BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pengukuran Kinerja

1y ago
26 Views
3 Downloads
1,021.08 KB
18 Pages
Last View : 16d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Ciara Libby
Transcription

BAB IILANDASAN TEORI2.1. Sistem Pengukuran Kinerja2.1.1. Pengertian KinerjaPengertian kinerja secara bahasa menurut Sobirin, (2014) adalah pertunjukan,pekerjaan, perbuatan, pergelaran prestasi, hasil. Menurut Neely, et al., (1997)mengatakan bahwa kinerja sama dengan efektifitas dan efisiensi. Kinerja menurutMoeheriono (2009), merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaianpelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran,tujuan,visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategissuatu organisasi.2.1.2. Pengertian Pengukuran KinerjaMenurut Neely et al., (2005) Pengukuran kinerja (Performance Measurement) didefinisikan sebagai proses mengukur tindakan efektifitas dan efisiensi.Sedangkan sistem pengukuran kinerja (Perfomance Measurement System) adalahsekumpulan matrik yang terstruktur yang digunakan untuk mengkuantifisirefisiensi dan efektifitas suatu aktivitas (Neely et al., 2005).Pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadapberbagai aktivitas dalam rantai nilai yang terdapat di dalam perusahaan, hasilpengukuran kemudian dipergunakan sebagai umpan balik yang akan memberikaninformasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaanmemerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian(Sari & Arwinda, 2015).2.1.3. Manfaat Pengukuran KinerjaSalah satu aspek penting dari pengukuran kinerja perusahaan adalah sebagaidasar untuk melakukan pengambilan keputusan dan mengevaluasi kinerjamanajemen serta unit-unit terkait di lingkungan organisasi perusahaan, sehinggamemberikan kontribusi terhadap kemajuan dan keberhasilan perusahaan dalam4

mencapai sasarannya (Nugrahayu, 2015). Menurut Atkinson, Banker, Kaplan,Young (1997) memiliki 3 fungsi utama yaitu:1 Memfokuskan anggota organisasi pada sasaran organisasi dengan memilihsasaran primer dan sekunder pada proses perencanaan kemudian menetapkanukuran-ukuran atas sasaran tersebut.2 Mengkoordinasi pengambil keputusan individual dengan menjamin bahwasemua organisasi memahami apa yang menjadi sasaran organisasi danmengetahui bagaimana mencapai sasaran tersebut.3 Menyediakan dasar bagi pembelajaran dengan cara memberikan ukuran-ukuransebanding atas sasaran primer dan sekundernya, sehingga anggota organisasidapat menjelaskan alternatif atas hubungan sebab akibat.2.1.4. Model-Model Sistem Pengukuran Kinerja TerintegrasiDalam melakukan perancangan sistem pengukuran kinerja organisasi,dibutuhkan model pengukuran kinerja yang tepat untuk digunkan. Berikut iniadalah model-model sistem pengukuran kinerja, yaitu:1. Balance Scorecard (BSC)Balanced Scorecard (BSC) adalah metode manajemen kinerja terintegrasiyang menghubungkan berbagai tujuan dan ukuran kinerja dan strategiorganisasi. Balanced scorecard menerjemahkan misi dan strategi organisasidalam tujuan operasional serta ukuran kinerja dalam empat perspektif, yaituperspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal,serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (Nugrahayu, 2015).Balanced Scorecard (BSC) termasuk pengukuran finansial yang memberitahu hasil dari tindakan yang telah diambil. dan melengkapi langkah-langkahkeuangan dengan langkah-langkah operasional pada kepuasan pelanggan, prosesinternal, dan inovasi organisasi dan kegiatan perbaikan tindakan operasionalyang merupakan pendorong kinerja keuangan masa depan (Kaplan & Norton,1992).5

