KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2

3y ago
23 Views
2 Downloads
653.76 KB
7 Pages
Last View : 23d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Gia Hauser
Transcription

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2Asti Dwi Rahmawati1 E34110041, Ashri Istijabah Az-Zahra1 E34120003, Rizki Kurnia Tohir1 E3120028,Yanuar Sutrisno1 E34120038, Gabriela Krisanti Adyasmita1 E34120101, Novita Amalia1 E34120104,Suhartini Telnoni1 E341201251Mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPBABSTRAKPengetahuan tentang tumbuhan obat dianggap penting untuk saat ini dan masa yang akan datang. Pengobatantradisional dengan tumbuhan obat merupakan pengobatan yang efektif, efesien, aman, dan ekonomis.Pemanfaatan tanaman untuk pengobatan dan pemeliharaan kesehatan sejalan dengan upaya back to natureyang kini digemari bahkan oleh bangsa barat. Melihat hal tersebut maka upaya konservasi terhadaptumbuhan obat perlu dilakukan. Maka dari itu perlu dilakukan pendataan mengenai tumbuhan obat yangdigunakan oleh masyarakat. Praktikum ini bertujuan mengungkap cara masyarakat Desa Cibanteng 2memanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional, mengungkap cara masyarakat Desa Cibanteng 2 dalammemperoleh tanaman obat, dan mendokumentasikan jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan sehari-harioleh masyarakat Desa Cibanteng 2. Metode yang digunakan adalah wawancara yang dilakukan pada tanggal03–04 Oktober 2015 di Desa Cibanteng 2 (RT 1/ RW 4, RT 2/RW 4, RT 4/RW 3). Tumbuhan obat yangdigunakan oleh masyarakat Desa Cibanteng 2 paling banyak berasal dari famili Zingiberaceae seperti jahedan temulawak dan banyak tumbuh di pekarangan rumah warga meskipun tidak sengaja dibudidayakan,tumbuh liar. Habitus tumbuhan obat yang paling banyak adalah pohon dengan bagian yang paling banyakdimanfaatkan adalah daun.Kata kunci: etnobotani, obat tradisional, tumbuhan obatPENDAHULUANEtnobotani merupakan ilmu botani yangmempelajari tentang pemanfaatan tumbuhtumbuhan dalam keperluan hidup sehari-hari danadat suku bangsa (Martin 2004). Pengetahuantradisional yang dimiliki setiap suku atau etnistersebut diwariskan secara turun-temurun(Bodeker 2000). Salah satu pengetahuantradisional tersebut adalah penggunaan tumbuhansebagai obat. Obat merupakan zat yangdikonsumsi tubuh untuk mengurangi rasa sakitmaupun menyembuhkan berbagai jenis penyakityang diderita oleh manusia (Arsyah 2014).Menurut Rahayu dkk (2006) Tradisi pengobatansuatu masyarakat tidak terlepas dari kaitan budayasetempat. Persepsi mengenai konsep sakit, sehat,dan keragaman jenis tumbuhan yang digunakansebagai obat tradisional terbentuk melalui suatuproses sosialisasi yang secara turun-temurundipercaya dan diyakini kebenarannya.Saat ini penelitian mengenai tumbuhanobat semakin banyak dilakukan. Hal ini karenapengetahuan tentang tumbuhan obat dianggappenting bukan hanya untuk saat ini saja tetapisampai kehidupan yang akan datang. Organisasikesehatan sedunia (WHO) telah menetapkankeyakinan bahwa pengobatan tradisional padamasa kini dan mendatang akan tetap digunakanoleh dua pertiga penduduk dunia denganmernanfaatkan sumber daya alam yang potensialberupa tanaman berkhasiat obat (Wijayakusuma2000). Selain manfaat tersebut Wijayakusuma(2000) juga menyebutkan bahwa pengobatantradisional dengan tanaman obat merupakanpengobatan yang efektif, efesien, aman, danekonomis.Pemanfaatantanamanuntukpengobatan dan pemeliharaan kesehatan sejalandengan upaya back to nature yang kini digemaribahkan oleh bangsa barat. Melihat hal tersebutmaka upaya konservasi terhadap tumbuhan obatperlu dilakukan. Maka dari itu, harus diketahuijenis-jenis tumbuhan obat beserta segala hal yangberkaitan dengan pemanfaatannya. Langkah awaluntuk itu adalah melalui pengetahuan masyarakatyang telah memanfaatkan tumbuhan obat tersebutsecara turun-temurun.Desa Cibanteng termasuk ke dalamKecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Desa initerdiri dari 10 RW dan 45 RT. Merupakan Desa

