BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan .

2y ago
49 Views
2 Downloads
1.26 MB
33 Pages
Last View : 4d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Josiah Pursley
Transcription

BAB IIKAJIAN PUSTAKA2.1 Kajian Teori2.1.1 Pendidikan Karakter2.1.1.1Pengertian Pendidikan KarakterSecara etimotologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character, yangberarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlah (AgusZaenul Fitri, 2012: 20). Menurut kamus psikolgi, karakter adalah kepribadian ditinjaudari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang dan biasanya berakitandengan sifat yang relatif tetap (Novar Ardi Wiyani, 2013: 25).Sedangkan secara terminologis, karakter dapat diartikan sebagai sifat manusiapada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Secara harfiahkarakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekertiindividu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individulain. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan,akhlak, budi perti yang membedakan seseorang dari orang lain, tabiat dan watak(Imas kuniasi dan Berlin sani 2017: 22). Dalam konteks pemikiran Islam, karakterberakaitan dengan iman dan ikhlas. Hal ini sejalan dengan ungkapan Aristoteles,bahwa karakter erat kaitanya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus-menerusdipraktikkan dan diamalkan (H.E Mulyasa, 2012: 3).Lebih jauh, istilah karakter yang kemukakan oleh pencetus pendidikankarakter pertama F.W. Foerster (Sutarjo Adisusilo, 2012: 77), karakter merupakan12

13sesuatu yang mengualifikasi seseorang pribadi. Karakter menjadi identitas, menjadiciri, menjadi sifat yang tetap, yang mengatasi pengalaman kontingen yang selaluberubah. Karakter adalah seperangkat nilai yang telah menjadi kebiasaan hidupsehingga menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantangmenyerah, jujur, sederhana, dan lain-lain. Pendidikan karakter merupakan pendidikanyang menekankan pada aspek nilai diharapkan akan lahir manusia yang memilikisensitivitas tinggi terhadap penegakan nilai-nilai kebenaran, keadilan, kemanusiaan,dan kemajuan yang merupakan nafas (ruh) dalam kehidupan manusia di bumi.Selanjutnya bapak pendidikan Indonesia Ki Hadjar Dewantara (Imas Kurniasidan Berlin Sani, 2017: 24) menyatakan, yang dinamakan “budipekerti” atau watakdalam bahasa asing disebut “karakter” yaitu “bulatnya jiwa manusia” sebagai jiwayang berasas “hukum kebatinan”. Orang yang memiliki kecerdasan budipekertisenantiasa memikir-mikirkan dan merasa-rasakan serta selalu memakai ukuran,timbangan, dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Itulah sebabnya orang dapat kitakenal wataknya dengan pasti, yaitu karena watak atau budipekerti itu memangbersifat tetap dan pasti. Hal ini sejalan dengan pendapat dari ahli pendidikan nilaiDarminyanti Zuchdi (Sutarjo Adisusilo, 2012: 77) memaknai watak (karakter)sebagai seperangkat sifat-sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan,kebijakan dan kematangan moral seseorang.Pengertian lain pendidikan karakter yang erat kaitanya dengan sekolah yangdikemukakan oleh Anni Lockword (Novan Ardi Wiyani, 2013: 26), pendidikankarakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematisbentuk perilaku dari siswa. Pendidikan karakter dihubungkan dengan setiap rencana

14sekolah, yang dirancang bersama lembaga masyarakat lain, untuk membentuk secaralangsung dan sistematis perilaku orang muda. Dengan demikian pelaksanaanpendidikan karakter merupakan bagian yang terintegrasi dengan manajemenpendidikan sekolah. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh RatnaMegawangi (Novan Ardy Wiyani, 2013: 26) pendidikan karakter merupakan sebuahusaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak danmempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikankonstribusi positif kepada masyarakat.Kemudian, dalam konteks kajian P3 (Novan Ardi Wiyani, 2013: 26),mendefinisikan pendidikan karakter dalam setting sekolah sebagai pembelajaran yangmengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yangdidasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Definisi inimengandung makna sebagai berikut:1) Pendidikan karakter adalah pendidikan yang teritergrasi dengan pembelajaranyang terjadi pada semua mata pelajaran.2) Pendidikan karakter diarahkan pada pengembangan perilaku anak secara utuh.Asumsi yang dikemukakan ialah anak merupakan manusia yang memiliki potensiuntuk dikuatkan dan dikembangkan.3) Penguatan dan pengembangan perilaku dalam pendidikan karakter didasari olehnilai yang dirujuk sekolah.Jadi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agarmemiliki kepribadian yang baik, bijak, jujur, sederhana, dan lain sebagainya serta