2. Sustainability Balance Scorecard (SBSC)Sustainability Balance Scorecard (SBSC) adalah perluasan dari modelBalance Scorecard (BSC) dengan menambahkan perspektif lingkungan dansosial pada empat perspektif dasar dalam model Balanced Scorecard. modelSustainability Balance Scorecard memperlihatkan hubungan kausal antarakinerja ekonomi dengan lingkungan dan sosial perusahaan (Mubin, 2006).Sustainability Balance Scorecard merupakan model sistem pengukurankinerja yang telah dikembangakan untuk fokus pada pengukuran yang lebihbersifat kualitatif. Metode ini dirancang sebagai jembatan kesenjangan antaratingkat strategis dan operasi perusahaan.3. Cambridge modelModel Cambridge menggunakan product group sebagai dasar untukmengidentifikasi KPI dan dari pengelompokan produk tersebut dilakukanpenentuan tujuan bisnis untuk product group-nya (Mubin, 2006).4. Performance PrismPerformance Prism merupakan suatu metode pengukuran kinerja yangmenggambarkan kinerja organisasi sebagai bangun 3 dimensi yang memiliki 5bidang sisi, yaitu dari sisi kepuasan stakeholder, strategi, proses, kapabilitas, dankontribusi stakeholder (Vanany & Tanukhidah, 2004).Performance Prism diawali dengan melakukan pengidentifikasian terhadapkepuasan dan kontribusi (satisfaction and contribution) stakeholder yangdijadikan sebagai dasar untuk membangun strategi perusahaan. Selain ituPerformance Prism juga mengidentifikasi stakeholder dari banyak pihak yangberkepentingan, seperti pemilik dan investor, supplier, konsumen, tenaga kerja,pemerintah dan masyarakat sekitar (Vanany & Tanukhidah, 2004).5. Integrated Performance Measurement System (IPMS)Integrated Performance Measurement System (IPMS) adalah model sistempengukuran kinerja yang dikembangkan di Center for Strategic Manufacturing6

(CSM) dari University of Strathclyde, Glasgow. Tujuan dari model IPMS agarsistem pengukuran kinerja lebih robust, terintegasi, efektif dan efisien. model inimenjadikan keinginan Stakeholder menjadi titik awal didalam melakukanperancangan sistem pengukuran kinerjanya. Stakeholder tidak berarti hanyapemegang saham (shareholder), melainkan beberapa pihak yang memilikikepentingan atau dipentingkan oleh organisasi seperti konsumen, karyawan(Vanany & Tanukhidah, 2004).Model IPMS membagi level bisnis suatu organisasi menjadi 4 level sepertiGambar 1, yaitu: Business (Corporate – Bisnis Induk), Business Unit (UnitBisnis), Business Process (Proses Bisnis), dan Activity (Aktivitas Bisnis).Sehingga perancangan SPK dengan model IPMS harus mengikuti tahapantahapan sebagai berikut: identifikasi stakeholder dan requirement, bjectivesbisnis,mendefinisikan measures/KPI, melakukan validasi KPI, dan spesifikasikan KPI(Suartika, Patdono, & Syairuddin, 2007).6. Integrated Environmental Performance Measurement System (IEPMS)Integrated Environment Performance Measurenment System (IEPMS)merupakan model sistem pengukuran kinerja yang berkaitan dengan lingkungan.IEPMS menggunakan ukuran-ukuran kuantitatif dan kualitatif yang digunakansecara bersama-sama (Mubin, 2006).Pada penelitian ini, model yang dirasa tepat oleh peneliti untuk mengukurkinerja perusahaan CV. Mitra Jaya Companny secara komperhensif yaitu modelBalanced Scorecard (BSC).2.2. Perancangan Sistem kinerja Balanced Scorecard (BSC)Balance Scorecard pada awalnya digambarkan sebagai sistem pengukurankinerja yang terdiri dari ukuran-ukuran keuangan maupun ukuran-ukuran nonkeuangan (Malmi Teemu, 2001). Menurut Kaplan dan Norton (1996), BalancedScorecard merupakan alat pengukur kinerja eksekutif yang memerlukan ukurankomprehensif dengan empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif7

pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan danpembelajaran. Atkinson, Banker, Kaplan, dan Young (1997) mendefinisikanBalanced Scorecard sebagai “a measurement and management system that views abusiness unit’s performance from four perspectives: financial, customer, internalbusiness process, and learning and growth”. Keseimbangan (balanced) yangdimaksud dalam Balanced Scorecard menunjuk pada adanya kesetimbangan padaperspektif-perspektif yang akan diukur, yaitu antara perspektif keuangan danperspektif non keuangan.2.2.1. Empat Perspektif Dalam Metode Balanced Scorecard (BSC)2.2.1.1 Perspektif KeuanganDalam model Balanced Scorecard perspektif keuangan menjadi salah satuukuran yang menunjukan perencanaan dan pelaksanaan strategi perusahaanmenglami peningkatan atau penurunan.Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan darisikluskehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest (Kaplan & Norton, 2000) Tiaptahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya punberbeda pula.a. Growth (berkembang) adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaandimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang secara signifikanmemiliki potensi pertumbuhan yang baik. Disini manajemen terikat dengankomitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa baru, membangundan mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi, menambahkemampuan operasi, mengembangkan system, infrastruktur, dan jaringandistribusi yang akan mendukung hubungan global, serta membina danmengembangkan hubungan dengan pelanggan.b. Sustain (bertahan) adalah tahapan kedua di mana perusahaan masihmelakukan investasi dan reinvestasi dengan mengisyaratkan nmencobamempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya, nuntuk

menghilangkan bottleneck, mengembangkan kapasitas, dan meningkatkanperbaikan operasional secara konsisten. Sasaran keuangan pada tahap inidiarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.Tolak ukur yang kerap digunakan pada tahap ini, misalnya ROI, profitmargin, dan operating ratio.c. Harvest (panen) adalah tahapan ketiga di mana perusahaan benar-benarmemanen/menuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagiinvestasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru,kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasarankeuangan adalah hal yang utama dalam tahap ini, sehingga diambil sebagaitolak ukur, yaitu memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modalkerja.2.2.1.2 Perspektif PelangganPerspektif pelanggan menjadi cukup penting dalam pengukurankeberhasilan perusahaan. jika pelanggan tidak puas maka mereka akan mencariprodusen lain yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dariperspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan (Hanuma, 2010)Oleh Kaplan dan Norton, (2001) Perspektif pelanggan memiliki stomercoremeasurement) dan proposisi nilai pelanggan (customer value proposition).Customer Core Measurement memiliki beberapa komponen pengukuran, yaitu:1. Market Share (pangsa pasar); Pengukuran ini mencerminkan bagian yangdikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi: jumlahpelanggan, jumlah penjualan, dan volume unit penjualan.2. Customer Retention (retensi pelanggan); Mengukur tingkat di manaperusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen.3. Customer Acquisition (akuisisi pelanggan); mengukur tingkat di mana suatuunit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.9

4. Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan); Menaksir tingkat kepuasanpelanggan terkait dengan kriteria kinerja spesifik dalam value proposition.5. Customer Profitability (profitabilitas pelanggan); mengukur keuntunganyang diperoleh perusahaan dari penjualan produk/jasa kepada konsumen.Sedangkan Customer Value Proposition merupakan pemicu kinerja yangterdapat pada core value proposition yang didasarkan pada atribut sebagai berikut:1. Product/service attributesMeliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas. Pelangganmemiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Adayang mengutamakan fungsi dari produk, kualitas, atau harga yang murah.Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atasproduk yang ditawarkan. Selanjutnyapengukuran kinerja ditetapkanberdasarkan hal tersebut.2. Customer relationshipMenyangkut perasaan pelanggan terhadap proses pembelian produk yangditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini sangat dipengaruhi olehresponsivitas dan komitmen perusahaan terhadap pelanggan berkaitandengan masalah waktu penyampaian. Waktu merupakan komponen yangpenting dalam persaingan perusahaan. Konsumen biasanya menganggappenyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang pentingbagi kepuasan mereka.3. Image and reputationMenggambarkan faktor-faktor intangible yang menarik seorang konsumenuntuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun image and reputationdapat dilakukan melalui iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.(Kaplan & Norton, 2000)2.2.1.3 Perspektif Proses Bisnis InternalPerspektif proses bisnis internal dalam metode Balanced Scorecard inimemungkinkan manajer untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalandan apakah produk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan10

