muncul istilah “syajarah an-nasab”yang berarti pohon silsilah (Kuntowijoyo,1999:1; R Moh. Ali, 2005).Memang dalam benak sebagian masyarakat, sejarah dimaknai jugasebagai suatu silsilah. Akan tetapi, pengertian yang terkandung dalamsejarah sesungguhnya diadopsi dari kata bahasa Yunani “Istoria”, yangmerupakan kata asal dari bahasa Latin “Historia”, bahasa Perancis“histoire” dan bahasa Inggris “history” yang mulanya berarti: pencarian,penyelidikan, penelitian (inquiry, investigation, research). Dari istilahorang-orang Yunani memberikan arti tambahan pada arti kata itu,ialah suatu catatan atau cerita dari hasil-hasil pencarian itu. Dalambahasa Jerman untuk istilah “sejarah” adalah “geschichte”, yang berasaldari kata kerja “geshchehen” yang berarti “terjadi” (to be happen), bukanberarti pencarian (inquiry) atau sasaran/objek dari pencarian tersebut,melainkan masa lampau (history as past actually).Pengertian yang pada saat ini diterima secara umum, kata Sejarah(history) berarti salah satu dari tiga hal berikut ini: (1) pencarian (inquiry);(2) sasaran-sasaran/objek dari pencarian tersebut; dan (3) catatan darihasil-hasil pencarian tersebut. Berdasarkan pengertian itu, maka sejarahmengandung arti: kejadian-kejadian yang dibuat manusia atau yangmemengaruhi manusia; perubahan atau kejadian yang berubah darisatu keadaan ke keadaan yang lainnya. Perbuatan menyejarah adalahperbuatan yang mempunyai arti yang lebih dari pada biasanya sehinggaMetode Penelitian Sejarah2Dari Riset hingga Penulisan

patut mendapat tempat di dalam sejarah sebagai catatan peristiwa.Sejarah juga berarti seluruh totalitas dari pengalaman manusia dimasalampau.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengertian sejarah adalah:1. fakta-fakta atau kejadian-kejadian itu adalah hasil darikemauan bebas manusia (manusia mempunyai kemauanbebas); kemerdekaan dari kemauan manusia adalah pengertiandasar dari sejarah;2. kejadian-kejadian/perbuatan-perbuatan manusia tersebutuntuk dapat menjadi bahan yang sebenarnya dari sejarahharuslah bersifat konkrit, ialah terbatas pada waktu dantempat tertentu; sejarah bersifat untuk singular particular individual kejadian-kejadian yang bersifat unik/individual.Meskipun begitu sejarah juga membicarakan apa yangdisebut “fakta-fakta yang bersifat umum” (general facts), yangberarti keumuman-keumuman atau generalisasi-generalisasi,misalnya: orang-orang Romawi adalah bangsa yangmempunyai bakat alam dalam bidang politik/pemerintahan”,Kota kota pantai utara Jawa pada abad XVI merupakan kotaberkebudayaan Islam, dan semacamnya.3. Akan tetapi fakta-fakta yang dihadapi oleh sejarah adalahcukup luas di dalam arti dan bakatnya, sehingga meliputi jugafakta-fakta yang kompleks tertentu yang membentang (terjadiselama) dalam suatu tempat dan waktu yang panjang, misalnya:pergerakan-pergerakan di dalam sejarah (Renaissance, RevolusiPerancis, dsb.), pemerintahan-pemerintahan, lembaga-lembaga(politik, sosial, ekonomi, agama, dsb.), hukum-hukum, caracara hidup, adat kebiasaan (fakta yang bersifat umum).4. Cara penelaahan terhadap “fakta-fakta yang berisfat umum”tersebut dapat digolongkan dalam tiga golongan/sebab: (a)karena sifat/tabiat dari seseorang tertentu; (b) sifat atau tabiatdari suatu bangsa/ras, rakyat, keluarga, atau suatu kelompokorang; (c) sifat atau tabiat dari suatu masa, abad, pemerintahan,administrasi pemerintahan, sistem ekonomi, sistem budaya,sistem sosial.5. Sejarah sebagai perbuatan-perbuatan dari seseorang tetapitidak hanya sebagai perseorangan, melainkan sebagaiBAB 13Pendahuluan