15dapat mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapatmemberikan konstribusi positif dalam kehidupan bermasyarakat.2.1.1.2Tujuan Pendidikan KarakterDalam buku panduan pelaksanaan pendidikan karakter (2011: 7) pendidikankarakter memiliki tujuan untuk mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakterbangsa yaitu pancasila, antara lain:1) Mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia berhati baik, berpikir baik,berperilaku baik.2) Membangun bangsa yang berkarakter pancasila3) Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, banggapada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.Menurut Kemendiknas (Agus Zaenul Fitri, 2012: 24), pendidikan karaktermemiliki tujuan, yaitu:1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan sejalan dengannilai-nilai universal dan trasdisi budaya bangsa yang religius.3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasipenerus bangsa.4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi manusia yang mandiri,keratif, dan berwawasan kebangsaan.

165) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yangaman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaanyang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).Pada dasarnya pendidikan karakter bertujuan untuk meningatkan potensisiswa melalui kegiatan pembiasaan yang diharapkan dapat menanamkan nilai-nilaikarakter yaitu berhati baik, berpikir baik, berperilaku baik yang bersifat permanen.2.1.1.3Ruang Lingkup Pendidikan KarakterDalam desain induk pendidikan karakter Kemendiknas (2010: 5-6) ruang lingkuppendidikan karakter meliputi dan berlangsung pada:1) Pendidikan FormalPendidikan karakter pada pendidikan formal dilaksanakan pada lembagapendidikan TK/RA, SD/MI, SMP/MTS, SMK, MAK dan perguruan tinggimelalui pembelajaran, kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler, penciptaanbudaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikan formaladalah peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan.2) Pendidikan NonformalPada pendidikan nonformal pendidikan karakter berlangsung pada lembagakursus, pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksraan, dan lembaga pendidikannonformal lain melalui pembelajaran, kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler,penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan. Sasaran pada pendidikannonformal adalah siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan.

173) Pendidikan InformalPendidikan karakter pada pendidikan informal lebih fokus pada keluarga yangdiajarkan oleh orangtua dan orang dewasa lain terhadap anak-anak yang menjaditanggung jawabnya.Ruang lingkup pendidikan karakter yang terdapat dalam panduan pelaksanaanpendidikan karakter (2011: 9-10), proses penanamana pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencangkup seluruh potensi setiap individuyaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam melakukan interaksi sosiokulturaldilakukan dalam keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat. Totalitas psikologisdan sosiokultural dapat dikelompokan sebagaimana yang digambar dalam bagan 2.1dibawah ini:Bagan 2.1: Konfigurasi Pendidikan KarakterSumber: Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Kemendiknas (2011)Berdasarkan bagan 2.1, perilaku seseorang yang berkarakter merupakanhasil dari fungsi totalitas psikologis (kognitif, afektif, dan prikomotor) serta fungsitotalitas sosiokultural (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) danberlangsung sepanjang hayat. Proses penanaman pendidikan karakter dalam konteks

18totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dapat dikelompokkan dalam: (1) olahhati, (2) olah pikir, (3) olah raga/kinestetik dan (4) olah rasa dan karsa, prosestersebut saling berkaitan dan memiliki nilai-nilai yang dapat dilihat dalam bagantersebut.2.1.1.4 Nilai-Nilai Pendidikan KarakterBerikut adalah lima nilai utama dalam penguatan pendidikan karakter (PPK):1. ReligiusSikap religius merupakan sikap yang mencerminkan keimanan terhadap Tuhanyang diwujudkan melalui perilaku melaksanakan ajaran agama yang dianut,menghargai perbedaan agama dan kepercayaan lain, serta hidup rukun dan damaidengan pemeluk agama lain. nilai karakter religius meliputi tiga dimensi relasi,yaitu hubungan antara individu dengan Tuhan, individu dengan sesama, danindividu dengan lingkungan.Subnilai religius yaitu cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama, teguhpendidiran, percaya diri, kerjasama lintas agama, anti-bully dan kekerasan,persahabatan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih.2. NasionalisMerupakan sikap yang menunjukan kesetiaan, keperdulian dan penghargaanterhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa,serta menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan diri dan kelompok.Subnilai nasionalis yaitu apresiasi budaya bangsa, rela berkorban, unggul danberprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, dan disiplin.

193. MandiriMerupakan sikap tidak bergantung pada orang lain dan memanfaatkan tenaga,pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi, dan cita-cita.Subnilai kemandirian yaitu etos kerja (kerja keras), tangguh, memiliki daya juang,profesional, kreatif, berani, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.4. Gotong RoyoMerupakan sikap yang mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja samadan bahu-membahu menyelesaikan masalah bersama, senang bergaul, danbersahabat dengan orang lain, serta memberi bantuan pada mereka yang miskin,tersingkir, dan membutuhkan pertolongan.Subnilai gotong royo yaitu menghargai, kerja sama, inklusif, komitmen ataskeputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong-menolong, solidaritas, empati,kerelawanan.5. IntegritasMerupakan perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan diri agar selaludapat dipercaya, serta memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilaikemanusiaan dan moral (integritas moral). Karakter integritas meliputi sikaptanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial,bertindak dan berucap dengan didasarkan pada kebenaran.Subnilai integritas yaitu kejujuran, cinta kebenaran, setia, komitmen moral,antikorupsi, adil, tanggung jawab, dan teladan.

202.1.1.5 Implementasi Pendidikan KarakterMenurut Dyah Sriwilujeng (2017:12-17) menyatakan bahwa pelaksanaanpenguatan pendidikan karakter (PPK) dilakukan melalui harmonisasi olah hati (etik),olah rasa (estetik), olah pikir (literasi) dan olah raga (kinestetik), yang secara utuhdapat dilakukan sebagai berikut:1. Terdapat dalam Kompetensi Inti (KI) Dan Kompetensi Dasar (KD) Setiap MataPelajaranSecara utuh, pelaksanaan penguatan pendidikan karakter dapat dilakukanmelalui pemenuhan kompetensi inti (KI) yang mencakup sikap spiritual, sikapsosial, pengetahuan, keterampilan, serta kompetensi dasar (KD) dari tiap matapelajaran berjalan secara sinergis bersama program penguatan pendidikankarakter. penguatan pendidikan karakter (PPK) dilaksanakan melalui kerja samaantara sekolah, keluarga, dan masyarakat yang memberikan dukungan publik. Intipenanaman nolai karakter terakomodasi dalam kurikulum Nasional melaluiPermendikbud dan tertuang dalam kompetensi inti (KI) dan komptensi dasar(KD).2. Penggunaan Berbagai ahsatuinovasipembelajaran perlu diterapkan melalui berbagai strategi, khususnya di setiaptingkat kelas disekolah melalui hal tersebut, diharapkan agar tujuan pembelajaranyang mengarah pada pembentukan karakter dapat tercapai. Pembelajaran tersebutharus mencangkup pembentukan bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlahmulia, bermoral, bertoleran, bergotong royo, berjiwa patriotik, berkembangnya

