BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan

3y ago
47 Views
2 Downloads
1.35 MB
25 Pages
Last View : 27d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Gannon Casey
Transcription

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang PerancanganSolo merupakan kota yang memiliki beragam kekayaan kuliner. Tidakhanya makanan berat, tetapi juga makanan ringan atau jajanan yang unik danmenarik. Sebagai contoh kuliner di Solo adalah nasi liwet, selat solo, gudeg cekersolo, serabi dan wedangan yang biasa disebut Hidangan Istimewa Kampung(HIK).HIK merupakan salah satu bentuk penyajian makanan di mana masyarakatdari semua kalangan tidak hanya datang untuk makan namun juga bersosialisasidan bersantai dengan suasana yang khas. Di atas meja gerobak tersaji nasi yangdibungkus dan berbagai makanan yang ditusuk, gorengan serta lauk-pauk yangakrab di lidah karena merupakan makanan sehari-hari. HIK sangat mudahdijumpai di setiap sudut kota Solo.Gambar 1. HIK Pak GerokFoto: Dian Rizkita, 2016.1

2Makanan yang disajikan di HIK sebagian besar adalah makanan untukdijadikan lauk-pauk dengan porsi kecil yang digunakan sebagai makanantambahan atau pelengkap. Ukurannya yang kecil lebih erat dengan konsumen danmemudahkan konsumen untuk memakannya.Gambar 2. Lauk-paukFoto: Dian Rizkita, 2016.Di HIK terdapat beberapa makanan yang sering dijumpai yaitu, makananyang ditusuk seperti sate telur puyuh, sate usus, sate kerang dan sate keong. Nasiyang dibungkus seperti nasi bandeng, nasi oseng, dan nasi sambel teri. Gorenganseperti tahu goreng, tempe goreng dan bakwan goreng serta lauk-pauk lainnyaseperti tahu dan tempe bacem.Saat ini banyak orang yang tertarik untuk mencoba makanan-makanancepat saji dan hanya sebagian masyarakat saja yang masih bertahan pada makanan

3HIK. Oleh karena itu makanan HIK harus tetap dipromosikan baik secaralangsung maupun tidak langsung.Gambar 3. Nasi Sambel TeriFoto: Dian Rizkita, 2016.Dalam perkembangan wisata kuliner, saat ini makanan HIK tidak hanya disajikan atas meja gerobak bertenda dengan lampu remang-remang, melainkanmaraknya bermunculan rumah makan yang lebih kekinian dengan lampu-lampudan sajian makanan khas HIK untuk menarik wisatawan. Karakter makanan HIKini yang menjadi sumber inspirasi untuk merancang batik kreasi baru.Perancangan batik dengan inspirasi makanan HIK yang mengangkatkarakter-karakter makanan khas HIK menjadi motif batik karena dari segi visualmemiliki karakter yang unik di dunia tekstil yang dapat dikembangkan denganberbagai penggayaan dan sudah dikenal oleh masyarakat luas secara imajinatifjuga sebagai sarana mempromosikan makanan HIK.Motif tekstil yang mengangkat tema makanan bukanlah hal baru. Tekstilbermotif makanan banyak dijumpai seperti tema makanan cepat saji, kue-kue,permen dan manisan, namun pada batik masih belum banyak ditemui. Batik kreasi

4baru yakni semua batik yang motif dan gayanya tidak seperti batik tradisional.Pada batik tradisional susunan motifnya terikat oleh suatu ikatan tertentu denganisen-isen tertentu (Susanto, 1980:15).Batik kreasi baru menjadi pilihan masyarakat karena sifatnya yang lebihekspresif, bebas dan kekinian. Hal ini menjadikan batik kreasi baru unik danmampu menjawab tuntutan zaman yang menuntut sesuatu yang mengandungkebaharuan, mempunyai karakter khusus dan sesuai dengan semangat kesementaraan (trend) (Anas, 1997:240-246).Gambar 4. Pakaian bermotif makananSumber: www.cerita-kita.co.id (30 Agustus 2016)ditandaioleh