makhluk-makhluk sosial atau sebagai anggota-anggotadari suatu kesatuan sosial yang ini atau yang itu misalnya:keluarga, kota, negara; jadi seseorang hanya mempunyai artisejarah sejauh itu memengaruhi suatu golongan orang-orangyang terorganisasi dari individu-individu yang lainnya, ataudipengaruhi oleh itu.6. Akan tetapi tidak semua perbuatan manusia sebagai makhluksosial termasuk sejarah. Untuk dapat disebut sejarah, perbuatanperbuatan tersebut harus menunjukkan kepentingan atauartinya suatu arti yang bersifat sejarah (historical significance)atau dapat dikatakan bahwa fakta-fakta berarti secara sejarah(historis) jika fakta-fakta itu memberikan pengaruhnyaterhadap dunia sezamannya dalam cara-cara yang tertentu danefektif, atau fakta-fakta itu telah turut membentuk dunia yangterdapat pada waktu itu.Berdasarkan uraian itu, maka dapat disimpulkan bahwa sejarahmencakup tiga arti, yaitu:1. Kejadian-kejadian atau kegiatan yang dilakukan oleh manusiapada masa yang lalu; kenyataan masa lalu (past human events;past actually) – Sejarah sebagai peristiwa2. Catatan dari kejadian-kejadian/kegiatan manusia tersebut(Sejarah sebagai cerita atau kisah).3. Proses atau teknik (Cara atau methods) untuk pembuatancatatan dari kejadian-kejadian tersebut (Sejarah) sebagai IlmuPengetahuan Ilmu Sejarah) (Garraghan, 1957:3-32).B. Dari Kejadian Menjadi SejarahSetiap individu atau kelompok manusia pernah mengalamiperistiwa atau kejadian tertentu. Peristiwa atau kejadian tersebut dapatmenyangkut peristiwa individual atau peristiwa kelompok. Peristiwaitu dialami oleh manusia baik secara sengaja maupun tidak sengaja.Peristiwa tersebut ada yang berlangsung beberapa menit yang lalu atauberadad-abad yang lalu. Dengan demikian di dalam beberapa abad yanglalu telah terjadi triliunan peristiwa atau kejadian yang dialami olehtriliunan manusia sejak zaman Adam hingga sekarang.Metode Penelitian Sejarah4Dari Riset hingga Penulisan

Peristiwa atau kejadian itu ada yang meningalkan jejak dan adayang tidak meninggalkan jejak. Peristiwa yang meninggalkan jejak adayang jejaknya sampai pada zaman sekarang, dan ada yang tidak sampaizaman sekarang, artinya telah hilang atau dihilangkan. Salah satu sebabjejak hilang karena telah termakan usia. Jejak yang dihilangkan adayang disengaja, dan ada yang tidak disengaja. Penghilangan jejak secarasengaja, misalnya dengan tujuan agar peristiwa tertentu tidak diketahuioleh orang lain (dalam bahasa kepolisian sebagai penghilangan barangbukti). Penghilangan secara sengaja juga dilakukan dengan alasan buktiitu dianggap tidak diperlukan oleh penggunanya atau pemiliknya,Meskipun oleh orang lain dari zaman lain, jejak atau bukti itumenjadi penting. Sebagai contoh Surat Keputusan (SK) pengangkatanseseorang menjadi ambtenaar pada zaman Belanda yang dimiliki olehseorang Bupati di Blora, misalnya pada masa pendudukan Jepangdianggap tidak perlu, bahkan membahayakan. Maka bisa saja SKitu dibakar atau dibuang ke sungai agar tidak diketahui oleh pihakpendudukan Jepang bahwa seorang tokoh tertentu pernah diangkatmenjadi aparat birokrasi Belanda.Dalam kajian sejarah, jejak atau bukti itu sangat penting sekali.Jejak atau bukti itu sebagai sarana, alat bagi sejarawan untuk melakukanhubungan dengan persitiwa masa lampau. Tanpa jejak atau bukti itusejarawan tidak dapat berbicara tentang sesuatu peristiwa yang pernahterjad di masa lampau. Bukti itu dapat berupa benda (artefak), tulisan,dan informasi lisan. Hanya melalui bukti-bukti yang tertingal itulah,sejarawan dapat menghadirkan kembali masa lampau di kalanganpembaca buku-buku sejarah.Bukti-bukti sejarah yang tersedia tidak dapat berbicara sendirimengenai masa lampau. Bukti-bukti itu perlu ditafsirkan olehsejarawan agar jelas tentang kebenaran faktual dan rangkaian antarfaktanya menjadi sebuah cerita masa lampau. Cerita sejarah itu dengandemikian, bukan masa lampau itu sendiri, tetapi produk intelektualsejarawan berdasarkan bukti-bukti sejarah yang tersedia dan yang diagunakan.BAB 15Pendahuluan

