BAB 8 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA .

3y ago
44 Views
2 Downloads
253.23 KB
65 Pages
Last View : 12d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Isobel Thacker
Transcription

BAB 8PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERIDAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONALOpini publik domestik dan internasional terhadap determinasikebijakan politik luar negeri Indonesia selalu menjadi elemen yangsangat penting dalam formulasi penyelenggaraan hubungan luarnegeri dan pelaksanaan politik luar negeri, baik sebagai policymaupun actions. Dalam konteks ini, dinamika persepsi masyarakatinternasional terhadap Indonesia dinilai akan sangat mempengaruhiattitude dan behaviour masyarakat internasional dan pada akhirnyadapat mempengaruhi pengambilan kebijakan politik negara lainterhadap Indonesia.I.PERMASALAHAN YANG DIHADAPITerdapat sejumlah masalah atau isu-isu terkait denganpemantapan politik luar negeri dan peningkatan kerja samainternasional, antara lain potensi disintergrasi bangsa terkait denganinternasionalisasi masalah Papua, penyelesaian wilayah perbatasan,kerja sama dalam lingkup ASEAN, langkah pendekatan R.I. dalampersoalan Timur Tengah, peran Indonesia dalam keanggotaan DewanHAM PBB, dialog antaragama (interfaith dialogue), persoalan nuklir

Iran, dan perlindungan terhadap WNI di luar negeri, serta kerja samabilateral.1.Penyelesaian Masalah Separatisme di PapuaPermasalahan potensi disintegrasi bangsa merupakan hal yangpenting bagi Indonesia yang apabila tidak ditangani dengan segera danbijaksana serta komprehensif akan menjadi ancaman serius bagiNKRI, seperti contohnya mengenai permasalahan di Propinsi Papua.Pencegahan terhadap upaya internasionalisasi masalah Papua ini perlusecara seksama dan terus menerus diupayakan melalui perandiplomasi.Untuk itu diperlukan berbagai usaha yang bertujuan memagaripotensi disintegrasi bangsa melalui peningkatan dukunganinternasional terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),dan dukungan internasional terhadap pelaksanaan otonomi khusus(Otsus) sebagai solusi yang paling tepat.Dalam menjaga kedaulatan NKRI, Pemerintah senantiasaberupaya untuk menangani permasalahan yang melatarbelakanginyadengan memajukan upaya-upaya peningkatan dan pemerataankesejahteraan, penjagaan ketertiban dan keamanan, serta penegakanhukum. Hal tersebut dapat dilihat dengan konsistennya upayapemberian otonomi khusus di Papua, serta upaya yang terus dilakukanoleh Perwakilan RI di luar negeri untuk mencegah upaya beberapakelompok separatisme yang mencoba untuk menarik perhatian duniainternasional terhadap gerakan mereka, seperti keberadaan simpatisanRMS, OPM/PDP dan Pendukung Kemerdekaan Papua (PKP) di luarnegeri.2.Penyelesaian Masalah Wilayah PerbatasanKepercayaan publik terhadap pelaksanaan diplomasi perbatasansangat tergantung pada kemajuan yang bisa dicapai dalam prosesperundingan yang dilakukan dengan negara-negara tetangga yangberbatasan langsung dengan Indonesia.08 - 2

