BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Raden Intan

1y ago
10 Views
2 Downloads
1.26 MB
64 Pages
Last View : 12d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Roy Essex
Transcription

1BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahEtnopedagogi secara literal dapat diartikan membimbing anak.berdasarkan bahasa Yunani kuno, etnopedagogi terdiri dari dua kata, yaitu kataetos yang berarti “ilmu” dan kata paidagogeo yang berarti “membimbing”.Pendidikan merupakan kata yang berhubungan dengan pedagogi, yang saat inidigunakan untuk merujuk kepada keseluruhan konteks pembelajaran danberbagai kegiatan yang berhubungan dengan membimbing anak. Etnopedagogimerupakan praktek pendidikan berbasis kearifan lokal yang membahasberbagai ranah seperti seni bela diri, pengobatan, lingkungan hidup, pertanianekonomi dan hal-hal lain yang bersumber dari nilai-nilai kultural suatu etnisyang menjadi standar perilaku.1Pada era globalisasi akhir-akhir ini kearifan lokal mendapatkanperhatian khusus, terutama dalam mendukung kemajuan bangsa. Berbagaianalisis yang meyakinkan bahwa kearifan lokal memiliki kontribusi dalammenentukan kemajuan suatu bangsa. Pada era milenial saat ini, menggalikearifan lokal merupakan upaya strategis dalam membangun karakter bangsa. 2Etnopedagogi pada kurikulum 2013 dilandaskan peraturan menteripendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014,1Albaiti, „Kajian Kearifan Lokal Kelompok Budaya Dani Lembah Baliem WamenaPapua‟, Jurnal Pendidikan Nusantara Indonesia, 1.1 (2015).2Rizki Sitti Rachmawati, „Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal“Bebentengan” Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa Pada Materi Sistem Gerak‟(Universitas Pasundan Bandung, 2018).

2menjelaskan bahwa pembelajaran baik di tingkat SD/MI hingga padaSMA/MA kejuruan harus bermuatan lokal yang merupakan bahan kajian ataumata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan prosespembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untukmembentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan didaerah setempat.3Kearifan lokal merupakan identitas atau kepribadian budaya, pandanganhidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan berwujudaktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam pemenuhan kebutuhanmereka. Kearifan lokal juga dapat dikatakan sebagai cara orang bersikap danbertindak dalam menanggapi perubahan fisik dan budaya. Apa bilapembelajaran berbasis kearifan lokal tidak diterapkan sejak dini maka dimasayang akan datang, di era globalisasi yang mengalami perkembangan ilmupengetahuan dan teknologi sangat pesat dapat menggeser kearifan lokal dalammasyarakat. Pergeseran ini terjadi karena tidak adanya batasan yang signifikanantara budaya lokal dan budaya asing. Kondisi ini menunjukan bahwapendidkan di Indonesia perlu menerapkan pembelajaran yang berorientasi padakearifan lokal yang merupakan suatu gagasan konseptual yang hidup dalammasyarakat, tumbuh dan berkembang terus menerus. Kearifan lokal jugatumbuh dan berkembang di Indonesia.43Ika Oktavianti and Yuni Ratnasari, „Kearifan lokal etnis Lampung DalamPembelajaran Di Sekolah Dasar Melalui Media Berbasis Kearifan Lokal‟, Jurnal RefleksiEdukatika, 8.2 (2018), 153.4Djailani Haluty, „Nilai –Nilai Kearifan Lokal Pulanga Untuk PengembanganKarakter‟, Jurnal Al- Ulum, 14.1 (2014), 213.

