Pengaruh Kinerja Keuangan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap .

1y ago
9 Views
2 Downloads
1.01 MB
15 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Madison Stoltz
Transcription

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN MEKANISMECORPORATE GOVERNANCE TERHADAP FINANCIALDISTRESS(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia Periode 2011-2014)NASKAH PUBLIKASIDiajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana EkonomiProgram Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta.Oleh:ANIS MAFIROHB 200 120 362PROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA2016

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN MEKANISME CORPORATEGOVERNANCE TERHADAP FINANCIAL DISTRESS(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode2011-2014)UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTAABSTRAKFinancial Distress adalah kesulitan keuangan yang dialami oleh suatu perusahaansebelum perusahaan mengalami kebangkrutan. Prediksi financial distress sangat dibutuhkanuntuk mengantisipasi suatu perusahaan mengalami kebangkrutan, ketika perusahaan telahmenunjukkan signal akan mengalami kebangkrutan, maka pihak-pihak yang berkepentinganseperti manajer, investor, dan pemilik perusahaan akan segera mengambil keputusan agarperusahaan tidak mengalami kebangkrutan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengujirasio leverage, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dewan komisaris independen,dan kompetensi komite audit terhadap prediksi terjadinya Financial Distress.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar diBursa Efek Indonesia periode 2011-2014. Sampel ditentukan dengan teknik purposivesampling sehingga diperoleh total 79 perusahaan. Analisis ini menggunakan analisis regresilogistik.Hasil data menunjukkan bahwa: rasio leverage, dan rasio aktivitas berpengaruhterhadap prediksi terjadinya Financial Distress, sedangkan rasio likuiditas, rasio profitabilitas,dewan komisaris independen, dan kompetensi komite audit tidak berpengaruh terhadapprediksi terjadinya Financial Distress.Kata kunci: financial distress, corporate governanceAbstractFinancial distress is the financial difficulties experienced by a company before the companybecome bankruptcy. The prediction of financial distress is necessary to anticipate a company into bankruptcy.While the company showed the signal will be bankruptcy, show the parties concerned such as managers,investors, and business owners will soon take a decision anticipated for bankcruptcy. Financial ratios in thisstudy using indicators such as leverage ratio, liquidity ratios, activity ratios, profitability ratios, independentboard and audit committee competence on a predicted occurrence of Financial distress.The population in this study was all manufacturing companies listed in Indonesia stock exchangeand continuosly published financial statement in the periode 2011-2014. The sample is determined bypurposive sampling technique and used of 79 companies as samples. This analysis used logistic regressionanalysis. The result of this research showed that the leverage ratio and the ratio of activity affect the predictionof the occurrence of financial distress, while liquidity ratios, profitability ratios, independent board, and thecompetence of the audit committee do not affect the prediction of financial distress.Keywords: financial distress, corporate governance