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaanperundingan perbatasan. Proses ini harus didukung dengan sumberdaya, baik berupa dana, expertise, maupun teknologi yang memadai.Kekurangan dalam hal sumber daya bersama dengan masalahkoordinasi dan soliditas antar instansi pemerintah merupakan faktoryang dapat menghambat perjuangan pemerintah dalam setiapperundingan perbatasan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalamsetiap perundingan batas maritim adalah proses ini merupakanpendekatan yang membutuhkan waktu yang tidak bisa diperkirakandan sangat bergantung pada political will dari pihak negara tetangga.Dalam rangka optimalisasi berbagai potensi yang ada padaforum-forum kerja sama internasional terutama melalui kerja samaASEAN, APEC, AFTA, kerja sama multilateral lainnya, dan antaranegara-negara yang memiliki kepentingan yang sejalan denganIndonesia sebagaimana dijelaskan pada sasaran program peningkatankerja sama internasional, termasuk di dalamnya penanganan wilayahperbatasan bersama. Seperti kita ketahui bersama bahwa saat iniIndonesia masih memiliki permasalahan perbatasan, baik yangsubstansinya dapat diselesaikan secara teknis maupun politis, dengannegara-negara tetangga seperti Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste.Permasalahan dimaksud antara lain terkait dengan: pelintas batas,pembalakan ikan, pembalakan kayu, pembalakan bahan mineral,perbedaan aspek teknis dalam penggambaran peta wilayah perbatasan(sistem datum, sistem proyeksi dan lain-lain).3.Kerja Sama dalam Lingkup ASEANLangkah integrasi ASEAN untuk mewujudkan ASEAN 2020dan Bali Concord II merupakan proses yang berjalan secara bertahap.Namun, pentahapan ini dapat menimbulkan kesan bahwa prosesintegrasi ini berjalan sangat lamban. Salah satu contohnya adalahkerjasama ASEAN dalam menangani masalah kejahatan lintas negarayang pada prakteknya belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan.Hal tersebut disebabkan adanya masalah politis dan teknis yangmenjadi penghalang kerjasama tersebut. Selain itu, telah disadaribahwa terjadi ketidaksinkronan antara rencana kerjasama integrasiASEAN dengan rencana pembangunan nasional negara-negara08 - 3

ASEAN. Hal ini disebabkan oleh karena minimnya keterlibatanbadan-badan perencanaan ASEAN dalam penyusunan danimplementasi rencana ASEAN tersebut. Badan perencanaan ASEANdianggap mempunyai peranan yang strategis dalam menciptakansinergitas antara program-progam pembangunan di ASEAN denganprogram-program pembangunan nasional di negara-negara ASEAN.4.Langkah Pendekatan RI di Timur TengahKedekatan secara sosial-kultural dan kedudukan sebagai sesamanegara yang berpenduduk muslim ternyata sampai saat ini berlangsungnya kerja sama kongkret dalam bidang ekonomi danperdagangan maupun sosial budaya antara Indonesia dengan negaranegara di kawasan Timur Tengah, baik pada tingkat pemerintah,swasta maupun masyarakatnya. Selain itu, pengenalan, pemahamandan persepsi berbagai kalangan di Indonesia terhadap Timur Tengahdan juga sebaliknya, masih sangat kurang dan bahkan keliru.Perkembangan hubungan ke depan paling tidak, akan ditentukan olehbeberapa hal seperti dinamika di masing-masing negara, pengaruhperkembangan situasi dunia, pengaruh dan campur tangan negaranegara besar dan badan-badan internasional maupun kekuatanpolitik/ekonomi dunia lainnya. Terlepas dari berbagai kemajuan yangtelah dicapai negara-negara di kawasan tersebut dalam satu dekadeterakhir ini, permasalahan yang melilit negara-negara di kawasanTimur Tengah masih tetap ada seperti suksesi dan reformasi politik dinegara-negara yang berbentuk monarki maupun yang dinilai rezimotoriter.Terkait dengan konflik Israel-Palestina, permasalahan utamaantara lain adalah:1)Terhentinya proses perdamaian estinauntukmenyediakan jasa-jasa layanan publik vital seperti pendidikan,kesehatan dan pembayaran gaji ratusan pegawai negeri sebagaiakibat dari penghentian bantuan dana.08 - 4

