KETOPRAK: SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA DI SUMATERA UTARA.

3y ago
42 Views
4 Downloads
319.46 KB
16 Pages
Last View : 30d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Jerry Bolanos
Transcription

KETOPRAK:SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA DI SUMATERA UTARA.PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTANNYA.1Torang Naiborhu, Nina KarinaFakultas Ilmu Budaya USU Medantorang.naiborhu@yahoo.co.idRINGKASANKetoprak (Ketoprak Dor) adalah seni pertunjukan Jawa di Sumatera Utara yangberasal dari Surakarta Jawa Tengah. Pementasannya menggunakan dialog, drama,tarian dan musik. Dipertunjukkan di atas panggung dengan mengambil ceritasejarah, kerajaan, dongeng, kehidupan sehari-hari, dan lainnya dengan diselingilawak. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan penelitianpengembangan dengan melibatkan seniman Ketoprak, pemilik sanggar, danmasyarakat pengguna. Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan,wawancara, dokumentasi, dan hasilnya dianalisis dengan teknik analisis kualitatifmenggunakan teori kesenian (seni pertunjukan), etnomusikologi, dan sejarah. Hasilyang diperoleh menunjukkan bahwa Ketoprak di Sumatera Utara secara perlahanmulai ditinggalkan masyarakat Sumatera Utara walaupun telah mengadopsi budayasetempat dalam hal musik, ceritera, busana, maupun tata bahasa yang dipakai.Untuk pengembangannya diperlukan upaya-upaya strategis agar seni pertunjukanini dapat bertahan dan tetap diminati oleh masyarakat Sumatera Utara, khususnyakomunitas Jawa.Katakunci: ketoprak, pengembangan, seni pertunjukan.PENGANTARKetoprak (disebut juga Ketoprak Dor) adalah kesenian tradisional Jawa diSumatera Utara, khususnya Medan Deli, Deli Serdang, Binjai dan Langkat yangberasal dari Surakarta yang pementasannya menggunakan dialog, drama, tariandan musik. Digelar di sebuah panggung dengan mengambil cerita sejarah, ceritapanji, ceritera rakyat, dongeng dan lainnya dengan diselingi lawak (Budi Subanar,2006).Ketoprak di Sumatera UtaraPanen perdana tembakau di tanah Deli pada tahun 1865 membawa suksesyang gemilang dan menjadi perbincangan di Eropa. Tersedianya lahan dankualitas tembakau yang sangat baik kemudian mendorong minat pemodalpemodal besar untuk menanamkan sahamnya di daerah ini. Ned Handel Mijsebuah bank Belanda kemudian mendirikan perseroan terbatas yang diberi nama1Dibentangkan pada Seminar bersama Prodi Magister Penciptaan dan Pengkajian SeniFakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan UiTM (Universitas institute TeknologiMara, Kuala Lumpur, Malaysia, tanggal 18 Desember 2017.1

Deli Maatschappij di daerah ini. Beberapa maskapai lain kemudian membukaperkebunan baru di wilayah Sumatera Timur, yang semula tidak diperhitungkantetapi kemudian berkembang pesat menjadi het dollar landsch .Meningkatnya jumlah perkebunan tersebut diikuti pula dengan lonjakanproduksi. Suksesnya produksi didukung oleh tenaga kerja (buruh dan kuli) yangmembuka lahan, memelihara, memproduksi, serta membuat fasilitas-fasilitasperkebunan. Buruh yang didatangkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut salahsatunya ialah buruh Jawa.2Sebagaimana lazimnya, perpindahan penduduk akan membawa tradisi asalke tempat yang baru, seperti sistem sosial, sistem budaya dan lain-lain. Kesenianjuga terbawa karena secara psikologis dan emosional pengaruh daerah asal masihsangat kuat di samping untuk menunjukkan eksistensi kelompok maupun hanyasebagai hiburan semata.Gambar 5.1. Babak perkenalan para pemain KetoprakMunculnya group-group Ketoprak di perkebunan Sumatera Timurdiperkirakan sekitar tahun 1920-an. Faktor yang mempengaruhi munculnya grupgrup Ketoprak tersebut ialah:a) Pertama, sebagai alasan eksistensi dan identitas diri serta kelompok yangdidasarkan pada ikatan emosional sebagai satu.b) Kedua, didorong akan perlunya hiburan yang dapat memberi kepuasan bagipara pendukungnya.2Jumlah buruh Jawa pada tahun 1884, ada sekitar 1.771 kuli , pada tahun 1900 sudahmencapai 25.224 jiwa, dan meningkat terus pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 1929, kuliJawa di perkebunan Sumatera Timur telah mencapai 239.281 jiwa, dan pada tahun 1930 totalpenduduk Jawa di daerah ini telah mencapai 589.836 jiwa atau 35% dari total penduduk SumateraTimur.2

