FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAK PATUHAN . - STIKes PERINTIS

1y ago
2 Views
1 Downloads
2.40 MB
98 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Kairi Hasson
Transcription

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAK PATUHANMASYARAKAT MEMINUM OBAT FILARIASIS DALAM UPAYAPENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI DESA TITIHKENAGARIAN PADANG TAROKPADA TAHUN 2014SKRIPSIOlehAULIA RAHMADANI10103084105497PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN PERINTISSUMATRA BARAT20141

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAK PATUHANMASYARAKAT MEMINUM OBAT FILARIASIS DALAM UPAYAPENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS DI DESA TITIHKENAGARIAN PADANG TAROKPADA TAHUN 2014Penelitian Keperawatan KomunitasSKRIPSIDiajukan SebagaiSalah Satu Syarat Untuk Memperoleh GelarSarjana KeperawatanOlehAULIA RAHMADANI10103084105497PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANSEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN PERINTISSUMATRA BARAT20142

3

4

5

6

7

8

BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangFilariasis atau Elephantiais atau disebut juga penyakit kaki gajah adalah penyakit yangdisebabkan oleh infeksi cacing filarial yang penularanya melalui gigitan berbagai jenis nyamuk.Diperkirakan penyakit ini telah menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara, terutamadidaerah tropis dan daerah subtropics. Penyakit filariasis bersifat menahun (kronis ) dan bilatidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembengkakan kaki,lengan, payudara, dan alat kelamin baik pada wanita maupun pria. Meskipun filariasis tidakmenyebabkan kematian, tetapi merupakan salah satu penyebab timbulnya kecacatan, kemiskinandan masalah-masalah sosial lainya. ( Depkes RI, 2004)Filariais atau dengan nama lain penyakit kaki gajah ( elephantiasis ), termasuk salah satujenis penyakit yang mendapat perhatian khusus di dunia kesehatan. Walupun jarangmengakibatkan kematian, pada stadium lanjut penyakit ini dapat menjadikan seseorangmenderita cacat fisisk permanen hingga menimbulkan dampakyang signifikan, terutamadi tengahmasyarakat Negara berkembang di daerah tropis,maupun sub tropis yang justru tengah diderapermasalahan sosial ekonomi. Hasil survei laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, ratarata Mikrofilaria rate kurang dari 1%, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi cacing filariadan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk tertular karna nyamuk penularanyatersebar luas. ( Depkes RI, 2005)Filaria limfatik yang terdiri dari Wuchereria bancrofi ,brugia malayi, brugia timorimerupakan spesies cacing filarial yang ditemukan di Dunia. Penyebaranya tergantung dari9

spesiesnya. Wuchereria bancrofi tersebar luas diberbagai Negara tropis dan subtropics,menyebar mulai dari Spanyol sampai di Brisbane, Afrika dan Asia dan Negara-negara di pasifikbarat. ( Sudomo, 2008). Deteksi filaria bergantung pada keberadaan cacing stadium microfilariadalam darah tepi, atau dikenal dengan istilah periodisitas. Uniknya, periodisitas filarialditemukan diantara pukul 10 malam hingga pukul 2 pagi (nocturnal ), sehingga pengambilansampel darah pun harus dilakukan malam har. Disamping itu, larva aktif baru ditemukan 6-12bulan setelah sesorang terinfeksi filarial, dan manifestasi filariasis baru terlihat 4 tahunkemudian, sehingga deteksi dini untuk kasus ini cukup sulit ditegakkan. Pemeriksaanlaboratorium seperti identifikasi antigen filarial dengan teknis ELISA atau rapid immunechromatography card sebenarnya dapat pula dilakukan, namun teknik ini selain rumit, jugasering memberikan false positif teknik diagnosis (Depkes RI 2009).Pada tahun 2010 dilaporkan lebih dari 1 milyard penduduk dunia memiliki resikomenderita filariasis. Lebih dari 120 juta orang dari 80 negara telah terinfeksi filaria, bahkanribuan desa di 26 propinsi di Indonesia dinyatakan endemis. Karna itulah WHO mencanangkankesepakatan global untuk memberantas penyakit ini dengan mengangkat tema The Global OfElimination Of Lymphatic Filariasis As A Public Healt Problem By The Years 2020. Pada tahun2004, Filariasis telah menginfeksi 120 juta penduduk di 83 negara diseluruh dunia. Terutama dinegara-negara tropis dan beberapa Negara subtropis .WHO Mencatat filariasis sebagai penyakitcacat nonor 2 di dunia setelahpenyakit kelainan mental ( Wijayanto, 2004).Filariasis di Indonesia tersebar luas hamper di semua propinsi. Berdasarkan dari hasilsurvey cepat yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2000 yang lalu, tercatatsebanyak 1.553 desa di 647 puskesmas, di 231 kabupaten, di 26 propinsi merupakan lokasi yangendemis, denganjumlah kasus kronis 6.500 orang dengan microfilaria rate 3,1% atau sekitar 10010

juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan karna nyamuk penularnya tersebar luas. DiIndonesia ditemukan 3 jenis parasit nematoda penyebab filariasis limfatik pada manusia yaituWuchaira bancrofi, brugia malayi, dan brugia timori. Parasit ini tersebar di seluruh kepulauanIndonesia oleh berbagai spesies nyamuk yang termasuk dalam genus aedes, anopheles, culex,mansonia ( Gandahusada , 2001)Sumatera Barat merupakan salah satu propinsi di Sumatera yang mempunyai kasusfilariasis kronis yang tinggi yaitu 150 orang ( Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat,2006).sedangkan untuk kabupaten 50 kota sendiri berdasarkan laporan tahunan dinas kesehatankabupaten 50 kota tahun 2007 didapatkan peningkatan penderita klinis kasus filariasis dari 5orang pada tahun 2006 menjadi 19 orang pada tahun 2007. Hal ini mesenunjukan peningkatankejadian yang drastic sebanyak 14 orang dari tahun 2006 sampai tahun 2007.Untuk mengatasi permasalahan filariasis di Indonesia, telah dicanagkann programeliminasi filariasis oleh mentri kesehatan RI pada tahun 2002. Program eliminasi filariasisbertujuan memutuskan mata rantai penularan filariasis melalui pengobatan masal sehinggaterjadi pengurangan drastic microfilaria darah tepi yang pada akhirnya dapat mengurangi potensipenularan filariasis oleh vector nyamuk. Secara keseluruhan jumlah penderita filariasisdi Indonesia sampai dengan tahun 2008 mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 ada8.243 dan meningkat menjadi 11.699 pada tahun 2008. Ada 3 propinsi di Indonesia dengan kasusterbanyak berturut-turut, yaitu Nanggroe aceh darusalam, NTT,dan papua (Depkes RI 2009).Program eliminasi filarisis merupakan salah satu program prioritas nasional pemberantasanpenyakit menular sesuai dengan peraturan presiden Republik Indonesia nomor 7 tahun 2005tentang rencana pembangunan jangka menegah nasional tahun 2004-2009. Tujuan umum dari11

program eliminasi filariasis adalah filariasis tidak menjadi masalah kesehatan masyrakat diIndonesia tahun 2020.sedangkan tujuan khusus program adalah menurunya angka microfilariamenjadi kurang dari 1% disetiap Kabupaten , mencegah dan mengatasi kecaccatan karenafilariasis. Program ini dilakukan dengan bertahap lima tahun yang dilmulai tahun 2010-2014Pemberian obat secara masal untuk penceghan filariasis pencapaianya adalah upayamemutus rantai penularan dilakukan dengan POMP Filariasis dengan obat dosis tunggal DEC,albendazol dan paracetamol. Sampai tahun 2009 hanya 97 kabupaten yang melaksanakan POMPfilariasis dengan sekitar 19 juta orang minum obat. Hambtanya adalah belum semua daerahendemis melaksanakan POMP filariasis karna masih kurngnya komitmen pemda untukmemberikan dukungan dana operasional serta masih adanya daerah endemisyang melaksanakanPOMP filariasis hanya pada sebagian penduduk di kabupaten.Faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan masyarakat minum obatfilariasis diantaranya adalah tindakan seseorang yang bisa diamati berupa tindakan minumobatatau tidak minum obat diantaranya adalah keturunan dan lingkungan. Perilaku dan gejala yangtampak pada kegiatan organism dipengaruhi oleh faktor genetic dan lingkungan merupakanpenentu perilaku manusia. Sedangkan lingkungan dibentuk melalui suatu proses dan berlangsungdalam interaksi manusia dengan lingkunganya.Faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan masyarakat minum obat filariasis diantaranya:Menurut La Greca dalam Smeat 1994, anak-anak mempunyai tingkt kepatuhan yang lebihtinggi dibandingkan dengan remaja, meskipun anak-anak mendapatkan informasi yank kurang.Untuk penderita lanjut usiauntuk kepatuhan dapat dipengaruhi oleh daya ingat yang berkurang ditambah lagi apabila penderita lanjut usia tinggal sendiri . Menurut Dunbar dan Wazsak dalam12