terpadat penduduk di Kabupaten Bogor. Padapraktikum ini Desa Cibanteng dibagi menjadi duabagian. Desa Cibanteng 2 dimulai dari sebelahbarat Kantor Desa Cibanteng sampai sebelahtimur Sungai Cinangneng.Praktikum ini bertujuan mengungkap caramasyarakat Desa Cibanteng 2 memanfaatantanaman obat sebagai obat tradisional,mengungkap cara masyarakat Desa Cibanteng 2dalam memperolehtanamanobat, danmendokumentasikan jenis-jenis tumbuhan obatyang digunakan sehari-hari oleh masyarakat DesaCibanteng 2.METODE PRAKTIKUMPraktikumKajianPemanfaatanTumbuhan Obat pada Masyarakat dilaksanakan diDesa Cibanteng 2 (RT 1/ RW 4, RT 2/RW 4, RT4/RW 3) pada 03–04 Oktober 2015. Peralatanyang digunakan dalam kegiatan praktikum antaralain, alat tulis, kamera, tally sheet, panduanwawancara, dan Fieldguide Tumbuhan Obat.Sedangkan bahan yang digunakan berupatumbuhan obat yang ada di Desa Cibanteng 2.Jenis data yang diambil pada KajianPemanfaatan Tumbuhan Obat diantaranya dataresponden dan data tumbuhan obat. Data respodenmeliputi: jenis kelamin, umur, pekerjaan,pendidikan, dan sumber pengetahuan tentangtumbuhan obat. Sedangkan data tumbuhan obatmeliputi: nama spesies (lokal dan ilmiah), , dan khasiat/manfaat tumbuhanobat.Metodepengumpulandatayangdigunakan dalam praktikum antara lain sebagaiberikut:1. Studi literaturStudi literatur dilakukan untuk identifikasijenis tumbuhan obat yang ditemukan.2. WawancaraWawancara dilakukan menggunakanmetodepurposivesampling.Jumlahresponden yang diwawancarai minimalberjumlah 10 orang. Responden yangdiwawancarai adalah masyarakat yangmemiliki koleksi Tumbuhan Obat Berguna(TOGA),masyarakatyangmemilikipengetahuan tentang tumbuhan obat yang adadi desa tersebut, dan masyarakat yang seringmenggunakantumbuhanobatdalamkehidupan sehari-hari.3. Survey lapanganSurvey lapangan dilakukan untukmengetahui kondisi lokasi pengamatan,terkait dengan karakteristik responden dankarakteristik tumbuhan obat, dan jugaperizinan kegiatan pengamatan kepada kepaladesa.4. DokumentasiKegiatan pengamatan yang dilakukandi dokumentasikan dalam bentuk foto ataugambar.Analisis data dilakukan secara kuantitatifmeliputi karakteristik responden dan karakteristiktumbuhan obat.Karakteristik Respondena. Komposisi Jenis KelaminPersentase jenis kelamin tertentu b. Komposisi UmurPersentase komposisi kelas umur tertentu c. Komposisi PendidikanPersentase tingkat pendidikan tertentu d. Komposisi Mata PencaharianPersentase mata pencaharian tertentu e. Komposisi Sumber Pengetahuan ObatPersentase sumber pengetahuan tertentu Karakteristik Tumbuhan Obata. Presentase FamiliPersentase famili tertentu b. Presentase Bagian yang DigunakanPersentase bagian yang dimanfaatkan c. Presentase HabitusPersentase habitus tertentu d. Presentase Tipe HabitatPersentase tipe habitat tertentu