3Berkaitan dengan etnopedagogi, yang merupakan praktek pendidikanberbasis kearifan lokal, yang membahas tentang pendidikan berlandaskankebudayaan lokal: etnis Lampung. Kebudayaan Lampung adalah budaya yangberkembang di masyarakat Lampung yang ada di bumi Lampung. Bertujuanuntuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifandi daerah tempat tinggalnya yaitu di Lampung 5Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di MuseumLampung dan Perguruan Persilatan Seni Budaya Keratuan Lampung, terdapatbeberapa hal yang berkaitan dengan kebudayaan Lampung, seperti seni beladiri dengan berbagai jurus, berbagai macam tarian dan permainan tradisionalLampung6 yang dapat berhubungan dengan salah satu ilmu sains, yaitu fisika.Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan sifat dan gejalaalam atau fenomena alam serta seluruh interaksi yang berada di dalamnya. 7Sesuai dengan hasil pra penelitian yang dilaksanakan di beberapasekolah menengah atas, diperoleh beberapa masalah yaitu, pendidik masihjarang menggunakan media atau bahan ajar pada saat proses pengayaan dipelajaran fisika, dikarenakan pengayaan diterapkan pada mata pelajaran ataumateri yang sulit saja, pendidik juga lebih memfokuskan pada proses remedialdibandingkan proses pengayaan. Mengingat masing-masing sekolah telahmenggunakan alat bantu pada proses pembelajaran berupa media pembelajaran5Farida Ariyani and others, Konsepsi Piil Pesenggiri Menurut Masyarakat AdatLampung Waykanan Di Kabupaten Waykanan (Sebuah Pendekatan Discourse Analysis)(Lampung: Aura, 2015).6Observasi di Museum Lampung, 6 Mei 2019 dan di Perguruan Persilatan Seni BudayaKeratuan Lampung, 12 Mei 2019.7Douglas C. Giancoli, FISIKA Prinsip Dan Aplikasinya Edisi Ketujuh Jilid 1, ed. byAde M Drajat and Amalia Safitri (Jakarta: Erlangga, 2014).

4dan bahan ajar seperti LCD, laptop dan alat-alat praktikum yang ada dilaboratorium sekolah, buku paket dan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau LembarKerja Peserta Didik (LKPD) untuk pegangan guru pada saat prosespembelajaran.8Berdasarkan informasi yang didapatkan pada saat wawancara darimasing-masing sekolah, SMAN 1 Tanjungbintang, SMAN 14 BandarLampung dan SMAN 15 Bandar Lampung, memaparkan bahwa andengankewirausahaan. Sehingga pada saat ini tidak ada pelajaran muatan lokal dimasing-masing sekolah, dan masing-masing sekolah belum pernah menerapkanpembelajaran berbasis kebudayaan/ kearifan lokal etnis Lampung. Pada saatproses pembelajaran fisika pun pendidik belum pernah mengaitkan konsepfisika dengan kebudayaan lokal dan belum adanya modul pengayaan fisikayang bermuatan etnopedagogi, seperti halnya kebudayaan Lampung. 9Pada penelitian yang relevan menujukan bahwa produk pengembanganmodul pengayaan bebasis authentic learning layak untuk pembelajaran fluidadinamis karena dapat meningkatkan motivasi belajar dan pemahaman konseppeserta didik.10 Penelitian lainnya yang relavan menunjukan bahwa kemapuanmahasiswa calon guru biologi dalam mengembangkan model pembelajaran8Sri Kartiningsih, „Wawancara Dengan Pendidik Fisika SMAN 15 BAnadar Lampung‟,17 Mei, 2019.9Rohmat, Sri Kartiningsih dan Lilis, „Wawancara Dengan Pendidik Fisika SMAN 1Tanjungbintang, SMAN 14 Bandar Lampung dan SMAN 15 Bandar Lampung‟, 13 Mei, 201910Rachmawati Ratna Triutami and Bambang Ruwanto, „Pengembangan ModulPengayaan Berbasis Authentic Learning Pada Materi Pokok Fluida Dinamis Untuk MeningkatkanMotivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep Peserta Didik Kelas Xi Sma Negeri 1 Jatisrono‟, JurnalPendidikan Fisika, 6.5 (2017), 377.

5berorientasi etnopedagogi termassuk kedalam kategori cukup. jarandenganmengintegrasikan unsur etnopedagogi didalamnya.11Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, belum ditemukan modeldan bahan pembelajaran yang berbasis kearifan Lokal atau Lokal wisdom daribanyaknya model pembelajaran yang dikembangkan dan beredar luas di duniapendidikan saat ini, sehingga peneliti beranggapan perlunya pengembanganmodul pengayaan SMA dengan pendekatan kearifan lokal etnis Lampung. Halini sangat penting mengingat generasi melineal saat ini banyak yang tidakmengenal budaya lokal termasuk budaya lampung. Sehingga penelitimelakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Modul PengayaanFisika SMA Bermuatan Keterampilan Abad 21 Berbasis Kearifan lokalEtnis Lampung”.B. Identifikasi MasalahBerdasarkan latar belakang masalah pada penelitian ini, maka dapatdiidentifikasi permasalahan sebagai berikut:1. Pada saat proses pembelajaran fisika, pendidik belum pernah mengaitkankonsep fisika dengan kebudayaan lokal.2. Belum adanya modul pengayaan fisika yang berbasis kearifan lokal etnisLampung bermuatan keterampilan abad 21.11Oktavianti and Ratnasari, „Kearifan lokal etnis Lampung Dalam Pembelajaran DiSekolah Dasar Melalui Media Berbasis Kearifan Lokal‟.