c)Ketiga, Kolonial memang mengijinkan keberadaan berbagai jenis hiburanbahkan mengharapkannya supaya para buruh tetap betah di tempat ini, laludengan demikian dapat dimanfaatkan secara terus menerus.3Sejak kedatangannya hingga tahun 1980-an di Sumatera Utara khsususnyaSumatera Timur, pertunjukan Ketoprak sudah mengadopsi kisah-kisah masyarakatdan ceritera-ceritera setempat, khususnya Melayu. Besarnya pengaruh Melayuterlihat pada hampir seluruh bagian, baik tata-rias, kostum, nyanyian, tarian,musik, maupun cerita. Patut diduga pengaruh ini terjadi karena populernyakesenian Melayu pada saat itu.4Saat ini, pengaruh lainnya tampak pada tari-tarian, musik, dan tembang(nyanyian). Tembang Jawa yang masih dinyanyikan antara lain sampak kinanti,pangkur, mares, sinom, anjasmoro, dan lain lain, sedangkan lagu Melayu dan lagudaerah lainnya yang sering dipakai, patam-patam, indung-indung (Pop NasyidaRia), mbiringmanggis (Pop Karo), rajadoli (Batak), injit-injitsemut, dangelangsipatugelang,serta kapan-kapan pada babak penutup.Ceritera setempat yang diangkat dalam pertunjukan Ketoprak antara lainadalah “1001 malam” dari Baghdad, yang disebut dengan Stambul Jawi(Istambul, atau Mesiran). Ceritera HangTuah dan asal mula Sialangbuah,Legenda Putri Hijau juga dibawakan, atau ceritera lainnya yang bersifat kekiniansesuai permintaan dan kebutuhan, seperti; Ratapan anak tiri, Air mata ibu,Kecubung Putih, Sri Dewa-Sri Batara-Sri Wati, dan lain-lain.5Babak PertunjukanPertunjukan Ketoprak terbagi atas lima babak, sebagai berikut:a) Babak I (pertama), diisi dengan perkenalan tempat, tokoh, kerajaan, danpermulaan konflik.b) Babak II (kedua) terjadinya konflik antara kebaikan dengan kejahatan.Babak ini juga diisi dengan lawak dan banyolan oleh batur (pembantutokoh).c) Babak III (ketiga) adalah penyelesaian konflik, runtuhnya kejahatan olehkebaikan.d) Babak IV (keempat). Situasi yang ada setelah konflik selesai.e) Babak V (kelima). Penutup63Sugiarti, 1989: 35, dan Said, 1990:27, 90, 93, 100.Tumbuhnya onderneming di Sumatera Timur juga bersamaan dengan masa keemasankesenian Melayu, seperti pertunjukan makyong, teaterbangsawan maupun lagu-lagu Melayu.5Lihat Sugiarti, 1989: 35.6Babakan pada pertunjukan ketoprak tidak selalu kaku dan baku sifatnya, namundisesuaikan dengan cerita dan pesanan penyelenggara, serta keberadaan penonton, namun tidaklebih dari lima babak. Setiap babak dapat berlangsung dengan singkat dan dapat juga panjang danlama. Jika penonton banyak dan betah maka pertunjukan bisa selesai sampai pukul 04.00 wib pagi,namun jika penonton pulang lebih cepat maka pertunjukan juga bisa diselesaikan lebih cepat43