(Hanuma, 2010). Perspektif ini harus didesain dengan hati-hati oleh mereka yangpaling mengetahui misi perusahaan yang mungkin tidak dapat dilakukan olehkonsultan luar. Kaplan & Norton, (2000) membagi proses bisnis internal ke dalamtiga tahapan, yaitu:a. Proses inovasiDalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasimerupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas sertaketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensibiaya pada proses penciptaan nilat tambah bagi pelanggan. Dalam proses ini,unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan dari pelanggan danmenciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. Proses inovasi dalamperusahaan biasanya dilakukan oleh bagian marketing sehingga setiapkeputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-syaratpemasaran dan dapat dikomersialkan (didasarkan pada kebutuhan pasar).b. Proses OperasiProses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/jasa.Aktivitas didalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian: 1) prosespembuatan produk, dan 2) proses penyampaian produk kepada pelanggan.Pengukurankinerja yang terkait dalam proses operasi dikelompokkan padawaktu, kualitas, dan biaya.c. Proses Pelayanan Purna JualProses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualanproduk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini,misalnya penanganan garansi dan perbaikan penanganan atas barang rusakdan yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan. Perusahaandapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telahmemenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolak ukur yang bersifatkualitas, biaya, dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi.Untuk siklus waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran waktu darisaat keluhan pelanggan diterima hingga keluhan tersebut diselesaikan.11

2.2.1.4 Perspektif Belajar dan PertumbuhanProses ini mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaanuntuk meningkatkan pertumbuhan dan kinerja jangka panjang. Proses pembelajarandan pertumbuhan ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, danprosedur organisasi. Yang termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawaidan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu danorganisasi (Hanuma, 2010).Hasil dari pengukuran ketiga perspektif sebelumnya biasanya akanmenunjukkan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, sistem, danprosedur yang ada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yangdiinginkan. Inilah alasan mengapa perusahaan harus melakukan investasi di ketigafaktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajar(learning organization).Dalam perspektif ini, menurut (Hanuma, 2010) ada faktor-faktor pentingyang harus diperhatikan, yaitu:a. Kapabilitas pekerjaDalam hal ini manajemen dituntut untuk memperbaiki pemikiran pegawaiterhadap organisasi, yaitu bagaimana para pegawai menyumbangkan segenapkemampuannya untuk organisasi. Untuk itu perencanaan dan rdasandankreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi.b. Kapabilitas sistem informasiBagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah mendukungpencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan informasi-informasiyang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi yang memadai,kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yangakurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.c. Motivasi, kekuasaan dan prosesyangberkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang12

sebesar-besarnyabagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru menjelaskanbahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai untuk melakukantrial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-sama dicoba-kenali tidaksaja oleh jenjang manajemen strategis tetapi juga oleh segenap pegawai didalam organisasi sesuai kompetensinya masing-masing. Upaya tersebut perludidukung dengan motivasi yang besar dan pemberdayaan pegawai berupadelegasi wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan. Selain itu,upaya tersebut jugaharus dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terusmenerus yang sejalan dengan tujuan organisasi.2.2.2. Perencanaan Balanced Scorecard (BSC)Proses perancangan sistem pengukuran kinerja (SPK) dengan model BalanceScorecard yakni meliputi; menganalisis visi, misi, dan tujuan perusahaan, lalumenentukan sasaran strategis masing-masing perspektif (finansial, pelanggan,proses bisnis internal, dan proses belajar dan pertumbuhan) berdasarkan hasilanalisa tujuan perusahaan, menentukan Key Performance Indicator (KPI) darisasaran strategis. Dalam menentukan sasaran strategis pada tiap perspektif dan KPIditentukan melalui diskusi dan wawancara dengan pihak managerial perusahaan.Setelah itu dilakukan pembobotan masing-masing persektif dan KPI yang adadengan menggunakan metode Analytchal Hierarchy Process (AHP) untukmemetakan perspektif dan KPI yang ada berdasarkan tingkat kepentingan,pembobotan ini dapat dilakukan dengan memberikan kuisioner pada generalmanager, selaku orang yang memiliki wewenang terhap perusahaan. Laludilakakuan pengukan dengan menggunakan metode Objective Matrix (OMAX),dan memberikan penilaian dari hasil pengukan dengan menggunakan metodeTrafict light system (TLS).2.2.2.1 Visi, Misi, Tujuan dan Strategi PerusahaanPada sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan metode BalancedScorecard perlu dilakukan penerjemahan visi, misi, dan tujuan perusahaan kedalam13