e. Presentase Budidaya/LiarHasil dari perhitungan tersebut disajikandalam bentuk tabel (tabulasi) dan diagram (grafikatau pie chart), kemudian dianalisis secaradeskriptif.HASIL DAN PEMBAHASANKarakteristik Responden1. Jenis kelamin respondenResponden di Desa Cibanteng 2 lebihbanyakberjeniskelaminperempuandibanding laki-laki (Gambar 1).Gambar 1 Persentase responden DesaCibanteng 2 berdasarkan jenis kelaminPengambilan data di desa Cibanteng,Bogor diambil sebanyak 16 responden.Berdasarkan diagram di atas responden dariDesa Cibanteng memiliki jumlah perempuansebanyak 10 orang (63%) dan laki-lakisebanyak 6 orang (37%). Jumlah perempuanyang menjadi responden di desa tersebut lebihbanyak dari jumlah laki-laki. Hal ini karenawawancara dilakukan dengan mendatangirumah warga pada pukul 10.00-13.00 WIBdimana laki-laki banyak yang sedang bekerja.Selain itu perempuan sebagai ibu rumahtangga lebih sering menggunakan tumbuhanobat tersebut dalam kehidupan sehari-hariseperti memasak.2. Umur respondenResponden di Desa Cibanteng 2berdasarkan umur lebih banyak padakelompok umur 40-60 tahun (Gambar 2).Gambar 2 Persentase responden DesaCibanteng 2 berdasarkan kelas umurWawancara dilakukan kepada 16orang di Desa Cibanteng, Bogor. Berdasarkanpersentase jenis kelamin diperoleh kelompokumur dominan adalah 40-60 tahun yaitusebanyak 11 responden (69%). Saatwawancara banyak ditemui responden iburumah tangga dan laki-laki lansia. Hal inikarena warga yang berada pada usia tua lebihbanyak berada di rumah. Selain itupengetahuan mengenai tumbuhan obat jugabiasanya lebih banyak karena pemanfaatantumbuhan obat diajarkan secara turuntemurun.3. Tingkat Pendidikan RespondenTingkat pendidikan responden diDesa Cibanteng 2 bervariasi mulai dari SDsampai SMA atau sederajat. Tingkatpendidikan responden yang dimaksud dalampenelitian ini adalah pendidikan terakhir yangpernah atau telah ditempuh oleh masyarakatDesa Cibanteng Bogor yang menjadiresponden. Sebagian besar masyarakat yangmenjadi responden di Desa Cibanteng Bogoradalah tamatan Sekolah Dasar (SD), namunada pula sebagian responden yang tamatanSLTP dan SMA atau sederajat (Gambar 2).Gambar 3 Persentase responden DesaCibanteng 2 berdasarkan tingkat pendidikanDapat dilihat pada diagram bahwaresponden dengan latar belakang pendidikantamatan SD memiliki jumlah terbanyak, yaitusebesar 8 responden (50%). Pendidikanmerupakan salah satu aspek penting dalam

menunjang kualitas manusia. MenurutAlikodra (1985) diacu dalam Rosmiati (2010)latar belakang pendidikan yang rendah darimasyarakat merupakan salah satu faktorpenting terjadinya interaksi dalam masyarakatsekitar dengan sumberdaya yang terdapat dialam, karena latar belakang pendidikanberpengaruh terhadap pola pikir dan polahidup seseorang. Hal ini akan berpengaruhpula pada pandangan dan pengetahuanresponden mengenai tumbuhan obat dankesehatan keluarga.4. Mata pencaharian respondenMata pencaharian masyarakat DesaCibanteng, Bogor yang menjadi respondenterdiri dari petani, wiraswasta yangmerupakangabungandaripedagang,pensiunan, dan pegawai, serta ada pulabeberapa responden tidak bekerja yangkebanyakan ibu rumah tangga (Gambar 4).Gambar 5 Persentase responden DesaCibanteng 2 berdasarkan sumber pengetahuanresponden terhadap tumbuhan obatBerdasarkan diagram diatas, sebagianbesarmasyarakatmendapatsumberpengetahuan obat dari keluarga danditurunkan secara turun-temurun kepadagenerasi selanjutnya. Ada juga a saat mengalami sakit. Biasanyasakit yang dialami adalah penyakit ringanseperti diare, batuk, gatal, dan lain-lain.Karakteristik Tumbuhan Obat1. Presentase familiBerdasarkan hasil identifikasi diperolehbahwa tumbuhan obat yang teramati tersebarke dalam 34 famili. Dengan persentaseterbanyak berasal dari famili Zingiberaceae (5spesies) dengan nilai persentase sebesar8,47% (Gambar 6).Gambar 4 Persentase responden DesaCibanteng 2 berdasarkan mata pencaharianBerdasarkan diagram diatas dapatdilihat bahwa sebagian besar respondenbermata pencaharian sebagai ibu rumahtangga yaitu sebanyak 7 orang responden(44%). Mata pencaharian paling sedikitadalah pegawai yaitu 1 orang (6%). Hal inidikarenakan jumlah responden wanita lebihbanyak daripada pria. Selain itu ibu rumahtangga sering berada di rumah. Respondenkedua terbanyak adalah wiraswasta danpedagang (masing-masing 19%). Hal inikarena wiraswasta dan pedagang melakukanaktivitas yang berhubungan dengan matapencahariannya di rumah. Masyarakat yangbermatapencaharian pedagang membuka tokokelontong di rumah.5. Sumber pengetahuanMasyarakat Desa Cibanteng, Bogormemiliki berbagai sumber pengetahuantentang tanaman obat dari keluarga, tetangga,dan posdaya (Gambar 5).Gambar 6 Grafik perbandingan jumlah setiapfamiliHal ini menunjukkan bahwa familiZingiberaceae memiliki keanekaragamantumbuhan tertinggi yang dimanfaatkansebagai tumbuhan obat. Anggota famili inibanyak dimanfaatkan karena terdiri darispesies yang berfungsi sebagai penyembuhanberbagai jenis penyakit. Salah satu anggotaZingiberaceae yang sering dimanfaatkan olehwarga adalah jahe (Curcuma domestica Val.)dan temulawak (Curcuma xanthorrhizaRoxb).