Smeat 1994 ketaatan dan kepatuhan pengobatan pada anak-anak dan remaja dan dewasa adalahmasa. Menurut Taylor dalam Smeat 1994 orang dewasa cenderung patuh minum obat karenamengikuti semua anjuran dokter. ( Hutabarat. 2008 ).Menurut Skinner dalam Notoatmodjo (2005) mengungkapkan bahwa kepatuhan minum obatdalah tindakan nyata yang dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri antara lain pendidikan.Menurut Notoatmodjo dalam Hutabarat 2008 pendidikan menuju kepada suatu perubahan yaitumengubah perilaku menuju arah yang diinginkan sehingga tujuan pendidikan kesehatan adalahmengubah perilaku dari yang merugikan atau tidak sesuai dengan norma kesehatan menujuperilaku yang menguntungkan atau sesuia dengan norma kesehatan. Smeat dalam hutabarat(2008) menggungkapkan bahwa penderita dengan pendidikan rendah dan kecerdasan yangterbatas perlu penanganan yanglebih teliti dalam intruksi tata cara penggunaan obat baik danbenar karna pendidikan yang rendah akan mengaggap aturan minum obat 3 X 1 hari samadengan 1 X 3 sehingga obat untuk satu hari diminum sekaligus.Menurut Notoatmodjo 2008, pengetahuan adalah suatu hasil tahuyang terjadi setelahseseorang melakukan pengindraan suatu objek tertentu melalui indera penglihatan, pendengaran,penciuman, perasaan dan perabaan. Sebagian besar pengetahuan maanusia diperoleh melaluiproses melihat atau mendengar.selain itu melalui pengalaman dan proses belajar dalampendidikan formal maupun nonformal. Pengetahuan pada manusia bertujuan untuk menjawabmasalah-masalah kehidupan manusia dan merupakan dominan sangat penting untukterbentuknya tindakan seseorang.Menurut Notoatmodjo 2008, sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup terhadapsuatu stimulus atau objek. Sikap adalah suatu bentuk evaluasi, reaksi perasaan yang mendukungatau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada suatu objek.13

Menurut Azwar 2008 ketaatan minum obat diartikan sebagai usaha untuk mengendalikanperilaku apakah mengikuti apa yang dianjurkan oleh petugas untuk dilaksanakan untuk mencapaikesembuhan.keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai arti yang strategis dalammenciptakan sumber daya manusia yang berkualitas melalui lima tugas keluarga, yaitu mengenalmasalah kesehatan, mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan,merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan, menciptakan lingkungan yangdapat meningkatkan kesehatan dan mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan secara tepat. Salahsatunya di dalam keluarga yang memberikan dukungan keluarga adalah seorang kepala keluarga(ayah atau ibu) yang memiliki tugas untuk mengambil keputusan dalam hal apa pun. MenurutNadirawati (2010), dalam penelitiannya didapatkan hasil bahwa keluarga telah menggunakansystem pendukung yaitu dukungan sosial keluarga dalam membantu upaya perawatan penyakitfilariasis. Hal itu dibuktikan lebih lanjut oleh Ryan dan Austin (dalam Friedman, 1998) bahwaadanya dukungan sosial yang adekuat berhubungan dengan penurunanAngka kematian akan mempercepat proses penyembuhan penyakit, dan pada lansia dapatmeningkatkan kesehatan fisik, emosional, dan fungsi kognitif. Sarafino (1998), menyebutkanorang lain yang bisa memberikan dukungan sosial ini terdiri dari pasangan hidup seperti orangtua, saudara, anak, kerabat, teman, serta anggota dalam kelompok kemasyarakataan. Jenisdukungan sosial yang didapatkan oleh keluarga dan klien filariasis yaitu dukungan emosional,dukungan harga diri, dukungan informasional, dan dukungan instrumental.Efek samping obat filariasis Dalam penelitian Tomar dan Kusnanto (2007), dikatakan bahwasalah satu penyebab terjadinya penurunan cakupan penggobatan filariasis adalah efek sampingdari pengobatan teresbut. Efek samping yang tidak menyenangkan yang dirasakan masyarakat14