sasaran strategis perusahaan, sehingga apa yang telah dilakukan oleh perusahaanbersinergis dengan apa yang direncanakan oleh perusahaan. Terlebih dahulu perludiketahui, apa yang dimaksud dengan visi dan misi.1. Visi PerusahaanVisi perusahaan berisi gambaran masa depan, tujuan akhir. Cita-cita dariperusahan yang bersangkutan. Visi adalah suatu pandangan yang jauh tentangperusahaan yaitu pandangan tentang bagaimana kondisi perusahaan dimasa depan.Sangat penting bagi para manajer dan eksekutif di setiap organisasi untukmenyepakati visi dasar perusahaan yang hendak dicapai dalam jangka panjang.Pernyataan visi haruslah menjawab pertanyaan dasar “ingin menjadi apakah kita?”.Banyak organisasi memiliki pernyataan visi dan misi, tetapi pernyataan visi harusdibuat pertama dan paling utama. Pernyataan visi haruslah singkat, sebaiknyadalam satu kalimat, dan dibuat berdasarkan masukan dari sebanyak mungkinmanajer (David, 2004).2. Misi PerusahaanDruker dalam david (2004) mengatakan bahwa mengajukan pertanyaan,“Apakah bisnis kita?” sama dengan menanyakan “Apakah misi kita?”. Jadi,pernyataan misi adalah suatu deklarasi mengenai “alasan keberadaan” suatuorganisasi. pernyataan tersebut menjawab pertanyaan yang sangat penting, yaitu“Apakah bisnis kita?”. Pertanyaan misi yang jelas sangat membantu dalammenetapkan tujuan-tujuan dan merumuskan strategi yang efektif.Pernyataan misi terkadang disebut sebagai pernyataan keyakinan (reedstatement), pernyataan tujuan, pernyataan filosofis, pernyataan kepercayaan,pernyataan prinsip-prinsip bisnis, atau pernyataan yang “mendefinisikan bisniskita”. Pernyataan misi mengungkapkan keinginan organisasi untuk menjadi apa dansiapa yang akan dia layani.Komponen misi meliputi; pelanggan, produk/jasa, pasar, teknologi, perhatianterhadap keberlangsungan hidup, pertumbuhan dan keuntungan, filsafat, konsepdiri, perhatian terhadap citra publik, dan perhatian terhadap karyawan (David,2004).14