6C. Batasan MasalahSetelah diidentifikasi permasalahan pada penelitian ini, penelitimembatasi masalah yaitu pendidikan berbasis kebudayaan lokal yang dimuatpada modul pengayaan fisika SMA adalah permainan tradisonal Lampung.D. Rumusan MasalahBerdasarkan batasan masalah diatas, maka dapat simpulkan rumusanmasalah sebagai berikut:1. Bagaimana proses pengembangan modul pengayaan fisika SMAbermuatan keterampilan abad 21 berbasis kearifan lokal etnis Lampung?2. Bagaimana pendapat para ahli terhadap kelayakan modul pengayaan fisikaSMA bermuatan keterampilan Abad 21 berbasis Kearifan lokal etnisLampung?3. Bagaimana respon kemenarikan pendidik dan peserta didik terhadapmodul pengayaan fisika SMA bermuatan keterampilan Abad 21 berbasisKearifan lokal etnis Lampung?E. Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian iniadalah:1. ampilan abad 21 berbasis kearifan lokal etnis Lampung.2. Mengetahui pendapat para ahli terhadap kelayakan modul pengayaanfisika SMA bermuatan keterampilan Abad 21 berbasis Kearifan lokaletnis Lampung.

73. Mengetahui respon kemenarikan pendidik dan peserta didik terhadapmodul pengayaan fisika SMA bermuatan keterampilan Abad 21berbasis Kearifan lokal etnis Lampung.F. Manfaat Penelitian1. Manfaat TeoritisHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan sertamemajukan pola pikir peneliti dan pembaca mengenai kearifan lokal dalampengembangan modul pengayaan fisika berbasis kearifan lokal etnisLampung. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu upayauntuk melestarikan budayaan Lampung.2. Manfaat Praktisa. Bagi PenelitiMemberikan pengetahuan dan pengalaman nyata tentang pengembanganmodul fisika SMA.b. Bagi PendidikMeningkatkan variasi bahan pembelajaran, modul pengayaan fisika SMAsebagai pendukung pembelajaran untuk meningkatkan ketertarikanpeserta didik dalam mengikuti pembelajaran serta mengenal kebudayaanlokal.c. Bagi Peserta mbantupengetahuan kearifan lokal budaya Lampung yang berkaitan dengan ilmufisika yang bermuatan keterampilan abad 21.

8BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Pengembangan ModelDesain modelyang digunakan dalam penelitian ini menggunakandesain model penelitian dan pengembangan (Research and Development).Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untukmeneliti dalam upaya mengembangkan produk tertentu yang telah ada(inovasi) maupun untuk menciptakan produk baru atau mengkreasikannya yangteruji. Untuk menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifatanalisis kebutuhan untuk menghasilkan produk tertentu dan mengujikeefektifan produk tersebut. Pada penelitian dan pengembangan aripenelitiandanpengembangan diharapkan akan memberikan sumbangan positif terhadappeningkatan kualitas pembelajaran disemua jenjang pendidikan. Produkpendidikan yang dihasilkan melalui penelitian dan pengembangan diantaranyapada media pembelajaran seperti buku teks, modul pembelajaran, videopembelajaran, web pembelajaran, e-learning, lembar kerja peserta didik(LKPD) dan sebagainya. 13 Pada penelitian ini, peneliti mengembangkan bahanajar berupa modul. Modul yang dikembangkan oleh peneliti adalah modulpengayaan fisika SMA dengan pendekatan kearifan lokal etnis Lampung:Kearifan lokal budaya Lampung bermuatan keterampilan abad 21.12Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Bandung: Alfabeta,2013).h. 40713Yuberti and Antomi Saregar, Pengantar Metode Penelitian Pendidikan MatematikaDan Sains (Lampung: Aura, 2017).h. 57

9Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan desainpembelajaran (Instructional Design) dengan menggunakan model ADDIE.Model ADDIE disusun secara sistematis yang terdiri dari analysis, design,development, implementation dan evaluation. Metode pengembangan modelADDIE terdiri dari 5 tahap pengembangan yang meliputi: (1) tahap analisis(analysis), (2) tahap perancangan produk awal (design), (3) tahappengembangan produk (development), (4) tahap implementasi produk(implementation), (5) tahap evaluasi produk (evaluation).14Analysis (Tahap Analisis)Design (Tahap PerencanaanProduk Awal)Development (TahapPengembangan Produk)Implementation (TahapImplementasi Produk)Evaluation (Tahap EvaluasiProduk)Gambar 2.1 Tahapan Model ADDIEModel ini memiliki langkah-langkah pengembangan yang sesuaidengan penelitian dan pengembangan pendidikan yaitu penelitian yangmenghasilkan atau mengembangkan produk tertentu dengan melakukanbeberapa uji ahli seperti melakukan uji coba produk lapangan untuk mengujikeefektifan dan kemanfaatan suatu produk.14Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D (Bandung:Alfabeta, 2016).

10Untuk menjawab rumusan masalah maka peneliti akan melakukan limatahapan penelitian tersebut. Adapun prosedur yang sistematis dilakukan olehpeneliti digambarkan seperti pada gambar dibawah berikut.Analysis (Tahap analisiskebutuhan guru dan pesertadidik)Development (Tahap pengujianproduk melalui uji validasi olehpara ahli dan guru fisika)Design (Tahap perancanganproduk awal)Implementation (Tahapimplementasi produk atau ujicoba produk kepada pesertadidik)Evaluation(Tahap evaluasi produk dari hasil uji coba pesertadidik yang menjadi revisi akhir produk)Gambar 2.2 Tahapan-tahapan Pendekatan ADDIE untuk mengembangkanproduk yang berupa desain pembelajaran.B. Acuan Teoritik1. ModulModul adalah suatu unit (satuan) paket pembelajaran yangberkenaan dengan satu satuan konsep tunggal bahan pelajaran. Moduladalah kumpulan pengalaman belajar yang dirancang untuk mencapaisekelompok tujuan khusus yang saling berkaitan, biasanya terdiri daribeberapa pertemuan. Kumpulan pengalaman belajar tersebut biasanyadikemas sebagai satu kesatuan yaitu bahan ajar (teaching material).Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa modul adalah suatupaket pengajaran yang memuat satu unit konsep dari bahan pelajaran dan

11disusun untuk membantu peserta didik mencapai sejumlah tujuan yangdirumuskan secara khusus dan jelas.15a. Karakteristik ModulUntuk menghasilkan modul yang mampu meningkatkan motivasibelajar dan meminimalisir rasa jenuh peserta didik saat mempelajarinya,maka pengembangan modul, harus memperhatikan karakteristik yangdiperlukan sebagai modul, antara lain:1) Self Intruction melalui modul, memungkinkan peserta didik belajarsecara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.2) Self Contained syaratnya adalah seluruh materi pembelajaran yangdibutuhkan termuat dalam modul tersebut, tujuannya ateripembelajaran secara tuntas.3) Berdiri Sendiri (Stand Alone) modul tidak tergantung pada media lain.Peserta didik dapat mempelajari modul dan mengerjakan tugas yangterdapat didalamnya.4) erkembangan ilmu dan teknologi serta fleksibel. Modul dikatakanadaptif jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sesuai dengankurun waktu tertentu.5) Bersahabat/Akrab (User Friendly) setiap instruksi dan paparaninformasi dalam modul yang tampil bersifat membantu dan15Yuberti, Teori Pembelajaran dan Pengembangan bahan ajar dalam pendidikan(Bandar Lampung: AURA CV. Anugrah Utama Raharja Anggota IKAPI, 2013).

