Konsep Dasar Kinerja Dan Manajemen Kinerja - Perpustakaan UT

1y ago
29 Views
2 Downloads
867.13 KB
67 Pages
Last View : 16d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : River Barajas
Transcription

Modul 1Konsep Dasar Kinerja danManajemen KinerjaAchmad Sobirin, MBA, Ph.D.PE N DA H UL U ANSejauh ini paling tidak ada tiga negara yang kinerja para menterinya dinilaisecara formal. Ketiga negara tersebut adalah Amerika Serikat, Inggris danIndonesia (lihat wawancara the Jakarta Post dengan Kuntoro Mangusubroto,8/2/2010). Khusus untuk Indonesia, penilaian kinerja secara formal terhadappara menteri kabinet untuk pertama kali dilakukan setelah Susilo BambangYudhoyono terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia periode keduatahun 2009 – 2014. Untuk tujuan tersebut Presiden membentuk sebuahlembaga penilai, sebuah Tim Kerja yang dinamakan “Unit Kerja PresidenBidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan” (atau lebih dikenalsebagai UKP4). Tim Kerja dipimpin oleh Kuntoro Mangkusubroto mantandosen Institut Teknologi Bandung (ITB) yang terjun ke dunia praktis.Sebelum akhirnya ditunjuk menjadi Kepala UKP4, Kuntoro pernah menjabatsebagai Direktur Utama PT. Tambang Timah, Direktur PLN dan beberapaposisi penting lain termasuk Kepala Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi(BRR) Aceh.Apakah penilaian formal yang dilakukan Presiden SBY ini sekedarmencontoh dua negara maju seperti disebutkan diatas, terinspirasi gerakanreformasi birokrasi yang bergulir sejak tumbangnya Presiden Soeharto atausekedar politik pencitraan seperti anggapan masyarakat pada umumnya, tidakdiketahui secara pasti dan tentunya tidak perlu diperdebatkan. Yang pastiadalah Presiden SBY telah mencoba menerapkan pola manajemen moderndalam menjalankan roda pemerintahan (menggunakan filosofi New PublicManagement dalam bahasa Christopher Hood, 2005) – sebuah upaya yangbisa dikatakan belum pernah dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya.Mengingat penilaian kinerja seperti ini baru pertama kali dilakukan dandiyakini dampak positifnya jauh lebih besar ketimbang sekedar politikpencitraan seperti anggapan masyarakat pada umumnya, diharapkan, kedepan, kepala negara pengganti Presiden SBY juga menerapkan pola yang

1.2Manajemen Kinerja sama, bahkan lebih baik. Alasannya, penilaian kinerja pada dasarnyamerupakan wujud dari transparansi, akuntabilitas dan keterbukaan dalampengelolaan organisasi termasuk pengelolaan negara (Nymans, 2012). Hal inibisa diartikan pula bahwa penilaian kinerja merupakan bagian daripelaksanaan Good Government Governance dan merupakan indikatorberjalannya fungsi demokrasi.Upaya Presiden SBY menilai kinerja para menteri secara formal, meskibaru bagi pemerintahan Indonesia, sesungguhnya sudah berlangsung lamadan merupakan hal biasa bagi organisasi bisnis. Dalam lingkup organisasibisnis, penilaian kinerja terhadap bawahan dan organisasi bisa dikatakanmenjadi bagian integral dari kehidupan organisasi itu sendiri. Penilaiankinerja seperti ini boleh jadi terinspirasi pepatah kuno di bidang manajemenyang sangat popular “you cannot manage what you do not measure”. Pepatahini menegaskan bahwa seseorang (dalam hal ini manajer atau pimpinanpuncak sebuah perusahaan) tidak mungkin bisa mengelola dengan baikkinerja bawahan, karyawan, departemen, divisi dan bahkan kinerjaperusahaan secara keseluruhan jika mereka tidak melakukan pengukuran ataupenilaian kinerja dengan benar. Walhasil penilaian kinerja merupakan tugasseorang manajer yang tidak bisa dihindarkanDukungan terhadap pentinganya penilaian kinerja juga datang dariHamel & Prahalad (1994). Mereka mengatakan “if you do not measure it, youcannot improve it”. Maksud dari pernyataan ini adalah pengukuran kinerjamerupakan variabel penting dalam manajemen sebagai bagian dari upayauntuk meningkatkan kinerja itu sendiri. Tanpa melakukan pengukuran kinerjamustahil seorang manajer bisa mengetahui perkembangan perusahaan yangdikelolanya dan sudah tentu, manakala dianggap perlu, mereka juga tidakbisa meningkatkan kinerja tersebut. Demikian pandangan Hamel & Prahalad.Terlepas dari pentingnya penilaian kinerja, Armstrong & Baron (1998)mengingatkan agar para manajer atau siapapun yang akan melakukanpenilaian kinerja harus terlebih dahulu memahami esensi kinerja itu sendiri –“if you can't define performance, you can't measure or manage it.''Peringatan ini boleh jadi didasari oleh kenyataan bahwa kinerja seringdipahami secara berbeda oleh orang berbeda untuk tujuan berbeda.Jika uraian diatas disederhanakan maka bisa dikatakan bahwapengukuran kinerja maupun manajemen kinerja harus didahului denganpemahaman yang benar tentang esensi kinerja itu sendiri. Mendefinisikankinerja dengan demikian merupakan pangkal dari keseluruhan proses dari