Sejarah dalam pengertian itu merupakan sebuah hasil rekonstruksi,sebuah proses pembangunan kembali apa yang pernah terjadi di masalampau. Dalam proses rekonstruksi pasti memuat unsur-unsur subjek(pengarang, penulis), maka di dalamya akan memuat sifat-sifatnya,gaya bahasanya, struktur pemikirannya, dan lain sebagainya. Jadi di sinisejarah sebagai cerita berbeda dengan sejarah sebagai kejadan. Sejarahsebagai cerita sifatnya subjektif, dan sejarah sebagai kejadian sifatnyaobjektif.Sartono Kartodirdjo (1993:14-15) menegaskan bahwa sejarahdalam arti sebujektif merupakan suatu konstruk, yaitu bangunan yangdisusun oleh penulis sebagai uraian atau cerita. Uraian atau ceritaitu merupakan suatu kesatuan atau unit yang mencakup fakta-faktaterangkaikan untuk menggambarkan gejala sejarah, baik proses maupunstruktur. Dengan demikian cerita tentang Peristiwa G-30 September1965 bukan realitas tahun 1965, tetapi hanyalah tafsir dari para penulisatas peristiwa itu berdasarkan data-data yang tersedia.Proses tersajinya sejarah sebagai kejadian hingga menjadi tulisansejarah merupakan proses logis yang dapat dipahami. Sejarah sebagaikejadian hanya dapat sampai kepada pembaca jika ada sumber datayang ditinggalkan da nada sejarawan yang tertarik untuk meneliti danmenuliskannya. Proses itu dapat disederhanakan dalam bagan 1.Bagan 1Dari Kejadian Menjadi SejarahkejadianSumber sejarahsejarawanjejak/traceMetode Penelitian Sejarah6Dari Riset hingga Penulisan