21dinamis, serta berorientasi ilmu dan teknologi, yang dijiwai oleh nilai iman dantakwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.Startegi pembelajaran berkarakter di sekolah harus disusun denganmengacu pada beberapa komponen, yaitu kegiatan pembelajaran, pengembanganbudaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler dan/atauekstrakurikuler, serta kegiatan keseharian belajar di rumah dan di masyarakat.Sebagai contoh, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatankontekstual sebagai konsepnya. Pendekatan ini dapat membantu guru dan siswamembuat kaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi nyata, sehingga idenganimplementasinya dalam kehidupan. Dengan begitu, siswa dapat memperoleh hasilyang komprehensif, tidak hanya pada tataran kognitif (olah piker), tetapi jugapada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa), serta psikomotorik (olah raga).Lebih eksplisit implementasi pendidikan karakter menurut Novan Ardy Wiyani (201:83-106), dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:1. Manajemen sekolah yang berkarakterSekolah sebagai sebuah organisasi memiliki aktivitas-aktivitas pekerjaantertentu untuk mencapai suatu tujuan. Salah satu aktivitas tersebut adalahmanagemen. Dalam konteks dunia pendidikan, yang dimaksud denganmanajemen pendidikan sekolah adalah suatu proses perencanaan, dan evaluasipendidikan dalam upaya menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, misi dantujuan pendidikan itu sendiri.

22Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan karakter jugaterdiri dari unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melaluibidang-bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Unsur-unsurpendidikan karakter yang direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikantersebutantara lain:(1) Nilai karakter kompetensi lulus(2) Muatan kurikulum nilai-nilai karakter(3) Nilai-nilai karakter dalam pembelajaran(4) Nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan(5) Nilai-nilai karakter pembinaan kepersertadidikan.Sekolah diharapkan mampu melakukan perencanaan, melaksanakan kegiatan,dan evaluasi terhadap tiap-tiap komponen pendidikan yang didalamnya memuat nilainilai karakter secara terintegrasi (terpadu).2. Integrasi pendidikan karakter dalam proses pembelajaranImplementasi pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam prosespembelajaranadalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaranakan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkahlaku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsungdi dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Mata pelajaran yangsecara langsung (eksplisit) dalam pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia,yaitu pendidikan agama dan PKn. Pada mata pelajaran selain pendidikan agamadan PKn juga harus menginternalisasikan nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-

23hari melalui proses pembelajaran dan tahap perencanaan, pelaksanaan, danpenilaian.3. Pengembangan Budaya Sekolah Berbasis Pendidikan KarakterBudaya sekolah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh terhadapperkembangan peserta didik. Suasana sekolah yang penuh kedisiplinan, kejujuran,kasih sayang akan menghasilkan karakter yang baik. Sama halnya dengan parapendidik, mereka akan mengajar dalam suasana damai sehingga mendorongpeningkatan mutu pembelajaran. Sebuat temuan penting lainya adalah bila siswamemiliki karakter baik, akan berpengaruh langsung terhadap prestasi akademikyang tinggi.Oleh karena itu, langkah pertama dalam mengaplikasikan pendidikankarakter di sekolah adalah menciptakan suasana atau iklim sekolah yangberkarakter sehingga membantu transformasi pendidik, siswa, dan tenagakependidikan menjadi warga sekolah yang berkarakter.4. Integrasi Melalui kegiatan EktrakurikulerMenurut Agus Zaenul Fitri (2012: 45) Kegiatan ekstrakurikuler dapatperperan dalam pendidikan karakter yang dilakukan melalui:1) Pramuka, melalui kegiatan pramuka siswa dapat dilatih dan dibina untukmengembangkan diri dan meningkatkan hampir semua karakter. misalnyamelatih untuk disiplin, jujur, menghargai waktu, tenggang rasa, baik hati,tertib, penuh perhatian, tanggung jawab, pemaaf, perduli, cermat, dan lainlain. Pramuka menjadi salah satu kegiatan untuk melatih siswa untuk mandiridan bertanggung jawab.