A.PENDAHULUANPada tahun 2008, terjadi krisis ekonomi global yang bermula pada krisisAmerika Serikat yang terus menyebar ke negara-negara lain diseluruh dunia, termasukIndonesia. Krisis tersebut bermula dari propincity to consume. Propincity to consume yaitudorongan untuk mengkonsumsi segala sesuatunya secara berlebihan di luar bataskemampuan pendapatan yang diterima. Masyarakat hidup hedonisme yang akibatnyalembaga keuangan yang memberikan pinjaman untuk pemenuhan keinginan merekamengalami kebangkrutan karena kehilangan likuiditas. Runtuhnya perusahaanperusahaan finansial mengakibatkan bursa saham wall street menjadi tak berdaya. Krisistersebut terus merambat ke sektor riil dan non-keuangan di seluruh dunia. Indonesiamenjadi negara yang masih sangat bergantung dengan aliran dana dari para investorikut terkena imbasnya. Investor yang menanamkan modalnya di Indonesia secaraotomatis menarik dananya dari Indonesia, hal ini mengakibatkan nilai tukar mata uangRupiah turun. Banyak perusahaan yang tak berdaya dengan situasi ini, sehinggaperusahaan di Indonesia maupun perusahaan asing mengalami financial distress.Suatu perusahaan dapat dikategorikan sedang mengalami kesulitan keuanganketika perusahaan tersebut memiliki kinerja yang menunjukkan laba operasinya negatif,laba bersih negatif, nilai buku ekuitas negatif, dan perusahaan melakukanpenggabungan usaha (Brahmana, 2007). Fenomena lain yang menunjukkan bahwaperusahaan mengalami kesulitan keuangan dapat dilihat dari rasio likuiditasperusahaan, semakin turun kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannyakreditur menunjukkan bahwa perusahaan tersebut semakin dekat dengan financialdistress (Hanifah, 2013).Platt dan Platt dalam Almilia dan Kristijadi (2003), mengartikan financial distresssebagai tahapan penurunan kondisi suatu perusahaan sebelum terjadi kebangkrutandan likuidasi. Sehingga kegunaan informasi jika suatu perusahaan mengalami financialdistress adalah dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah masalahsebelum terjadinya kebangkrutan, pihak manajemen dapat mengambil tindakan mergeratau takeover agar perusahaan lebih mampu untuk membayar utang dan mengelolaperusahaan dengan lebih baik lagi, dan memberikan signal adanya kebangkrutan padamasa yang akan datang.Ketika perusahaan sudah menunjukkan dalam kondisi financial distress, makapihak internal maupun eksternal perusahaan bereaksi oleh adanya signal ini. Karenasignal ini dapat dijadikan oleh pihak internal seperti manager untuk mengambiltindakan preventif untuk mencegah kondisi ini, dan oleh pihak ekternal dapatdijadikan acuan dalam pengambilan keputusan (Safitri, 2010).Permasalahan keuangan atau financial distress sudah menjadi momok bagi seluruhperusahaan, karena permasalahan keuangan dapat menyerang seluruh jenis perusahaanwalaupun perusahaan yang bersangkutan adalah perusahaan yang besar. Peliknyapermasalahan keuangan pada perusahaan menjadi bahan yang menarik untuk ditelitikarena banyak perusahaan berusaha untuk menghindari permasalahan ini. Selain itu,permasalahan keuangan memiliki pengaruh yang besar, dimana bukan hanya pihakperusahaan yang mengalami kerugian, tetapi juga stakeholder dan shareholder perusahaanjuga akan terkena dampaknya (Agusti, 2013).B.KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS1. Teori KeagenanTeori keagenan menggambarkan hubungan kontraktual yang di dalamnyaterdapat principal yang berperan sebagai pemilik perusahaan dan agent yangbertindak menjalankan aktivitas perusahaan. Ketika agent ditunjuk oleh principaluntuk mengelola perusahaan, maka saat itu terdapat pula pendelegasian wewenang

dari principal kepada agent dalam hal pengambilan keputusan perusahaan atas namaprincipal, jika hal seperti ini terjadi maka agent mempunyai informasi yang lebihbanyak mengenai perusahaan yang bisa disembunyikan dari principal.Ketidakseimbangan informasi seperti ini disebut sebagai asimetri informasi(Hidayat dan Meiranto, 2014).Informasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan dapat dijadikan patokanoleh para investor untuk menilai kondisi perusahaan. Informasi yang dikeluarkanseperti laporan keuangan dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar aset,utang, dan laba yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan bisa mengalami kerugiankemungkinan akibat dari kesalahan tindakan agent dalam mengelola perusahaan,atau yang lebih buruk lagi agent secara sengaja melakukan tindakan yang hanyamementingkan diri sendiri tanpa melihat kepentingan principal atau disebut moralhazard. Melihat kondisi perusahaan yang terus menerus menghasilkan laba negatif,mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan (Hidayat danMeiranto, 2014).2. Financial DistressMenurut Brigham and Daves dalam Fachrudin (2008), kesulitan keuanganpada perusahaan terjadi ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwalpembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa perusahaantersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya. Ada beberapa definisifinancial distress sesuai tipenya:a. Economic FailureKegagalan ekonomi adalah keadaan dimana pendapatan perusahaan tidak dapatmenutupi total biaya, termasuk cost of capitalnya.b. Business FailureKegagalan bisnis didefinisikan sebagai bisnis yang menghentikan operasi akibatkerugian pada kreditur.c. Technical InsolvencySebuah perusahaan dikatakan dalam keadaaan technical insolvency jika tidak dapatmemenuhi kewajiban lancar ketika jatuh tempo.d. Insolvency in BankruptySebuah perusahaan dikatakan dalam keadaaan insolvent in bankrupty jika nilaibuku utang melebihi nilai pasar aset.e. Legal BankruptcyPerusahaan dikatakan bangkrut jika telah diajukan tuntutan secara resmi denganundang-undang.3. Pengembangan Hipotesisa. Pengaruh Rasio Leverage terhadap Financial DistressRasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauhmanakemampuan perusahaan untuk membayar utang dengan aktivanya (Kasmir,2008:113). Semakin besar utang yang ditanggung oleh perusahaan semakinbesar pula kemungkinan perusahan akan mengalami pailit, dikarenakankebangkrutan diawali dengan keadaan dimana perusahaan gagal untukmembayar utang-utangnya terutama utang jangka pendek. Rasio leveragemenunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi utang lancar maupunutang jangka panjang yang dimiliki oleh perusahaan dalam rangka untukmembiayai investasinya. Semakin sedikit utang yang dimiliki oleh perusahaansemakin bagus kinerja yang dimiliki oleh perusahaan. Maka dari uraian di atas,dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