3)Terdapatnya dualisme kepemimpinan antara Mahmoud Abbas(Fatah) dan Ismail Haniya (Hamas) dalam menjalankan rodapemerintahan Palestina. Dualisme tersebut sangat tidakmenguntungkan posisi Palestina dalam perundingan damaipenyelesaian konflik Israel-Palestina.4)Eskalasi konflik yang kembali meningkat ditandai olehserangan darat besar-besaran Israel ke wilayah Jalur Gaza.5)Perkembangan konflik Israel - Palestina berimbas pula padaserangan Israel atas Lebanon yang dalam serangan udaraterakhir di laporkan telah mengakibatkan terbunuhnya 54penduduk sipil termasuk 37 anak-anak di Qana, LebanonSelatan.5.Peran Indonesia dalam Keanggotaan Dewan HAM PBBSejak era reformasi, kondisi HAM di dalam negeri secara umumtelah menunjukkan perubahan positif yang signifikan. Pemerintahtelah menetapkan komitmen untuk memperbaiki kondisi HAM didalam negeri melalui upaya-upaya pembenahan perangkat danmekanisme hukum serta kelembagaan, termasuk dengan terpilihnyaIndonesia dalam Dewan HAM PBB. Perhatian masyarakat sipil (civilsociety) terhadap HAM juga semakin meningkat. Fenomena ini tidakterlepas dari fitur dinamika internasional yang menunjukkan semakinmencuatnya isu-isu human security vis a vis state security. Guliran inisemakin kuat dengan diluncurkannya reformasi PBB yangmenempatkan HAM sebagai salah satu pilar utama kegiatan PBBdisamping pembangunan dan keamanan.Keanggotaan dan kiprah diplomasi Indonesia dalam DewanHAM dihadapkan pada pesimisme bahwa politisasi akan tetapmewarnai kinerja Dewan HAM. Diplomasi HAM Indonesia termasukkeanggotaan Indonesia dalam Dewan HAM PBB akan krusial dalammenyelaraskan secara seimbang dan proporsional antara kepentinganpromosi HAM di dalam negeri dengan diplomasi ke luarDiperlukan strategi yang tepat bagi upaya diplomasi HAMIndonesia terkait dengan terbentuknya Dewan HAM PBB sehingga08 - 5

upaya pemajuan dan perlindungan HAM di tingkat nasional maupunglobal dapat dijalankan dengan sinergis.6.Dialog Antaragama (intefaith dialogue)Indonesia menyadari bahwa upaya melawan aksi terorismeuntuk jangka panjang sangat bergantung pada upaya memberdayakankaum moderat. Karena itu upaya mengembangkan budaya dialog,toleransi dan upaya untuk saling memahami dan menghormati antarsesama umat beragama menjadi agenda penting dalam kerja samainternasional yang diprakarsai dan didorong oleh Indonesia.Kegiatan yang dilakukan dalam kerangka tersebut adalahmelalui interfaith dialogue/dialog antar agama. Indonesia secara tegasmenolak pengaitan terorisme dengan agama atau budaya tertentu.Namun disadari bahwa upaya memberantas terorisme dalam jangkapanjang perlu dilakukan dengan mengikis akar-akar terorisme yangmuncul dari radikalisme dan manipulasi terhadap agama.Dalam kaitan ini, Indonesia melihat pentingnya pemberdayaankaum moderat (empowering the moderates).Untuk itu, Indonesia telahmemprakarsai berbagai dialog antar agama/budaya, yang diusahakanmenjadi fitur tetap diplomasi Indonesia ke depan.7.Masalah Nuklir IranDalam perundingan nuklir Iran yang dipimpin oleh Uni Eropa,pada tanggal 6 Juni 2006, negara-negara anggota tetap DewanKeamanan PBB yang mempunyai hak veto ditambah Jerman,menawarkan sebuah proposal yang berisikan insentif dan hukumanterkait dengan program nuklir Iran. Negara-negara tersebutmemberikan tenggat waktu sampai dengan tanggal 12 Juli 2006kepada Iran untuk memberikan tanggapan terhadap tawaran dimaksud.Namun, sampai dengan tanggal 12 Juli 2006, Iran tetap menolakadanya tenggat waktu tersebut dan tetap tidak akan memberikanjawaban sampai dengan bulan Agustus 2006.Dari perkembangan tersebut di atas, yang menjadi masalahutama isu nuklir Iran diantaranya adalah :08 - 6

