Hubungan Logika Dengan Bahasa, Psikologi, Dan Metafisika

3y ago
202 Views
33 Downloads
481.36 KB
17 Pages
Last View : 13d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Callan Shouse
Transcription

Hubungan Logika dengan Bahasa, Psikologi, dan MetafisikaMAKALAHDisusun Guna Memenuhi TugasMata Kuliah : LOGIKADosen Pengampu :Bpk. Safi’iDisusun Oleh :Ludia nur annisa 1701026062TAFSIR HADISTUNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG2016/2017

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANGBerpikir merupakan aktivitas manusia untuk menemukan pengetahuan yang benar,sedang kebenaran itu tidaklah persis sama pada setiap individu. Maka setiap jalan pikiranmanusia mempunyai kriteria kebenaran yang berfungsi sebagai landasan proses penemuankebenaran tersebut, dan setiap penalaran mempunyai kriteria kebenaranya masing-masing.Aktivitas berpikir sebagai penalaran manusia mempunyai ciri utama sebagai suatupola berpikir yang secara luas disebut logika. Dalam mempelajari pola berpikir yang luasdalam logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu logika dan ruang lingkupnyakarena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang berdasarkan penalaran yang logis dankritis. selain berguna bagi sarana ilmu, penalaran yang logis dan kritis ini juga yang nantinyaakan mambantu pemahaman bagi semua ilmu, karena penalaran yang logis, kritis, dansistematis inilah ang menjadi salah satu syarat sifat ilmiah.1.2 RUMUSAN MASALAH1Apa pengertian logika ?2Hubungan Logika dengan Bahasa , Psikologi, dan Metafisika ?3Bagaimana sejarah logika ?4Apa saja kegunaan dan manfaat logika ?5Bagaimana pembagian logika ?1.3 TUJUAN PENULISAN1Mampu menjelaskan dan mendeskripsikan pengertian logika.2Mampu menggambarkan objek-objek dalam logika.

3Mampu menggambarkan sejarah singkat logika.4Mampu menjelaskan kegunaan dan manfaat dari logika.5Mendeskripsikan pembagian logika.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 PENGERTIAN LOGIKASecara etimologi, Logika berasal dari perkataan Yunani yaitu logike (kata sifat) dan1logos (kata benda), yang berarti “pikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari pikiran,alasan atau uraian”. Dengan demikian, logika merupakan pekerjaan akal pikiran manusiadalam bernalar untuk menghasilkan kebenaran atau penyimpulan yang benar. Sebagai ilmu,disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang ini hanya lazim disebutdengan logika saja. Jadi, logika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang prinsip-prinsip dannorma-norma penyimpulan yang dipandang dari aspek yang benar (sahih). Ada yangberpendapat bahwa logika adalah ilmu dalam lingkungan filsafat yang membahas prinsipprinsip dan hukum-hukum penalaran yang tepat. Ada juga yang menandaskan bahwa logikaadalah ilmu pengetahuan (science) tetapi sekaligus merupakan kecakapan atau keterampilanyang merupakan seni (art) untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur. Dalam hal ini, ilmumengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui, sedangkan kecakapan atauketerampilan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan kedalam tindakan. Selain itu, ada juga ahli yang berpendapat bahwa logika adalah teknik ataumetode untuk meneliti ketepatan berpikir. Jadi logika tidak terlihat selaku ilmu, tetapihanyalah merupakan metode. Ada pula yang mengatakan bahwa logika adalah ilmu yangmempersoalkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan penalaran yang sahih (valid).William Alston, mendefinisikan logika sebagai Logic is the study of inference, moreprecisely the attempt to devise criteria for separating valid from invalid inferencesw (logikaadalah studi tentang penyimpulan, secara lebih cermat usaha untuk menetapkan ukuranukuran guna memisahkan penyimpulan yang sah dan yang tidak sah).1David Matsumoto, Pengantar Psikologi Lintas Budaya,(Yogyakata:pustaka pelajar.2004). hal,5-12

