PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: Lia .

3y ago
32 Views
2 Downloads
1.09 MB
11 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Evelyn Loftin
Transcription

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELASOleh: Lia Yuliana, M.Pd.lia yuliana@uny.ac.id(Dosen FIP UNY)A. PendahuluanSebagai praktisi yang merupakan ujung tombak dalam kegiatan pendidikan,guru dihadapkan pada berbagai permasalahan dalam kegiatan pembelajaran di kelas.Permasalahan itu dapat berkaitan dengan proses maupun hasil belajar. Permasalahanpermasalahan bukan saja ada pada aspek siswa, melainkan pula bisa berkenaandengan permasalahan fasilitas belajar, sistem evaluasi, guru, dan bahkan sekolah(Sarwiji Suwandi, 2010: 7). Permasalahan yang berkaitan dengan siswa misalnya,adalah kurangnya minat baca dan motivasi belajar, ketidakberanian bertanya,kekurangterampilan dalam berbicara, kekurangterampilan dalam membaca cepat danefektif, dan kekurangterampilan dalam mengarang. Permasalahan yang berkenaandengan guru, misalnya kurangnya kemampuan dalam menyusun perencanaanpembelajaran, kurangnya kemampuan mengembangkan materi ajar, kurangnyapemahaman dan kemampuan menerapkan metode atau strategi pembelajaran yangtepat, kurangnya kemampuan dalam menyusun alat penilaian yang sesuai dengantujuan pembelajaran, kurangnya kemampuan dalam melaksanakan penilaian danmengadministrasikan hasil penilaian, dan kurangnya kemampuan dalam manajemenkelas (Sarwiji Suwandi, 2010: 7).Untuk memecahkan permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran, makaPenelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu teknik riset yang tepat. DenganPTK, guru dapat memperbaiki pembelajaran untuk lebih efektif. Oleh karena itu, PTKtidak boleh mengganggu proses belajar mengajar sebagaimana terjadwal dalamkalender sekolah. Guru tidak perlu mengubah jadwal rutin di kelas yang sudahdirencanakan hanya untuk PTK. PTK harus sejalan dengan rencana rutin sebagai gurudalam melaksanakan pembelajaran. Pelaksanaan PTK tidak boleh memberi bebantambahan yang lebih berat bagi guru, melainkan justru dikerjakan secara terintegrasidalam kegiatan pembelajaran sehari-hari di kelas. Oleh karena itu permasalahan PTKsebaiknya skalanya kecil dan terbatas yang dapat diamati dalam kegiatanpembelajaran (Soly Abimanyu, 1995: 32).1

Salah satu komponen kegiatan PTK adalah mengembangkan instrumenpenelitian untuk memperoleh data peningkatan kualitas pembelajaran. Pengembanganinstrumen merupakan kegiatan mendesain pelaksanaan PTK dalam sebuah kegiatanperencanaan, untuk menggali informasi seputar kemajuan belajar siswa setelahdilakukan tindakan. Instrumen yang dikembangkan harus memenuhi aspek-aspekkualitas instrumen yakni menyangkut jenis instrumen, kebahasaan, isi, dan konstruksi(Suwarsih Madya, 2004: 37). Masing-masing jenis instrumen harus memenuhi aspekkualitas sebagai instrumen yang baik yakni memenuhi aspek validitas, reliabilitas, danaspek kualitas lain seperti daya beda, tingkat kesulitan, dan indeks pengecoh (ZaenalArifin, 2009: 266). Namun demikian pada umumnya instrumen untuk PTK cukupdivalidasi oleh alhi instrumen dan ahli materi, atau memenuhi aspek teoritik secaraprosedural langkah-langkah penyusunan instrumen.B. Pengembangan Instrumen PTKInstrumen dalam penelitian tindakan digunakan untuk mengumpulkan datasebelum ada tindakan (pretest), selama tindakan (proses pelaksanaan tindakan) dansetelah ada tindakan (posttest). Jumlah instrumen yang digunakan pada penelitiantindakan tergantung level penelitian dan jumlah variabel tindakan maupun hasil.Dengan demikian pengaruh tindakan akan dapat diketahui dengan membandingkannilai sebelum tindakan (pretest) dengan nilai setelah tindakan (posttest). Bentukinstrumen yang dipilih harus sesuai jenis data yang akan dihasilkan. Oleh karena itu,bentuk instrumen yang dikembangkan dapat berupa bentuk instrumen tes dan non tes,sebab hasil belajar atau aspek-aspek pembelajaran bersifat aneka ragam (ZaenalArifin, 2009: 152).Instrumen tes dimaksudkan untuk menguji siswa dari segi penguasaan materipelajaran. Tes sendiri dapat berupa tes pilihan ganda maupun uraian, atau jenis tesyang lain. Namun demikian dalam PTK pada umumnya menggunakan tes pilihanganda atau tes uraian. Tes uraian sendiri terdiri atas uraian obyektif dan uraian nonobyektif. Tes uraian obyektif adalah tes uraian yang jawabannya pasti atau ada dalambuku atau tekstual, sedangkan uraian non obyektif adalah uraian yang jawabannya2

