BAB II STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN - Repo Unpas

3y ago
19 Views
2 Downloads
1.13 MB
20 Pages
Last View : 15d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Esmeralda Toy
Transcription

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1Struktur KomunitasKomunitas merupakan kumpulan populasivyang terdiri dari berbagai spesiesyang menempati suatu daerah tertentu. Menurut Odum (1994), komunitasdiklasifikasikan dengan melihat bentuk atau sifat struktur utamanya seperti spesiesyang dominan, bentuk atau indikator hidup, habitat fisik dari komunitas dan sifatmaupun tanda-tanda fungsional.Komunitas dapat dikaji berdasarkan klasifikasi sifat strukturall (strukturkomunitas). Struktur komunitas dipelajari melalui beberapa cara yaitu ukuran,komposisi, dan keanekaragaman spesies. Struktur komunitas juga berkaitan eratdengan kondisi habitat. Perubahan pada habitat dapat mempengaruhi tingkatspesies sebagai komponen terkecil penyusunan populasi yang membentukkomunitas. Berdasarkan pendapat tersebut, dijelaskan bahwa komunitas merupakankesatuan dinamik dari hubungan fungsional yang saling mempengaruhi diantaranyapopulasi, dimana komunitas berperan pada posisinya masing-masing dan menyebardalam ruang serta tipe habitatnya (Odum, 1994)Keberadaan keanekaragam jenis organismeeyang hidup dengan caraberaturan, tidak tersebar begitu saja tanpa adanya saling ketergantungan (interaksi),dapatedikaji pada tingkat komunias sehingga pada konsep komunitas menjadisangat penting dalam mempelajari ekologi. Menurut Dharmawan et al. (2005),kajian komunuias dilakukan untuk mengetahui keseimbangan yang tergambar8

9didalam struktur dan komposisi populasi penyusunnya. Kajian komunitas jugabertujuan untuk mengetahui pola sebaran komunitas dan perubahannya dipakaisebagai hasil interaksi semua komponen yang bekerja dalam komunitas tersebut.Komunitas dan komponen penyusunnya adalah sebuah organisasi kehidupanyang masing-masing memiliki dinamika sendiri disebut struktur komunitas (Satino,2011). Menurut Husamah, (2015), Struktur komunitas adalah suatu konsep yangmempelajari susunan atau komposisi spesies dan kelimpahan dalam suatukomunitas. Komunitas mempunyai struktur dan pola tertentu terhadapkeanekaragaman, kemerataan, dan dominansi dengan ciri yang unik pada suatukommunitas. Analisa mengenai kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan, dandominansi dari suatu komunitas, serta keseimbangan jumlah tiap spesiesnya.2.1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan komunitasStruktur dalam komunitas dapat berubah dikarenakan sebagian besar dapatdiganti dalam ruang dan waktu tertentu. Meskipun secara fungsi komunitas hampirserupa tetapi memiliki komposisi jenis yang berbeda. Komposisi komunitasmerupakan jenis dan jumlah individu penyusun komunitas disuatu tempat. Strukturkomunitas memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh setiap jeniskomponen penyusunnya.Penyebaran jenis dan populasi komunitas ditentukan oleh beberapaafaktorseperti sifat fisik, kimia dan biologi perairan. Sifat fisik perairan seperti kecepatanarus, kekeruhanaatau kecerahan, pasang surut, kedalaman, substratadasar dan suhu.Sifat kimia seperti kandungan oksigen, karbondioksidaaterlarut, pH, bahan organik,dan kandungan hara yang dapat mempengaruhi hewan tersebut. Sifat-sifat fisika