EKMA5320/MODUL 11.3penilaian dan manajemen kinerja. Salah mendefinisikan kinerja bukan tidakmungkin salah pula dalam melakukan penilaian dan manajemen kinerja.Dampaknya tentu saja manajer tidak mampu menjalankan organisasi sesuaidengan keinginan pemilik dan tidak mampu melayani konsumen dankonstituen dengan baik. Karena alasan tersebut kajian tentang manajemenkinerja dan aspek-aspek lain yang terkait – termasuk filosofi, teori, konsepdan pengukuran kinerja sejak pertengahan tahun 1980an mulai menarikperhatian berbagai kalangan seperti akademisi, konsultan maupun praktisi;baik mereka yang bergerak di bidang organisasi komersial maupun organisasisosial dan pemerintahan. Presiden SBY seperti gambaran diatas termasukdidalamnya. Semua itu sekali lagi karena manajemen kinerja merupakankunci keberhasilan organisasi di masa yang akan datang.Berdasakan pemahaman tersebut dan dalam rangka untuk memahamikonsep dasar manajemen kinerja, modul ini sesuai dengan saran Armstrong& Baron (1998) akan terlebih dahulu menguraikan pengertian kinerja. Secaraumum setelah mempelajari modul 1 diharapkan mahasiswa mampumemahami tentang konsep dasar kinerja dan manajemen kinerja. Konsepkinerja akan dibahas secara khusus pada Kegiatan Belajar (KB) 1, yaitumengenai kinerja beserta konsep-konsepnya, faktor yang mempengaruhi dandimensi kinerja.Selanjutnya pada KB 2 bahasan akan difokuskan pada konsep dasarmanajemen kinerja. Pada KB 2 bahasan akan diawali dengan menguraikansejarah perkembangan manajemen kinerja. Uraian ini dianggap pentingkarena konsep manajemen kinerja tidak muncul tiba-tiba. Sebaliknya konsepmanajemen kinerja berkembang secara evolutif. Pada awalnya tidak dikenalistilah manajemen kinerja melainkan penilaian kinerja; itupun fokusperhatiannya lebih ditujukan kepada karyawan. Hal ini bisa diartikan bahwapada awalnya penilaian kinerja identik dengan penilaian terhadap kegiatandan kinerja karyawan. Praktik semacam ini telah berlangsung sangat lamadan bahkan catatan sejarah menunjukkan bahwa penilaian kinerja telahdipraktikkan sejak sebelum era modern.Setelah memahami sejarah manajemen kinerja, selanjutnya mahasiswadiajak untuk memahami konsep dasar maanjemen kinerja. Uraian ini akanmembahas filososi, pengertian, teori dan makna serta tujuan dari manajemenkinerja. Secara implisit, KB 2 juga akan membahas pergeseran paradigmamanajemen kinerja dari paradigma lama ke paradigma baru termasukpergeseran filosofi yang melandasinya.