Sejarah dalam arti objektif (sejarah sebagai kejadian) hanya sekaliterjadi (einmalig). Ia tidak dapat diulang kembali, sekalipun direkamdengan pita suara atau alat audio-visual, pemutaran kembali dizamanlain dan tempat lain tetap bukan peristiwanya sendiri karena zamanyang melingkupi sudah berubah. Demikian pula bagi orang yangberksempatan mengalami suatu kejadian pun sesungguhnya ia hanyadapat mengamati dan mengikuti sebagian dari totalitas kejadian. Ia tidakmungkin memiliki gambaran secara total seketika terjadi. Keseluruhanproses kejadian itu berlangsung terlepas dari subjek manapun juga; jadiobjektif dalam pengertian tidak memuat unsur-unsur subjek (pengamat,penulis).C. Sejarah antara Ilmu dan SeniNugroho Notosusanto (1971) mengemukakan bahwa adapersoalan mengenai pengertian ilmu perang dan seni perang, jugaterdapat persoalan antara pengertian ilmu sejarah dan seni sejarah. DiIndonesia “disiplin” sejarah oleh umum lazim disebut “ilmu sejarah,(istilah “disiplin” dipakai di sini dengan arti, bagian pengetahuanyang disistemasikan”, sesuai dengan pendapat G. J. Renier (1997),sesungguhnya menyimpan persoalan-persoalan.Sebagai cabang ilmu pengetahuan, sejarah dapat diberi definisisebagai berikut: adalah “Ilmu Pengetahuan yang menyelidiki dankemudian mencatat, di dalam perhubungan sebab akibatnya danperkembangannya, kegiatan-kegiatan/aktivitas-aktivitas manusia dimasa lampau yang (a) tertentu dalam waktu dan tempatnya; (b) sosial didalam sifat dan hakikatnya; dan (c) yang mempunyai arti yang bersifatsosial” (Garraghan, 1957:10).Jika kita usut perkembangan penulisan sejarah sejak sebelumHeredotus, maka akan tampak, bahwa sejarah mula-mula adalahcabang dari sastra, jadi merupakan sesuatu seni. Sebelum dikenalnyakritik sejarah, yang akan merupakan inti metode sejarah, sesungguhnyapenulisan sejarah dilakukan tanpa dukungan sesuatu disiplin atau ilmusejarah. Memang disiplin atau “ilmu” sejarah baru boleh dianggap telahBAB 17Pendahuluan

terbentuk, sesudah metode sejarah dengan kritik sejarah, sebagai intinyamengalami perkembangannya yang pertama.Hal itu tidak berarti, bahwa sejarawan-sejarawan lama begitusaja memercayai segala keterangan yang diperolehnya sebagai bahanhistoriografi atau penulisan sejarah. Seperti pada semua manusiayang telah mencapai tingkat peradaban tertentu, mereka juga cukupmempunyai “common sense” untuk merasa, bahwa tidak semua saksidapat dipercayai keterangannya. Persoalannya adalah bahwa pada masa“pra kritik” itu kesangsian sebagai suatu prinsip (skepticism on principle)belum merupakan bagian sikap jiwa para sejarawan.Sejak abad ke-17 kritik sejarah mulai berkembang, hinggaakhirnya mencapai taraf kematangannya dalam diri metode sejarah padaabad ke-19. Dalam abad itulah timbul apa yang disebut “sejarah ilmiah”yang juga disebut “sejarah kritis” atau “sejarah empiris”. Kebangkitansejarah sebagai sebuah disiplin ilmiah ini dimulai di Jerman di manaLeopold von Ranke mencetuskan diktumnya, bahwa tugas sejarahhanyalah menunjukkan apa yang benar-benar telah terjadi (wie eseigentlich gewesen). Sejak itulah tampil kemuka sejarawan-sejarawanyang menganggap dirinya “sejarawan-sejarawan ilmiah”. Akan tetapisesudah berhasilnya perjuangan untuk membebaskan sejarah darikungkungan sastra/seni untuk menjadikannya sesuatu ilmu, setingkatdengan ilmu-ilmu alam yang ketika itu mencapai puncak kekegalannya,timbullah kesadaran, bahwa ada soal-soal yang tak terpecahkan untukmembela pendirian itu. Jika ditinjau dengan saksama, akan nyata bahwabagaimanapun keteguhan kita berpegang kepada ajaran Ranke dankawan-kawannya, namun ada proses dalam sejarah yang tidak cocokdengan proses-proses ilmiah (yang sesuai dengan ukuran ilmu-ilmualam).Sebagai reaksi atas “sejarah ilmiah” atau “ilmu sejarah” yangterkesan kering itu timbullah dua macam anggapan baru mengenaihakikat disiplin sejarah, yang satu mengatakan, bahwa sejarah itu benarsesuatu ilmu, akan tetapi ilmu yang khas, yang lain daripada ilmu-ilmualam. Adapun pendapat yang lain mengatakan, bahwa bagaimanapunMetode Penelitian Sejarah8Dari Riset hingga Penulisan