1)Terdapat ketidakpercayaan dari negara-negara Barat terutamaAmerika Serikat dan Uni Eropa-3 (EU-3: Perancis, Inggris danJerman) mengenai tujuan dari pengayaan uranium Iran. Negaranegara tersebut mencurigai selain untuk tujuan sipil, pengayaanuranium Iran juga diarahkan untuk kepentingan militer.2)Isu Nuklir Iran merupakan masalah yang dapat mengancamkeamanan dan kestabilan baik dalam ruang lingkup kawasanmaupun ruang lingkup global.3)Iran sampai dengan saat ini terus bersikeras untuk dapatmelakukan pengayaan uranium secara mandiri.4)Terdapat ancaman menyangkut kemungkinan penggunaaninstrumen militer dari negara-negara P-5 (pemegang hak veto)khususnya Amerika Serikat dalam menghadapi krisis NuklirIran.5)Negara-negara P-5 (pemegang hak veto, anggota tetap DKPBB) terbagi menjadi dua kubu berkaitan dengan isu nuklirIran. Kubu pertama yaitu Amerika Serikat, Inggris dan Perancisadalah kubu yang mengkehendaki adanya sangsi terhadap Iran,sedangkan kubu kedua yaitu Cina dan Rusia lebih lunak dalammenyikapi isu nuklir Iran.8.Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) di Luar NegeriDalam hal penanganan perlindungan WNI di luar negeri,kendala utama yang dihadapi adalah kurang memadainya dana dantersebarnya WNI di beberapa tempat. Idealnya Departemen LuarNegeri dapat mengelola dana perlindungan sehingga dapatmemaksimalkan upaya perlindungan.Seperti diamanatkan dalam UU Hubungan Luar Negeri nomor37 tahun 1999 bahwa Departemen Luar Negeri diserahi tanggungjawab untuk perlindungan WNI. Deplu tetap berupayamengedepankan tugas dan fungsi perlindungan WNI tersebutsemaksimal mungkin melalui berbagai upaya, yaitu :1)Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait terutamaDepnakertrans dan Depsos.08 - 7

2)Menggiatkan upaya pendanaan dari organisasi-organisasiinternasional yang memiliki perhatian terhadap perlindunganWNI, antara lain World Bank, International LabourOrganization (ILO) dan International Organization forMigration (IOM).9.Kerja sama BilateralPenguatan aspek hubungan bilateral di Indonesia dengannegara-negara di berbagai kawasan di dunia memperoleh perhatianserius melalui pengelolaan kebijakan yang lebih fokus dan sistematis.Penguatan aspek hubungan bilateral yang paralel dengan kebutuhanpeningkatan peran dan kepemimpinan Indonesia dalam konteksregional dan internasional merupakan tantangan mendesak saat ini.Beberapa tantangan yang dihadapi Indonesia dalammeningkatkan hubungan bilateral di bidang ekonomi dengan negaranegara sahabat terutama dengan negara-negara di Amerika Tengahdan Selatan antara lain adalah jarak geografis yang berjauhan,kesulitan bahasa, belum maksimalnya penyebaran informasi mengenainegara-negara di kawasan tersebut kepada pengusaha Indonesia dansebaliknya serta daya beli masyarakat di kawasan tersebut yang tidaksetinggi di Amerika Utara.Beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan dandiselesaikan oleh Pemerintah Indonesia menyangkut kerja sama intrakawasan, pemantapan politik luar negeri dan peningkatan kerja samainternasional antara lain adalah:1)Belum optimalnya peran Indonesia dalam keanggotaannya diOrganisasi Konferensi Islam dan belum optimalnya diplomasibilateral Indonesia dengan negara-negara di Timur Tengah.2)Diperlukan sinkronisasi langkah diplomasi dengan upayapembangunan ekonomi Indonesia.08 - 8

II.LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASIL-HASILYANG DICAPAI1.Penyelesaian masalah separatisme di PapuaBerbagai langkah kebijakan dan hasil yang dicapai dalampenanganan masalah Papua antara lain menyelenggarakan forumbulanan (Monthly Forum), penciptaan dan penyebaran informasi(creating and desiminating information), pengumpulan data kemajuan(data gathering), perluasan jejaring (networking), dan menggunakanjalur kebudayaan.Forum Bulanan tersebut bertujuan untuk pembelajaran dirisendiri tentang masalah-masalah Papua sehingga tercapai pemahamansecara komprehensif dalam mengambil langkah dan kebijakan Depluguna menangani masalah Papua.Dalam penciptaan dan penyebaran informasi perlu didukungdengan informasi terutama yang menyangkut human security issue.Penciptaan informasi tersebut akan disebarluaskan kepada kalanganpers dan masyarakat luas (dalam dan luar negeri) sehingga terbangunkepercayaan masyarakat dalam negeri dan luar negeri tentangkesungguhan pemerintah dalam menangani masalah separatisme diPapua.Pengumpulan data terutama data kuantitatif diperlukan untukmengetahui secara akurat tentang kemajuan di lapangan. Data tersebutdapat diperoleh melalui Biro Pusat Statistik, universitas/perguruantinggi, badan-badan penelitian maupun pemerintah daerah. Datatersebut diperlukan sebagai bahan pendukung untuk meyakinkanpihak asing tentang capaian yang telah dilakukan oleh pemerintah(baik pusat maupun daerah) dalam membangun Papua.Selain melakukan perluasan networking (jejaring) denganinstansi pemerintah yang terkait dengan masalah Papua, dilakukanjuga perluasan dan pemeliharaan hubungan baik dengan berbagai NonGovernmental Organization (NGO)/Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM), Organisasi Massa (Ormas), Kalangan Gereja dan LSMpemerhati masalah Papua baik di dalam negeri maupun di luar negeri.Pendekatan dengan jalur kebudayaan dilakukan denganmemberikan beasiswa kebudayaan kepada kalangan akademisi dan08 - 9