242) Palang Merah Remaja, kegiatan ini dapat menumbuhkan rasa keperduliankepada sesama apabila ada korban kecelakaan di jalan raya karena tertimpasuasana musibah. Selain itu, melatih kecakapan sosial dan jiwa sosial kepadasesama3) Olahraga, mengajarkan nilai sportivitas dalam bermain. Menang atau kalahbukanlah menjadi hal yang utama melainkan nilai kerja keras dan semangatjuang yang tinggi serta kebersamaan dapat dibentuk melalui kegiatan ini.4) Karya wisata, merupakan pembelajaran di luar kelas yang langsung melihatrealitas sebagai bahan pengayaan peserta didik dalam pembelajaran melaluikunjungan ke tempat tertentu, serta kegiatan ekstrakurikuler lain yang dapatmembantu pembentukan karakter baik bagi siswa.Agar kegiatan ekstrakurikuler itu benar-benar terarah bagi pembentukankarakter, perlu dibuatkan desain pembelajaran. Mulai dari perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan, sampai evaluasi kegiatan.2.1.2 Internalisai2.1.2.1Pengertian InternalisasiRobert (Erni Marlina, 2016), menyatakan bahwa internalisasi sebagaimenyatunya nilai dalam diri seseorang, atau dalam bahasa psikologi adalahpenyesuaian keyakinan, nilai, sikap, praktek, dan aturan-aturan baku pada diriseseorang. Dalam pengertian ini mengisyaratkan bahwa pemahaman nilai harus dapatdipraktikkan dan berimplikasi pada sikap. Internalisasi akan bersifat permanen dalamdiri seseorang. hal ini serupa dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wuryandani,

25Maftu dan Budiyansyah (2014) yang menyatakan bahwa internalisasi merupakansuatu proses yang berlangsung secara terus menerus dan diharapkan akan memilikidampak masuknya sebuah nilai ke dalam diri seseorang. Nilai yang masuk melaluiproses internalisasi di harapkan akan mampu menjadi pedoman bagi individu dalamberperilaku.Pendapat lain tentang Internalisasi menurut Amirulloh (2015: 101) merupakanupaya memasukan pengetahuan (knowing)dan keterampilan melaksanakanpengetahuan (doing) ke dalam diri seseorang sehingga pengetahuan itu menjadikepribadianya (being) dalam kehidupan sehari-hari. Pengertian ini sebagaimanadijelaskan oleh Ahmad Tafsir (Amirulloh, 2015: 101), bahwa pengetahuan (baik itukonsep netral maupun konsep yang mengandung nilai ataupun konsep berupa nilai)adalah sesuatu yang diketahui. Pengetahuan masih berada di otak, di kepala,katakanlan masih berada di pikiran, itu masih berada di daerah luar (extern),keterampilan melaksanakan (doing juga itu ke dalam pribadi, itulah yang kita sebutsebagai upaya internalisasi atau personalisasi. Internalisasi karena memasukkan daridaerah extern ke intern, Personalisasi karena upaya itu berupa usaha menjadikanpengetahuan dan keterampilan itu menyatu dengan pribadi (person).Berdasarkan pengertian di atas, internalisasi merupakan suatu proses yangdilakukan secara terus menerus dalam memasukan pengetahuan berupa nilai,keyakinan, dan aturan-aturan serta bagaimana pengetahuan tersebut dapatdipraktikkan dan akan berimplikasi pada sikap, sikap tersebut bersifat permanendalam diri seseorang.

262.1.2.2 Tahap-Tahap InternalisasiDalam menginternalisasi suatu nilai yang diharapkan berdampak pada sikapsiswa secara permanen, maka menurut Muhaimin, Abd. Ghofir, dan Nur Ali (2012:301), kegiatan intenalisasi dilakukan melalui tiga tahap yaitu:1. Tahap Transformasi NilaiPada tahap transformasi nilai, guru melakukan komunikasi seacar verbal denganmenginfomasikan tentang nilai-nilai yang baik dan kurang baik kepada siswa.2. Tahap Transaksi NilaiTahap ini merupakan tahap pendidikan nilai yang dilakukan melalui kegiatankomunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dengan guru yang bersifatinteraksi timbal balik. Jika pada tahap transformasi, komunikasi masih dalambentuk satu arah, yaitu guru yang aktif. Tetapi pada tahap trasaksi ini guru tidakhanya menyampaikan informasi tentang nilai baik dan buruk, tetapi juga gurumemberikan contoh kepada siswa, dan meminta siswa memberikan respondengan menerima dan mengamalkan nilai tersebut.3. Tahap TraninternalisasiTahap traninternalisasi merupakan tahap yang jauh lebih dalam bukan hanyatransaksi. Pada tahap ini penampilan guru di hadapan siswa bukan lagi sosokfisiknya, melainkan bagaimana sikap (kepribadian) yang dilakukan oleh gurutersebut. Demikian pula siswa memberikan respon terhadap guru bukan hanyadari gerakan atau penampilan fisik saja, melainkan sikap mental dankepribadianya. Jadi, pada traninternalsisasi komunikasi dan kepribadian masingmasing terlibat secara aktif.