seringkali mengakibatkan mereka tidak mau melanjutkan minum obat filariasis pada tahunberikutnya dan kadang menyebabkan traumaalasan utamanya tidak mau minum obat filariasisadalah takut efek samping dari obat filariasis ( Depkes RI, 2007).Efek samping yang dirasakan dapat berupa reaksi umum yang terjadi akibat repon imunitasindividu terhadap matinya microfilaria. Reaksi yang timbul seperti sakit kepala, pusing, mual,muntah, sakit otot, sakit sendi lesu, pegal-pegal dan keluar cacing usus. Reaksi umum terjadihanya pada 3 hari pertama setelah mengkonsumsi obat filariasis ( Depkes RI, 2007 ).Berdasarkan survei awal dari beberpa masyarakat, didapatkan bahwa dari 5 orangmasyarakat 3 diantaranya mengatakan bahwa mereka takut minum obat yang bukan dari dokter,ada yang mengatakan setelah mereka meminum obat filariasis mereka mearsakan mual, muntah,pusing dan badan terasa mau demam setelah minum obat filariasis. Dikarenakan mereka tidakmengetahui tentang filariasis, manfaat obat filariasis serta dikarenakan mereka kurangnyapengetahuan, pendidikan, mengenai obat filariasis. Dan juga mengatakan tidak mau minum obatkarena tidak merasa sakit dan tidak terkena filariasis, dan 2 diantara 5 orang tersebut tidakmeminum obat filariasis karena umur mereka yang sudah lanjut usia dan tidak ada dukungankeluarga mereka untuk mengharuskan minum obat filariasis. Dalam kepatuhan meminum obatsikap positif diperlukan untuk mendukung kepatuhan minum obat.Sehubungan dengan masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui fakto-faktor YangBerhubungan Dengan Ketidak Patuhan Masyarakat Meminum Obat Filariasis Dalam UpayaPencegahan Penyakit Filariasis Di Kenagarian Padang Tarok Tahun 2014.15

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan masalah di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah Fakto-FaktorYang Berhubungan Dengan Ketidak Patuhan Masyarakat Meminum Obat Filariasis DalamUpaya Pencegahan Penyakit Filariasis Pada Masyarakat Di Jorong Tith Kenagarian PadangTarok Tahun 20141.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumTujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Fakto-Faktor Yang BerhubunganDengan Ketidak Patuhan Masyarakat Meminum Obat Filariasis Dalam Upaya PencegahanPenyakit Filariasis Pada Masyarakat Di Jorong Tith Kenagarian Padang Tarok Tahun 2014.1.3.2 Tujuan Khususa.Diketahuinya disribusi frekuensi pengetahuan masyarakat mengenai filariasis dalamupaya pencegahan penyakit filariasis pada masyarakat di Desa Titih Kenagarian PadangTarok Tahun 2014b.Diketahuinya distribusi frekuensi pendidikan masyarakat minum obat filariasis dalamupaya pencegahan penyakit filariasis pada masyarakat di Desa Titih Kenagarian PadangTarok Tahun 2014c.Diketahuinya distribusi frekuensi dukungan keluarga masyarakat minum obat filariasisdalam upaya pencegahan penyakit filariasis di Deda Titih Kenagarian Padang TarokTahun 2014.16

d.Diketahuinya distribusi frekuensi usia sikap masyarakat mengenai minum obat filariasisdalam upaya pencegahanpenyakit filariasis di Desa Titih Kenagarian Padang TarokTahun 2014.e.Diketahuinya hubungan pengetahuan masyarakat mengenai ketidak patuhan minum obtafilariasis dalm upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Titih Kenagarian PadangTarok.f.Diketahuinya hubungan pendidikan masyarakat mengenai ketidak patuhan minum obtafilariasis dalm upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Titih Kenagarian PadangTarok.g.Diketahuinya hubungan dukungan keluarga masyarakat mengenai ketidak patuhanminum obta filariasis dalm upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa TitihKenagarian Padang Tarok.h.Diketahuinya hubungan sikap masyarakat mengenai ketidak patuhan minum obtafilariasis dalm upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Titih Kenagarian PadangTarok.1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 PenelitiPenelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang risetkeperawatan khususnya tentang Fakto- Faktor Ynag Berhubungan Dengan Ketidak PatuhanMasyarakat Meminum Obat Filariasis Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Filarisasis sertamengaplikasikan ilmu yang peneliti dapatkan dari bangku perkuliahan17