Manajemen KetoprakManajemen ialah sistem kerjasama kooperatif dan rasional yang terikatpada sistem kepemimpinan untuk mencapai tujuan dan pelaksanaan dalammelakukan pekerjaan. Dalam konteks manajemen seni, sebuah organisasikesenian mestilah memiliki tujuan serta aktivitasnya. Seni pertunjukan melibatkanaktivitas seniman (musik, tari, teater, dan kru) serta penonton penikmat dan secarabudaya didukung pula oleh masyarakat pemilik kesenian itu.Kelompok Ketoprak memiliki sistem manajemen tradisional yaitugagasan, kegiatan, atau benda-benda yang diturunkan dari satu generasi kegenerasi berikutnya secara teratur mengikuti norma-norma yang terjadi di dalamlingkungan masyarakatnya.Menurut Takari (2008:64-73) terdapat 8 (delapan) ciri dari manajementradisional, yakni :1) Berkesenian adalah kerja sampingan atau sambilan. Hal yang palingmendasar, biasanya organisasi kesenian tradisi di Nusantara menetukantujuan utamanya bukan sebagai organisasi bisnis. Begitu juga dengankelompok Ketoprak di Sumatera Utara, para pemain dan pemusiknyahanya sekedar meneruskan tradisi yang telah ada dengan istilahmelestarikan atau mengembangkannya. Jarang ditemukan sebuahorganisasi seni sebagai organisasi bisnis profesionalisme, layaknya sebuahperusahaan waralaba. Dengan tujuan sebagai kelompok yang mengusungkesenian sebagai pekerjaan sambilan, maka manajemennya pun ditanganisecara “sambilan” pula. Tujuan tidak akan diraih atau diusahakan untukberhasil dengan sebaik-baiknya. Waktu yang diluangkan untuk kegiatanberkesenian juga adalah waktu sambilan, di luar kerja utama profesiseseorang seniman.72) Menonjolkan pimpinan yang biasanya juga sebagai seniman utama danpenyandang dana utama organisasinya. Hal ini bisa dibuktikan padakelompok Ketoprak di Sumatera Utara, pada umumnya pimpinankelompok merangkap posisi ganda sebagai seniman utama, sutradara, danpenyandang dana organisani. Seperti kelompok Ketoprak LMARSpimpinan Bapak Suriat dan Ketoprak Langen Setio Budi Lestari pimpinanBapak Jumadi serta kelompok Ketoprak lainnya. Jika seorang pimpinanorganisasi kesenian yang punya kekuatan manajerial kuat, dan ia tidakmewariskan pada generasi selanjutnya, maka akan mati pula kelompokkesenian yang dipimpinnya ini. Atau pun kalau ada yang meneruskannamun tetap dalam lima babak. Strategi yang dilakukan untuk memperpanjang durasi setiap babakadalah dengan menampilkan improvisasi melalui tembang-tembang yang disajikan oleh pemerantokoh dan selingan lawak (Tutiek Sugiarti, 1989 dan Selamat Hariadi, 2015).7Pekerjaan utama para pemain Ketoprak umumnya adalah petani, wiraswasta, penarikbecak, satpam, kuli bangunan, guru dan pegawai.4