27Proses transninternalisasi dimulai dari yang sederhana sampai dengan yangkompleks, yaitu: (1) menyimak, merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswauntuk bersedia menerima adanya stimulus berupa nilai-nilai baru yang dikembangkandalam sikap afektif, (2) menanggapi, merupakan kegiatan siswa untuk memberikanrespon terhadap nilai-nilai yang ia terima sampai pada tahap siswa memiliki kepuasanuntuk memberikan respon terhadap nilai tersebut, (3) memberi nilai, yaitu siswamampu memberikan makna baru terhadap nilai-nilai yang muncul dengan kriterianilai-nilai yang diyakini kebenarannya, (4) mengorganisasi nilai, merupakan suatuaktivitas yang dilakukan oleh siswa untuk mengatur sistem nilai yang ia yakinisebagai kebenaran dalam laku kepribadianya sendir, sehingga ia memiliki satu sistemnilai yang berbeda dengan orang lain, dan (5) karakteristik nilai, merupakan aktivitasyang dilakukan oleh siswa dengan membiasakan diri menerapkan nilai-nilai yangbenar, sehingga nilai tersebut tidak dapat dipisahkan dalam kehidupanya. Nilai yangsudah mempribadi inilah yang kemudian dalam islam disebut dengan kepercayaanyang istiqomah, yang sulit tergoyahkan oleh situasi apapun.2.1.3Gerakan Literasi Sekolah2.1.3.1Pengertian LiterasiLiterasi dalam konteks gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan kemampuanmengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagaiaktifitas yaitu, membaca, mengamati, menyimak, menulis dan berbicara (panduaGerakan Literasi Sekolah, Dirjen Dikdasmen 2016: 3). Hal ini sependapat denganpengertian literasi yang dikemukakan oleh Aan Subhan Pemungkas bahwa literasi

28merupakan kemampuan membaca, memahami teks, grafik, tabel, dan diagram dalamberbagai konteks. Serta Menurut Ana Nurhasana, kemampuan literasi adalahkemampuan mayaring dan mengelola informasi sehingga informasi tersebut dapatbermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain (Hamdan Husain Batubara dan DessyNoor Arini, 2018: 16).Literasi dapat dijadikan sebagai basis pengembangan pembelajaran efektif danproduktif yang dapat memungkinkan siswa menjadi terampil dalam mencari danmengolah informasi yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan berbasis ilmupengetahuan (Suyono, Titik Harsiati dan Ika Sari Wulandari, 2017: 117).Berdasarkan beberapa pendapat di atas, jadi literasi merupakan kegiatanmembaca, menyimak, menulis dan berbicara untuk menjadikan siswa terampil dalammencari dan mengolah informasi yang sangat dibutuhkan oleh dirinya sendiri danmembantu orang lain.2.1.3.2Pengertian Gerakan Literasi Sekolah (GLS)Gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan satu usaha atau kegiatan yangbersifat partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah (siswa, guru, kepalasekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/ walimurid siswa), akademisi, penerbit media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yangdapat memberikan keteladanan, dunia usaha, dan lain sebagainya), serta pemangkukepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan MenengahKementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah,Dirjen Dikdasmen 2016: 7-8).