10dan kimia secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh bagikehidupan. Perubahan kondisi fisika-kimia suatu perairan kemungkinan akanberdampak buruk dan merugikan terhadap populasi yang hidup di ekosistemtersebut (Juwita, 2017).2.1.2 Parameter Struktur KomunitasTerdapat lima karakteristik komunitas pada umumnya yang diukur dan dikajiyaitu bentuk struktur pertumbuhan, dominansi, kelimpahan relaitf, struktur trofikdan keanekaragaman atau diversitas jenis (Wijayanti, 2011). Menutut Leksono(2007), bahwa membatasi parameter komunitas bersifat kuantitatif seperti kekayaanjenis, keanekaragaman dan kelimpahan relatif. Pengamatan struktur komunitasperlu dilakukan sebelum mempelajari berbagai hubungan komunitas denganlingkungan. Hal-hal yang perlu dipahami ketika mengkaji struktur komunitas, yaitujenis makhluk hidup penyusun, densitas (kepadatan), dan keanekaragaman jenis(Satino, 2011). Berikut ini uraian secara lebih rinci tentang parameter strukturkomunitas.2.1.2.1 Keanekaragaman JenisKeanekaragaman merupakan suatu keragaman diantara anggota-anggotayang ada didalam kelompok. Dilanjutkan McNaughthon & Wolf (1998),Keanekaragaman dalam konsep ekologi tertuju pada keanekaragaman jenis.Keanekaragaman Jenis adalah suatu karakteristik atau ciri tingkatan komunitas(Barbour et al., 1999), berdasarkan organisasi biologisnya dan dapat digunakanuntuk menyatakan struktur komunitas (Soegianto, 1994). Lebih lanjut McNaughton& Wolf (1998) menjelaskan bahwa pengukuran keanekaragaman jenis melalui

11jumlah jenis dalam komunitas dan kelimpahan relatifnya. Keanekaragaman jenisberdasar asumsi bahwa populasi dari jenis-jenis yang secara bersama-samaterbentuk, berinteraksi antara satu dengan lainnya dalam lingkungan danganberbagai cara menunjukkan jumlah jenis yang ada serta kelimpahan relatifnya.Keanekaragaman jenis terdiri atas dua komponen yaitu jenis yang ada,umumnya mengarah ke kekayaan (richness) dan kelimpahan relatif jenis yangmengarahkan ke kesamaan atau kemerataan (eveness dan equitability)(McNaughton &Wolf, 1998). Dilanjut Odum (1994) menjelaskan bahwa duakomponen tersebut dapat memberi reaksi berbeda-beda terhadap faktor geografi,perkembangan atau fisik.2.1.2.1.1 Indeks Shannon-Wiener (H’)Menurut Odum (1994) indeks Shannon-Wiener (H’) banyak digunakan danmerupakan tiruan dari rumus teori informasi yang mengandung faktorial sukardihitung, menggabungkan komponen keanekaragaman (vaiety) dan komponenkemerataan atau kesamaan (eveness/E) sebagai suatu indeks keanekaragaman(overall indekx of diversity). Indeks ini merupakan satu indeks terbaik untukmembuat perbandingan dimana dengan tidak memisahkan komponen-komponenkeanekaragaman.Data kelimpahan diambil secara acak dari setiap komunitas ggunakankeanekaragaman Shanon-Wiener (H’) (Soegianto, 1994).Adapun rumus indeks Shannon-Wiener (H’) menurut Krebs (1989) adalah𝑯′ πšΊπ’‘π’Š π₯𝐧 π’‘π’Šindeks

12Dimana pi ni/N adalah perbandingan antara jumlah jenis ke I dengan jumlahtotal individu (Ludwing & Reynolds, 1998). Kriteria nilai indeks keanekaragamanjenis berdasarkan Shannon-Wiener (H’) sebagai berikut:a. H’ 3 menunjukkan keanekaragamn tinggib. 1 H’ 3 menunjukkan keanekargaman sedangc. H’ 1 menunjukkan keanekaragaman rendah (Barbour et al., 1987)Nilai indeks Shannon Wiener (H’) umumnya bernilai antara 1,5 – 3,5 danjarang sekali mencapai nilai 4,5. Semakin besar H’ sebuah komunitas maka akansemakin tinggi kelimpahan relative komunitas tersebut. Sementara menurut Ludwig& Reynolds (1998), bahwa H’ 0 terjadi jika hanya terdapat satu jenis dalam satusampel dan jika nilai H’ maksimal maka jumlah individu yang sama pada semuajenisnya menunjukkan kelimpahan terdistribusi secara sempurna.Suatu komunitas memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi jika tersusunoleh banyak jenis dengan kelimpahan hampir sama. Sebaliknya jikaakomunitashanya memiliki sedikit jenis, dan hanya beberapa yang dominan, makakeanekaragaman jenis dikategorikan rendah (Soegianto, 1994).2.1.2.2 Indeks Kemerataan atau Eveness (E)Menurut Magurran (1988), meskipun Shanon-Weiner telah melampirkaneveness didalam perhitungan, namun eveness dapat dihitung secara terpisahmenggunakan nilai Hmax (maximum diversity). Rumus eveness adalah,𝑬 Keterangann:S jumlahhtotal jenis𝑯′𝑯′ π‘―π’Žπ’‚π’™ 𝑳𝒏 𝑺