5Perancangan ini menjadi penting mengingat pengolahan visual motif batikberdasarkan karakter makanan HIK menjadi salah satu keikut sertaan dalammempromosikan warisan budaya yang berupa makanan HIK yang mentradisi.Dengan demikian, perancangan ini akan menghasilkan produk tekstil berupa kainbatik kreasi baru yang mempunyai nilai estetis dan orisinalitas. Dengan nilai-nilaitersebut, perancangan ini diharapkan menghasilkan produk batik yang dapatditerima pasar.Batik sebagai tekstil tradisi di Nusantara pada awal kemunculannyamerupakan kerajinan yang bersifat eksklusif, dibuat dengan jumlah sedikit untukmemenuhi kebutuhan sendiri. Biasanya pembuatannya membutuhkan waktucukup lama karena hanya sebagai pekerjaan pengisi waktu luang. Ketika batikmulai berkembang menjadi komoditi perdagangan, diupayakan berbagai cara agarwaktu pembuatannya lebih singkat dan jumlah produksi lebih banyak serta murahsehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan (Shinta, 2016:2). Salah satunyadengan teknik cetak malam dingin.B. Studi PustakaEra kehidupan sekarang ditandai dengan semakin meleburnya batas-batassains, teknologi dan seni. Banyaknya penemuan di berbagai bidang yang tidakterkungkung pada suatu disiplin keilmuan menjadi tanda bahwa pengkotakkotakan sains, teknologi dan seni secara kaku tidak lagi memadai untuk menjawabpermasalahan. Dewasa ini timbul gejala perpaduan seni, sains dan teknologidalam satu konsep yang utuh (Yuliman, 2001)

6Perkembangan di atas juga berimbas pada perkembangan batik erasekarang di mana pengertian batik yang disepakati semestinya ditinjau kembalidan dilihat dalam perspektif yang lebih luas. Batasan batik sebagai suatu carapembentukan ragam hias dengan teknik rintang warna dengan malam, pada masadepan lambat laun tidak akan memadai untuk menghadapi persaingan denganperkembangan ilmu-ilmu dan perkembangan teknologi baru. Dalam menghadapiperkembangan zaman, maka batik harus dirangsang untuk dikembangkan denganpendekatan pengembangan produk inovatif. Pendekatan ini dengan cara membukakemungkinan-kemungkinan baru ke arah lebih luas dalam proses produksimaupun eksplorasi visual dan berani menerobos batasa-batasan batik yangkonvensional (Anas, 1997:202-203).Dalam studi pustaka ini akan dipilih beberapa tulisan dari hasil penelitianberupa buku, jurnal penelitian, maupu tulisan ilmiah lain yang berhubungandengan makanan HIK, wedangan (HIK), batik kreasi baru dan teknik malamdingin.1. HIKa. Pengertian Umum Hidangan Istimewa Kampung (HIK)Penelitian oleh Risyda Azizah, Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah pada tahun 2015 yang berjudul “Angkringan Sebagai UnsurTradisional Tempat Interaksi Sosial Masyarakat Perkotaan” dijelaskan bahwa kataangkringan berasal dari bahasa pergaulan Jawa yaitu, angkring atau nangkringyang memiliki arti duduk santai. Para pembeli yang duduk di bangku kayu

7memanjang di sekitar gerobak dapat mengangkat atau melipat satu kaki naikkeatas bangku (Azizah, 2015:8).Gambar 5. Gerobak HIKFoto: Dian Rizkita, 2016.Angkringan merupakan gerobak penjual nasi kucing. Nasi kucingmerupakan perumpamaan orang untuk menyebut nasi yang dijual hanya sekepallalu ditambah dengan oseng ikan teri, telur puyuh dan lainnya seperti, gorengandan sate usus. Nasi kucing sangat melegenda karena harganya yang murah, tempatberjualan yang unik serta waktu dagang yang dimulai pada malam hari hinggamenjelang subuh. Masyarakat Solo menyebutnya dengan Hidangan IstimewaKampung (HIK) (Azizah, 2015:3).