Sheldon Lachman, mengemukakan: Logic is the systematic discipline concernedwith the organization and development of the formal rules, the normative prosedures and thecriteria of valid inference (logika adalah cabang ilmu yang sistematis mengenai penyusunandan pengemebangan dari aturan formal, prosedur normatif, dan ukuran-ukuran bagipenyimpulan yang sah).Jan Hendrik Rapar, (1996:10) “Logika adalah cabang filsafat yang mempelajari,menyusun, mengembangkan, dan membahas asas-asas, aturan-aturan formal, prosedurprosedur serta kriteria yang sahih bagi penalaran dan penyimpulan demi mencapai kebenaranyang dapat dipertanggungjawabkan secara rasional”.Ir. Poedjawijatna, logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknikberpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya.Hasbullah Bakry, logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penelitianhokum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.Berdasar dari pengertian logika yang diuraikan di atas, dapat dikatakan bahwa logikamerupakan cabang filsafat yang mempelajari, menyusun, mengembangkan, dan membahasasas-asas, aturan-aturan formal, prosedur-prosedur, serta kriteria yang sahih bagi penalarandan penyimpulan demi pencapaian kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan secararasional.2.2 Hubungan Logika, Bahasa, Psikologi dan MetafisikaLogika dan Psikologi

Dalam psikologi membicarakan perkembangan pikiran tentang pengalaman melalui proses2subjektif di dalam jiwa. Dengan demikian, psikologi memberikan keterangan mengenaisejarah perkembangn berpikir. Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akaluntuk berpikir (bagaimana seharusnya). Untuk dapat berpikir bagaimana seharusnya, kitaterlebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia itu berpikir.Logika dan BahasaBahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang sehingga denganbahasa, orang lain dapat mengerti tentang isi hati atau pikiran yang disampaikan, misalnyamelalui bahasa isyarat , tertulis atau lisan. Jadi bahasa adalah alat komunikasi. Komunikasidapat lancar apabila permasalahannya disusun dalam bentuk kaidah bahasa yang baik danbenar. Ini dipelajari dalam ilmu bahasa (gramatika). Ilmu bahasa menyajikan kaidahpenyusunan bahasa yang baik dan benar, dan logika meyajikan tata cata kaidah berpikirsecara lurus dan benar. Oleh karena itu, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik danbenar dalm praktik kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan ataukemampuan dasar setiap orang untuk berpikir logis. Sebaliknya, suatu kemampuan berpikirlogis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat menyampaikanisi pikiran itu kepada orang lain. Oleh sebab itu, logika sangat berhubungan erat denganbahasa.Logika dan MetafisikaMetafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas. Hakikat realitas dapatdicari dan ditemukan di balik sesuatu yang tampak atau nyata. Oleh sebab itu, metafisikaselalu mencari kebenaran/hakikat realitas di balik yang tampak dan nyata. Sikap seperti ituadalah kritis, yaitu sikap yang selalu ingin tahu dan membuktikan segala sesuatu yang sudah2Dr. W. POESPOPRODJO, L.ph.,S.S., LOGIKA SCIENTIFIKA,(Bandung:pt remaja rosdakarya.1991). Hal 67

atau selalu dianggap benar.Teori dalm metafisika bahwa kenyataan kebenaran/hakikat realitasbukanlah apa yang tampak, tetapi apa yang berada di balik yang tampak.Dalil-dalil, hukum dalam logika bagi metafisika buka apa yang telah dirumuskan yangmenjadi hakikat kebenaran, tetapi apa yang ada di balik rumusan tersebut. Dengan demikianbagi logika, metafisika merupakan kritik terhadap dalil dan hukum-hukumnya. Semakin erathubungan metafisika dengan logika, kebanran logis semakin dapat dipertanggungjawabkan.Oleh karena itu, kebenaran lois mendekati pada hakikat realitas, semakin mampu berpikirlogis, orang tidak mudah tertipu oleh kebenaran yang tampak (Iriyanto Widisuseno, 1995).Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukanpengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi dua,yaitu objek material dan objek formal. Objek material dari sesuatu adalah hal yang diselidikidari sesuatu itu, mencakup yang konkret dan yang abstrak. Objek formal adalah sudutpandang dari objek itu disorot sebagai pembeda dengan objek lainnya.Objek material sesuatu ilmu pengetahuan mungkin saja dapat sama untuk beberapailmu pengetahuan, namun ilmu-ilmu itu berbeda karena objek formalnya. Sebagai contoh:psikologi, sosiologi, dan pedagogik memiliki objek material yang sama, yaitu manusia. Akantetapi, ketiga ilmu itu berbeda karena objek formalnya yang berbeda. Objek forma psikologiialah aktivitas jiwa dan kepribadian manusia secara individual yang dipelajari lewat tingkahlaku, objek formal sosiologi ialah hubungan antar manusiadalam kelompok dan antar