juga, sejarah adalah tetap sesuatu seni. Dalam hal ini tentu saja adaanggapan, bahwa seni itu setaraf dengan ilmu.Sejarah sebagai ilmu sangatlah jelas. Dalam metode sejarahdigunakan kerja ilmiah yang digunakan dalam pencarian dan kritiksumber. Jika kita mengingat bagaimana kerasnya kritik ilmiah yangdipakai untuk meneliti sumber-sumber sejarah, maka sifat ilmiahdaripada sejarah dapat dianggap terbukti. Pemakaian alat-alat rontgenserta bahan-bahan kimia untuk menentukan palsu tidaknya suatudokumen misalnya saja, menimbulkan kesan yang sangat ilmiah.Kesimpulan yang kita peroleh dari sumber-sumber sejarah adalah jelashasil suatu penelitian yang ilmiah, tetapi belumlah dapat disebut sejarah.Hasil penelitian sumber-sumber itu tidak mentah lagi, melainkan telahdiolah dan diolah dengan cara-cara ilmiah. Sebab sesungguhnya sejarahitu tetap merupakan kisah, tetap merupakan “narrative” (lihat Lemon,1995).Meskipun bahan-bahan yang lepas-lepas belum boleh disebutsejarah. Juga daftar angka tahun dengan pertelaan peristiwa dibelakangnya, belum boleh disebut sejarah melainkan baru berupakronik. Sejarah, barulah menjadi sejarah jika bahan-bahannya telahdirangkai-rangkaikan secara selaras oleh sejarawan menjadi suatu kisah.Kini nampak bahwa sejarawan menjadi suatu pengkisah, meskipunbahan-bahannya telah teruji secara ilmiah, namun penulisannyamenyangkut proses penafsiran oleh sejarawan. Oleh karena itulah dalambidang sejarah tidak bersifat eksak sebagimana matematika yang dapatmenerapkan rumus 2 x 2 4. Meskipun bahan-bahannya persis sama,dua orang sejarawan akan menuliskan dua kisah sejarah yang berbeda.Perbedaan itu bukanlah perbedaan dalam data atau sumber-sumbernya,melainkan perbedaan dalam penafsiran dan penyimpulan.Jika kita ingat pula bahwa sejarah meskipun disusun berdasarkanbahan-bahan yang telah diolah secara ilmiah, tetap menyangkutkeindahan bahwa karena dituliskan sebagai kisah, maka kita akancenderung kepada kesimpulan, bahwa sejarah juga merupakan suatuseni, tetapi seni semata-mata, juga tidak, karena seperti kita lihat, prosesBAB 19Pendahuluan

penelitian bahan-bahannya dilakukan secara ilmiah sungguh-sungguh.Dengan demikian tampaklah, bahwa pada daftar penelitian, sumbersumber sejarah bersifat ilmiah, pada taraf penafsiran dan penulisannyasejarah bersifat seni. Penilainnya tidaklah akan jauh dari kenyataan jikakita berkata, bahwa sejarah adalah suatu ilmu, tetapi juga suatu seni.Sebagai sebuah karya seni penulisan sejarah harus dilakukansedemikian rupa sehingga khalayak senang membacanya. Dalamhal itu kisah sejarah harus memenuhi syarat yang sama dengan kisahsastra. Oleh karena: “The prosess of historical recreation is not essentiallydifferent from that of the post or novelist, except that his imagination mustbe subordinated to the truth” (Notosusanto, 1971).Dalam posisi seperti tersebut di atas, sejarah bersifat relatif. Jikasifat relatif tak dapat dinyatakan pada sejarah sebagai kenyataan masalampau, maka dalam segi-segi tertentu/terbatas, sifat relatif dapatdinyatakan pada “sejarah sebagai catatan peristiwa-peristiwa” (history asrecord). Penjelasannya adalah sebagai berikut:1. Kenyataan-kenyataan sejarah hanya dapat kita ketahuisecara tidak langsung dari peninggalan-peninggalan yangditinggalkannya dalam bentuk dokumen-dokumen dansumber-sumber keterangan lainnya. Jadi apa yang kita ketahuiadalah bukan fakta-fakta itu sendiri, melainkan pengetahuanseseorang atau kesan seseorang tentang fakta-fakta itu yangdidasarkan bukan dari hal-hal yang sekecil-kecilnya darikenyataan itu tetapi atas dasar suatu jumlah yang terbatasdari fakta-fakta itu. Akan tetapi meskipun begitu, keadaankeadaan tersebut tidak menghalangi kita untuk mengetahuifakta-fakta itu dengan “kepastian” seperti dikatakan olehRanke “wie es eigentlich gewesen ist”; sejarah sebagai catatanperistiwa-peristiwa masa lalu tidak seluruhnya bersifat relatif,karena terdapat banyak fakta yang dapat diketahui secara pasti(absolut).2. Pengertian atau kemampuan kita untuk memahami kenyataanmasa lalu ditentukan atau dipengaruhi oleh pengetahuan kitatentang dunia di mana kita hidup (memandang masa lampaudengan melalui kacamata dari masa sekarang). MeskipunMetode Penelitian Sejarah10Dari Riset hingga Penulisan