H1: Rasio leverage berpengaruh terhadap prediksi terjadinya financial distress.b. Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Financial DistressRasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayarkewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya, likuiditas perusahaanditunjukkan dengan besarnya kecilnya aktiva lancar yang mudah diubah menjadikas. Ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnyamerupakan suatu masalah likuiditas yang ekstrem. Masalah ini dapat mengarahpada penjualan investasi dan aset lainnya yang dipaksakan, dan bahkanmengarah pada kesulitan insolvabilitas dan kebangkrutan. Semakin besarlikuiditasnya, menunjukkan semakin baik kinerja yang dimiliki oleh perusahaan.Oleh karena itu, akan memperkecil risiko suatu perusahaan mengalami kondisifinancial ditress. Dari uraian di atas, dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:H2: Rasio likuiditas berpengaruh terhadap prediksi terjadinya financial distress.c. Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Financial DistressRasio aktivitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaandalam mengelola aset-asetnya untuk keperluan operasi perusahaan. Denganterpakainya aset perusahaan untuk kegiatan operasi, maka akan meningkatkanjumlah produksi perusahaan, sehingga akhirnya dapat meningkatkan penjualandan laba yang dimiliki perusahaan. Selain itu, menurut teori keagenan kegiatanpengelolaan perusahaan adalah tanggungjawab agent. Oleh sebab itu, agentdituntut untuk dapat memaksimalkan penggunaan aset-asetnya untuk kegiatanoperasional perusahaan sehingga dapat menaikkan penjualan. Jika asetperusahaan tidak bisa dimaksimalkan penggunaannya, maka pendapatanperusahaan juga tidak bisa maksimal, akibatnya kemungkinan perusahaanmengalami kesulitan keuangan atau financial distress adalah semakin besar, olehkarena itu perlu ditinjau lebih lanjut mengenai tindakan agent dalam mengelolaperusahaan (Hidayat dan Meiranto, 2014). Maka dari itu hipotesisnya:H3: Rasio Aktivitas berpengaruh terhadap prediksi terjadinya financial distress.d. Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Financial DistressProfitabilitas menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan asetperusahaan karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkanlaba berdasarkan penggunaan aset. Dengan adanya efektivitas dari penggunaanaset perusahaan maka akan mengurangi biaya yang dikeluarkan olehperusahaan, sehingga perusahaan akan memperoleh penghematan dan akanmemiliki kecukupan dana untuk menjalan kan usahanya. Dengan adanyakecukupan tersebut maka kemungkinan perusahaan mengalami financial distressakan semakin kecil (Wahyu, 2009). Semakin tinggi rasio profitabilitas, semakinefisien perusahaan dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan, dengan begitukinerja perusahaan juga akan meningkat. Dari uraian tersebut dapat ditarikhipotesis sebagai berikut:H4: Rasio profitabilitas berpengaruh terhadap prediksi terjadinya financialdistress.e. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Financial DistressKomisaris independen mempunyai fungsi untuk mengawasi kinerjadireksi dalam menjalankan perusahaan sekaligus mengawasi penerapan goodcorporate governance. Dewan komisaris independen melakukan monitoring terhadapkinerja dari dewan direksi yang dipimpin oleh direktur dan bertindak secaraindependen tanpa adanya pengaruh dari pihak-pihak yang ada dalamperusahaan. Komisaris independen diharapkan mampu menempatkan keadilansebagai prinsip utama dalam memperhatikan kepentingan pihak-pihak yangmungkin sering terabaikan (Linoputri, 2010). Sehingga semakin tinggi proporsi