29Gerakan literasi sekolah merupakan gerakan sosial yang dibuat olehpemerintah untuk meningkatkan minat baca siswa dengan melakukan pembiasaanmembaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum pembelajaran dimulai (gurumembacakan buku dan warga sekolah membaca dalam hati, yang di sesuaikandengan konteks atau target sekolah. Ketika pembiasaan membaca siswa telahterbentuk, selanjutnya akan di arahkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran(Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, Dirjen Dikdasmen 2016: 7-8).Pelaksanaan gerakan literasi sekolah dibuat dalam bentuk terjadwal padaperiode tertentu, dilakukan asesmen agar dampak keberadaan GLS dapat diketahuidan terus menerus dikembangkan. Program GLS diharapkan mampu menggerakanwarga sekolah, pemangku kepentingan dan masyarakat untuk bersama-samamemiliki, melaksanakan, dan menjadikan gerakan ini sebagai bagian penting dalamkehidupan. Jadi, gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan kegiatan meningkatkanminat baca siswa melalui tiga tahap yaitu pembiasaan yang dilakukan denganmembiasakan membaca buku 15 menit sebelum pembelajaran dimulai, selanjutnyadiarahkan pada tahap pengembangan dan pembelajaran dengan melibatkan wargasekolah, pemangku kepentingan dan masyarakat.2.1.3.3Tujuan Gerakan Literasi SekolahTujuan pendidikan karakter dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan umumdan tujuan khusus (Kemendikbud, Panduan Gerakan Literasi Sekolah 2016: 2)sebagai berikut:

301. Tujuan UmumMelalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah, diharapkan dapatmenumbuhkembangkan budi pekerti siswa yang diwujudkan melalui gerakanliterasi sekolah (GLS) agar siswa dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat.2. Tujuan Khusus1) Meningkatkan budaya literasi di lingkungan sekolah.2) Mengembangkan kapasitas lingkungan sekolah dan warga sekolah agar literet\3) Membuat lingkungan sekolah menjadi taman belajar yang menyenangkan danramah anak agar warga sekolah mampu meningkatkan pengetahuan.4) Menghadirkan buku bacaan yang merik perhatian siswa untuk keberlanjutanbudaya membaca serta mewadahi berbagai strategi membacaTujuan gerakan literasi sekolah (GLS) pada dasarnya adalah membudayakanatau meningkatkan minat baca siswa yang dilakukan dengan berbagai kegiatan mulaidari membiasakan membaca buku cerita untuk menarik perhatian siswa, meciptakanlingkungan yang literet serta menghadirkan buku-buku bacaan yang dapat menarikperhatian siswa.2.1.3.4Ruang Lingkup Gerakan Literasi SekolahRuang lingkup utama dalam GLS dalam panduan Gerakan Literasi Sekolah diSekolah Dasar (Kemendikbud, 2016: 3) antara lain:1) Lingkungan fisik sekolah antara lain terdapat fasilitas dan sarana prasaranaliterasi yang memadai.2) Lingkungan sosial dan afektif yaitu partisipasi aktif dari seluruh warga sekolah.

313) Lingkungan akademik, yaitu kegiatan yang dapat menumbuhkan minat bacasiswa serta membantu dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar.Ruang lingkup GLS yang paling penting adalah lingkungan fisik dari sekolahitu sendiri, mulai dari fasilitas yang tersedia dalam sekolah serta sarana dan prasaranapenunjang literasi. Ketersediaan fasilitas dan sarana prasarana yang menarik sertaramah anak dapat menarik perhatian siswa dalam melakukan kegiatan literasi sertadapat meningkatkan minat baca siswa. Kemudian lingkungan sosial siswa harus turutserta dalam meningkatkan minat baca siswa, dimana seluruh warga sekolah harusterlibat langsung dalan GLS untuk memberikan contoh kepada siswa. Dan yangterakhir adalah lingkungan akademik, pemberian nilai secara akademik atau nonakademik akan sangat membantu siswa dalam meningkatkan minat baca.2.1.3.5Target Pencapaian Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SDDalam panduan gerakan literasi sekolah (GLS) (Kemendikbud, 2016: 3),Menciptakan atau membuat ekosistem pendidikan yang literet dapat dilakukandengan membuat lingkungan yang nyaman seperti:1) Kegiatan yang menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan semangat belajarpada siswa atau warga sekolah2) Seluruh siswa atau warga sekolah dapat menunjukan rasa empati, perduli sertasaling menghargai antara sesama.3) Dapat menumbuhkan kemampuan berkomunikasi serta memberikan konstribusikepada lingkungan di sekitarnya.4) Mengakomodasi partisipasi siswa atau seluruh warga sekolah dan lingkunganekstrenal Sekolah Dasar.