kelompok dalam masyarakat, sedangkan objek formal pedagogik ialah keegiatan manusiauntuk menuntun perkembangan manusia lainnya ke tujuan tertentu.Perlu dicatat di sini bahwa yang pantas menjadi objek material suatu ilmu ialahsuatu lapangan, bidang, atau materi yang benar-benar konkret dan dan dapat diamati. Hal ituperlu ditegaskan karena kebenaran ilmiah adalah kesesuaian antara apa yang diketahuidengan objek materialnya. Jika objek material itu abstrak dan tidak dapat diamati, tentu sajaapa yang diketahui(pengetahuan) tidak mungkin dapat dicocokkan dengan objeknya.Dengan demikian, tidak mungkin dapat dicapai kebenaranyang merupakan kesesuaianpengetahuan dengan objeknya itu.Surajiyo, dkk. (2009:11) mengatakan lapangan dalam logika adalah asas-asas yangmenentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berpikir lurus, tepat danteratur, logika menyelidiki, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harusditepati.Berpikir adalah objek material logika. Yang dimaksudkan berpikir di sini adalahkegiatan pikiran, akal budi manusia. Dengan berpikir manusia mengolah dan mengerjakannyaini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkanpengertian yang satu dengan pengertian yang lainnya. Dalam logika berpikir dipandang darisudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berpikir lurus dan tepat merupakan objekformal logika.2.3 SEJARAH SINGKAT LOGIKAApabila ditelusuri dari awal keberadaan logika, tidak terlepas dari ahli pikir3sebelumnya seperti Thales (624-548 SM), filsuf Yunani pertama, meninggalkan segaladongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk3Prof. Dr. Bimo Walgito, Psikologi sosial,(Yogyakarta:C.V andi offset). Hal 78

memecahkan rahasia alam semesta, sejak saat itulah ia meletakkan dasar-dasar berfikir logis.Bahkan ketika Thales mengatakan air adalah arkhe (prinsip atau asas pertama) alam semesta,ia telah memperkenalkan logika induktif. Bukankah perkataan Thales ini merupakankesimpulan yang dimaknai bahwa air adalah jiwa segala sesuatu, misalnya air jiwa tumbuhtumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati), darah jiwa hewan dan manusia, sedangkan uapdan es adalah air, maka penalaran induktif (logika) yang dilakukan Thales adalah sebagaiberikut: Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan, air adalah jiwa hewan, air adalah jiwa manusia, air jugalah uap, dan air jugalah es. Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah alam semestaDengan demikian, dapat dikatakan bahwa sejak Thales, sang filsuf pertama itu,logika telah mulai dikembangkan. Semua filsuf sesudah Thales pun telah berperan sertadalam pengembangan logika kendatipun istilah logika itu sendiri belum dikenal.Aristoteles (384 – 322 SM) yang juga belum menggunakan kata logika, tetapimenggunakan kata analitika dan dialektika. Analitika untuk penyelidikan mengenai berbagaiargumentasi yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar. Sedangkan dialektika untukpenyelidikan mengenai argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesis atauputusan yang tidak pasti kebenarannya. Aristoteles mewariskan kepada murid-muridnyaenam buku yang oleh murid-muridnya dinamai Organon, yang berarti alat. Enam buku itu,ialah (1) Categoriae, menguraikan sesuatu objek dalam jenis-jenis pengertian umum; (2) Deinterpretatione, membahas mengenai komposisi keputusan; (3) Analytica priora, membahas

pembuktian; (4) Analytica posteriora, membahas pembuktian; (5) Topica, berisi caraberargumentasi atau cara berdebat; (6) De sophhisticis elenchis, membicarakan kesesatan dankekeliruan berpikir. Rapar (1996:13) mengemukakan inti logika Aristoteles ialah silogisme.Dan silogisme itulah yang sesungguhnya merupakan penemuan murni Aristoteles dan yangterbesar dalam logika.Perkembangan logika pada pasca Aristoteles banyak dilanjutkan oleh para muridmuridnya, dan Abad ke 1 sebelum masehi merupakan abad pertama munculnya logika olehfilsuf Cicero di mana logika masih diartikan sebagai seni berdebad. Pada permulaan abad ke3 sesudah masehi oleh Alexander Aphrodisias adalah orang yang pertama kali menggunakankata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kitaRapar (1996:14) mengemukakan bahwa sampai abad kedua belas atau ketiga belas,karya-karya tulis di bidang logika yang masih digunakan ialah Categoriae dan Deinterpretatione Aristoteles serta Eisagoge Porphyrius Pada abad ke sampai abad kelimabelas,tampillah logika modern dengan tokoh-tokohnya, antara lain, Petrus Hispanus (1210 – 1278),roger Bacon (1214 – 1292), RYMUNDUS Lullus (1232 – 1315), dan William Ockham(1285 – 1349)Kendatipun logika modern telah dikembangkan, logika Aristoteles diteruskan olehThomas Hobbews (1588 – 1679) dan John Loek (1632 – 1704). Francis Bacon (1561 –1626) mengembangkan logika induktif, sedangkan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 – 1716,George Boole (1815 – 1864), John Venn (1834 – 1923), Dan Gottlob Frege (1848 – 1925)dikenal sebagai para pelopor logika simbolik. Kemudia, filsuf besar Amerika Serikat, CharlesSanders Peirce (1839 – 1914) yang pernah mengajar logika di John Hopking University,melengkapi logika simbolik lewat karya tulisnya yang sangat banyak. Ia menafsirkan logikaselaku teori umum mengenai tanda (general theory of signs) dan melahirkan dalil yangdisebut dalil Peirce (Peirce’s law) Logika simbolik simbolik mencapai puncaknya lewat