komisaris independen akan memperkecil kemungkinan terjadinya financialdistress. Sehingga hipotesisnya:H5: Komisaris independen berpengaruh terhadap prediksi financial distress.f. Pengaruh Kompetensi Komite Audit terhadap Financial DistressUntuk membuat komite audit yang efektif dalam menjalankan tugasnyamemonitor dan mengendalikan aktivitas dewan direksi, komite audit sebaiknyamemiliki jumlah anggota yang cukup untuk melaksanakan tanggung jawabtersebut. Komite audit dengan jumlah anggota yang tepat dapat membuatanggota komite audit menggunakan pengalaman dan keahlian yang dimilikiuntuk melindungi kepentingan pemegang saham (Rahmat, et al., 2009).Kompetensi komite audit menunjukkan tingkat pemahaman dan pengetahuandalam menjalankan tugasnya, harapannya kompetensi yang dimiliki akanmembantu meningkatkan kinerja perusahaan. Sehingga hipotesisnya:H6: Kompetensi komite audit berpengaruh terhadap prediksi financial distress.C.METODE PENELITIAN1. Populasi dan SampelPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. Sampel ditentukandengan teknik purposive sampling untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuaidengan kriteria yang telah ditentukan (Hanafi & Harto, 2014). Berdasarkan kriteriakriteria pengambilan sampel yaitu kelompok perusahaan manufaktur yang dalamkondisi non-financial distress yang artinya perusahaan manufaktur yang tiga tahunberturut-turut mengalami laba bersih atau ekuitasnya positif dan kelompokperusahaan manufaktur yang dalam kondisi financial distress adalah perusahaan yangtiga tahun berturut-turut mengalami laba bersih negatif atau ekuitasnya negatif,diperoleh sampel sejumlah 79 data perusahaan.2. Definisi Operasional Variabela. Financial distress (Variabel Dependen)Menurut Jantaded dalam Kordestani et al. (2011), kondisi financial distressdiwakili dengan perusahaan yang mengalami laba bersih negatif selama 3 tahunberturut-turut. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalahkondisi financial distress perusahaan manufaktur, dimana 0 untuk perusahaan yangsehat dan 1 untuk perusahaan yang mengalami financial distress.b. Rasio Leverage (DAR)Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukurkemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya baik itujangka pendek maupun jangka panjang jika pada suatu saat perusahaan tersebutdilikuidasi. Adapun dalam penelitian ini rasio leverage diukur denganmenggunakan total debt to asset ratio. (Almilia dan Kristijadi, 2003).c. Rasio Likuiditas (CR)Rasio likuiditas menyatakan tingkat kemampuan suatu perusahaanuntuk memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih. Adapun proxypengukuran yang digunakan untuk mengukur rasio likuiditas dalam penelitian iniadalah current ratio (Almilia dan Kristijadi, 2003).