dengan mengikuti pola yang sama, tetapi dengan kapasistas yang kurangmumpuni, maka terjadi degradasi sosial dalam kelompok kesenian ini.3) Pembagian honorarium yang agak bersifat rahasia, dan biasanyadicarikan kata-kata yang “manis” seperti “uang pupur”, “uang lelah,”dan sejenisnya. Ciri manajemen seni secara tradisional adalah pembagianhasil jerih payah secara bersama, kurang menghargai peran integralkeseluruhan pelaku seni (seniman, kru, dan pihak pimpinan). Biasanyahonorarium ditentukan oleh pimpinan saja. Ada juga pimpinan yangmengambil homor 50 (lima puluh) persen lebih untuk dirinya pribadi, danselebihnya untuk pekerja seni lainnya. Akibatnya biasanya adalahmunculnya perasaan tidak senang diantara para pekerja seni yangdipimpinnya. Atau ada juga yang dengan ikhlas menerimanya, terutamaseniman-seniman yang baru direkrut. Agar uang hasil kerja bersama inidapat diambil sebesar-besamya oleh pimpinan kesenian, maka istilah yangdigunakan pun bukan dengan istilah profesionalisme, seperti gaji atauhonor kerja, dan sejenisnya tetapi cenderung menggunakan kata-kata yangbermosi kerja yang dilakukan sebagai kerja sampingan, seperti uang pupur(uang bedak), uang lelah, uang rokok, uang terima kasih, uang transport,dan sejenisnya. Rata-rata harga sekali pertunjukan (satu cerita) Ketoprakberkisar antara Rp.3.000.000 s.d. 10.000.000. Berdasarkan harga sekalipertunjukan tersebut, biasanya para pemain, pemusik dan krumendapatkan sekitar Rp. 150.000 s.d Rp. 500.000. Sisa uang pembagianbiasanya dimasukkan kas untuk pembelian kostum serta perawatanperalatan yang disimpan oleh pimpinan kelompok Ketoprak.4) Pembagian tugas tidak begitu spesifik. Ciri lainnya manajemen kelompokseni tradisional adalah tugas tumpang tindih setiap orang dalam organisasitersebut. Jarang seorang pemain hanya memainkan satu jenis tari ataumusik atau peran teater. Kadang sebagai seniman, ia juga harusmengangkat alat musik, sound sistem, tata lampu, properti tari, dan jugamerangkap sebagai pemeran dan pemusik. Hal seperti ini biasa terjadidalam kelompok kesenian tradisional termasuk Ketoprak. Pembagiankerja yang tidak spesifik ini biasanya akan pula mengurangi tanggungjawab dan tugas khususnya. Biasanya pendekatan semacam ini, berdasarkepada asumsi bahwa mereka adalah keluarga besar, oleh sebab itutanggung jawab dipikul secara bersama-sama layaknya keluarga. Kerjapun harus dikerjakan bersama-sama dalam sistem gotong royong, danseterusnya. Dengan cara kerja seperti ini, biasanya para seniman muda danyang berjenis kelamin laki-laki diutamakan untuk bekerja ekstra keras,dengan alasan tenaganya masih kuat, masih muda, dan masih jauhmasanya berkarir di bidang seni.5

5) Organisasi kesenian tradisional jarang dibentuk secara yuridis. Sebuahorganisasi kesenian biasanya dibentuk hanya berdasarkan musyawarahmufakat untuk kelestarian budaya semata. Sebagian besar kelompokKetoprak di Sumatera Utara tidak memiliki kekuatan hukum dalampendiriannya. Biasanya pimpinan kelompok Ketoprak hanyamencantumkan alamat, di papan nama maupun spanduk pertunjukan.Gambar 5.2Papan nama Kelompok Ketoprak tanpa nota pendirian6) Perekrutan seniman sifatnya “cabutan.” Cabutan adalah seniman darikelompok lain atau seniman yang tak terikat oleh kelompok disatu-satukanuntuk memenuhi permintaan kesenian dalam satu atau beberapa kalipertunjukan. Alasan melakukan ini adalah, banyak seniman inginmenambah penghasilan keuangannya melalui banyaknya pertunjukan. Ia6