2. Presentase bagian yang digunakanBerdasarkan bagian tumbuhan yangdimanfaatkan masyarakat sebagai tumbuhanobat, jumlah tumbuhan obat hasil etnobotanikepada masyarakat dapat digolongkan kedalam tujuh macam kategori bagian tumbuhanyaitu daun, batang, akar, kulit, buah, biji,getah dan bunga (Gambar 7).masyarakat Desa Cibanteng 2 adalah herba,liana, palm, perdu, pohon, dan semak(Gambar 8).Gambar 8 Grafik persentase habitustumbuhan obatGambar 7 Grafik bagian tumbuhan obat yangdimanfaatkanGambar 7 tersebut menunjukkanbahwa bagian tumbuhan obat yang palingbanyak digunakan oleh masyarakat adalahdaun dengan persentase 50,68% dari totalkeseluruhan bagian yang digunakan dan yanglainnya secara berturut-turut buah (16,44%),akar (13,70%), bunga (8,22%), biji (4,11%),batang (2,74%), dan getah (1,37%).Penggunaan bagian tumbuhan sebagaiobat memiliki perbedaan untuk setiap spesiestumbuhan obat, ada yang hanya menggunakanbagian tertentu dan ada yang a pada masing-masing bagiantumbuhan obat tertentu memiliki kandunganzat yang berbeda-beda sehingga manfaatnyaakan berbeda pula (Aristantia 2012). Daunmemilikipersentasetertinggidalampenggunaan tumbuhan obat dikarenakan daunmemiliki struktur yang lunak sehingga mudahdigunakan sebagai tumbuhan obat. Hal inijuga karena daun sebagai tempat fotosintesisyang merupakan tempat pembentukan zat-zatmakanan bagi tumbuhan, sehingga dauncenderung memiliki zat-zat yang kompleksyang bermanfaat bagi kesehatan. Selain itudaun memiliki tingkat regenerasi yang tinggiuntuk kembali bertunas setelah dimanfaatkandan tidak memberi pengaruh yang besarterhadap pertumbuhan suatu tumbuhanmeskipun daun merupakan tempat fotosintesis(Fakhrozi 2009).3. Presentase habitusBerdasarkan data didapatkan bahwahabitus tumbuhan obat yang digunakan olehDapat dilihat pada gambar 8 bahwapresentase habitus terbanyak adalah pohondenganpresentasesebesar45,059%,sedangkan terkecil yaitu pada habitus semakdengan presentase 2, 941%. Hal ini karenakebanyakan masyarakat menanam tumbuhanselain dari segi manfaat juga dari segikomersil dimana kedepannya tumbuhantersebut dapat dimanfaatkan sebagai sumberpenghasilan contohnya pohon cengkehdimana selain cengkehnya dapat dijual jugapohonnya yang dapat dimanfaatkan sebagaisumber penghasilan alternatif. Habitus pohonyang ada kebanyakan merupakan sumberbahan-bahan masakan seperti asam jawa,salam, dan mengkudu. Habitus semakmendapat presentase paling kecil disebabkankarena kebanyakan habitus ini bukanmerupakantumbuhanyangbanyakdimanfaatkan untuk sehari-hari, hanyabeberapa tumbuhan yang dimanfaatkansebagai pakan untuk kambing maupun dombaseperti pecah beling.4. Presentase tipe habitatTerdapat dua tipe habitat tumbuhanobat di Desa Cibanteng 2 yaitu kebun danpekarangan rumah (Gambar 9).Gambar 9 Grafik persentase tipe habitattumbuhan obat