3. Sasaran dan Tujuan PerusahaanHampir semua model manajemen rasional menggunakan asumsi bahwa perilakumansia akan menjadi fungsional (semestinya) dan kinerja organisasi akan dapatmeningkat jika tujuan (goal) konsisten dan jelas. Manajemen strategis lebih jauhmembedakan antara tujuan (goal) dan sasaran (objective).Tujuan adalah pernyataan luas tentang apa yang akan diwujudkan olehorganisasi. tujuan menunjukkan arah menyeluruh yang akan ditju oleh organisasi,seperti meningkatkan pendapatan penjualan atau laba, melindungi pangsa pasar,mendiversikasi, atau meningkatkan kualitas. Tujuan merupakan penjabaran visiorganisasi. sedangkan sasaran adalah target jangka panjang yang secara spesifikdiharapkan oleh organisasi untuk dicapai dalam jangka waktu tertentu. Sebagaicontoh, jika tujuan jangka panjang adalah meningkatkan penjualan, maka sasaranyang berkaitan adalah mencapai total pendapatan penjualan sebesar 50 milyar pertahun pada tahun 2001. Tujuan menyediakan arah, sasaran menyediakan tonggakpencapaian (milestone) yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan dalammenuju tujuan (Mulyadi, 2001).4. Strategi PerusahaanStrategi perusahaan adalah rumusan praksis tindakan perusahaan dalam rangkamewujudkan visi dan misi perusahaan.Strategi dirumuskan untuk menggalangberbagai sumber daya organisasi dan mengarahkannya ke pencapaian visiorganisasi. tanpa strategi yang tepat, sumber daya organisasi akan terhamburkonsumsinya, sehingga akan berakibat pada kegagalan organisasi dalammewujudkan visinya. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, strategimemainkan peran penting dan menentkan dalam mempertahankan kelangunganhidup dan pertumbuhan perusahaan. Setelah strategi dirumuskan, kemudianditerjemahkan kedalam rencana strategis yang meliputi komponen; sasaranstrategis; target dan inisiatif (Mulyadi, 2001).15

2.2.2.2 Penentuan ukuran Pencapaian Tujuan StrategisTujuan strategis merupakan turunan konkrit dari visi dan misi perusahaan,tujuan strategis dirancanga sebagai ukuran pencapaian perusahaan, Ada dua ukuranyang perlu ditentukan untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan strategisyaitu ukuran hasil (outcome measure atau log indicator). Keberhasilan pencapaiantujuan strategis ditujukkan dengan ukuran tertentu yang disebut ukuran hasil. Untukmencapai hasil diperlukan pemacu kinerja atau ukuran yang menyebabkan hasildicapai (Kaplan dan Norton, 2000).2.2.2.3 Penentuan Target dan InisiatifDalam perancangan sistem pengukuran kinerja dengan menggunakanBalanced Scorecard penerjemahan visi dan misi kedalam target dan inisiatifmenjadi hal yang penting, karena untuk mengetahui sejauh mana pencapaian darivisi dan misi perlu ada indikator yang terukur. Sehingga secara kongkrit dapatdiketahui pencapaian-pencapaian dan kekurang perusahaan dalam mencapai gimanajemendalammengkomunikasikan apa yang diinginkannya kepada karyawan. Dengan adanyatarget, akan diwujudkan komitmen manajemen dan karyawan untuk mencapai apayang telah direncanakan. Target juga merupakan basis bagi evaluasi kinerja dansangat berpengaruh pada proses pemotivasian karyawan. Target memberi andilterhadap perbaikan kinerja karyawan dengan menyediakan suatu tantanganbagaimana mereka dapat menginterpretasikan umpan balik atas kinerja aktualkaryawan (Yuwono, dkk., 2003).Inisiatif strategis merupakan action program atau rencana aksi yangbersifat strategis. Insiatif strategis dirumuskan dengan membuat suatu pernyataankualitatif yang berupa langkah besar yang akan dilaksanakan di masa depan untukmewujudkan sasaran strategis (Mulyadi, 2001).16

2.2.3. Analitycal Hierarchiy Process (AHP)Analitycal Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu sistem pendukungkeputusan yang mendekomposisikan atau memecah-mecah suatu problem multifaktor yang kompleks, tak terstruktur, ke dalam suatu susunan hirarki, dimanasetiap levelnya dibentuk dari elemen-elemen yang spesifik. Hirarki sendirididefinisikan sebagai suatu sistem dengan level-level yang bertingkat, dengan tiaplevelnya sendiri atas elemen-elemen atau faktor-faktor. Tujuan umum darikeputusan yang akan diambil terletak pada puncak hirarki, sedangkan kriteria, subkriteria, serta alternatif keputusan secara berurutan masing-masing berada padalevel yang lebih rendah. AHP dapat menangani kombinasi informasi subjektif danobjektif dalam suatu framework yang sama, dimana hal ini akan sangatmenguntungkan bagi proses pengambilan keputusan (Mubin, 2006).Aplikasi dan kegunaan AHP mencakup berbagai problem dan situasi dalamruang lingkup yang sangat luas, seperti misalnya untuk perangkingan alternatif,analisa permasalahan yang manyangkut punlik/masyarakat, manajemen, evaluasikepentingan faktor-faktor, formulasi strategi, analisa cost benefit, alokasi sumberdaya, dan lain-lain. Aplikasi AHP pada sistem pengukuran kinerja lebih difokuskanuntuk mengetahui bagaimana preferensi pihak manajemen terhadap kriteria atausub-kriteria indikator kinerja yang dinyatakan dengan nilai bobot.Model AHP menggunakan konsep perbandingan berpasangan yangdigunakan dengan membandingkan kriteria yang satu dengan kriteria yang lain.Konsep preferensi yang dikonfirmasi ada tiga jenis kemungkinan, yaitu kriteriayang satu sama, lebih besar atau lebih kecil dari kriteria yang lain. Tabel dibawahini menjelaskan skala penilaian perbandingan berpasangan (T. L. Saaty & Vargas,2013)17

Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan BerpasanganNilai Skala135792,4,6,8Kebalikan(1/3, 1/5, 1/7,1/9)KeteranganKedua elemen sama pentingElemen yang satu sedikit lebih pentingElemen yang satu lebih pentingElemen yang satu jelas lebih pentingElemen yang satu mutlak lebih pentingNilai antara dua nilai pertimbangan yangberdekataanJika untuk aktivitas i mendapat satu angkadibandingkan dengan aktivitas j, maka jmempunyai nilai kebalikan i.Sumber: (T. L. Saaty & Vargas, 2013)2.2.3.1 Prosedur AHPMenurut R.W.Saaty (1987) Prosedur AHP dapat dikelompokkan kedalamlima langkah utama, yaitu:1. Pembentukan gunakanuntukmempresentasikan penyebaran pengaruh mulai dari tujuan, turun hingga sampaipada struktur yang terletak pada level yang paling dasar.2. Perbandingan berpasanganBerdasarkan pada struktur hirarki yang dibuat untuk problem yang terjadi,dilakukan suatu perbandingan berpasangan oleh pengambil keputusan.Perbandingan berpasagan dilakukan pada faktor-faktor yang diperlukan dalampertimbangan tujuan dan alternatif-alternatif yang berkaitan dengan faktor/subfaktor atau kriteria/sub kriteria tersebut. Dengan kata lain, perbandinganberpasangan dilakukan antara faktor-faktor/alternatif-alternatif pada suatu leveldengan faktor-faktor/alternatif – alternatif lain yang terkait yang berada padalevel yang lebih tinggi guna pencapaian tujuan keseluruhan dari hirarki modelyang dibuat.3. Pemeriksaan konsistensiLangkah selanjutnya dalam aplikasi AHP adalah memeriksa apakahperbandingan berpasangan yang dilakukan berdasarkan kebijakan pengambilkeputusan masih berada dalam batas yang ditentukan atau tidak. Ada suatu batas18

penerimaan yang disarankan dan jika nilai konsistensi ini masih berada diluarbatas tertentu yang ditetapkan maka pemeriksaan kembali terhadap nilaikonsistensi harus dilaksanakan dan perbaikan dari konsistensi ini harusditunjukkan.4. Evaluasi bobot keseluruhanSuatu kebijakan disintesa (digabungkan) melalui suatu model yangmenggunakan pembobotan dan menambah proses untuk menurunkan bobotkeseluruhan alternatif-alternatif. Bobot tersebut dinormalkan untuk tiap matriksperbandingan berpasangan. Alternatif terbaik adalah alternatif yang memilikiprioritas tertinggi.5. Pengambil keputusan kelompok atau penetapan kebijakanUntuk menurunkan hasil kebijakan kelompok, tiap anggota kelompok membuatkebijakan-kebijakan sendiri pada copy model yang mereka miliki dan kemudianmengkombinasikan hasilnya. Hasil kombinasi ini dapat diperoleh melaluimetode Geometric Mean (GM).2.2.3.2 Pengukuran Konsistensi AHPPengukuran konsistesi secara alamiah atau deviasi dari konsistensi disebutsebagai indeks konsistensi (CI Consistency Index) yang diformulasikan sebagaiberikut:CI 𝝀𝒎𝒂𝒙 𝒏𝒏 𝟏dengan, 𝜆𝑚𝑎𝑥 Eigen value Maksimum 𝑛 Orde matriksRasio konsistensi (CR Consistency Ratio) dapat dihitung denganpersamaan:CR 𝐂𝐈𝑹𝑰Dengan, RI Random Index, yang nilainya seperti lihat pada tabel dibawah ini.19