d. Rasio Aktivitas (TATO)Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaandalam mengelola aset-asetnya sehingga memberikan aliran kas masuk bagiperusahaan. Adapun dalam penelitian ini, pengukuran yang digunakan untukmengukur rasio aktivitas adalah total asset turnover ratio (Almilia dan Kristijadi,2003).e. Rasio Profitabilitas (ROA)Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan suatuperusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Adapun dalampenelitian ini rasio profitabilitas diukur dengan menggunakan return on asset(Almilia dan Kristijadi, 2003).f.Dewan Komisaris Independen (KOM IND)Berdasarkan peraturan otoritas jasa keuangan, dewan komisarisindependen minimal terdiri dari 2 anggota dan jumlah dewan komisarisindependen setidaknya terdiri paling kurang 30% dari jumlah seluruh anggotadewan komisaris. Komisaris independen diukur dengan membandingkan jumlahkomisaris independen dengan jumlah dewan komisaris dalam perusahaan(Pembayun dan Januarti, 2012).g. Kompetensi Komite Audit (KOM AUDIT)Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untukmembantu dewan komisaris dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadapkinerja direksi dan tim manajemen sesuai dengan prinsip-prinsip good corporategovernance. Pembentukan komite audit telah memenuhi semua peraturanBapepam- LK. Kompetensi komite audit diukur dengan latar belakangpendidikan, dimana kompetensi komite audit disajikan dalam bentuk dummy,yaitu 0 (nol) jika tidak terdapat anggota komite audit yang memiliki latarbelakang pendidikan dan pengalaman di bidang keuangan dan1 (satu) jika salahsatu anggota komite audit memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman dibidang keuangan (Pembayun dan Januarti, 2012).3. Metode Analisis DataModel yang digunakan dalam regresi logistik bertujuan untuk mengujipengaruh rasio laverage, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitaas, komisarisindependen, dan kompetensi komite audit terhadap financial distress. model regresiyang diajukan sebagai berikut:()Keterangan :P/(1-p)b0DARCRTATOROAKOM INDKOM AUDI Probabilitas Perusahaan yang Mengalami Financial Distress (t) Konstanta Total Debt to Asset Ratio (Rasio Leverage) (t-1) Current Ratio (Rasio Likuiditas) (t-1) Total Asset Turnover Ratio (Rasio Aktivitas) (t-1) Return On Asset (Rasio Profitabilitaas) (t-1) Komisaris Independen (t-1) Kompetensi Komite Audit (t-1)

Tb1b2b3b4b5b6eD. Koefisien regresi DAR Koefisien regresi CR Koefisien regresi TATO Koefisien regresi ROA Koefisien regresi komisaris independen Koefisien regresi kompetensi komite audit ErrorHASIL DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Sampel PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011-2014. Sampel ditentukandengan teknik purposive sampling untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuaidengan kriteria yang telah ditentukan (Hanafi & Harto, 2014). Berdasarkan kriteriakriteria pengambilan sampel, diperoleh sampel sejumlah 79 data perusahaan.B. Pengujian Signifikansi dari Koefisien RegresiTabel 1Variables in the EquationBS.E.Wald Df6,0782,826 4,6241,003,046,0041-5,4202,770 3,8281-13,8909,930 1,95713,7665,379,4901DARS CRT TATOE ROAP KOM IND1 KOM AUD-1,241a ITConstant-3,984Sumber data diolah, 2016Sig.Exp(B),032 436,011,9511,003,050,004,162,000,484 43,2161,518,6681,414,2893,1561,5931,207,019Hasil Analisis Regresi LogistikDari hasil perhitungan sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel di atas,selanjutnya model regresi logistik dapat dinyatakan sebagai berikut:()Pembahasan secara detailnya akan dijelaskan sebagai berikut:1. Rasio leverage (DAR), terdapat nilai wald sebesar 4,624 dengan tingkat signifikansi0,032. Tingkat signifikansi di bawah 0,05 dan nilai koefisien b positif.2. Rasio likuiditas (CR), terdapat nilai wald sebesar 0,004 dengan tingkat signifikansi0,951. Tingkat signifikansi di atas 0,05 dan nilai koefisien b positif.