Berdasarkan gambar 9 kebanyakanmasyarakat menanam tanaman di sekitarpekarangan, hal ini bertujuan untukmemudahkan dalam memanen ketikamusimnya dan ketika diperlukan untuk bahanbahan masakan. Kebanyakan tanaman yangditanam sekitar pekarangan merupakantanaman yang dapat dimanfaatkan sebagaibahan makanan seperti kunyit, jahe, kencur,pepaya, dan lain-lain. Hanya beberapatanaman yang ditanam dikebun yaitu sirsak,jahe, dan brotowali.5. Presentase budidaya/liarTumbuhan obat di Desa Cibanteng 2merupakan tumbuhan liar dan tumbuhanbudidaya (Gambar 10).Gambar 10 Grafik persentase tumbuhan obatBerdasarkan gambar 10 kebanyakantanaman tersebut merupakan tanaman liar,dengan presentase tanaman budidaya yaitu25% dan tanaman liar yaitu 75%. Hal inidisebabkan karena masyarakat lebih memilihtanaman yang jarang dijumpai atau susahdidapatkan dan merupakan tanaman yangdigunakan sebagai bahan-bahan memasakseperti alpukat, jahe, kencur, pare, dan lainlain. Sedangkan tanaman liar yang adamerupakan tanaman yang bukan sengajaditanam seperti takokak, cecenet, dan jambu.SIMPULANTumbuhan obat yang digunakan olehmasyarakat Desa Cibanteng 2 paling banyakberasal dari famili Zingiberaceae seperti jahe dantemulawak dan banyak tumbuh di kan, tumbuh liar. Habitus tumbuhanobat yang paling banyak adalah pohon denganbagian yang paling banyak dimanfaatkan adalahdaun.DAFTAR PUSTAKAAristantia T. 2012. Kajian pemanfaatan tumbuhanobat keluarga di Kampung BabakanCengal Desa Karacak KecamatanLeuwiliang, Kabupaten Bogor. [Skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.Arsyah DC. 2014. Kajian etnobotani tanamanobat (herbal) dan pemanfaatannya dalamusaha menunjang kesehatan keluarga diDusun Turgo, Purwobinangun, Pakem,Sleman. [Skripsi]. Yogyakarta (ID):Program Studi Biologi Fakultas Sains danTeknologi Universitas Islam NegeriSunan Kalijaga.Bodeker G. 2000. Indigenous medical knowledge:the law and politics of protection. Didalam: Oxford Intellectual PropertyResearch Centre Seminar in St. Peter’sCollege; 2000 Januari 25; Oxford.Fahrozi I. 2009. Etnobotani masyarakat sukumelayu tradisional di sekitar TamanNasional Bukit Tiga Puluh. [Skripsi].Bogor (ID): Departemen KonservasiSumberdaya Hutan dan EkowisataFakultas Kehutanan Institut PertanianBogor.Martin GJ. 2004. Etnobotany: A ‘People andPlant’ Conservation Manual. London(UK): Chapman and Hall.Rahayu M, Sunarti S, Sulistiarini D,Prawiroatmodjo S. 2006. Pemanfaatantumbuhan obat secara tradisional olehmasyarakat lokal di Pulau Wawonii,Sulawesi Tenggara. Biodiversitas. 7(3):245–250.Rosmiati S. 2010. Pengembangan tumbuhan obatkeluarga melalui peran serta masyarakat(studi kasus di Kampung Gunung LeutikDesa Benteng, Kecamatan CiampeaBogor) [Skripsi]. Bogor: DepartemenKonservasi Sumberdaya Hutan DanEkowisata Fakultas Kehutanan. InstitutPertanian Bogor.Wijayakusuma H. 2000. Potensi tumbuhan obatasli Indonesia sebagai produk kesehatan.Dalam: Risalah Pertemuan IlmiahPenelitian Dan Pengembangan TeknologiIsotop Dan Radiasi. [Tanggal dan tempatpertemuan tidak diketahui].