pemuda dari negara-negara anggota Forum Dialog Pasifik Barat Daya(Southwest Pacific Dialogue/ SwPD), mengingat kepentingan RI yangsangat besar di kawasan Pasifik Selatan dalam menggalang dukunganterhadap integritas wilayah NKRI (khususnya atas Papua). Programseperti ini diharapkan dapat menjadi penyeimbang aktifitas OrganisasiPapua Merdeka (OPM) di kawasan Pasifik Selatan selama ini.Program beasiswa tersebut mendapat apresiasi yang cukup luasdari para peserta, negara peserta dan masyarakat luas. Hal inipun telahmendapat liputan luas dari media massa baik lokal ataupuninternasional. Program ini telah mengakselerasi terciptanyapemahaman yang lebih baik dari kalangan masyarakat negara pesertaterhadap Indonesia yang pada gilirannya akan memberikan dampakpositif dalam mengembangkan kerja sama dan hubungan salingmenguntungkan di kalangan negara peserta.2.Penyelesaian Masalah Wilayah PerbatasanDalam pelaksanaan diplomasi perbatasan (border diplomacy)untuk mempertahankan NKRI, Pemerintah Indonesia telahmenetapkan prioritas utama dalam hal perundingan perbatasanberdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan strategis, ekonomi dannavigasi. Mitra perundingan yang menjadi prioritas utama saat inimeliputi perundingan dengan Malaysia, Singapura, Filipina danperbatasan darat dengan Timor Leste.Perundingan batas maritim antara Indonesia dan Malaysiamerupakan perundingan perbatasan yang paling intensif yangdilakukan pemerintah. Menteri Luar Negeri kedua negara telahsepakat pada tanggal 9 Maret 2005 agar tim teknis kedua negarabertemu secara regular untuk membicarakan masalah tersebut.Rangkaian pertemuan teknis telah dilakukan sepanjang tahun. Sejauhini kedua negara telah menyepakati bahwa delimitasi batas maritimantara kedua negara akan didasarkan pada prinsip-prinsip hukuminternasional, khususnya United Nations Convention on the Law of theSea 1982 (UNCLOS 1982). Langkah ini diambil bersama untukmencapai hasil yang adil buat kedua belah pihak (equitable solutions).08 - 10

Indonesia dan Malaysia saat ini telah memasuki tahapanperundingan penetapan batas laut wilayah di Selat Malaka dan LautSulawesi. Pada saat pertemuan konsultasi tahunan Presiden SusiloBambang Yudhoyono dengan PM Abdullah Badawi di Bukittinggi,12-13 Januari 2006, kedua pemimpin menyatakan pentingnya segeramenyelesaikan perbatasan laut kedua negara melalui proses negosiasiyang sedang berjalan saat ini.Perundingan batas maritim Indonesia-Filipina juga telahdilakukan secara intensif dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.Perundingan ini telah berkembang menuju ke arah yang positifmengingat kedua negara telah menyampaikan posisi masing-masingmengenai garis batas yang memisahkan wilayah Indonesia danFilipina. Pembicaraan intensif masih terus dilakukan untuk semakinmendekatkan perbedaan posisi dengan terus mencoba merumuskanopsi-opsi garis batas yang memungkinkan dan diterima oleh keduabelah pihak.Perundingan batas laut wilayah Indonesia-Singapura jugamengalami perkembangan positif di mana kedua negara telah bertemupada awal tahun 2005. Pertemuan pada Februari 2005 itu merupakanpertemuan mengenai batas maritim pertama yang dilakukan keduanegara setelah pertemuan terakhir diselenggarakan pada tahun 1973yang kemudian melahirkan Perjanjian Batas Laut Wilayah antarakedua negara meskipun baru mencakup sebagian segmen darikeseluruhan segmen yang harus didelimitasi. Pertemuan inimempunyai arti penting karena telah meletakkan dasar bagiperundingan-perundingan antara kedua negara di masa mendatang.Selain itu, perundingan batas darat dengan Timor Leste punterus dilanjutkan sebagai bagian kesepakatan perjanjian sementaraantara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Timor Leste tentangPerbatasan Darat (Provisional Agreement between the Government ofthe Republic of Indonesia and the Government of the DemocraticRepublic of Timor Leste on the Land Boundary) oleh Menteri LuarNegeri kedua negara pada tanggal 8 April 2005 di Dili, Timor Leste.Perjanjian itu menyepakati adanya 907 titik-titik koordinat yang akanmenjadi bagian dari Perjanjian Batas Darat yang bersifat final yangakan dibuat oleh kedua negara di kemudian hari. Kedua negara terusberusaha untuk mencari penyelesaian bagi tiga segmen yang masih08 - 11