3.4.5.6.Rasio aktivitas (TATO), terdapat nilai wald adalah sebesar 3,828 dengan tingkatsignifikansi 0,005. Tingkat signifikansi di bawah 0,05 dan nilai koefisien b negatif.Rasio profitabilitas (ROA), terdapat nilai wald adalah sebesar 1,957 dengantingkat signifikansi 0,162. Tingkat signifikansi di atas 0,05 dan nilai koefisien bnegatif.Dewan komisaris independen (KOM IND), terdapat nilai wald adalah sebesar0,490 dengan tingkat signifikansi 0,162. Tingkat signifikansi di atas 0,05 dan nilaikoefisien b positif.Kompetensi komite audit, terdapat nilai wald adalah sebesar 0,668 dengan tingkatsignifikansi 0,414. Tingkat signifikansi di atas 0,05 dan nilai koefisien b negatif.C. Uji Kelayakan Modela. Hosmer and LemeshowDari output di atas terlihat bahwa nilai Chi Square adalah sebesar 5,991dengan nilai signifikansi sebesar 0,648. Dari hasil tersebut terlihat bahwa nilai siglebih dari 0,05 berarti hipotesis nol (H0) tidak dapat ditolak dan berarti tidakterdapat perbedaan yang signifikan antara model dengan nilai observasinya danmodel mampu memprediksi nilai observasinya. Sehingga dapat disimpulkanmodel regresi logistik dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.b. Chi Square (X2)Dari output di atas, terlihat bahwa -2 log likelihood pada blok pertama adalahsebesar 42,465 dan pada blok kedua adalah 16,050. Dengan hasil tersebut dapatdisimpulkan bahwa model regresi logistik dapat memprediksi dengan baikkemungkinan suatu perusahaan mengalami kondisi financial distress.Dari output di atas menunjukkan dengan dimasukkannya prediktor DAR,CR, TATO, ROA, komisaris independen dan kompetensi komite audit secarabersama-sama dapat memperbaiki model fit atau dapat menjelaskan pengaruhterjadinya financial distress di suatu perusahaan.c. Cox dan Snell’s R Square dan Nagellkerke’s R SquarePada tabel di atas terlihat bahwa nilai Cox dan Snell’s R2 adalah sebesar0,284 dan nilai Nagelkerke’s adalah sebesar 0,684. Hal tersebut menandakanbahwa variabel dependen (terikat) yang dapat dijelaskan oleh varibel independen(bebas) adalah sebesar 68,4%. Sedangkan sisanya yaitu 31,6% dijelaskan olehfaktor lain selain varibel independen.d. Tabel Klasifikasi 2x2Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa 73 sampel perusahandiprediksi tidak mengalami financial distress, setelah dilakukan observasi ternyatahanya terdapat 72 perusahaan yang secara tepat dapat diprediksi oleh modellogistik ini sebagai perusahaan yang tidak mengalami financial distress dan sisanya 1perusahaan gagal diprediksi oleh model. Di sisi lain, 4 perusahaan atau 66,7%secara tepat dapat diprediksi oleh model regresi logistik sebagai perusahan yangmengalami financial distress. Dengan demikian secara keseluruhan, terdapat 76perusahaan atau 96,2% sampel dapat diprediksi dengan tepat oleh model.Dengan tingginya presentase ketepatan tabel klasifikasi 2x2 ini, maka dapatdikatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap data hasil prediksidengan data observasinya, yang mana dapat dikatakan bahwa model mempunyaiketepatan prediksi yang baik.