1.4Manajemen Kinerja Secara khusus, setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkanmampu:1. Memahami dan menjelaskan secara komprehensif konsep dasar kinerja2. Memahami pentingnya kinerja bagi sebuah organisasi3. Memahami pengertian, model, dan indikator kinerja4. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan dimensikinerja5. Memahami dan menjelaskan secara komprehensif konsep dasarmanajemen kinerja.6. Memahami sejarah perkembangan konsep manajemen kinerja7. Memahami falsafah dan teori manajemen kinerja8. Memahami tujuan dan manfaat manajemen kinerja9. Memahami fokus perhatian manajer pada manajemen kinerja

1.5 EKMA5320/MODUL 1Kegiatan Belajar 1Konsep Dasar KinerjaA. PENTINGNYA KINERJA BAGI ORGANISASISebagian orang mengatakan bahwa kata kinerja merupakan singkatandari “kinetic energy kerja”. Kebernarannya belum bisa dikonfirmasi. Namundalam lingkup kajian manajemen dan organisasi kata “kinerja” bukan katayang sama sekali baru dan dewasa ini telah menjadi bagian yang tidakterpisahkan dari kehidupan organisasi/perusahaan dan semua orang yangterlibat didalamnya. Bisa dikatakan istilah kinerja sudah dikenal sejak zamanpra modern. Beberapa sumber menyatakan bahwa istilah kinerja sudahdikenal pada masa kekaisaran dinasti Wei tahun 221-265 Masehi (Amstrong,2009). Kaisar yang berkuasa saat itu mempekerjakan seseorang sebagai“imperial rater” dengan tugas utama mencatat semua kegiatan parakaryawan rumah tangga kerajaan dan sekaligus mengevaluasi serta menilaikegiatan tersebut. Boleh jadi bentuk pencatatan, evaluasi dan penilaiannyamasih sangat sederhana, tidak begitu kompleks dan komprehensif sepertisekarang ini. Namun demikian pencatatan kegiatan karyawan kerajaan inilahyang dianggap sebagai cikal bakal dari konsep kinerja, penilaian kinerja danmanajemen kinerja seperti yang kita kenal dewasa ini.Meski sudah dikenal dan dipraktikkan cukup lama, baru sekitar tahun1950an, paska Perang Dunia II, isu tentang kinerja terutama yang terkaitdengan masalah penilaian, pengukuran, dan evaluasi kinerja mulaimemperoleh perhatian serius dari berbagai kalangan: akademisi, konsultandan para praktisi khususnya mereka yang terlibat dalam kegiatan organisasibaik organisasi sosial, pendidikan, rumah sakit, partai politik dan bahkanmereka yang terlibat pada organisasi keagamaan. Lebih-lebih bagi merekayang bergerak dalam dunia bisnis, membahas kinerja sepertinya menjadisebuah keharusan. Memasuki tahun 1990an isunya bukan lagi terkait denganpenilaian atau evaluasi kinerja tetapi meluas ke manajemen kinerja. Bahkanpada waktu itu manajemen kinerja dianggap sebagai “mantra” bagi paramanajer untuk menyelesaikan berbagai persoalan organisasi (Meyer, 2004).Pada waktu itu bisa dikatakan seorang manajer belum disebut sebagaimanajer jika belum menjalankan program kinerja, memberikan pelatihan