12bersahabat, temasuk memudahkan pemakai dalam merespon danmengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yangsederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umumdigunakan.16Berdasarkan ciri-ciri di atas, dapat dijelaskan bahwa modulbersifat self instruction yang berarti pengajaran modul memuat suatu unitbahan pelajaran, dengan pendekatan pengalaman belajar aktif pesertadidik. Pembelajaran modul dapat menyesuaikan perbedaan-perbedaankemampuan setiap individual peserta didik, karena modul disusun untukdiselesaikan secara perorangan sesuai kesempatan belajar dan santujuanpembelajaran agar mampu menguasai materi dan tujuan yang diharapkandari modul tersebut. 17b. Langkah Pengembangan ModulPenulisan modul dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:1) Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis silabusdan RPP untuk memperoleh informasi modul yang dibutuhkan pesertadidik.16Triutami Rachmawati Ratna, „ Pengembangan Modul Pengayaan Berbasis AuthenticLearning Pada Materi Pokok Fluida Dinamis Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar danPemahaman Konsep Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 aran/

132) Desain penulisan modul belajar diawali dengan menyusun buram ataudraft/konsep modul. Modul yang dihasilkan dinyatakan sebagai buramsampai dengan selesainya proses validasi dan uji coba.3) Implementasi modul dalam kegiatan belajar dilaksanakan sesuaidengan alur yang telah digariskan dalam modul. Bahan, alat, mediadan lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan belajardiupayakan terpenuhi agar kegiatan pembelajaran dapat berjalandengan maksimal.4) Penilaian hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkatpenguasaan peserta didik setelah mempelajari keseluruhan materiyang ada pada modul. Evaluasi dan validasi modul yang telah danmasih digunakan dalam kegiatan pembelajaran, secara periodik harusdilakukan evaluasi dan validasi. Evaluasi dimaksudkan untukmengukur apakah implementasi pembelajaran dengam modul dapatdilaksanakan sesuai dengan desain pengembangannya. Validasimerupakan proses untuk mengujikesesuaian moduldengankompetensi yang menjadi target belajar.5) Jaminan kualitas untuk menjamin bahwa modul yang disusun telahmemenuhi ketentuan ketentuan yang ditetapkan dalam pengembangansuatu modul.1818Hanif Sidiq Ahmad, „Pengembangan Modul Pengayaan Materi Redoks BerbasisAplikasi Dan Motivasi Untuk Peserta Didik Kelas Xii Sma/Ma‟, 2012.

14c. Elemen Mutu merankan fungsi dan peranannya dalam pembelajaran yang efektif,modul perlu dirancang dan dikembangkan dengan memperhatikanbeberapa elemen yang mensyaratkan, yaitu:1) Formata) Gunakan format kolom (tunggal atau multi) yang proporsional.Penggunaan kolom tunggal atau multi harus sesuai dengan bentukukuran kertas yang digunakan.b) Gunakan format kertas (vertikal atau horisontal) yang tepat.Penggunaan format kertas secara vertikal atau horisontal harusmemperhatikan tata letak dan format pengetikan.c) Gunakan tanda-tanda (icon) yang mudah ditangkap dan bertujuanuntuk menekankan pada hal-hal yang dianggap penting atau khusus(contoh; gambar, cetak tebal, cetak miring, atau lainnya).2) Organisasia) Tampilkan peta/bagan yang menggambarkan cakupan materi yangakan dibahas dalam modul.b) Organisasi isi materi pembelajaran dengan urutan dan susunanyang sistematis, sehingga memudahkan peserta didik memahamimateri pembelajaran.c) Susunan dan tempatkan naskah, gambar dan ilustrasi sedemikianrupa sehingga informasi mudah dimengerti.

15d) Organisasi antar bab, antar unit dan atar paragrap dengan susunandan alur yang memudahkan untuk dipahami.e) Organisasi antar judul, subjudul dan uraian yang mudah diikuti.3) Daya tarik modul dapat ditempatkan pada beberapa bagian seperti:a) Bagian sampul (cover) depan, dengan mengkombinasikan warnagambar (ilustrasi), bentuk dan ukuran huruf yang serasi.b) Bagian isi modul dengan menempatkan rangsangan-rangsanganberupa gambar atau ilustrasi, pecetakan huruf tebal, miring, garisbawah atau warna.c) Tugas dan latihan dikemas sedemikian rupa sehingga menarik.4) Bentuk dan Ukuran Hurufa) Gunakan bentuk dan ukuran huruf yang mudah dibaca sesuaidengan karakteristik umum.b) Gunakan perbandingan huruf yang proporsional antara judul, subjudul dan isi naskah.c) Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks, karena dapatmembuat proses membaca menjadi sulit.d) Ruang (spasi kosong) gunakan spasi atau ruang kosong tanpanaskah atau gabar untuk menambah kontras penampilan modul.Spasi kosong dapat berfungsi sebagai jeda agar modul tidakberkesan terlalu penuh dengan tulisan. Gunakan dan tempatkan