tergantung pada kemampuan siswa untuk menjelaskan secara rasional (SuharsimiArikunto, 2006: 13).Dalam membuat suatu tes, guru perlu memperhatikan tingkat berpikir yangdigunakan siswa dalam mengerjakan soal, dimana soal-soal yang dibuat harus mencakup tingkat berpikir yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebandingsesuai dengan jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan menengah, tingkatberpikir yang terlibat sebaiknya terbanyak pada tingkat pemahaman, aplikasi, dananalisis. Namun hal ini tergantung pada karakteristik bidang studi. Bentuk-bentukinstrumen yang dapat dikembangkan dapat berupa isian singkat , benar salah,menjodohkan, pilihan ganda, dan instrumen lain yang relevan dengan materi yanghendak diukur (Zaenal Arifin, 2009: 152). Penilaian hasil belajar dapat berupapengetahuan teoritis, keterampilan, dan sikap. Keterampilam dapat diukurdenganmenggunakan tes perbuatan. Adapun perubahan sikap dan pertumbuhan anakdalam psikologi hanya dapat diukur dengan teknik non-tes misalnya observasi,wawancara, skala sikap, dan lain-lain (Zaenal Arifin, 2009: 152).Untuk itu, guru harus mengetahui bagaimana fungsi tes atau non-tes. Olehkarena itu dalam penyusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dari tiga hal yaitufungsi untuk kelas, fungsi untuk bimbingan, dan fungsi untuk administrasi (SuharsimiArikunto, 2010: 151). Bentuk-bentuk instrumen isian singkat, benar salah,menjodohkan, dan pilihan ganda biasanya menilai kemampuan berpikir tingkatrendah, yaitu pengetahuan. Bentuk-bentuk ini dapat mencakup banyak materipembelajaran, penskorannya bersifat objektif, dan dapat dikoreksi dengan cepat. Olehkarena itu bentuk ini dipakai untuk penilaian yang melibatkan banyak siswa danwaktu koreksi yang sempit. Salah satu kelemahannya adalah siswa tidak diberikesempatan untuk mengembangkan sendiri jawabannya. Bentuk-bentuk instrumen inikurang dianjurkan pemakaiannnya dalam penilaian kelas karena tidak dapatmenggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya dengan baik. Namundemikian pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur kemampuan tingkat tinggi,asalkan butir soal pilihan ganda berkualitas (Zaenal Arifin, 2009: 138).Tentu saja setiap guru akan dengan mudah mengatakan bagian pelajaran manayang akan dicakup dalam sebuah tes jika sudah diketahui tujuannya. Adapun urutan3

langkah-langkah dalam penyusunan tes adalah sebagai berikut: 1) menentukan tujuanuntuk mengadakan tes, 2) mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akanditeskan, merumuskan kompetensi dari tiap bagian bahan, 3) menderetkan semuakompetensi dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek setiap tingkah laku yangterkandung dalam tujuan instruksional khusus tersebut, 4) menyusun tabel spesifikasiyang , memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur beserta imbangan antarakedua hal tersebut, urutkan secara rinci tentang tabel spesifikasi, 5) menuliskan butirbutir soal, didasarkan pada tujuan-tujuan pembelajaran (Suharsimi Arikunto, 2010:153). Jika tujuan ditulis secara khusus, maka satu tujuan khusus diukur oleh satu butirsoal. Tetapi jika tujuan khusus itu merupakan tujuan khusus esensial, maka satutujuan khusus dapat diukur dengan lebih dengan satu butir soal (Suharsimi Arikunto,2010: 154).Bentuk uraian non-objektif atau uraian bebas cocok untuk bidang studi ilmuilmu sosial yang pada umumnya berbentuk esai atau uraian. Tes bentuk uraian adalahsejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasanatau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata uraikan,jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan lain sebagainya(Suharsimi Arikunto, 2010: 163). Walaupun hasil penskoran cenderung subjektif, biladisediakan pedoman penskoran hasilnya diharapkan dapat lebih objektif. Sebaiknyasetiap soal ditetapkan kata kunci yang harus ada dalam jawaban siswa, sehinggaseberapa menyimpangnya jawaban dapat dipertimbangkan dalam memberikan skor.Bentuk uraian ini sangat memungkinkan untuk mengungkap tingkat berpikir yangtinggi. Selain dengan pedoman penskoran, strategi lainnya untuk mencegahmasuknya unsur subjektif adalah dengan mengkoreksi nomor yang sama secaraberurutan pada semua siswa, menyelesaikan koreksi dalam waktu yang sama (suasanahati mempengaruhi hasil penilaian), dan menutup identitas. Agar kualitas soal danhasilnya optimal, maka hendaknya rumusan soal dibuat sedemikian rupa mudahdipahami oleh tercoba (Suharsimi Arikunto, 2010: 164).Jika evaluator hanya menggunakan teknik tes saja, tentu data yangdikumpulkan menjadi kurang lengkap dan tidak bermakna, bahkan dapat merugikanpihak-pihak tertentu. Oleh karena itu instrumen non tes dapat digunakan sebagai4