D. PEMBAHASANa. Pengaruh Rasio Leverage terhadap Financial DistressBerdasarkan nilai signifikansi menunjukkan bahwa rasio leverage berpengaruhterhadap financial distress karena nilai signifikansi (DAR) 0,032 0,05 sehingga H1diterima. Hipotesis yang menyebutkan bahwa rasio leverage berpengaruh terhadapprediksi terjadinya financial distress diterima. Hasil penelitian didukung oleh Hanifah(2013), dan Hidayat dan Meiranto (2014) yang mendapatkan hasil bahwa rasio leverageberpengaruh signifikan terhadap prediksi terjadinya financial distress. Hal ini terjadikarena semakin tinggi utang yang dimiliki oleh perusahaan baik utang jangka pendekmaupun utang jangka panjang sedangkan perusahaan tidak mampu untukmenghasilkan pendapatan yang lebih banyak untuk membayar utang besertabunganya akan mendekatkan perusahaan pada terjadinya financial distress.b. Pengaruh Rasio Likuiditas terhadap Financial DistressBerdasarkan nilai signifikansi menunjukkan bahwa rasio likuiditasberpengaruh terhadap financial distress karena nilai signifikansi (CR) 0,951 0,05sehingga H0 diterima. Hipotesis yang menyebutkan bahwa rasio likuiditasberpengaruh terhadap prediksi terjadinya financial distress ditolak. Hasil penelitiandidukung oleh penelitian Hanifah (2013) dan Putri dan Merkusiwati (2014), yangmendapatkan hasil penelitian bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikanterhadap prediksi terjadinya financial distress. Hal ini terjadi karena perusahaandiharuskan untuk membayar utangnya yang telah jatuh tempo sesuai dengankesepakatan yang telah disepakati.c. Pengaruh Rasio Aktivitas terhadap Financial DistressBerdasarkan nilai signifikansi menunjukkan bahwa rasio aktivitasberpengaruh terhadap financial distress karena nilai signifikansi (TATO) 0,05 0,05sehingga H2 diterima. Hipotesis yang menyebutkan bahwa rasio aktivitasberpengaruh terhadap prediksi terjadinya financial distress diterimaHasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hidayat dan Meiranto (2014)dan Hanifah (2013), yang mendapatkan hasil bahwa rasio aktivitas berpengaruhterhadap financial distress. Hal ini terjadi jika perusahaan tidak dapat memanfaatkanaset yang dimiliki oleh perusahaan secara efektif untuk meningkatkan penjualan makaperusahaan tidak memperoleh pemasukan dan kerugian yang akan dialami daridepresiasi aset akan lebih banyak, sehingga perusahaan akan lebih rentan mengalamifinancial distress.d. Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap Financial DistressBerdasarkan nilai signifikansi menunjukkan bahwa rasio profitabilitasberpengaruh terhadap financial distress karena nilai signifikansi (ROA) 0,162 0,05sehingga H0 diterima. Hipotesis yang menyebutkan bahwa rasio profitabilitasberpengaruh terhadap prediksi terjadinya financial distress ditolak. Hasil penelitian inisejalan dengan penelitian Hanifah (2013) dan Hidayat dan Meiranto (2014), yangmenjelaskan bahwa rasio profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadapprediksi terjadinya financial distress. Hal ini terjadi karena laba perusahaan yang tinggibelum tentu menghindarkan perusahaan dari moment financial distress, karena dalamlaba yang tinggi tersebut bisa terjadi utang yang tinggi pula.e. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Financial DistressBerdasarkan nilai signifikansi menunjukkan bahwa dewan komisarisindependen berpengaruh terhadap financial distress karena nilai signifikansi(KOM IND) 0,484 0,05 sehingga H0 diterima. Hipotesis yang menyebutkan

bahwa dewan komisaris independen berpengaruh terhadap prediksi terjadinyafinancial distress ditolak.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hanifah (2013) dan Putri danMerkusiwati (2014) yang menjelaskan bahwa mekanisme corporate governance tidakmemiliki pengaruh signifikan terhadap financial distress. Bapepam-LK telah mengaturkeberadaan dewan komisaris independen yaitu minimal 30% dari jumlah dewankomisaris, sehingga bagaimanapun keadaan perusahaan, jumlah dari dewan komisarisindependen harus tetap sama.f.E.Pengaruh Kompetensi Komite Audit terhadap Financial DistressBerdasarkan nilai signifikansi menunjukkan bahwa kompetensi komite auditberpengaruh terhadap financial distress karena nilai signifikansi (KOM AUDIT)0,414 0,05 sehingga H0 diterima. Sehingga hipotesis yang menyebutkan bahwakompetensi komite audit berpengaruh terhadap prediksi terjadinya financial distressditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hanifah (2013) dan Putri danMerkusiwati (2014) yang menjelaskan bahwa mekanisme corporate governance tidakmemiliki pengaruh signifikan terhadap financial distress.PENUTUPBerdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, makapenelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:1. Rasio leverage berpengaruh terhadap prediksi financial ditress. Hasil ini dibuktikandengan nilai signifikansi (DAR) 0,032 0,05 sehingga H1 diterima.2. Rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Hasil inidibuktikan dengan nilai signifikansi (CR) 0,951 0,05 sehingga H2 ditolak.3. Rasio aktivitas tidak berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Hasil inidibuktikan dengan nilai signifikansi (TATO) 0,05 0,05 sehingga H3 diterima.4. Rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Hasil inidibuktikan dengan nilai signifikansi (ROA) 0,162 0,05 sehingga H4 ditolak.5. Dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap prediksi financial distress.Hasil ini dibuktikan dengan nilai signifikansi (KOM IND) 0,484 0,05 sehingga H5ditolak.6. Kompetensi komite audit tidak berpengaruh terhadap prediksi financial distress. Halini dibuktikan dengan nilai signifikansi (KOM AUDIT) 0,414 0,05 sehingga H6ditolak.