belum terselesaikan, dan di saat yang sama juga melaksanakan prosesdemarkasi dengan mendirikan tugu-tugu batas di tempat yang telahdisepakati kedua negara.Kebijakan Pemerintah Ind

negeri dan pelaksanaan politik luar negeri, baik sebagai policy maupun actions. Dalam konteks ini, dinamika persepsi masyarakat internasional terhadap Indonesia dinilai akan sangat mempengaruhi attitude dan behaviour masyarakat internasional dan pada akhirnya dapat mempengaruhi pengambilan kebijakan politik negara lain terhadap Indonesia.

Related Documents:

POLITIK DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM A. Politik 1. Konsepsi Politik Untuk memahami konsep Politik Pendidikan Islam, maka perlu dijelaskan terlebih dahulu mengenai definisi politik. Menurut Suys, politik adalah perebutan kekuasaan. Menurut Jouseph Roucek, untuk masalah pusat, politik adalah distribusi dan kontrol kekuasaan.

POLITIK LUAR NEGERI JEPANG TERHADAP ASEAN OLEH : 1. ABUL NIZAM AL-ZANZAMI 201310360311111 2. CAHAYA SEPTIADI RAHMAN 201310360311066 Dosen Pembimbing : Gonda Yumitro Mata Kuliah : Teori Hubungan Internasional Abstrack : Perubahan konsep dan orientasi politik luar negeri Jepang tidak terlepas dari dinamika politik

ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI INDONESIA BEBAS-AKTIF DALAM MERESPON ISU ROHINGYA 60 A. Kebijakan Luar Negeri Indonesia terhadap Isu Rohingya 61 B. Indonesia dan Prinsip Politik Luar Negeri Bebas-Aktif 71 BAB V: PENUTUP 77 A. Kesimpulan 77 B. Saran 78 DAFTAR PUSTAKA 80 LAMPIRAN 84

mengenai implementasi kebijakan luar negeri Indonesia terhadap konflik Israel-Palestina pasca reformasi dimana kebijakan politik luar negeri Indonesia mengalami pola yang berbeda-beda tiap rezimnya dalam memandang dan menjalankan politik luar negerinya terhadap konflik israel-Palestina, baik yang

selayang pandang politik luar negeri indonesia masa megawati sp berlangsung tahun 2001 – 2004 kebijakan pembelian pesawat sukhoi su-27/ su-30 & helikopter mi-35 dari rusia krn “ngambek” terhadap embargo militer as fasilitator / mediator konflik semenanjung korea (ketegangan korut vs korsel)

kebijakan dan melaksanakan tujuan . POLITIK POLITICS Interaksiantara pemerintah . UNSUR POKOK POLITIK Kebijakan umum sebagai hasil keputusan politik 7. Kebijakan Umum . UNSUR POKOK POLITIK Alokasi berhubungan dengan pembagian kewenangan pada lembaga di bawah negara 8. Pembagian atau Alokasi. ILMU POLITIK.

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

and artificial intelligence (AI) — combined with various analytics approaches and tools — can help CFOs move forwards on this path and ultimately transform the entire finance function. According to PwC’s Finance Effectiveness Benchmarking Report 2019, 61% of finance leaders believe that finance functions could become more effective with improved technology.1 In fact, CFOs are uniquely .