32Jadi, target pencapaian pelaksanaan gerakan literasi sekolah (GLS) di SDyaitu memberikan kenyamanan dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan,melatih siswa dalam berkomunikasi dengan teman sebaya, guru dan lingkungansosialnya untuk menarik perhatian siswa agar dalam diri siswa muncul keinginanuntuk membaca buku.2.1.3.6Implementasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS)Melalui pertimbangan tentang kesiapan sekolah program GLS dilaksanakandengan tiga tahap utama. Kesiapan sekolah antara lain, kesiapan kapasitas sekolahmeliputi ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi, kesiapanwarga sekolah, serta kesiapan sistem pendukung lainnya meliputi partisipasi publik,dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relavan (kementrianPendidikan dan Kebudayaan, 2016)Agar memastikan keberlangsungan gerakan literasi sekolah (GLS) dalamjangka waktu yang panjang. gerakan literasi sekolah (GLS) dilakukan denganbeberapa tahap yaitu tahap pembiasaan, tahap pengembangan dan tahappembelajaran:1. Tahap PembiasaanKegiatan pelaksanaan pembiasan Gerakan Literasi pada tahap ini bertujuanuntuk menumbuhkan minat baca siswa terhadap bacaan dan terhadap kegiatanmembaca.1) Prinsip-Prinsip Kegiatan Literasi Pada Tahap Pembiasaan(1) Buku bacaan merupakan buku bacaan seperti buku cerita atau dongeng bukanbuku teks pembelajaran

33(2) Buku bacaan adalah buku yang diminati atau disukai oleh siswa, dan siswadapat membaca buku bacaan kesukaanya dar rumah(3) Dalam kegiatan membaca buku bacaan, dapat diikuti de

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan Karakter 2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter Secara etimotologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlah (Agus

Related Documents:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Gaya Hidup 2.1.1.1 Definisi Gaya Hidup Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2016:187) "A lifestyle is a person pattern of life as expressed in activities, interests, and opinions. It portrays the whole person interacting with his or her environment." .

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORETIK Bab ini membahas kajian teori yang bisa memotret fenomena penelitian, meliputi kajian tentang Komunikasi sebagai Interaksi Sosial, Komunikasi sebagai . penyandang autism dalam keran

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran SBDP . etika dan estetika, dan multikultural berarti seni bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhada

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa tulisan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur seperti tesis, . teori manajemen, dan teori analisis SWOT. Perbedaan penelitian tersebut di atas adalah perbedaaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL. PENELITIAN . 2.1 Tinjauan Pustaka. Tinjauan pustaka adalah kajian mengenai penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi permasalahan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian terhadap penelitiapenelitian sebelumnya diharapkan memberikan wawasan agar n-

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

1.2 Permasalah Kajian 4 1.3 Kajian Terdahulu 8 1.4 Skop Kajian 21 1.5 Objektif Kajian 21 1.6 Kepentingan Kajian 22 1.7 Metodologi Kajian 26 1.7.1 Sumber-Sumber Primer 27 1.7.2 Sumber-Sumber Sekunder 28 1.7.3 Metode Analisis Data 28 1.8 Huraian Istilah Tajuk Kajian 29 .

Advanced Higher Accounting Course code: C800 77 Course assessment code: X800 77 SCQF: level 7 (32 SCQF credit points) Valid from: session 2019–20 This document provides detailed information about the course and course assessment to ensure consistent and transparent assessment year on year. It describes the structure of the course and the course assessment in terms of the skills, knowledge .