DAFTAR PUSTAKAAgusti, Chalendra. 2013. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemungkinan Terjadinya FinancialDistress. Skripsi Universitas Diponegoro. 2013.Almilia, L. dan Kristijadi, E. 2003. Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi FinancialDistress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi danBisnis Vol. XII. No. 1, Maret 2006.Brahmana, R. 2007. Identifying Financial Distress Condition in Indonesia Manufacture Industry.Journal of accounting.Fachrudin, Amalia Khoira. 2008. Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal. EjournalUniversitas Negeri Surabaya.Hanafi, Umi dan Puji Harto. 2014. Analisis Pengaruh Kompensasi Eksekutif, Kepemilikan SahamEksekutif dan Preferensi Risiko Eksekutif terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan. DiponegoroJournal of Accounting ISSN (Online): 2337-3806 Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014.Hanifah, O. 2013. Pengaruh Struktur Corporate Governance dan Financial Indicators terhadap KondisiFinancial Distress. jurnal magister akuntansi Universitas Diponegoro.Hidayat, Muhammad dan Wahyu. 2014. Prediksi Financial Distress Perusahaan Manufaktur diIndonesia. Diponegoro Journal of Accounting, Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014.Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.Kordestani,

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN MEKANISME CORPORATE . Pengaruh Rasio Leverage terhadap Financial Distress Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauhmana kemampuan perusahaan untuk membayar utang dengan aktivanya (Kasmir, 2008:113). Semakin besar utang yang ditanggung oleh perusahaan semakin

Related Documents:

keuangan masa depan perusahaan LQ 45 di Indonesia, baik untuk periode 2005-2006 maupun 2006-2007. Terdapat pengaruh ROGIC terhadap kinerja keuangan masa depan perusahaan LQ 45 di Indonesia, baik untuk periode ROGIC 2006-2007 terhadap kinerja keuangan 2006 maupun ROGIC 2006-2007 terhadap kinerja keuangan 2007.

faktor, seperti faktor keuangan melalui rasio keuangan, tindakan manajemen laba serta mekanisme corporate governance. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris bahwa manajemen laba, rasio keuangan dan mekanisme corporate governance berpengaruh terhadap peringkat obligasi.

dalam pengelolaan keuangan daerah. Tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris tentang pengaruh sistem pengelolaan keuangan daerah terhadap fungsi pengawasan keuangan daerah dan pengaruh implementasi sistem akuntansi keuangan daerah terhadap fungsi pengawasan keuangan daerah.

PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN KOMITE AUDIT TERHADAP KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DI BEI TAHUN 2011-2019 . untuk kelancaran dalam penulisan skripsi yang berjudul "Pengaruh Rasio Keuangan dan Komite Audit Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada . financial reports from companies listed on the IDX in 2011-2019. .

E. Hubungan Lingkungan Kerja dengan Kinerja Karyawan 17 F. Pengertian Kinerja 19 G. Pengertian Karyawan 21 H. Pengukuran Kinerja 21 I. Evaluasi Kinerja dan Manfaatnya 23 J. Hambatan dalam Evaluasi Kinerja 26 K. Teknik-Teknik Penilaian Kinerja 27 L. Rerangka Pikir 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31

menemukan hubungan yang positif dan signifikan secara statistik antara kinerja lingkungan dengan kinerja ekonomi. Dengan demikian, hipotesis pertama penelitian ini adalah H1 : Kinerja lingkungan memiliki pengaruh signifikan terhadap CSR disclosure. 2.3.Hubungan Kinerja Lingkungan dengan Kinerja Finansial

PENGARUH KINERJA LINGKUNGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL . (Studi Empiris pada Perusahaan yang Listing dalam Indeks Sri Kehati yang Terdaftar di BEI Periode 2009-2018) SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S1 Dalam Ilmu Ekonomi (S.E)

Basic competences for humanistic counselling with young people: skills that are fundamental to humanistic counselling. 4. Specific competences for humanistic counselling with young people: skills that are practised in some, but not necessarily all, cases, depending on how and what the young person presents in therapy. 5.