LAMPIRANSalah satu warga di Desa Cibanteng 2Salah satu sumber pengetahuan warga DesaCibanteng 2 tentang tumbuhan obatBudidaya jahe di Desa Cibanteng 2Salah satu tumbuhan obat di Desa Cibanteng 2JOBDESKAsti Dwi RahmawatiAshri Istijabah Az-ZahraRizki Kurnia TohirYanuar SutrisnoGabriela Krisanti AdyasmitaNovita AmaliaSuhartini Telnoni: Pembahasan karakteristik responden: Penghitungan karakteristik responden, pendahuluan, dokumentasi: Pembahasan karakteristik tumbuhan obat, metode: Pembahasan karakteristik tumbuhan obat, metode: Pembahasan karakteristik responden, simpulan, abstrak: Penghitungan karakteristik tumbuhan obat, tally sheet, ppt: Penghitungan karakteristik tumbuhan obat, tally sheet, ppt

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2 Asti Dwi Rahmawati1 1E34110041, Ashri Istijabah Az-Zahra E34120003, Rizki Kurnia Tohir1 E3120028, Yanuar Sutrisno 1 E34120038, Gabriela Krisanti Adyasmita E34120101, Novita Amalia1 E34120104, Suhartini Telnoni1 E34120125 1Mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB

Related Documents:

cakupan studi etnobotani. Ketiga, selama ini ada kesan bahwa sasaran studi etnobotani adalah masyarakat tradisional di kawasan negara berkembang (non-western). Ford menekankan bahwa tidak benar bahwa etnobotani harus mempelajari masyarakat non-barat; bangsa-bangsa barat (western) juga mempunyai nilai-nilai etnobotani yang harus diselidiki dan

Keywords: empon-empon, herbal medicine, production, management, marketing. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara penghasil komoditi obat-obatan yang potensial. Aneka ragam jenis tanaman obat telah diproduksi sebagai bahan baku obat modern maupun obat tradisional (jamu). Prospek pengembangan produksi tanaman obat cukup cerah antara lain karena berkembangnya industri obat modern dan .

Daftar Obat Esensial Nasional adalah daftar yang memuat obat esensial yang diterbitkan oleh suatu negara. Daftar obat esensial nasional disusun berdasarkan konsensus untuk pengobatan dengan obat yang tersedia yang dipilih berdasarkan kemanfaatan dan keamanan. Daftar obat esensial dapat disesuaikan dengan level pelayanan yang ada, misal daftar .

Metananda, Arya A. 2012. Etnobotani Pangan Dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat) [Skripsi]. Bogor: Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Ndero G dan R Thijssen. 2004.

herbal 37,55%), Pakistan US 10,71 juta (36,76%), Malaysia US 2,67 juta (9,17%), Vietnam sebesar US 1,19 juta (4,12%) dan Jepang sebesar US 806 ribu (2,77%). nilai ekspor obat Herbal indonesia 2009-2013 (Us ribu) Produk Utama ekspor obat Herbal indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia. Warta Ekspor Edisi September 2014 5 Tajuk Utama Pasar Impor Obat Herbal Nilai impor obat herbal .

OBAT HERBAL TERSTANDAR DAN FITOFARMAKA - 29 BAB PRODUK OBAT MODERN ASLI INDONESIA HAL 30 – 100 INDEX 114 . B Informatorium Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Masa Pandemi COVID-19 2 Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan atas karunia-Nya, penyusunan “Informatorium Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) di Masa Pandemi COVID-19” dapat diterbitkan untuk memberikan dukungan .

PEDOMAN CARA PEMBUA TAN OBAT TRADISIONAL YANG BAlK i. PENDAHULVAN 1.1. Latar 8elakang Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan . selumh aspek pembuatan obat tradisional dalam industri obat tradisional tersebut selalu mel11enulu CPO'lH.

governing America’s indigent defense services has made people of color second class citizens in the American criminal justice system, and constitutes a violation of the U.S. Government's obligation under Article 2 and Article 5 of the Convention to guarantee “equal treatment” before the courts. 8. Lastly, mandatory minimum sentencing .