karya bersama Alfred North Whitehead (1861 1947) dan Bertrand Arthur William Dussel(1872-1970) berjudul Principia Mathematica, berjumlah tiga jilid dan ditulis pada tahun1910 – 1913. Logika simbolik diteruskan oleh Ludwing Wittgenstein 911889 – 1951),Ruddolf Carnap (1891 – 1970), Kurt Godel (1906 – 1978, dan lain-lain.2.4 MANFAAT LOGIKASetidaknya ada empat kegunaan dengan belajar logika, yaitu:41. membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,tertib, metodis, dan koheren;2. meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif3. menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri4. meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.Selanjutnya dikatakan bahwa bagi ilmu pengetahuan, logika merupakan suatukeharusan. Tidak ada ilmu pengetahuan yang tidak didasarkan pada logika. Ilmu pengetahuantanpa logika tidak akan pernah mencapai kebenaran ilmiah. Sebagaimana dikemukakan olehAristoteles, bapak logika, yaitulogika benar-benar merupakan alat bagi seluruh ilmupengetahuan. Oleh karena itu pula, barang siapa mempelajari logika, sesungguhnya ia telahmenggenggam master key untuk membuka semua pintu masuk ke berbagai disiplin ilmupengetahuan.Di samping kegunaan di atas, Surajiyo, dkk. (2009:15) mengemukakan bahwalogika juga dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis. Dari segi kemanfaatan teoritis,logika mengajarkan tentang berpikir sebagaimana yang seharusnya (normatif) bukan berpikirsebagaimana adanya seperti dalam ilmu-ilmu positif (fisika, psikologi, dsb.). Dari segi4Poedjawijatna, Logika Filsafat Berpikir,(Jakarta:Bina Aksara.1984) hal 25

kemanfaatan praktis, akal semakin tajam/kritis dalam mengambil putusan yang benar danruntut (consisten).2.5 PEMBAGIAN LOGIKA1. Logika makna luas dan logika makna sempitMenurut John C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang luas dan5dalam arti yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud dipakai searti denganlogika deduktif atau logika formal, sedangkan arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakupkesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana system-sistem penjelasan disusun dalam ilmualam serta meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang filsafatsekaligus, seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut ini.a.Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan tatanan (logika formalatau logika simbolis)b.Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi dengan objek yangdiketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah pembuktian (epistemology).c.Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam penyelidikan ilmiah (metodologi)2. Logika deduktif dan logika induktifLogika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yangbersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan daripangkal pikirnya sehiingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Dari logika jenis ini yangterutama ditelaah yaitu bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta kesesuaiannya5Drs. Surajiyo,Dasar-Dasar logika,(Jakarta:bumi aksara.2005) hal 17

dengan langkah-langkah san aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi adalah tepatdan sah.Logika induktif merpakan suagam atu ragam logika yang mempelajari asas penalaranyang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yangbersifat boleh jadi.penalaran yang demikian ini digolongkan sebagai induksi. Induksi adalahbentuk penalaran atau enyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah hal kecil,atau anggota suatu himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yang diharapkan berlakuumum untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan itu, tetapi yang kesimpulansesungguhnya hanya bersifat boleh jadi saja.3. Logika formal dan logika materialMellone menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika formal, sedangkanlogika induktif kadang-kadang disebut logika material. Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepatkarena menurut Fisk, logika formal hanyalah suatu bagian dari logika deduktif, yakni bagianyang bertalian dengan perbincangan-perbincangan yang sah menurut bentuknya bukanmenurut isinya. (The Liang Gie, 1980).Logika formal mempelajari asas, aturan atau hokum-hukum yang berpikir yang harusditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika materialmempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinyadengan kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumberdan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnyamerumuskan metode ilmu pengetahua itu.Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan logika materialdinamakan orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut logika formal adalah ilmu yangmengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk mencapai kebenaran.