1.6Manajemen Kinerja karyawan demi peningkatan kinerja, memberi kompensasi karyawan demiterlaksananya program kinerja dan sebagainya.Walhasil, sejak saat ituberbagai konsep dan teori tentang kinerja beserta alat-alat ukurnya mulaidikaji secara intensif dan terus dikembangkan sampai akhirnya manajemenkinerja menjadi sebuah bidang kajian tersendiri dengan body of knowledgeyang berbeda dengan bidang kajian lainnya (Meyer, 2004).Paling tidak ada dua alasan mengapa kinerja menjadi “center of gravity –pusat daya tarik” berbagai kalangan. Pertama, perubahan lingkungan yangsangat dinamis, turbulen dan tidak menentu menyebabkan tingkat persainganorganisasi semakin hari semakin tajam dan bahkan mengarah pada situasiyang oleh D’Aveni (1994) disebut sebagai hyper-competition. Tidak sepertipada tahun 1970an dan sebelumnya dimana lingkungan organisasi masihrelatif stabil sehingga mudah bagi para manajer untuk menjaga agarperusahaan tetap tumbuh berkelanjutan, dewasa ini dengan tingkatpersaingan sangat ketat bisa dikatakan perusahaan hanya mampumenciptakan daya saing yang bersifat temporer (D’Aveni et al., 2010). Padalingkungan seperti ini, satu-satunya cara agar perusahaan bisa tetap eksis,bertahan hidup dan tumbuh berkelanjutan adalah keharusan bagi paramanajer untuk secara kreatif membangun strategi-strategi baru agar kinerjaperusahaan terus meningkat. Jika tidak, bukan tidak mungkin perusahaanyang dikelolanya akan dilikuidasi, manajernya diberhentikan dan parakaryawannya di PHK. Penyebabnya karena para investor hampir pasti akanmengalihkan semua dananya ke perusahaan lain yang lebih menguntungkan.Dengan kata lain, mempertanyakan kinerja organisasi, kinerja para manajerdan karyawan, bagi investor menjadi suatu keniscayaan.Secara rasional dengan demikian kinerja menjadi ukuran apakah pemilikatau investor masih bersedia meneruskan kepemilikannya. Sementara itu bagisebuah organisasi atau perusahaan kinerja menjadi tolok ukur untukmengetahui capaian-capaian organisasi; sejauh mana capaian-capaiantersebut sejalan dengan, terutama, keinginan para pemilik atau investor dankeinginan stakeholder lain. Bagi seorang manajer, kinerja menjadi penentuapakah dirinya bisa terus bertahan di perusahaan dan bahkan bisadipromosikan ke level yang lebih tinggi atau sebaliknya terpaksa harusdilengserkan. Hal yang sama juga berlaku bagi karyawan non manajerial.Bagi sebagian karyawan kinerja merupakan peluang bagi dirinya untukmeraih, paling tidak, bonus atau insentif dan kalau beruntung bisadipromosikan ke posisi manajerial. Namun tidak jarang pula karyawan juga

EKMA5320/MODUL 11.7merasa takut kalau mendengar kata kinerja. Kinerja bisa berarti berakhirnyastatus sosial seseorang sebagai seorang karyawan. Oleh karena itu banyakdiantara mereka lebih suka tidak dinilai kinerjanya agar tetap aman diperusahaan.Kedua, ketertarikan berbagai kalangan terhadap isu kinerja terutamakarena kinerja merupakan alat ukur yang bisa diandalkan untuk mengetahuiperkembangan dan kemajuan sebuah organisasi. Lebih dari itu, peran kinerjabukan hanya penting bagi kehidupan organisasi tetapi juga bagi kehidupanmasyarakat pada umumnya. Masyarakat bahkan tidak hanya peduli terhadapkinerja organisasi tetapi juga peduli terhadap proses untuk menghasilkankinerja tersebut. Masyarakat seperti ini oleh Bowerman et al. (2000) disebutsebagai “performance measurement society”. Pandangan Bowerman et al. inisejalan dengan stakeholder theory (Donaldson & Preston, 1995) yangmenyatakan bahwa mereka yang berkepentingan terhadap perkembanganperusahaan bukan hanya pemilik atau investor tetapi juga pihak-pihak lainyang kadang-kadang bahkan tidak memiliki hubungan langsung denganorganisasi. Semua pihak (biasa disebut sebagai pemangku kepentingan ataustakeholders) seolah-olah memiliki hak untuk memperoleh informasi yangdisajikan organisasi/perusahaan, termasuk informasi tentang perkembanganatau kemajuan organisasi beserta semua proses yang mendahuluinya. Bagistakeholder, dengan demikian Laporan Kinerja merupakan bentuktransparansi organisasi, akuntabilitas dan tanggungjawab pengelolaorganisasi atau perusahaan kepada semua konstituen (pemangkukepentingan) yang dilayaninya. Bahasa sederhananya, kinerja merupakanperwujudan dari “good corporate governance”. Oleh karena itu tidakberlebihan jika dikatakan bahwa kinerja merupakan manifestasi daridemokrasi organisasi (Nymans, 2012). Karena itu pula kinerja menjadi faktorpenting dalam kehidupan organisasi/perusahaan dan sekaligus bagikehidupan amsyarakat.B. PENGERTIAN KINERJAJika kinerja memang merupakan sesuatu yang teramat penting bagikehidupan organisasi, pertanyaannya adalah apa sesungguhnya kinerja itu?Pertanyaan ini menjadi semakin penting karena seperti dikatakan Armstrong& Baron (2005) “jika kita tidak mampu mendefinisikan kinerja sama halnyakita tidak mampu mengukur dan memanaj kinerja – if you can't define