13H’ nilai indekssShannon-WeinerRumus ini hampir sama dengan rumus J’ oleh Pielou (1997), dimana H’relatif lebih cepat diperoleh nilai maksimum; bahwa H’ diperoleh ketika semuajenis dalam sampel tanpa kesalahan walaupun dengan satu individu per jenis (yaituln S). Peet (1974) menunjukkan bahwa J’ dipengaruhi kekuatan dari jenis kekayaanjenis.Nilai indeks kemerataan atau Eveness (E) berkisar antara nilai 0 sampai 1(Magurrann, 1988). Krebs (1989) mengkategorikan kisaran indeks ini yaitu apabilaEe e1 tergolong kemerataann jenis tinggi; 0,4e Ee 0,6e berarti kemerataan jenissedang dan Ee e0,4 yang berarti kemerataan jenis rendah.2.1.2.3 Indeks DominansiKomunitas dalam kondisi alam diatur oleh faktor abiotik seperti kelembaban,suhu, dan faktor biologi. Suatu komunitas secara biologi dapat terkendali olehadanya jenis tunggal atau kelompok jenis dominan. Tingginya dominansimenunjukkan rendahnya keanekaragaman (Odum, 1998).Menururt Suheryanto (2008), suatu kondisieyang beragam, satu jenis tidakdapat menjadi lebih dominan dari yang lainnya, sedangkan apabila satuuatau duajenis mencapai kepadatan yang lebih besar dibandingkan dengan lainnya makakomunitas itu memiliki kondisi yang kurang beragam. Dominasi adalahperbandingan jumlah individu dalam suatu jenis dengan jumlah total individuseluruh jenis.Menurut Odum (1993) menyatakan bahwa untuk mengetahui indeksdominansi (D) dengan rumus:

14𝐷 (𝑛𝑖(𝑛𝑖 1)(𝑁(𝑁 1)Keterangan :D: indeks dominansini: nilai kepentingan untuk setiap jenis (jumlah individu spesies ke-i)N: nilai kepentingan total (jumlah semua tiap spesies)Melihat dari kualitas perairan dengan keragaman jenis yang tinggi, makakisaran nilainya adalah D 0, maka tidak terdapat spesies yang mendominansispesies lainnya atau struktur komunitas dalam keadaan stabil. Tetapi jika D 1,maka terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya atau struktur komunitaslabil, karena tejadi tekanan ekologis atau stress.2.2Struktur Komunitas Makroinvertebrata2.2.1 MakroinvertebrataMakroinvertebrata adalah hewan tidak bertulang belakang yang hidup didasar air laut atau sungai yang menempel pada air maupun lumpur (Widiyanto,2016). Menurut Michael (1995) makroinvertebrata merupakan organisme akuatikyang hidup di atas atau di dalam substrat, atau dasar sungai, dan cukup besar untukdilihat dengan mata telanjang.Berdasarkan ukurannya makroinvertebrata dimulai dari specimen yangberukuran 0,1 mm, sedangkan hewan yang berumur dewasa sekitar 3-5 cm(Whitton, 1975). Makroinvertebrata perairan menurut Mardiani (2012) mempunyaisifat-sifat sebagai berikut:

15a.Peka terhadap perubahan kualitas perairan sehingga dapat mempengaruhikomposisi dan kelimpahannyab.Ditemukan hampir di semua perairanc.Memiliki cukup banyak jenis serta mempunyai respon yang berbeda terhadapgangguan yang terjadid.Dapat digunakan sebagai petunjuk pencemaran karena pergerakannyaterbatase.Mudah dikumpulkan dan diidentifikasif.Pengambilan sampel mudah dilakukan, karena menggunakan alat sederhana,dan tidak ada pengaruh terhadap makhluk hidup lainnya.2.2.2 Struktur MakroinvertebrataKomponen penyusun ekosistem air laut meliputi Polychaeta, Crustacea,Mollusca, serta Gastropoda lebih dominan dibandingkan organisme lain.Penyebaran dari lingkungan ditentukan oleh adanya sifat individu itu sendiri(intrinsik), yaitu sifat genetika dan kesenangan memilih habitat, serta adanyapengaruh dari luar (ekstrinsik), yaitu interaksi antara hewan makroinvertebratadengan lingkunganya (Ruswahyuni, 2010).Makroinvertebrata pada umumnya sangat peka terhadap perubahanlingkungan perairan yang ditempatinya, karena itulah makroinvertebrata seringdijadikan sebagai indikator ekologi dari suatu ekosistem perairan (Sinaga, 2009).Jumlah spesies, keanekaragaman dan beberapa kelompok fungsional padakomunitas makroinvertebrata dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukankualitas suatu perairan.