8b. HIK Tradisional dan HIK KekinianKonsep angkringnan yang dikenal adalah gerobak dorong dari kayudengan tungku arang. Di atasnya terdapat teko besar untuk menghidangkanminuman. Lampu minyak semprong juga tak lupa untuk menambah suasanaremang-remang. Tempat duduk menggunakan kursi kayu panjang mengelilingisekitar gerobak yang dinaungi terpal plastik gulung sebagai tenda. Perpaduanbersahaja ini menjadi estetika angkringan yang terbentuk melawan waktu danperkembangan zaman (Azizah, 2015:9).Gambar 6. HIK TradisionalFoto: Dian Rizkita, 2016.Makanan yang dijual meliputi nasi kucing, gorengan, sate usus, sate telurayam, kerupuk, dan lain-lain. Minuman yang dijual pun beraneka ragam sepertiteh, jeruk, kopi, tape, wedang jahe, dan susu (Dwi, 2015:15)Suasana angkringan yang hangat menjadikan para pengunjung merasaingin kembali datang ke angkringan. Interaksi yang terjadi di angkringan jugabegitu berbeda dari tempat-tempat makan pada umumnya. Di dalam angkringanpengunjung mendapat sensasi yang berbeda meski dengan fasilitas yang sangat

9sederhana yaitu semua orang melebur menjadi satu, tidak ada yang sibuk dengankebiasaan bermain telepon genggam masing-masing.Keadaan ini berbalik dengan keadaan yang ada di tempat makan kekiniansaat ini. Para pengunjung yang datang ke tempat seperti ini pada umumnya datangdengan beberapa temannya kemudian mereka hanya melakukan kegiatan-kegiatanyang tidak melibatkan orang lain untuk berinteraksi. Pengunjung yang datangsendirian ke tempat ini hanya akan makan lalu pergi, karena akan terasa anehuntuk seseorang yang datang sendirian lalu berlama-lama ditempat seperti ini(Azizah, 2015:3-4).Namun kini makan bukan hanya untuk kepentingan perut saja melainkanlebih pada kebutuhan simbolis, sehingga makan tidak hanya bersifat fungsionaluntuk mengisi perut namun juga memenuhi gaya hidup. Seperti yang diungkapkanoleh Abdullah yaitu :“Makan bukan lagi proses pemuasan kebutuhan biologis, tetapi merupakankebutuhan simbolis yang dikaitkan dengan jenis makanan, tempat makan, dansuasana yang dihadirkan pada saat makan. Tata makan dan seni di dalam praktikmakan telah membentuk suatu lingkaran nilai yang menjauhkan praktik makandari nilai esensialnya.” (Irwan, 2006:114)”.Kini penggemar HIK tidak hanya berasal dari golongan bawah, namunkalangan menengah ke atas pun turut menghabiskan waktu menikmati hidanganala kampung. Melihat potensi pasar yang begitu luar biasa, kini mulai banyakditemukan angkringan yang dikemas dalam suasana kafe. Bahkan angkringanberbalut kafe ini kian lama telah menjadi tren dikalangan remaja (Dwi, 2015:3).

10Di HIK kekinian tersedia jus buah, milkshake, dan makanan tusukan.Selain itu yang membedakan dengan HIK tradisional adalah konsep ruang dantempat yang strategis. Hal inilah yang membedakan harga jual makanan di HIKkekinian lebih mahal daripada HIK tradisional (Dwi,2015:16).Gambar 7. HIK KekinianFoto: Dian Rizkita, 2016.c. Makanan Hidangan Istimewa Kampung1) Nasi BandengNasi bandeng adalah nasi bungkus yang berisi nasi sebesar kepalan tangandengan potongan kecil ikan bandeng dan sambal yang dibungkus dengan daunpisang. Nasi bandeng dapat ditemukan di semua tempat HIK. Tanda bungkusandaun pisang pada nasi bungkus di setiap tempat HIK berbeda-beda. Disebagiantempat ditandai dengan tulisan ada pula yang ditandai dengan sobekan ataupotongan pembungkusnya.

11Gambar 8. Nasi BandengFoto: Dian Rizkita, 2016.2) Nasi Sambel TeriNasi sambel teri adalah nasi bungkus yang berisi nasi sebesar kepalantangan dengan sambal dan ikan teri. Di sebagian tempat HIK nasi bungkus dapatdibakar terlebih dahulu. Daun pisang yang membungkusnya menjadikan nasiberbau harum.Gambar 9. Nasi Sambel TeriFoto: Dian Rizkita, 2016.

123) Nasi OsengNasi oseng adalah nasi bungkus yang berisi nasi sebesar kepalan tangandengan potongan kecil tempe, cabai dan mie yang dibungkus dengan daun pisang.Nasi oseng dapat ditemukan di semua tempat HIK. Tanda bungkusan daun pisangpada nasi bungkus di setiap tempat HIK berbeda-beda. Disebagian tempatditandai dengan tulisan ada pula yang ditandai dengan sobekan atau potonganpembungkusnya.Gambar 10. Nasi OsengFoto: Dian Rizkita, 2016.4) Sate keong Sate keong adalah keong yang di tusuk berjajar dengan menggunakantusukan sate. Biasanya sebelum disajikan dibakar terlebih dahulu dengan bumbupedas manis khas masing-masing HIK.