1.8Manajemen Kinerja performance, you can't measure or manage it.” Meski demikian harusdiakui bahwa pertanyaan apa sesungguhnya kinerja tidak mudah untukdijawab karena sejauh ini tidak ada definisi baku tentang kinerja (Lebas &Euske, 2004). Kinerja merupakan konstruk multifaceted (Hubbard, 2009)dimana masing-masing pihak yang berkentingan terhadap kinerja cenderungmendefinisikan kinerja sesuai dengan pemahaman dan kepentingannya.Demikian juga kinerja sering dianggap sebagai konstruk multidimensi (Bates& Holton, 1995) yang tidak hanya dikaitkan dengan keseluruhan organisasitetapi juga dengan bagian-bagian dalam organisasi termasuk unit aktivitas,proses dan individu karyawan. Karena itulah sangat tidak mengherankan jikakinerja didefinisikan secara beragam.Untuk memahami pengertian kinerja, kiranya perlu terlebih dahulumemahami arti kata kinerja secara harfiah. Kata kinerja ketika diterjemahkankedalam bahasa Inggris menggunakan kamus elektronik Google Translate,terjemahannya adalah performance (noun – kata benda). Namun ketika kataperformance diterjemahkan kembali kedalam bahasa Indonesia menggunakankamus yang sama, atau kamus Inggris-Indonesia lain misalnya yang ditulisEchols & Shadily (1988), hasilnya bukan kinerja melainkan: pertunjukan,pekerjaan, perbuatan, pergelaran prestasi, hasil. Berdasarkan terjemahansilang ini tampak bahwa performance mempunyai pengertian yang berbeda.Di satu sisi pengertiannya adalah kinerja, dan di sisi lain pengertiannyaadalah pertunjukan, pekerjaan, perbuatan, pergelaran prestasi, hasil. Dengandemikian, secara matematis, bisa disimpulkan bahwa kinerja pengertiannyasama dengan pertunjukan, pekerjaan, perbuatan, pergelaran prestasi, hasil.Namun jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertianyang pas untuk kinerja adalah prestasi atau hasil.Meski secara harfiah kinerja adalah kata benda yang pengertiannya samadengan hasil atau prestasi, kinerja dalam literatur manajemen dan organisasimemiliki makna yang lebih luas dan beragam; bukan sekedar hasil atauprestasi. Cermati misalnya pemahaman dan makna kinerja seperti yangdirangkum oleh Lebas & Euske (2004) sebagai berikut.1. Kinerja merupakan sesuatu yang dapat diukur, baik diukur menggunakanangka atau menggunakan sebuah ekspresi yang memungkinkanterjadinya komunikasi2. Kinerja berarti berupaya, sesuai dengan maksud tertentu, untukmenghasilkan sesuatu (misal upaya menciptakan nilai)