16Makroinvertebrata air dapat menunjukkan keadaan mengenai kondisi fisik,kimia dan biologi disuatu perairan, sehingga sering dibuat sebagai indikatorperairan (Rahayu, 2009). Biota yang sering digunakan sebagai uji bioindikatorkualitas air yaitu makroinvertebrata, perairan yang terlihat sehat (belumitercemar)akan menujukkan jumlah seimbang antar individu dari semua spesies yang ada.Sebaliknyaajika perairan yang tercemar, penyebaran individu tidak merata dancenderung terdapattspesies yang dominan (Sinaga, 2009). Diungkapkan juga olehWidiyanto (2016) keuntungan dari menggunakan makroinvertebrata atdanmotilitasnya(perubahannya) rendah sehingga tidak mudah bergerak berpindah.Perairan yang tercemar dapat mempengaruhi kelangsungan hidup organismemakroinvertebrata air yang mudah terpengaruh oleh adanya bahan tercemar, baikpencemaran kimia maupun fisika (Odum, 1994). Kelompok makroinvertebratatermasuk kelompok hewan yang relative menetap didasar perairan dan seringdigunakan sebagai petunjuk biologis (indicator) kualitas perairan. Bioindikator atauindikator ekologis merupakan kelompok organisme yang sensitif dan dapatdijadikan petunjuk bahwa makroinvertebrata dipengaruhi oleh tekanan lingkunganakibat dari kegiatan manusia dan destruksi system biotik perairan. Penelitianmengenai kondisi pantai Bahak Indah diharapkan dapat memberikan informasimengenai tingkat kualitas perairan tersebut. Dilanjut Fahrul (2007) menyatakan halini disebabkan makroinvertebrata pada umumnya berada ditempat tercemar.Kisaran toleransi hewan-hewan akuatik pada umumnya relatif sempit jikadibandingkan dengan hewan-hewan daratan. Suhu perairan dapat bervariasi

17tergantung pada faktor adanya pencemaran pembuangan air limbah dan dapatmenyebabkan kenaikan suhu perairan sehingga dapat mengganggu kehidupan air(Odum, 1993).Berdasarkan penggunaan makroinvertebrata sebagai bioindikator kualitassairuntuk mempermudah dalam pemahaman tentang keadaan lingkungannperairan.Sehingga daya toleransi makroinvertebrata terhadap pencemaran bahan oganikdapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:1. Jenis IntoleranJenis intoleran memiliki kisaran toleransi yang kecil terhadap pencemarandan tidak tahan terhadap tekanan lingkungan, sehingga hanya hidup danberkembang di perairan yang dengan tingkat pencemaran yang minim, sepertihanya bangsa Ephemeroptera (Mayflay) akan memiliki kelimpahan tinggi apabilaberada pada lingkungannyang cenderunggdingin, memiliki arus sedang hinggaderas sertaaberbatu. Beberapa suku dari bangsa ini bersifat burrowerssataupenggali pada sedimen halus yang berada diatas bebatuan. Mayflay juga memakanrumput, meski di klasifikasikan masuk herbivora, Mayflay juga memakan bakteridalam jumlah besar (McNaughton dan Larry, 1998).Suku baetidae, merupakan jenissyang memiliki toleransi tinggi dari ordo iniuntuk pencemaran ringan. Hewan padaagolongan ini biasanyaaakan mengalamipenurunannkelimpahan apabila terdapat sedimentasi sertaapolusi organik hewantersebut memerlukan banyak oksigen.

18Gambar 2.1. Baetidae(Sumber: www. bugguide.net)2. Jenis FakultatifJenis fakultatif dapat bertahan hidup terhadap lingkungan yang agak lebar,antara perairan yang belum tercemar sampai dengan tercemar sedang dan masihdapat hidup pada perairan yang tercemar berat. Jenis ini dibedakan menjadifakultatif intoleran dan fakultatif toleran.Menurut Wilhm (1975), Fakultatif intoleran merupakan jenis yang lebihbanyak hidup di kualitas perairan yang tergolong pencemaran sedang. SukuTipulidaeidari Bangsa Diptera termasukkdalam kelompokkfakultatif.Berikut ini adalah contoh hewan makroinvertebrata dari Tipulidae dimanatingkatnya tergolong ke dalam jenissfakultatif yang dapat bertahan hidupiterhadaplingkungan yang lebar, antara perairan yang belumvtercemar hingga tercemarsedangidan beberapa juga masih dapat hidup diperairan yang tergolong kategoritercemarvberat.