13Gambar 11. Sate KeongFoto: Dian Rizkita, 2016.5) Sate Telur PuyuhSate telur puyuh adalah telur puyuh yang sudah dikupas dari kulit telurnya,berwarna cokelat, ditusuk berjajar dengan tusukan sate, biasanya satu tusukberjumlah lima buah telur puyuh.Gambar 12. Sate Telur PuyuhFoto: Dian Rizkita, 2016.

146) Sate UsusSate usus adalah usus ayam yang sudah di masak dengan bumbu lalu ditusuk meliuk dengan batang tusuk sate. Sate usus bisa dikonsumsi langsung ataudi bakar terlebih dahulu sebelum di hidangkan.Gambar 13. Sate UsusFoto: Dian Rizkita, 2016.7) Sate kerangSate kerang adalah kerang laut yang sudah dipisahkan dari cangkangkerang. Kerang sudah dalam keadaan matang. Disajikan dengan cara dibakarterlebih dahulu dengan bumbu pedas manis khas masing-masing HIK ditusukberjajar. Satu tusuk berisi 10 buah kerang.

15Gambar 14. Sate KerangFoto: Dian Rizkita, 2016.8) Tahu dan Tempe BacemTahu dan tempe bacem adalah tahu dan tempe yang telah di masak denganbumbu yang menghasilkan rasa manis dan meninggalkan warna kecoklatan padatahu dan tempe.Gambar 15. Tahu dan Tempe BacemFoto: Dian Rizkita, 2016.

162. Batika. Pengertian BatikBatik merupakan sehelai wastra yakni kain yang dibuat secara tradisionaldan terutama juga digunakan dalam matra tradisional. Beragam pola batik tentuyang pembuatannya menggunakan teknik celup rintang dengan malam lilin batiksebagai bahan perintang warna. Dengan demikian, suatu wastra dapat disebutbatik bila mengandung dua unsur pokok yaitu teknik celup rintang yangmenggunakan lilin sebagai perintang warna dan pola yang beragam hias khasbatik (Doellah, 2002:10). Dengan tumbuhnya peradaban dan urbanisasi, batikbukan lagi bersifat eksklusif Jawa. Kini batik telah menjadi fenomena nasional,regional bahkan dunia (Kudiya, 2010:8).b. Sejarah BatikTeknik produksi batik pada awalnya menggunakan bubur ketan sebagaiperintang warna yang terkenal dengan nama kain simbut. Alat untukmembatiknya semacam pensil dari bambu. Kemudian ditemukan bahan perintangdari malam tawon (bees-wax), yang lama kelamaan dikembangkan menjadi lilinbatik dengan menggunakan berbagai campuran bahan seperti damar mata kucing,lemak hewan, paraffin, gondorukem, micro-wax, lilin lenceng, lilin kote danminyak kelapa dengan takaran tertentu.Jenis batik yang dihasilkan pada mulanya adalah batik tulis yang diwarnaidengan pewarnaan alami dan dibuat secara terbatas. Canting tulis diperkirakandiciptakan di lingkungan kraton Mataram pada abad ke 17 (Doellah, 2002:10).Batik cap kemudian mulai dirintis pada tahun 1815 dengan menggunakan stempel