16spasi kosong tersebut secara proporsional. Penempatan ruangkosong dilakukan di beberapa tempat seperti:(1) Ruang sekitar judul bab dan sub bab.(2) Batas tepi (marjin); batas tepi yang luas memaksa peserta didikuntuk masuk ke tengah-tengah halaman.(3) Spasi antar kolom; semakin lebar kolomnya semakin luas spasidiantaranya.(4) Pergantian antar paragraf dimulai dengan huruf capital(5) Pergantian antar bab atau bagian.19d. Kelemahan dan Kelebihan Modul1) Kelemahan pembelajaran dengan menggunakan modul belajar denganmenggunakan modul, sering disebut juga dengan belajar mandiri.Kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan-kekurangansebagai berikut:a) Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkanlama.b) Membutuhkan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurangdimiliki oleh peserta didik pada umumnya dan peserta didik yangbelum matang pada khususnya.c) Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untukterus menerus memantau proses belajar peserta didik, memberi19https://www.google.com/url?sa t&rct j&q &esrc s&source web&cd 3&cad rja&uact 8&ved 2ahUKEwjohMCxvKTjAhVHpI8KHRSeDacQFjACegQIAhAC&url ik-penyusunan-modul.pdf&usg AOvVaw06-lOE17MYKsYa2cR-wMkj

17motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu peserta didikmembutuhkan.Adapun beberapa hal yang memberatkan belajar denganmenggunakan modul, yaitu: kegiatan belajar memerlukan organisasiyang baik dan selama proses belajar perlu diadakan beberapaulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera mungkin.Berdasarkan beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkanbahwa dalam pembelajaran menggunakan modul juga memilikibeberapa kelemahan yang mendasar yaitu bahwa memerlukan biayayang cukup besar serta memerlukan waktu yang lama dalampengadaan atau pengembangan modul itu sendiri, dan membutuhkanketekunan tinggi dari guru sebagai fasilitator untuk terus memantauproses belajar peserta didik.202) menggunakan modul sangat banyak manfaatnya, peserta didik dapatbertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajarandengan modul sangat menghargai perbedaan individu, sehinggapeserta didik dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya,maka pembelajaran semakin efektif dan efisien. Selain kelemahan daripenggunaan modul, terdapat juga beberapa keuntungan yang diperolehjika belajar menggunakan modul, antara lain :20Ahmad.

18a) Motivasi peserta didik dipertinggi karena setiap kali peserta didikmengerjakan tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuaidengan kemampuannya.b) Sesudah pelajaran selesai pendidik dan peserta didik mengetahuibenar peserta didik yang berhasil dengan baik dan mana yangkurang berhasil.c) Peserta didik mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.d) Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.e) Pendidikan lebih berdaya embelajaran dengan penerapan modul adalah dapat meningkatkanmotivasi peserta didik, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaranyang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan, kemudiansetelah dilakukan evaluasi, pendidik dan peserta didik mengetahuibenar, pada modul yang mana peserta didik telah berhasil dan padabagian modul yang mana mereka belum berhasil kemudian bahanpelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester dan yang terakhirpendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusunmenurut jenjang akademik.21Abdul Latip and Anna Permanasari, „Pengembangan Multimedia PembelajaranBerbasis Literasi Sains Untuk Siswa SMP Pada Tema Teknologi‟, Edu Sains, 7.2 (2015), 162.

192. PengayaanPengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada peserta didikkelompok cepat agar mereka dapat mengembangkan potensinya secaraoptimal dengam memanfaatkan sisa waktu yang dimilikinya. Secara umumpengayaan dapat diartikan sebagai pengalaman atau kegiatan peserta didikyang melampaui persyaratan minimal yang ditentukan oleh kurikulum dantidak semua peserta didik dapat melakukannya. Dalam pelaksanaannyakegiatan pengayaan dapat dilaksanakan diluar jam pelajaran atau dapat jugabersamaan dengan pembelajaran biasa. Peserta didik yang lambat sedangmengikuti pembelajaran seperti biasa maka peserta didik kelompok cepatyang telah menyelesaikan tugas belajar dapat diberikan kegiatanpengayaan.22a. Tujuan PengayaanKegiatan pengayaan ini dilaksanakan dengan beberapa tujuan,yaitu tidak membahas materi pembelajaran baru kemudian dapatmemberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memperdalampenguasaan materi agar tercapai tingkat pengembangan peserta didikyang optimal terkait dengan tugas belajarnya. Memanfaatkan kelebihanwaktu bagi peserta didik yang cepat untuk hal-hal yang positif. Agarpeserta didik yang tergolong cepat tidak dirugikan karena harusmenunggu temannya yang lambat belajar. Peserta didik yang cepat tidakmengganggu peserta didik yang lambat karena kelebihan eri-pengayaan