1.4.2 Institusi PendidikanLaporan hasil penelitian ini juga dapat diharapkan dapat menjadi bahan masukan ataubacaan bagi para pengunjung perpustakaan sekolah tinggi ilmu kesehatan perintis Bukittinggidalam menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya.1.4.3 LahanHasil penelitian ini di harapkan juga bermanfaat bagi puskesmas dan khususnyamasyarakat Di Kenagarian Padang Tarok, Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan padamasyarakat khususnya di Puskesmas Padang Tarok.1.5 Ruang Lingkup PenelitianPenelitian ini membahas tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidak PatuhanMasyarakat Meminnum Obat Filariasis Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Filariasisyangmeliputi pengetahuan, motivasi, pendidikn, dan umur Di Desa Titih Kenagarian Padang TarokPada Tahun 2014.Penelitian ini dilakukan pada bulan juli 2014 yang akan dilaksanakan di Desa TitihKenagarian Padang Tarok. Dengan sampel 59 responden. Penelitian ini dilakukan denganpengisian lembar kuesioner pada responden. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalahpenelitian Deskriptif Analitik. Alasan peneliti mengambil judul ini dan banyak penelitimenemukan masyarakat di Desa Titih kenagarian padang Tarok tidak mau meminum obatfilriasis yang diberikan oleh petugas kesehatan. Survey awal dari 10 responden 8 diantaranyatidak mau meminum obat filariasis yang diberikan oleh petugas kesehatan.18

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Filariasis2.1.1 Defenisi FilariasisFilariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filariayang hidup disaluran dan kelnjar getah limfe serta ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk.Infeksi cacing filarial dapat menyebabkan gejala krinis akut atau kronis ( Kementrian KesehatanRI, 2006).Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacingfilarial yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun dan bila tidakmendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, danalat kelamin baik perempuan ataupun laki-laki. Akibatnya para penderita ini tidak dapat bekerjasecara optimal bahkan hidupnya bergantung kepada orang lain sehinnga menjadi beban keluargadan masyarakat.Filariasis atau penyakit kaki gajah mudah menular, kriteria penularan penyakit ini adalahjika ditemukan microfilarial rate 100%. Pada sampel darah penduduk disekitar kasuselephantiasis atau adanya dua atau lebih kasus elephantiasis disuatu wilayah pada jarak terbangnyamuk yang mempunyai riwayat menetap bersama atauberdekatan pada suatu wilayah selamalebih satu tahun. Berdasarkan ketentuan WHO, Jika ditemukan mikrofilarial 1% pada suatuwilayah maka daerah tersebut dinyatakan endemis dan harus segera diberikan pengobatan masalsecara berturut-turut selama 5 tahun ( Kementrian Kesehtan RI , 2006)2.1.2 Penyebab filariasis19

Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filarial, yaitu hidup disaluran dan kelenjar getahbening. Anak cacing yang disebut microfilaria, hidup dalam darah, microfilaria hidup pada darahtepi pada malam hari.Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies jenis cacing filarial yaitu:a.Wuchereria bancroftiPeriodisitas keberadaan mikrofilarial dalam darah tepi tergantung spesies. MikrofilarialW. bancrofti pada belahan bumi selatan termasuk Indonesia, umumnya ditemukan pada malamhari (nokturna) sedangkan didaerah pasifik bersifat subperiodik diurnal. Parasit ini ditularkanoleh nyamuk Culex quinquefasciatus di daerah perkotaan dan nyamuk anopheles serta nyamukAedes sebagai vector didaerah pedesaan. Daur hidup parasit ini sangat panjang. Pertumbuhannyadalam tubuh nyamuk sekitar dua minggu dan pada manusia diduga selama 7 bulan. Mikrofilariayang terisap nyamuk akan masuk ke lambung, melepaskan kulitnya, lalu menembus dindingnyauntuk bersarang pada otot thorak dan membentuk larva stadium I.larva stadium I bertukar kulitdua kali berturut-turut menjadi larva stadium II kemudian larva stadium III yang sangat aktif.Bentuk aktif ini masuk ke dalam tubuh hospes dan bersarang di saluran limfe setempat. Larvamengalami pergantian kulit dan tumbuh sebagai larva stadium IV dan stadium V atau cacingdewasa. ( Depkes RI, 2005)b. B.malayi dan B.timoriMikrofilaria B.malayi mempunyai periodisitas nokturna dan nonperiodik sedangkanB.timori bersifat nukturna. B.malayi yang hidup pada manusia ditularkan oleh nyamukAnopheles barbirostris. B.malayi yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh nyamukmansonis, B.timori ditularkan oleh nyamuk A. barbirostris. Masa pertumbuhan parasit ini dalam20

tubuh nyamuk sekitar 10 hari dan dalam tubuh manusia kurang lebih 3 bulan. Faseperkembangan kedua parasit ini sama dengan perkembangan W. bancrofti (Arief dkk,1999)Secara umum daur hidup spesies cacing tersebut tidak berbeda. Daur hidup parasit terjadidi dalam tubuh manusia dan tubuh nyamuk. Cacing dewasa (disebut makrofilaria) hidup disaluran dan kelenjar limfe, sedangkan anaknya (disebut mikrofilaria) ada di dalam sistemperedaran darah.2.1.2 Tanda dan gejalaa. Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembesaran kelenjar limfe terutamadi daerahinguinal.b. Pada pemeriksaan darah ditemukan microfilaria dalam jumlah besar dan eosinofilia.c. Demam yang berulang selama 3-5 hari.d. Pembengkakan kelenjar getah beningpada bagian kaki, paha, hingga ketiak ( seluruhtubuh )e. pembengkakan yang terjadi akan bewarna merah, tersa panas dan terasa sakit.f. bila kelenjar getah bening pecah akan mengelurjan nanah dan darah.g. bila penyakit ini mencapai titik kronis, pembesaran-pembesaran pada bagian tertentususah sembuh.2.1.4 Cara PencegahanSeseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigitnyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebutmendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandungmicrofilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit21

kaki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahapkedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair. ( Depkes RI, 2005)Seseorang tertular filariasis bila digigit nyamuk yang mengandung larva infektif cacingfilaria. Nyamuk yang menularkan filariasis adalah Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes danArmigeres. Nyamuk tersebut tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan keadaanlingkungan habitatnya (got/saluran air, sawah, rawa, hutan). (2005DEPKES ri,)2.1.5 Penata Laksanaan1.Perawatan umuma) Istirahat di tempat, pindah ke daerah yang dingin akan mengurangi derajat seranganakut.b) Antibiotik dapat diberikan untuk infeksi sekunder dan abses.c) Pengikatan di daerah pembendungan akan mengurangi edema.d) Pengobatan infeksiObat utama yang digunakan adalah dietilkarbamazin sitrat ( DEC ). DEC bersifat membunuhmikrofilaria dan juga cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DECmerupakan satu-satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis bankrofti,dosis yang dianjurkan adalah 6mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk filariabrugia, dosis yang dianjurkan adalah 5mg/kg berat badan/hari selama 10 hari. Efek samping dariDEC ini adalah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual hingga muntah. Padapengobatan filariasis brugia, efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga, untukpengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi waktu pengobatan dilakukan dalam waktuyang lebih lama.22

Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin. Ivermektin adalah antibiotik semisintetik darigolongan makrolid yang mempunyai aktivitas luas terhadap nematode dan ektoparasit. Obat inihanya membunuh mikrofilaria. Efek samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC.Pengobatan kombinasi dapat juga dengan dosis tunggal DEC dan Albendazol 400mg,diberikan setiap tahun selama 5 tahun. Pengobatan kombinasi meningkatkan efek filarisida DEC.Yang dapat diobati adalah stadium mikrofilaremia, stadium akut, limfedema, kiluria, danstadium dini elefantiasis.Terapi suportif berupa pemijatan dan pembebatan juga dilakukan di samping pemberianantibiotika dan corticosteroid, khususnya pada kasus elefantiasis kronis. Pada kasus-kasustertentu dapat juga dilakukan pembedahan.Albendazol adalah obat yang dapat meningkatkan efek DEC dalam melemahkan danmembunuh mikrifilaria. Albendazol adalah obat yang telah digunakan secara luas sebagai obatcacing usus, dalam penggunaanya albendazol jarang menimbulkan efek samping padapemakaian jangka pendek.1.1.6Cara Mencegaha) Penggunaan anti nyamuk seperti obat nyamuk semprot atau bakar,lotion antinyamuk, dan lainya.b) Pembersihan tempat-tempat yang dapat menjadi sarang nyamuk.c) Pengunaan kelambu pada waktu tidur.d) Penutupan tempat-tempat yang dapat mengakibatkan nyamuk seprti ventilasi.23

e) Pencegahan perkembangan nyamuk dengan menguras bak mandi dan tempattempat berair lainya.2.1.7 Pengobatan filariasisObat DEC dan albendazole adalah obat yang aman dan memiliki toleransi yang baiktetapi kadang-kadang dapat terjadi reaksi pengobatan terutama pada infeksi brugia timori danbrugia malayi adapun reaksi pengobatan anti filariasis adalah sebagai berikut :1. Reaksi pengobatan umumReaksi pengobatan umum terjadi karena respon imunitas tubuh individu terhadapmatinya mikrofilaria.semakin banyak microfilaria yang mati maka semakinbanyak reaksi pengobatan yang terjadi. Reaksi pengobatan umum terdiri daridemam, pusing, sakit kepala, mual, muntah, penurunan nafsu makan, lesu,sakitotot, sakit sendi, gatal-gatal, dan sesak nafas. Reaksi umum terjadi selama tigahari pertama setelah pengobatan masal dan cenderung sembuh sendiri tanpadiobati.2. Reaksi pengobatan localReaksi pengobatan lokal disebabkan oleh matinya cacing dewsa yang dapattimbul sampai 3 minnggu setelah pengobatan filariasis.Penatalaksanaan reaksi pengobatanHal yang paling penting dalam pengobatan filariasis adalah penjelasan danpemahaman mengenai reaksi obat kepada penduduk agar penduduk merasa takutdan tidak menolak untuk diobati pada tahap selanjutnya ( Depkes RI, 2005)24

Penatalaksanaan reaksi yang tidak tepat akan memberikan dampak buruk terhadapmasyarakat didaerah endemis dan menganggu program eliminasi filariasis.a. Antisipasi menghadapi kemungkinan terjadinya reaksi pengobatan.b. Pemberian obat reaksi pengobatan berdasarkan gejala yang dialamia) Paracetamol 500 mgParacetamol diberikan untuk mengatasi demam, mual, sakit kepala,pusing, sakit otot, dan sakit sendi. Dosis dewasa adalah 3x1 tabletperhari selama 3 hari, sedangkan dosis anak sesuai dengan berat badandan usia.b) CTM 4 mgDiberikan untuk mengatasi alergi dan gatal-gatal. Dosis dewasa 3x1tablet perhari selama 3 hari,sedangkan dosis anak sesuai beratbadandan usia.c) AntasidadoenDiberikan untuk mengatasi mual, dan muntah. Dosis dewasa adalah3x1 tablet perhari selam 3 hari,sedangkan dosis anak sesuai beratbadan dan usia.d) Salep antibiotikaDiberikan untuk mengatasi abses dan ulkus. Lama pengobatandisesuaikan dengan kebutuhan.e) Amokxilin 500 mg25