Tabel 2.2 Random IndexOrde 1,49(Sumber: (T. L. Saaty & Vargas, 2013)Syarat penerimaan nilai inconsistency ratio harus kurang dari atau samadengan 0,1. (T. L. Saaty & Vargas, 2013)2.3. Pengukuran dan Penilaian Kerja Perusahaan2.3.1. Objective Matriks (OMAX)Objective Matrix (OMAX) adalah suatu sistem pengukuran produktivitasparsial yang dikembangkan untuk memantau produktivitas disetiap bagianperusahaan dengan kriteria produktivitas yang sesuai dengan keberadaan bagiantersebut (objective). Model ini dikembangkan oleh Dr. James L. Riggs (Departmentof Industrial Engineering di Oregon State University). OMAX diperkenalkan padatahun 80-an di Amerika Serikat (Avianda et al., 2015).Model pengukuran ini mempunyai ciri yang unik, yaitu kriteria performansikelompok kerja digabungkan ke dalam suatu matriks. Setiap kriteria performansimemiliki sasaran berupa jalur khusus menu perbaikan serta memiliki bobot sesuaidengan tingkat kepentingan terhadap tujuan produktivitas. Hasil akhir daripengukuran ini adalah nilai tunggal untuk kelompok kerja (Avianda et al., 2015).Metode ini dapat dikombinasikan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dapatdigunakan untuk mengukur seluruh aspek kinerja yang dipertimbangkan dalamsuatu unit kerja, indikator kinerja untuk setiap input dan output didefinisikandengan jelas, memasukkan pertimbangan pihak manajemen dalam penentuan skorsehingga lebih fleksibel. Interpolasi Score performance dari badan ObjectiveMatrix (OMAX) berkisar pada skala 0 – 10, berarti ada 11 tingkat penc

2.1. Sistem Pengukuran Kinerja 2.1.1. Pengertian Kinerja Pengertian kinerja secara bahasa menurut Sobirin, (2014) adalah pertunjukan, pekerjaan, perbuatan, pergelaran prestasi, hasil. Menurut Neely, et al., (1997) mengatakan bahwa kinerja sama dengan efektifitas dan efisiensi. Kinerja menurut

Related Documents:

tentang teori-teori hukum yang berkembang dalam sejarah perkembangan hukum misalnya : Teori Hukum Positif, Teori Hukum Alam, Teori Mazhab Sejarah, Teori Sosiologi Hukum, Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Bebas dan teori-teori yang berekembang pada abad modern. Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para

BAB II Landasan Teori Dan Pengembangan Hipotesis A. Teori Agency (Agency Theory) . agent (yangmenerima kontrak dan mengelola dana principal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan.3 Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.4 Teori agensi .

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa tulisan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur seperti tesis, . teori manajemen, dan teori analisis SWOT. Perbedaan penelitian tersebut di atas adalah perbedaaan

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang.1

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan tinjauan pustaka yang berisi teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan sebagai kajian dan acuan bagi penulis 2.1.1. Pengertian Sistem Suatu sistem t

17 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Ramizes dalam bukunya Cultivating Peace, mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakeholder.Friedman mendefinisikan stakeholder sebagai: “any group or individual who can affect or is affected by the achievment of the organi

BAB II . URAIAN TEORI . 1.1. Landasan Teori . Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari ha

6 BAB II LANDASAN TEORI . A. Kajian Teori. 1. Konstruktivisme a. Pengertian Konstruktivisme Konstruktivis