tak mau terikat hanya dalam satu organisasi kesenian saja, karena jarangsekali ada sebuah organisasi kesenian yang membayar gaji seniman secararutin setiap bulan dengan jumlah tertentu sebagaimana layaknya tenagakerja. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan hampir seluruh pemainKetoprak saling mengenal satu sama lainnya karena berlatar belakangyang sama yaitu buruh Jawa. Namun karena tempat domisili para pemainyang sudah berpisah pisah maka seringlah terjadi pemain “cabutan”. BaikKelompok Langen Mardi Agawe Rukun Santosa (LMARS), Langen SetyoBudi Lestari (LSBL), Langen Mudo Siswo Budoyo (LMSB), dankelompok-kelompok lainnya kebanyakan pemain-pemainnya adalah orangyang sama meskipun kadang kadang pada setiap pertunjukannyamendapatkan peran yang berbeda.7) Asas keluarga dan kekeluargaan. Sistem manajemen ini banyakditerapkan oleh organisasi-organisasi kesenian di Nusantara. Sistem inimemang memiliki kelebihan di satu pihak, yaitu para anggotanya merasasebagai satu keluarga besar, yang terikat hubungan kekerabatan dan darah,sehingga masalah yang timbul dengan mudah dapat dipecahkanberasaskan kekeluargaan. Di sisi lain, sistem ini kurang demokratis,artinya bakat-bakat seniman yang handal di luar keluarga, agak sulit untukmasuk ke dalam organisasi seni tersebut. Kualitas sumber daya manusiadan produksi seni dalam organisasi seperti ini hanya menjadi nomor sekiansaja. Selain itu, pengembangan yang ekstensif kurang diperhatikan.Misalkan saja sejak zaman dahulu, mereka mewarisi kesenian Ketoprak,maka sampai sekarang pun mereka akan memproduksi kesenian yangsama. Untuk membuka diri memproduksi seni rakyat atau etnik lain agakkurang, karena pembatasan sumber daya manusia seni tadi.8) Sangat erat dengan ritual masyarakat. Setiap seniman Ketoprak tidakmengharapkan uang lelah atau uang honorarium. Mereka tidak keberatanjika hanya diberi amplop yang berisi uang Rp 50.000 setiap orangnya atauhanya sekedar memberI sebungkus rokok saja. Sekali lagi uang atau honorberkesenian bukan yang utama di sini, yang berperan adalah konsepkonsep dan aktivitas religius, yang memotivasi setiap orang dan senimanuntuk melakukannya menurut fungsi individunya dalam konteksmasyarakat luas dengan cita-cita dan tujuan bersama.STRATEGI PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTAN SENIPERTUNJUKAN TRADISIONAL KETOPRAK DI SUMATERA UTARABerkembang dan berlanjutnya seni dan budaya dapat dipengaruhi olehfaktor internal, dan eksternal.7