20b. Jenis- jenis Pembelajaran PengayaanAdapun jenis-jenis pembelajaran pengayaan antara lain:1) Kegiatan eksplorasi yang bersifat umum yang dirancang untukdisajikan kepada peserta didik. Sajian dimaksud berupa peristiwasejarah, buku, tokoh masyarakat, dan sebagiannya yang secarareguler tidak terdapat dalam kurikulum.2) Keterampilan proses yang diperlukan oleh peserta didik agar berhasildalam melakukan pendalaman dan investigasi terhadap topik yangdiminati dalam bentuk pembelajaran mandiri.3) Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik yangmemiliki kemampuan belajar lebih tinggi berupa pemecahanmasalah nyata dengan menggunakan pendekatan pemecahanmasalah atau pendekatan investigatif/pemecahan ilmiah.233. Wujud Pembelajaran Berbasis BudayaPembelajaran berbasis budaya merupakan suatu model pendekatanpembelajaran yang lebih mengutamakan aktivitas peserta didik denganberbagai latar belakang budaya yang dimiliki, diintegrasikan dalam prosespembelajaran bidang studi tertentu dan dalam penilaian hasil belajar dapatmenggunakan beragam perwujdan penilaian. Pembelajaran berbasis budayadapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu belajar tentang budaya, belajardengan budaya dan belajar melalui budaya. Pembelajaran berbasis budayalebih menekankan tercapainya pemahaman yang terpadu dari pada sekedar23Triutami and Ruwanto.

osespembelajaran berbasis budaya memiliki beberapa komponen, yaitu tugasyang bermakna, interaktif, penjelasan dan penerapan ilmu secarakontekstual dan pemanfaatan beragam sumber belajar. Dalam pembelajaranberbasis budaya, budaya menjadi sebuah metode bagi siswa untukmentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk dan prinsipyang kreaktif tentang bidang ilmu. Salah satu wujud pembelajaran berbasisbudaya adalah, etnosains, etnomatematika dan kearifan lokal etnisLampung.24a. EtnosainsWujud pembelajaran berbasis budaya yang pertama adalahetnosains. Etnosains merupakan kegiatan mentransformasikan antarasains asli dengan sains ilmiah. Pengetahuan sains asli terdiri atasseluruh pengetahuan yang menyinggung mengenai fakta masyarakat.Pengetahuan tersebut berasal dari kepercayaan yang diturunkan darigenerasi ke generasi tidak terstuktur dan sistematik dalam suatukurikulum, bersifat tidak formal dan umumnya merupakan pengetahuanpersepsi masyarakat terhadap suatu fenomena alam tertentu. Ruanglingkup dari pengetahuan sains asli meliputi bidang sains, pertanian,ekologi, obat-obatan dan tentang manfaat dari flora dan fauna.2524Astri Wahyuni, Ayu Aji Wedaring Tias, and Budiman Sani, „Peran EtnomatematikaDalam Membangun Karakter Bangsa‟, Seminar Nasional Matematika Dan PendidikanMatematika FMIPA UNY, 2013, 115.25Wiwin Eka Rahayu and Sudarmin, „Pengembangan Modul Ipa Terpadu BerbasisEtnosains Tema Energi Dalam Kehidupan Untuk Menanamkan Jiwa Konservasi Siswa‟, UnnesScience Education Journal, 4.2 (2015), 920.