begitu ini tidak berarti bahwa hakikat dari gambaran masalalu kita itu tidak berarti tidak benar, jadi gambaran masa laluitu pada hakikatnya adalah gambaran yang benar (meskipunsecara relatif ). Pencerminan dari masa lampau di dalam masasekarang berbeda dari abad ke abad, atau dari seseorangdengan orang lain dalam masa yang sama.3. Masa lampau dalam kenyataannya dipandang dari berbagaisudut kepentingan tertentu, yang berbeda dari generasi kegenerasi. Segi-segi/aspek-apsek sejarah yang menarik minatahli-ahli sejarah pada suatu masa mungkin tidak menarik bagiahli-ahli sejarah dari masa-masa lainnya.Berdasarkan penjelasan itu dapat dikatakan sebagai kenyataan darimasa lampau sejarah adalah bersifat absolut, te

metodologi sejarah baik dari pakar sejarah dari dalam maupun luar negeri. Dengan cara itu, maka buku ini baru bisa diterbitkan. . berkebudayaan Islam, dan semacamnya. 3. Akan tetapi fakta-fakta yang dihadapi oleh sejarah adalah cukup lu

Related Documents:

METODE PENELITIAN A. Penelitian Eksperimen Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Seperti yang dijelaskan dalam sugiyono (2010, hlm.11) bahwa metode penelitian eksperimen meruoakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment (perlakuan) tertentu. Adapun, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dapat dipilih sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai. Secara umum, metode yang digunakan dalam penelitian yaitu (a) metode deskriptif, (b) metode eksperimen, (c) metode historis, (d) metode pengembangan, (e) metode tindakan, dan (f) metode kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, artinya sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasa dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan .

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh . Penelitian ini dilaksakan pada semester II atau genap tahun pelajaran 2016/2017 yaitu pada pertengahan bulan mei. Waktu penelitian mengacu pada

35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, yang memiliki langkah-langkah yang

Penelitian Hukum Empiris 60 a. Pengertian 60 b. Karakteristik 62 SOAL LATIHAN 66 REFERENSI 66 . Universitas Pamulang S2 Ilmu Hukum . Objek Kajian 68 a. Penelitian Asas-Asas Hukum 68 b. Penelitian Sistematika Hukum 70 c. Penelitian Taraf Sinkronisasi Hukum 71 d. Penelitian Perbandingan Hukum 73 e. Penelitian Sejarah Hukum 75 f. .

BAB III DESAIN/PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian . Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Ciruas yang berlokasi di Jl. Nambo-Teras Bendung Km 2,5 Desa Pulo Ciruas 42182 Serang, Pulo, Kec. Ciruas, Kab.

Studies have shown veterinary surgeons do not feel they receive adequate training in small animal nutrition during veterinary school. In a 1996 survey among veterinarians in the United States, 70% said their nutrition education was inadequate. 3. In a 2013 survey in the UK, 50% of 134 veterinarians felt their nutrition education in veterinary school was insufficient and a further 34% said it .