a. Faktor internal, yaitu kreativitas manusia yang tumbuh dari dalam dirinya yangmelahirkan ide-ide baru yang original.b. Faktor eksternal, yaitu faktor lingkungan hidup yang meliputi lingkungan alamdan lingkungan sosial budaya.Mengembangkan kesenian daerah seperti Ketoprak adalah menghidupkanzaman yang sedang tumbuh, bergerak, hidup, lentur dan berkarakter secaraterintegratif.Kesenian daerah adalah investasi masa depan bagi seluruh hajat hidup dankemaslahatan umat manusia. Untuk itu, seni-seni daerah perlu digali, dieksplorasidan diterjemahkan ke dalam ruang dan waktu zamannya. Seni PertunjukanTradisional Ketoprak perlu penyegaran warna, bentuk, pola ucap, kesan hinggakomunikasinya dengan masyarakat yang baru, dengan kebudayaan yang baru, dantentu dengan manusia-manusia baru yang memiliki berbagai latar belakang yangberbeda-beda baik asal-usul, etnis, bahasa, pendidikan, dan pekerjaan agar dapattersambung.Umar Kayam mengakui bahwa seni-seni tradisional atau seni-seni daerahsulit memasuki modernisasi dan proses integrasi-nasional karena posisinya yangbertolak belakang. Untuk itu, kelompok-kelompok seni, sosial maupunkeagamaan harus bersatu menghadapi kekuatan-kekuatan yang merongronginstabilitas dalam kehidupan berkesenian itu sendiri. Sedangkan dunia pendidikandapat menjadi media yang mampu melakukan kajian-kajian terhadapkemungkinan terbukanya proses berkesenian bagi seluruh pelaku seni-seni daerah.Untuk itu paling sedikit terdapat tiga pola yang dapat dikembangkan untukpengembangan kesenian secara gradual. Ketiga pola itu adalah seni daerah yangmampu didukung oleh pemerintah, didukung oleh komunitas, dan didukung olehdunia komersial.Ketiga pola di atas belum menjadi titik tolak dalam pengembangan seniseni daerah karena belum terdapat pola kebijakan yang bersifat holistik darimasing-masing daerah atau lembaga-lembaga yang memiliki kewenangan dalampengembangan seni-seni daerah. Masing-masing lembaga masih bekerja untukdirinya sendiri dan belum memposisikan diri secara terintegratif sesuai kebutuhanmasyarakat.81.Dikemas dalam pertunjukan pariwisata.Pementasan kesenian Ketoprak dapat ditampilkan di tempat hiburan umum,dan pariwisata seperti Kebun Binatang, Pekan Raya Sumatera Utara, Medan Fair,dan lain-lain. Pementasan Ketoprak dikemas dalam pertunjukan pariwisata supaya8Dikutip dari Autar Abdillah. “Upaya Pengembangan Kesenian Tradisional danTantangannya.” Disampaikan Dalam Workshop Kesenian Daerah, pada tanggal, 22 November2011 di Dewan Kesenian Kabupaten Sampang, Madura.8

lebih dikenal sehingga lambat laun semakin dikenal secara luas untuk kemudiandapat diterima oleh masyarakat dengan baik sebagai produk wisata. 9 Untuk itu,waktu pementasannya perlu dipadatkan dan dipersingkat dari 4-5 jam menjadihanya 1-2 jam saja. Pertunjukannya harus komunikatif, artinya pesan-pesan dalamdialog-dialognya harus dapat dicerna dan dipahami oleh penonton. Penggunaanbahasa Jawa pada keseluruhan dialog Ketoprak perlu dipertimbangkan untukmenggunakan bahasa yang umum dipahami oleh penonton tanpa menghilangkanidentitas dan jatidirinya sebagai kesenian tradisional Ketoprak. Dengan perkataanlain Seni Pertunjukan Tradisional Ketoprak perlu penyegaran keanggotaan, waktu,teknologi, warna, bentuk, pola, kesan hingga komunikasinya dengan masyarakatyang baru, dengan kebudayaan yang baru, dan tentu dengan manusia-manusiabaru yang memiliki berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan agar dapattersambung. Temuan penelitian tersebut selaras dengan pernyataan Fitriani(2012:80) bahwa industri kreatif adalah industri yang mengandalkan kreativitas,keahlian, dan bakat individu yang berpotensi untuk menghasilkan kekayaan danmenciptakan lapangan kerja dengan mengoptimalkan potensi itelektual yangdimiliki. Melalui tampil di tempat pariwisata maka masyarakat akan lebih seringmelihat pementasan Ketoprak sebagai produk wisata dan disisi lain seniman akanmemperoleh uang. Kusumastuty (2009:10) mengatakan bahwa dalampengembangan kesenian menjadi industri kreatif diperlukan seorang senimanyang konstruktif, artinya seniman mampu menjawab tuntutan dan tantanganzaman serta dapat memadukan antara kepentingan pariwisata dengan keseniansebagai cita-cita spiritual. Hal ini sangat penting supaya seniman tidak terjebakpada trend wisata dan cenderung cepat berubah mengikuti selera pasar denganmenghilangkan orisinalitas dan keunikannya. Untuk itulah dalam pengembangankesenian Ketoprak menjadi industri kreatif tidak boleh meninggalkan pakemnya.2.Disebarluaskan melalui media sosial, elektronik, dan cetak.9J. Maquet dalam bukunya Introduction to Aesthetic Anthropology (1971) menamakanseni yang diciptakan dan dikemas buat masyarakat asing atau wisatawan disebut sebagai art bymetamorphosis, atau art of acculturation, atau pseudo-traditional art, atau tourist art. Seni yangdicipta oleh masyarakat tradisional biasanya dipergunakan untuk berbagai kepentingan ritua