19Gambar 2.2 Tipullidae(Sumber: www.commons.wikimedia.org)3. Jenis ToleranJenis toleran mempunyai daya toleran yang lebar, sehingga dapat berkembangmencapai kepadatan tertinggi dalam perairan yang tercemar barat. Oleh karena itu,untuk mengtahui kehadiran atau ketidak hadiran organisme pada lingkunganperairan digunakan indikator yang menunjukkan tingkat atau derajat kualitassebuah habitat. Suku Ampullaridae merupakan merupakan salah satu suku yangberada pada marga Mesogastropoda pada kelas Gastropoda (Asdak, 2010).Ciri khas dan morfologi dari suku ini adalah bentuk badanvyang tidak simetridengan mantel yang terletak pada bagian depan, cangkang dan isi perut tergulungspiral kearah belakang. Letak mantel bagian belakang inilah yang mengakibatkangerakan perputaran pada pertumbuhan Gastropoda. Proses torsi ini dimulai sejakdari perkembangan larvanya.Kelas Gastropoda atau siput ini merupakan salah satu makroinvertebrata yangterdapat diberbagai perairan, baik perairan tawar ataupun air laut. Kehidupannyasangat beragam dan hampir ada disemua tempat perairan kecil seperti genanganperairan lahan pertanian di sawah, empang dan sebagainya. Kondisi habitat yangdisukaivGastropoda berada pada pH dengannkisaran 6,7 - 9,0 serta kadar oksigen

20terlarut antar 0,5 – 14 ppm. Beberapa banyak penelitian menunjukkan bahwaGastropoda dapat bertahan hidup pada daerah yang tercemar berat dan bahan-bahanpencemaran tersebut seperti logam berat, pestisida, radioaktif, terkonsentasi padaorgan serta cangkang.Gambar 2.3 Ampullariidae(Sumber: www. idfg.idaho.gov)Makroinvertebrata sangat peka terhadap perubahan lingkungan perairan yangditempatinya sehingga seringvdijadikan indikator ekologiidi suatu perairan karenacara hidup, ukuranntubuh, dan perbedaan kisaranntoleransi di antara jenis dalamlingkungannperairan.Makroinvertebrata berperan dalamvmineralisasi dan proses pendaur ulanganbahan-bahannorganik, baik yang sumbernya dari perairan (autokton) maupundaratan (allokton) serta menduduki urutan ke dua dan tiga dalamvrantai kehidupansuatuvperairan. Banyak bahan tercemar dalam perairanndapat memberikan duapengaruh terhadapvorganisme perairan, yaitu dapat membunuhvspesies tertentu dansebaliknyavdapat mendukung perkembangan jenis lain. Apabila air tercemarvadakemungkinan terjadinya pergeseran jumlah spesiesvyang banyak dengan populasiyang sedang menjadi jumlah jenis yang sedikit tetapi populasinyaatinggi.

21Penurunanvdalam keanekaragaman spesies dapat juga dianggapvsebagai suatupencemaran (Sastrawijaya, 2000).Pemantauan kualitas air dapat dilakukan dengan menggunakan kombinasiparameter fisika, kimia, dan biologi, namun hanya parameter fisika dan kimia yangsering digunakan sedangkan untuk parameter biologi jarang digunakan. Padahalpengukuranvparameter fisika dan kimia hanya memberikanngambaran kualitaslingkungannsesaat. Indikator biologi digunakannuntuk menilai secara makroperubahannkeseimbangan ekologi, khususnya ekosistem akibatvpengaruh limbah.Jika dibandingkanndengan parameter fisika dan kimia, indikator biologi dapatmemantauvsecara berkelanjutan karena komunitassbiota perairan (flora dan fauna)menghabiskan seluruh hidupnya dilingkunganntersebut, sehingga jikaaterjadipencemarannakanvbersifatvakumulasi penimbunan bahan pencemar (Sastrawijaya,2000).Indikator biologi adalah biota air yang keberadaannya dalam suatu ekosistemperairan menunjukkan kondisi spesifik dari periran tersebut (Wediawati, W. 2001).Indikator biologi juga digunakan sebagai petunjuk yang mudah untuk memantauterjadinya pencemaran. Adanya pencemaran suatu lingkungan mengakibatkan jeniskeanekaragaman jenis akan mengalami penurunan dan mata rantai makanannyamenjadi sederhana, kecuali bila terjadi penyuburan (Sastrawijaya, 2000). Arisandi(2001) menyatakan bahwa jenis ideal yang digunakan sebagai indikator biologiuntuk lingkungan akuatik tersebut masuk dalam kelompok organisme yang tidakmempunyai tulang belakang atau bisa disebut dengan makroinvertebrata.