suatu kritikan terhadap kelemahan teknik tes (Zaenal Arifin, 2009: 152). Instrumenpenelitian non tes bisa berupa angket dan pedoman observasi. Angket dapat berupaangket penilaian sikap mencakup tiga komponen, yakni : afektif, kognitif, dankonatif. Komponen afektif adalah perasaan atau penilaian seseorang terhadap suatuobjek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenaiobjek. Sedang komponen konatif adalah kecenderunganuntuk berperilaku atauberbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiranobjek sikap(Dwitagama, 2010: 209). Angket juga dapat digunakan untuk menilai skala perilaku.Jika dengan skala sikap digunakan untuk mengeksplorasi sikap siswa dengan pilihanjawaban sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju,maka dalam skala perilaku pilihan jawaban siswa digunakan untuk mengeksplorasibagaimana pengalaman ril tentang perilaku yang ditanyakan misal: selalu, sering,jarang, kadang-kadang, dan tidak pernah. Keuntungan menggunakan angket salahsatunya adalah informasi atau data yang terkumpul lebih mudah karena itemnyahomogen (Zaenal Arifin, 2009: 166).C. PenutupPada dasarnya instrumen yang baik adalah apabila mampu menilai danmemetakan kemampuan anak secara utuh dan sesuai dengan kondisinya sehinggadatanya tidak bias. Oleh karena itu untuk menilai secara utuh dan nyata maka perludikembangkan instrumen yang kompleks sehinga dapat menilai seluruh aspekkemajuan belajar siswa. Pengembangan instrumen PTK harus disesuaikan dengankebutuhan data apa yang ingin diperoleh dalam proses penelitian. Sebagai contoh jikauntuk mengetahui kemampuan siswa terhadap suatu materi pelajaran, maka perludikembangkan instrumen tes boleh pilihan ganda boleh juga tes uraian. Dalammengembangkan tes perlu mempertimbangkan panjang tes atau waktu untukmenerapkan tes tersebut. Sebagai contoh waktu pembelajaran 90 menit, maka waktuuntuk pre tes dan postes kurang lebih 20 menit. Untuk soal pilihan ganda maksimal20 butir instrumen untuk pre tes dan postes. Sedangkan untuk soal uraian cukup 6butir untuk pre tes dan pos tes. Sedangkan untuk angket, angket diberikan pada siswa5

20 menit menjelang pelajaran berakhir dengan catatan pelajaran dengan tindakanyang digunakan dalam penelitian sudah selesai diterapkan.KepustakaanZaenal Arifin. (2009). Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung:Remaja Rosda KaryaSarwiji Suwandi. (2010). Penelitian Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah.Surakarta: Yuma Pustaka.Soly Abimanyu, dkk. (1995). Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pengajaran. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Suharsmi Arikunto, Suharjono dan Supardi. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:Bumi Aksara.Suharsimi Arikunto. (2010). Dasar: Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Suwarsih Madya. (1994). Pandual Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga PenelitianIKIP Yogyakarta.Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama. (2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Indeks.6

digunakan siswa dalam mengerjakan soal, dimana soal-soal yang dibuat harus menca-kup tingkat berpikir yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding sesuai dengan jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan menengah, tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya terbanyak pada tingkat pemahaman, aplikasi, dan analisis.

Related Documents:

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan jenis penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas Menurut Suhardjono (2012, hlm. 60-61) pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki be

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh . Penelitian ini dilaksakan pada semester II atau genap tahun pelajaran 2016/2017 yaitu pada pertengahan bulan mei. Waktu penelitian mengacu pada

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, dimana setiap siklusnya terdiri dari beberapa tahap, yaitu: Perencanaan, Tindakan dan Observasi, dan Refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan

belakang, teknik sitasi, penulisan dasar teori dan metode penelitian tindakan kelas. Pada sesi ini kurang lebih membutuhkan waktu tiga jam, dan dilaksanakan pada hari pertama pengabdian. 2. Materi Pelaksanaan PTK Materi yang kedua adalahmembuat instrumen penelitian, proses pelaksanaan tindakan, analisis, dan refleksi.

G. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus benar-benar dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

Penelitian Tindakan Kelas 3 DAFTAR ISI PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii DAFTAR TABEL iv BAB I PENELITIAN TINDAKAN KELAS 5 A. Pengertian PTK 5 B. Manfaat PTK 7 C. Ciri-Ciri PTK 8 D. Prinsip-prinsip PTK 10 E. Karakteristik PTK 12 F. Jenis-jenis PTK 15 G. Model PTK 16 BAB II TAHAPAN DAN PELAKSANAAN PTK 20 A. Perencana

Pada bab ini dibahas tentang metodologi penelitian dan langkah-langkah penelitian secara aplikatif, yang meliputi: (1) rancangan dan jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, (5) instrumen penelitian, dan (6) prosedur peneliti1an. 1. Rancangan dan Jenis Penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan tiga macam teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, sesuai dengan prinsip-prinsip metodologi penelitian tindakan yang dijelaskan Somekh (2006, hlm.