Diberikan untuk mengatsi abses dan ulkus. Dosis dewasa 3x1 tabketperhari diberikan selama 5 hari, sedangkan untuk anak diberikansesuai dengan berat badan dan usia.2.1 Konsep Ketidak PatuhanKetidakpatuhan adalah bertingkah laku tidak sesuai dengan peraturan yang dilakukandalam pengambilan keputusan untuk melaksanakan peraturan. Ketidakpatuhan klien adalahsejauh mana perilaku klien tidak sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh propesionalkesehatan (Niven,2002)2.4.2 Mengatasi KetidakpatuhanDinicola dan Dimatteo (1984), mengusulkan 5 cara untuk mengatasi ketidakpatuhanpasien yaitu :1. Mengembangkan tujuan kepatuhanSeseorang akan dengan senang hati mengemukakan tujuannya mengikuti programpengobatan jika memiliki keyakinan dan sikap positif, dengan cara kontrak tertulis jugadapat meningkatkan kepatuhan.2. Perilaku Sehat yang dipengaruhi oleh kebiasaanSikap pengontrolan diri membutuhkan pemantauan terhadap diri sendiri, evaluasi diri danpenghargaan terhadap diri sendiri terhadap perilaku yang baru. Ini merupakan suatustrategi yang bukan hanya untuk mengubah perilaku, tetapi juga untuk mempertahankanperubahan tersebut.3. Pengontrolan PerilakuFaktor kognitif juga berperan penting dalam mengatasi ketidakpatuhan. Menurut Janisdan Rodin (1979) mengatakan bahwa ketidakpatuhan dapat diselesaikan denganmenggunakan satu “Kekuatan Petunjuk”, yang dapat diartikan sebagai situasi dimanaprofesional kesehatan berperan sebagai referensi sebagai klien. Profesional kesehatantersebut menjadi seseorang yang dalam berbagai cara dan membela perilaku sehat.26

4. Dukungan SosialDukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga, teman, waktu,dan uang merupakan faktor-faktor penting dalam kepatuhan mengikuti programpengobatan.5. Dukungan dari profesional kesehatanDukungan profesional kesehatan merupakan faktor yang penting yang dapatmempengaruhi perilaku kepatuhan.Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan diantaranya adalah:1. Pemahaman tentang instruksiTak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikanpadanya. Ley dan Spelman (Ester, 2000) menemukan bahwa lebih dari 60% yang diwawancaraisetelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan pada mereka.Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikaninformasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan intruksi yangharus diingat oleh penderita. Pendekatan praktis untuk meningkatkan kepatuhan penderitaditemukan oleh DiNicola dan DiMatteo (Ester, 2000), yaitu :a) Buat instruksi tertulis yang jelas dan mudah diinterpretasikan.b) Berikan informasi tentang pengobatan sebelum menjelaskan hal-hal lain.c) Jika seseorang diberikan suatu daftar tertulis tentang hal-hal yang harus diingat, makaakan ada efek “keunggulan”, yaitu mereka berusaha mengingat hal-hal yang pertama kaliditulis.d) Instruksi-instruks

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAK PATUHAN . PADA TAHUN 2014 SKRIPSI Oleh AULIA RAHMADANI 10103084105497 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN PERINTIS SUMATRA BARAT . negara-negara tropis dan beberapa Negara subtropis .WHO Mencatat filariasis sebagai penyakit

Related Documents:

lintas diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pengendara, faktor kendaraan, faktor lingkungan dan faktor jalanan yaitu sarana dan prasarana.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Safety Riding Remaja di SMAN 7 Kota Bengkulu.

penurunan pada tahun 2019. Hal yang mendasari ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil selama masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar.

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI KLINIK UTAMA VIDYAN MEDIKA . Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap pada bayi selama masa pandemi COVID-19 yaitu umur ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, .

SKRIPSI . Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) . dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengetahuan merupakan faktor yang dominan dalam membentuk suatu . penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan WUS dalam memilih jenis kontrasepsi di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK JAMBI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Skripsi Oleh : Marsis Mayanti 1903021419 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYRIAH . Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanan IMD seperti faktor

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK PEMBANGUNAN 6 RUAS TOL DALAM KOTA JAKARTA SEKSI 1A SKRIPSI ZEFANYA GERALDINE RUTHIN 1710713108 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA . Low Back Pain (LBP) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor individu, lingkungan, dan juga .

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN TIDAK AMAN PADA PELAKU USAHA RPH UNGGAS RAWA KEPITING TAHUN 2019 SKRIPSI DIAN KOMALASARI 1510713027 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN" JAKARTA . Tindakan tidak aman disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor manajemen, desain peralatan, lingkungan fisik, pekerjaan, lingkungan .

Skripsi yang berjudul "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Payudara di RSUD Kota Yogyakarta Tahun 2016" adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Tia Arsittasari NIM : P07124213036 Tanggal : 05 Juli 2017 Yang menyatakan, ( Tia Arsittasari )