222.3Pantai Bahak IndahPantai Bahak Indah terletak di Kecamatann Tongas Kabupaten ProbolinggoProvinsi Jawa Timur berada di jalur pantai Utara berada di Desa Curahdringu. Letakgeografis Kabupaten Probolinggo antara 113o6’53.36’’E hingga 113o7’41.53’’EBujur Timur dan 7o43’18.37S hingga 7o43’2074S Lintang Selatan. Pantai Bahakini sudah lama menjadi obyek wisata, namun di pantai bahak tidak hanyapemandangan pantai yang disuguhkan namun juga terdapat kumpulan pohoncemara, bakau dan bunga. Pasir pada pantai tersebut memiliki pasir berwarna hitamdan berlumpur. Pantai ini merupakan tipe pantai terbuka dimana tidak adapenghalang yang menghalangi arah datangnya ombak. Pasang surut air laut yangterjadi di pantai tersebut dimulai dari jam 1 siang sampai jam 5 sore.Perairan pantai memiliki kekayaanmorganisme yang relative tinggi,sehinggaasangat berpotensi untuk dijaga

lainnya. Pada beberapa spesies memiliki akar yang lemah, berambut dan memiliki struktur diameter yang kecil. Sedangkan pada spesies lainnya akarnya ada yang kuat dan berkayu yaitu genus Thalassodendron. Fungsi akar lamun adalah untuk mengabsorbsi nutrien dari kolom air dan bertindak sebagai penyimpanan untuk fotosintesis. 2. Rhizoma Struktur .

Related Documents:

STRUKTUR KOMUNITAS BIOTA HEWAN DI PADANG LAMUN A. Ekologi Ekologi adalah ilmu tentang rumah tangga mahkluk hidup (oikos rumah tangga), maksudnya adalah ilmu tentang hubungan timbal-balik antara mahkluk hidup dengan sesamanya dan dengan benda-benda mati disekitarnya (Soerjani, 1987).

STRUKTUR KOMUNITAS PADANG LAMUN DI PERAIRAN SEKATAP KELURAHAN DOMPAK KOTA TANJUNGPINANG SYAMSUL RAHMAN NIM. 110254241088 Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Ilmu kelautan dan Perikanan JURUSAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI 2017

Komunitas merupakan suatu kelompok populasi dari sejumlah spesies yang berbeda di suatu wilayah. Ekologi komunitas mengkaji bagaimana interaksi antarspesies, seperti predasi dan kompetisi yang mempengaruhi struktur dan organisasi komunitas (Campbell, 2010, h. 327). Komunitas diberi nama dan

Komunitas dakwah jalanan saat ini telah memiliki 50 orang binaan anak jalanan dan 10 orang diantaranya yang aktif dalam pergerakan dakwahnya. Serta hubungannya dengan komunitas-komunitas motor di kota Bandung. Tentunya komunitas dakwah jalanan ini belumlah disebut komunitas yang besar, namun

komunitas. Struktur komunitas merupakan salah satu materi yang dipelajari dalam matakuliah ekologi tumbuhan pada Program Studi Pendidikan Biologi UIN Ar-Raniry. Struktur komunitas mencakup tentang kelimpahan, dominansi, keanekaragaman, dan keseragaman.2 Tumbuhan merupak

komunitas, pembangunan kesehatan dan penyelenggaraan kebidanan di komunitas, antropologi kebidanan komunitas, sosial budaya dasar dan kebidanan komunitas serta manajemen asuhan kebidanan di pelayanan kebidanan komunitas. Harapan kepada mahasiswa tentang pemahamannya terhadap konsep kom

Penelitian Struktur Komunitas Mangrove di Pulau Keter Tengah Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas mangrove dan kondisi lingkungannya saat ini (eksisting). Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari sampai Mei 2013 dengan metode transek kuadran. Jalur transek terpanjang

learning teams, guided inquiry activities, critical and analytical thinking, problem solving, reporting, metacognition, and individual responsibility. Strategies for the successful use of learning teams are discussed, the roles of the instructor in this learning environment are described, and implementation hints