17dari tembaga, tetapi meluas Perang Dunia I, yaitu sekitar tahun 1920-an. Padatahun 1920 pernah dibuat stempel dari kayu, namun alat ini tidak dapatberkembang pada pembatikan di Jawa (Soesanto, 1980:22).Pada tahun 1960-an para pelukis mempelopori berkembangnya batikkreasi baru, yang disebut batik bukan tradisional (Yahya, 1985:22). Tepatnyapada tahun 1966 mulai munculnya batik kreasi baru ini dengan teknik batik lukisatau batik painting. Pembuatan batik dengan teknik lukisan terkenal dengan nama“batik kreasi baru” atau “batik gaya bebas” dimana sebagian lilin batik dilukiskandi atas kain membentuk gambaran-gambaran yang abstrak (Soesanto, 1973:5).Alat untuk melukisnya yakni kuas atau sendok.Batik tulis, cap dan lukis berkembang berdampingan sampai munculnyateknologi cetak kain pada awal tahun 1970-an yang menyebabkan banyaknyaproduk tekstil bermotif batik dipasaran dan menyebabkan kemuduran batik tulisdan cap. Tetapi batik tetap dapat bertahan dan terus mengalami perkembanganmeskipun mengalami pasang surut. Pemaduan unsur seni, sains, dan teknologisenantiasa mewarnai perkembangan batik. Batik terbagi menjadi beberapa jenis,setiap jenis satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan. Baik mulai dari bentukmotif, maupun proses pengerjaannya (Normalita, 2013:71).c. Jenis BatikJenis batik dapat dibagi menjadi dua yaitu, tradisional atau klasik dan modernatau kontemporer. Hal ini dapat dilihat dari segi teknik pembuatan, motif, warnadan fungsi batik itu sendiri.

181) Batik Tradisional atau KlasikPada masa lampau, batik banyak dipakai oleh orang Indonesia didaerah Jawa. Itu pun terbatas pada golongan ningrat keraton dengan aturanyang sangat ketat. Artinya, tidak sembarang orang boleh mengenakanbatik, terutama pada motif-motif tertentu yang ditetapkan sebagai motiflarangan bagi khayalak luas (Wulandari, 2011:2).Batik tulis dikerjakan dengan menggunakan canting, cantingmerupakan alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampungmalam (Musman, 2011). Batik mempunyai bermacam-macam motif danmotif itu mempunyai makna tertentu.Dalam perkembangannya, muncul batik cap untuk mempermudahdan mempercepat pengerjaan proses batik. Untuk membedakan kemudiandisebut batik tulis (untuk batik yang proses pembuatannya menggunakancanting) dan batik cap. Untuk membuat batik tulis memerlukan waktuyang tidak sedikit dan juga tahapan-tahapan tertentu. Semua itu harusdikerjakan dengan teliti untuk menghasilkan batik tulis bermutu tinggi(Hamzuri, 1989:8).Batik klasik mempunyai ciri keindahan, baik keindahan bentuknya,sesuai dengan fungsinya sebagai seni terapan sebagai kain busana, maupunseni jiwanya dan filosofinya (Musman, 2011:17-22). Batik di zamandahulu menggunakan zat warna alam yang berasal dari tumbuh-tumbuhandan binatang. Zat warna alam diambil dari tumbuh-tumbuhan pada bagianakar, kulit, daun, batang dan bunga. Di antaranya daun pohon nila

19(indigofera), akar mengkudu, pohon soga (kulit dan kayu), kayu laban,kayu mundu, jirek.Sebagian bahan pembantu untuk menimbulkan warna, memperkuatketahanan zat zat warna alam ialah jeruk citrum, cuka, sendawa, tawas,gula batu, tetes, air kapur, tape, daun jambu (Susanto, 1980:82).2) Batik kreasi baru atau KontemporerBatik kreasi baru merupakan batik yang tidak lazim kelihatanbatik, tetapi masih menggunakan proses pembuatan sama sepertimembuat batik. Konsep kontemporer menimbulkan gaya modern. Batikkreasi baru ialah semua macam jenis batik yang motif dan gayanya tidakseperti batik tradisional (Musman, 2011:17-22).Batik kreasi baru sudah menggunakan zat warna buatan. Zat warnabuatan pada umumnya mempunyai daya pewarnaan lebih tinggi daripadawarna dari bahan alami, dan memiliki kemurnian tertentu sehingga dah(Kusumawardhani, 2012:55).Batik kini tidak lagi digunakan hanya untuk kalangan keraton.Pada perkembangannya, batik kini telah menjadi salah satu “pakaiannasional” Indonesia (Wulandari, 2011:2).Indonesia saat ini memasuki era baru, yaitu era ekonomi kreatifyang mendorong munculnya industri kreatif dalam berbagai bidangdesain. Ekonomi kreatif yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang

20Yudhoyono sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia mencakup batiksebagai salah satu komponen utamanya. Mulai dari menjadikan batiksebagai bagian dari sosial budaya Indonesia, komoditas ekonomi hinggamembangun rasa bangga kepada anak negeri (Kudiya, 2011:9).Kunci penting dalam mengembangkan industri kreatif adalahkreativitas dan berinovasi. Salah satu faktor utama dalam industri kreatifadalah perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat yang semakinmodern serta diikuti oleh perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuanyang semakin maju membawa pengaruh terhadap berbagai bidang,khususnya bidang industri kreatif.Pengaruh kemajuan tersebut membawa perkembangan pembuatantekstil yang semakin bertambah dengan fungsi yang semakin beragam.Seiring berkembangnya waktu perancangan tekstil tidak hanya sekedarbentuk pemenuhan akan fungsi fisik tetapi sudah memperhatikan fungsiestetis dan psikisnya.Gaya hidup memiliki andil dalam perkembangan produk tekstilbaik dari segi teknik, desain dan fungsinya. Pesatnya perkembangan inimemicu munculnya berbagai upaya dalam peningkatan baik dari kualitasmaterial maupun inovasi dari segi kreativitas pada teknik mendesain,guna meningkatkan nilai pakai maupun ekslusivitas produk tekstil yangdihasilkan.Tujuannya untuk menjadikan produk sebagai karya fungsionalyang memiliki nilai ekstetis. Salah satu teknik pembuatan tekstil yang

21mengalami perkembangan hingga saat ini adalah teknik tutup rintang ataubatik.Perkembangan batik di Indonesia mengalami kemajuan setelahUNESCO menetapkan batik sebagai salah satu warisan budaya dunia dariIndonesia. Hal ini sebagai penanda awal usaha meningkatkan citra positifdan martabat bangsa Indonesia di forum Internasional, serta rhadapkebudayaan Indonesia, khususnya batik.Hal ini didukung dengan munculnya keputusan presiden RI no.33tahun 2009, menetapkan hari batik nasional yang jatuh pada tanggal 2Oktober (De, 2012:1).3. Motif BatikMotif terdiri atas unsur bentuk atau objek, skala atau proporsi, dankomposisi. Motif menjadi pangkalan atau pokok dari suatu pola. Motif itumengalami proses penyusunan dan diterapkan sec

A. Latar Belakang Perancangan Solo merupakan kota yang memiliki beragam kekayaan kuliner. Tidak hanya makanan berat, tetapi juga makanan ringan atau jajanan yang unik dan menarik. Sebagai contoh kuliner di Solo adalah nasi liwet, selat solo, gudeg ceker

Related Documents:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Latar belakang yang menjadikan terwujudnya Implementasi Konsep International Style pada Hotel Bintang Empat di Kawasan Sudirman Bandung, dibagi dalam dua perihal. Perihal pertama yaitu, latar belakang lokasi dan latar belakang perencanaan proyek. Perihal – perihal tersebut akan dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tawakal dan yang seakar dengannya disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 70 kali dalam 31 surah, diantaranya surah Ali Imran (3) ayat 159 dan 173, an-Nisa (4) ayat 81, Hud (11) ayat 123, al-Furqan (25) ayat 58, dan . Bab pertama sebagai pendahuluan merupakan garis besar gambaran skripsi. Pada bab .

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

Texts of Wow Rosh Hashana II 5780 - Congregation Shearith Israel, Atlanta Georgia Wow ׳ג ׳א:׳א תישארב (א) ׃ץרֶָֽאָּהָּ תאֵֵ֥וְּ םִימִַׁ֖שַָּה תאֵֵ֥ םיקִִ֑לֹאֱ ארָָּ֣ Îָּ תישִִׁ֖ארֵ Îְּ(ב) חַורְָּ֣ו ם

BAB I : Pendahuluan, Bab ini berisi tentang Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Ruang lingkup dan batasan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka, Bab ini berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka konseptual , serta hipotesis penelitian.

Bab I, merupakan pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II, merupakan gambaran umum kepercayaan masyarakat Jepang terhadap legenda atau mitos tentang hantu.

Bab 1 Pendahuluan Page 1-1 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km2 yang memiliki keanekaragaman sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar.

bab ii penerimaan pegawai . bab iii waktu kerja, istirahat kerja, dan lembur . bab iv hubungan kerja dan pemberdayaan pegawai . bab v penilaian kinerja . bab vi pelatihan dan pengembangan . bab vii kewajiban pengupahan, perlindungan, dan kesejahteraan . bab viii perjalanan dinas . bab ix tata tertib dan disiplin kerja . bab x penyelesaian perselisihan dan .