EKMA5320/MODUL 13.4.5.6.7.8.9.1.9Kinerja adalah hasil dari sebuah tindakanKinerja adalah kemampuan untuk menghasilkan atau potensi untukmenciptakan hasil (sebagai contoh, kepuasan pelanggan bisa dilihatsebagai potensi bagi organisasi untuk menciptakan penjualan di masayang akan datang)Kinerja adalah perbandingan antara hasil dengan benchmark (patokan)tertentu baik yang ditetapkan secara internal maupun patokan eksternalKinerja adalah hasil yang tidak diduga (mengejutkan) dibandingkandengan yang diharapkanDalam disiplin psikologi, kinerja adalah bertindak (acting out)Kinerja adalah pergelaran, khususnya dalam seni pertunjukan, yangmelibatkan para aktor, peran mereka dan bagaimana peran dimainkanserta melibatkan orang luar yang menonton pergelaran tersebut.Kinerja adalah judgment (sebuah keputusan atau penilaian) yangdidasarkan pada sesuatu yang lain sebagai pembanding. Persoalannyaadalah siapa yang harus menjadi pengambil keputusan dan bagaimanakriterianya.Dari ragam pemaknaan kinerja seperti tersebut diatas, tampak bahwakinerja tidak dipahami semata-mata sebagai kata benda seperti dinyatakanGoogle Translate. Memang dalam literatur manajemen dan organisasi secaraumum kinerja lebih banyak dipahami sebagai hasil atau prestasi. Neely et al.(1995) misalnya mengatakan bahwa kinerja sama dengan efektifitas danefisiensi. Efektivitas dan efisiensi tidak lain adalah hasil dari suatu tindakan.Namun demikian kelompok kedua memahami kinerja bukan sebagai katabenda melainkan sebagai kata kerja. Hal ini misalnya dikemukakan olehBaird (1986) seperti dikutip oleh Lebas & Euske (2004) yang menegaskanbahwa kinerja bukan sebuah kejadian melainkan sesuatu yang berorientasitindakan. Dengan kata lain, yang dimaksudkan dengan kinerja adalah upayauntuk menghasilkan sesuatu, bukan hasilnya.Kelompok ketiga menggabungkan pemahaman kelompok pertama dankelompok kedua. Kinerja menurut kelompok ini melibatkan upaya atautindakan (kinerja sebagai kata kerja) dan hasil atau prestasi (kinerja sebagaikata benda) yang terjadi secara bersamaan. Corvellec, (1995) misalnyamenganggap kinerja sebagai peristiwa yang terjadi secara simultan yangmelibatkan tindakan, hasil dari tindakan tersebut dan perbandingan antarahasil dari sebuah tindakan dengan ukuran atau patokan tertentu (benchmark).

1.10Manajemen Kinerja Pendapat yang kurang lebih sama juga disampaikan oleh Armstrong & Baron(2005), menurutnya kinerja merupakan sesuatu yang telah dicapai olehseseorang atau organisasi. Hanya saja untuk memahami kinerja, proses untukmenghasilkan kinerja juga perlu diperhatikan karena proses tersebutmerupakan bagian dari kinerja itu sendiri. Di sisi lain Brumback (1988)mendefinisikan kinerja sebagai akumulasi prilaku dan hasil. MenurutBrumback prilaku harus dibedakan dari hasil. Dalam penilaian kinerja, yangdinilai bukan hanya hasilnya, prilakunya juga harus dinilai tersendiri.Penyebabnya karena prilaku itu sendiri sesungguhnya adalah sebuah produk.Menurut Brumback prilaku adalah hasil dari upaya mental dan fisikseseorang yang timbul selama proses aktivitas berlangsung.Berdasarkan ragam pemahaman kinerja seperti ini (kinerja sebagaitindakan, prilaku, hasil dan gabungan antara tindakan dan hasil), Lebas &Euske (2004) selanjutnya menawarkan definisi kinerja yang lebihkomprehensif, yaitu:“Performance is the sum of all processes that will lead managers totaking appropriate actions in the present that will create a performingorganization in the future (i.e., one that is effective and efficient)”.Artinya kinerja adalah sekumpulan proses yang mendorong seorangmanajer untuk mengambil tindakan yang tepat pada hari ini sehinggamampu menghasilkan performansi organisasi di masa yang akan datang(yakni efektivitas dan efisiensi organisasi).Elaborasi lebih detail dari pengertian diatas adalah sebagai berikut.Pertama, kinerja merupakan sekumpulan proses. Hal ini menandakanbahwa kinerja bukan kegiatan tunggal, bukan pula hanya sebagai akibat.Sebaliknya kinerja merupakan serangkaian tindakan mulai dari rencanatindakan, proses melakukan tindakan dan evaluasi hasil tindakan yangmelibatkan berbagai macam unsur termasuk prilaku manusia dan organisasiserta lingkungan yang mempengaruhi proses tersebut. Dalam bahasa sistemdengan demikian kinerja melibatkan input, proses dan output sertalingkungan yang melingkupi input-proses-output.Kedua, kinerja pada dasarnya bergantung pada keputusan dan tindakanyang diambil oleh seorang manajer. Keputusan seorang manajer tentu sajatidak akan berarti apa-apa (tidak menimbulkan kinerja) jika tidak diikuti olehtindakan-tindakan lain baik yang dilakukan manajer itu sendiri maupun parakaryawan. Demikian juga, dampak dari keputusan manajer tidak bisa dilihat