KETOPRAK: SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL JAWA DI SUMATERA UTARA. PENGEMBANGAN DAN KEBERLANJUTANNYA.1 Torang Naiborhu, Nina Karina Fakultas Ilmu Budaya USU Medan torang.naiborhu@yahoo.co.id RINGKASAN Ketoprak (Ketoprak Dor) adalah seni pertunjukan Jawa di Sumatera Utara yang berasal dari Surakarta Jawa Tengah.

Related Documents:

Ruang Lingkup Sejarah Kesenian. Kategori Kesenian Seni Pertunjukan (Perfomance Arts) Seni Rupa (Visual Arts) Seni Sastra Seni Media Rekam. Seni Pertunjukan Seni Tari Seni Drama Seni Musik. Seni Rupa Seni Lukis Seni Kriya Seni Patung Seni Arsitektur. Periodisasi Sejarah Kesenian

Manejemen dan Strategi Pengembangan Ketoprak: Seni Pertunjukan Tradisional Jawa di Sumatera Utara1 Torang Naiborhu Program Studi Etnomusikologi, Magister Penciptaan dan Pengkajian Seni Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan Jl. Universitas No. 19 Medan.Hp. 081263432432 torang.naiborhu@yahoo.co.id A. Pendahuluan

Seni musik meliputi apresiasi seni musik, estetika seni musik, penge tahuan bahan dan alat seni musik, teknik penciptaan seni musik, pertunjukan seni musik, evaluasi seni musik, dan portofolio seni musik. Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama/ Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) memuat pengenalan tek

6. Melestarikan (melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan) seni budaya. E. Ruang Lingkup Materi Materi Gerakan Seniman Masuk Sekolah meliputi: 1. Seni Pertunjukan: Seni Musik, Seni Tari, Seni Teater 2. Seni Rupa 3. Seni Media Baru 4. Seni Sastra Materi di atas bisa dilaksanakan hanya satu jenis seni

terdapat berbagai jenis diantaranya adalah seni rupa, seni musik, seni tari, seni drama, seni sastra. Seni rupamerupakan seni yang berhubungan dengan bentuk-bentuk visual yangdiungkapkan oleh manusia. Menurut Kartika (2004:34-35) seni patung merupakan salah satu cabang seni rupa tiga dimensi yangmemiliki fungsi, baik fungsi

7. membuat pergelaran dan pameran karya seni. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya memiliki 4 aspek seni, yaitu: 1) Seni Rupa Apresiasi seni rupa, Estetika seni rupa, Pengetahuan bahan dan alat seni rupa, Teknik penciptaan seni rupa, Pameran seni rupa, Evaluasi s

C. Ruang Lingkup Ruang lingkup mata pelajaran Seni Budaya memiliki 4 aspek seni, yaitu: (1) Seni Rupa Apresiasi seni rupa, Estetika seni rupa, Pengetahuan bahan dan alat seni rupa, Teknik penciptaan seni rupa, Pameran seni rupa, Evaluasi seni rupa, Portofolio

Cambridge IGCSE Global Perspectives 7 Unit 1: Belief Systems Recommended prior knowledge Students will bring their own experience of belief systems and that of their family and friends to this unit. They may have specific beliefs that inform their everyday lives. They may have strong opinions about issues in this topic. There are links with Unit 2 Conflict and Peace and Unit 5 Family and .