4. Logika murni dan logika terapanMenurut Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek terhadap artidari pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari pembuktian tentang semuabagian dan segi dari pernyataan dan pembuktian kecuali arti-arti tertentu dari istilah yangtermuat di dalamnya. (The Liang Gie,1980)Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yanberlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti khususdalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.Logika terpaan adalah pengetahuan logika yang diterpkan dalam setiap cabang ilmu,bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari.Apabila sesuatu ilmu menggunakan asas dan aturan logika bagi istilahdan ungkapannya yangmempunyai pengertian khusus dalam bidangnaya sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telahmempergunakan sesuatu logika terapan dan ilmu yang bersangkutan, seperti logika ilmuhayat bagi biologi, dan logika sosiologi bagi sosiologi.5. Logika filsafati dan logika matematikLogika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masihberhubungan erat dengan pembahasan da

Maka setiap jalan pikiran . Hubungan Logika, Bahasa, Psikologi dan Metafisika . (1872-1970) berjudul Principia Mathematica, berjumlah tiga jilid dan ditulis pada tahun 1910 – 1913. Logika simbolik diteruskan oleh Ludwing Wittgenstein 911889 – 1951), Ruddolf Carnap (1891 – 1970), Kurt Godel (1906 – 1978, dan lain-lain. .

Related Documents:

Buku Psikologi Sastra ini berisikan tentang (1) studi psikologi dalam studi sastra, (2) psikologi kepribadian, (3) psikologi sosial, (4) psikologi perkembangan, (5) psikologi komunitas, (6) psikologi konsumerisme, (7) psikologi ekologi, dan (8) teknik penyusunan proposal peneliti

psikologi dan sastra, juga di bagian mana kedua disiplin ilmu itu akan bertemu, sehingga melahirkan pedekatan atau tipe kritik sastra yang disebut psikologi sastra. B. Hubungan antara Psikologi dan Sastra 1. Psikologi Sebelum menguraikan hubungan antara psikologi dan sastra, yang melahirkan pendekatan psikologi sastra,

manusia. Hubungan bahasa dengan logika, logika sering diartikan sebagai cara untuk memberdakan antara kebermaknaan dan omong kosong di dalam bahasa. Hubungan filsafat dengan bahasa, merupakan suatu sistem simbol yang tidak hanya merupakan urutan urutan bunyi secara empiris , melinkan memiliki makna yang bersifat nonempiris.

KATA PENGANTAR DEKAN FAKULTAS PSIKOLOGI Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, maka telah dapat diterbitkan Buku Pedoman Pendidikan Doktor Psikologi, . PSC721 Psikologi Klinis Anak dan Remaja 2 Konsentrasi Psikologi Klinis 6. PSC722 Psikologi Klinis Komunitas 2 7. PSC723 Stres dan Kecemasan 2 8. PSC724 Psikologi .

Pengantar Psikologi : . Cabang dari psikologi yang perhatiannya tertuju pada penyelidikan perilaku dalam setting kerja dan penerapan prinsip-2 psikologi utk mengubah perilaku kerja tersebut Psikologi Industri & organisasi : . Psikologi klinis . Psikologi Industri dan Organisasi

Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa itu sendiri dengan pemakainya. Laras bahasa dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, yakni laras bahasa biasa dan laras bahasa khusus. Laras bahasa biasa digunakan oleh masyarakat luas, sedang laras bahasa khusus dalam pemakaian khusus. Contoh dalam penulisan berita menggunakan laras bahasa .

Metode Penelitian Bahasa: Pendekatan Struktural11 universal bahasa. Antara kerja lapangan dengan pemerian bahasa juga mempunyai hubungan langsung. Semakin banyak penelitian bahasa dilakukan, akan semakin banyak pula informasi yang kita miliki tentang keanekaragaman bahasa. Alasan lain kenapa penelitian bahasa itu perlu dilakukan .

of tank wall, which would be required by each design method for this example tank. The API 650 method is a working stress method, so the coefficient shown in the figure includes a factor of 2.0 for the purposes of comparing it with the NZSEE ultimate limit state approach. For this example, the 1986 NZSEE method gave a significantly larger impulsive mode seismic coefficient and wall thickness .