22Lahirnya etnosains tidak lepas dari pengetahuan yang ditemukansecara coba-coba dan belum adanya kemampuan untuk menerjemahkanhasil temuannya ke dalam pengetahuan ilmiah. Hal ini disebabkan titikawal etnosains berada pada tingkat lokal sampai regional sebagaibentuk pengetahuan hasil train and eror.26 Kajian etnosains salahsatunya berkaitan dengan peta kognitif dari suatu masyarakat ataupengetahuan asli masyarakat. Integrasi konsep-konsep sains asli kedalam pembelajaran sains sekolah dapat memberikan sentuhan rasionalilmiah pada konsep-konsep sains asli tersebut sehingga dapat diterimadengan logis. Kajian berbagai aspek etnosains diperlukan untukmengungkapkan pengetahuan tradisional suatu kelompok masyarakat.Memahami sains asli diperlukan pengetahuan sains ilmiah yang hanyadapat dipahami secara ilmiah dan berorientsi pada kerja ilmiah, karenaitu bersifat objektif, universal dan dapat dipertanggung jawabkan.27Etnosains membantu untuk memperbaiki asumsi yang diterimamasyarakat dari pengetahuan adat lokal yang sebenarnya sietnosainsmenjadikan siswa dapat menerapkan pembelajaran dalam kehidupansehari-hari dan pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga hasilbelajar pun akan meningkat. Hal ini menunjukan bahwa pembelajarandengan menggunakan model pembelajaran berbasis budaya dapat26Linda Novitasari and others, „Fisika, Etnosains Dan Kearifan Lokal DalamPembelajaran Sains‟, Seminar Nasional Pendidikan Fisika, 2017, 82.27Roudloh Muna Lia, Wirda Udaibah, and Mulyatun, „Pengembangan ModulPembelajaran Kimia Berorientasi Etnosains Dengan Mengangkat Budaya Batik Pekalongan‟,Unnes Science Education Journal, 5.3 (2016), 1419.

23meningkatkan prestasi belajar sains siswa dibandingkan denganmenggunakan model pembelajaran regular.28b. EtnomatematikaWujud pembelajaran berbasis budaya yang kedua adalahetnomatematika.Istilahetnomatematikaber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etnopedagogi secara literal dapat diartikan membimbing anak. berdasarkan bahasa Yunani kuno, etnopedagogi terdiri dari dua kata, yaitu kata etos yang berarti "ilmu" dan kata paidagogeo yang berarti "membimbing". Pendidikan merupakan kata yang berhubungan dengan pedagogi, yang saat ini

Related Documents:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Latar belakang yang menjadikan terwujudnya Implementasi Konsep International Style pada Hotel Bintang Empat di Kawasan Sudirman Bandung, dibagi dalam dua perihal. Perihal pertama yaitu, latar belakang lokasi dan latar belakang perencanaan proyek. Perihal – perihal tersebut akan dijadikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tawakal dan yang seakar dengannya disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 70 kali dalam 31 surah, diantaranya surah Ali Imran (3) ayat 159 dan 173, an-Nisa (4) ayat 81, Hud (11) ayat 123, al-Furqan (25) ayat 58, dan . Bab pertama sebagai pendahuluan merupakan garis besar gambaran skripsi. Pada bab .

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

Texts of Wow Rosh Hashana II 5780 - Congregation Shearith Israel, Atlanta Georgia Wow ׳ג ׳א:׳א תישארב (א) ׃ץרֶָֽאָּהָּ תאֵֵ֥וְּ םִימִַׁ֖שַָּה תאֵֵ֥ םיקִִ֑לֹאֱ ארָָּ֣ Îָּ תישִִׁ֖ארֵ Îְּ(ב) חַורְָּ֣ו ם

BAB I : Pendahuluan, Bab ini berisi tentang Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Ruang lingkup dan batasan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan Pustaka, Bab ini berisi tentang landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka konseptual , serta hipotesis penelitian.

Bab I, merupakan pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II, merupakan gambaran umum kepercayaan masyarakat Jepang terhadap legenda atau mitos tentang hantu.

Bab 1 Pendahuluan Page 1-1 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km2 yang memiliki keanekaragaman sumberdaya kelautan dan perikanan yang sangat besar.

bab ii penerimaan pegawai . bab iii waktu kerja, istirahat kerja, dan lembur . bab iv hubungan kerja dan pemberdayaan pegawai . bab v penilaian kinerja . bab vi pelatihan dan pengembangan . bab vii kewajiban pengupahan, perlindungan, dan kesejahteraan . bab viii perjalanan dinas . bab ix tata tertib dan disiplin kerja . bab x penyelesaian perselisihan dan .