EKMA5320/MODUL 11.11pada saat keputusan tersebut dibuat melainkan baru beberapa waktusesudahnya. Artinya, meski keputusan manajer merupakan rangkaian darikinerja dan merupakan unsur penting dari kinerja, kita tidak bisa mengatakanbahwa keputusan manajer adalah sebuah kinerja. Keputusan manajerhanyalah sebuah pemicu (driver) yang memungkinkan terciptanya kinerjaorganisasi.Ketiga, sebuah organisasi dikatakan berkinerja jika organisasi tersebutmenghasilkan sesuatu di waktu yang akan datang sebagai akibat dari tindakansaat ini. Penjelasan ini menggambarkan adanya proses sebab akibat dalampenciptaan kinerja. Tindakan adalah sebab yang menimbulkan kinerja danhasil adalah akibat dari sebuah tindakan – keduanya terjadi secara sekuensialdan kontinyu secara berulang-ulang.Keempat, indikator yang paling umum untuk mengetahui kinerja sebuahorganisasi bisa dilihat dari efektifitas dan efisiensi organisasi. Efektif berartiorganisasi mampu bertindak dan menghasilkan sesuatu sesuai atau lebih baikdari yang ditetapkan sebelumnya. Sedangkan efisien adalah penggunaansumberdaya organisasi sehemat mungkin sepanjang hasil yang diinginkanbisa dicapai. Meski kedua ukuran ini bisa disebut sebagai ukuran umum,tidak jarang organisasi berbeda menggunakan indikator berbeda. Bagiorganisasi nir laba misalnya, kualitas layanan dianggap sebagai indikatorutama kinerja organisasi, sementara ukuran penting bagi organisasi bisnisadalah “maximizing value of the firm” atau sering disebut sebagaimeningkatnya kesejahteraan pemilik. Bahkan dalam satu lingkup organisasisekalipun menjadi hal biasa untuk menggunakan ukuran kinerja berbeda.Ukuran kinerja paling utama bagi departemen akuntansi adalah ukuranukuran berbasis financial (Otley, 2004). Sementara itu departemen pemasaranakan dikatakan berkinerja baik jika mampu memberi kepuasan bagikonsumen dan konsumen loyal kepada perusahaan (Clark, 2004). Di sisi lain,depertemen produksi boleh jadi akan dinilai kinerjanya berdasarkan inovasiproduk, kelancaran proses produksi dan kemapuannya untuk mendesainproduk baru (Neely & Austin, 2004).C. MODEL KINERJADari penjelasan tentang pengertian kinerja seperti diuraikan diatas, Lebas& Euske (2004) lebih lanjut mengatakan bahwa konsep kinerja yang sangatkompleks akan lebih mudah dipahami jika diujudkan dalam sebuah model.

1.12Manajemen Kinerja Model yang ditawarkan Lebas & Euske disebut sebagai causal model. Modelini kemudian divisualisasikan dalam bentuk sebuah pohon – juga disebutsebagai performance tree atau pohon kinerja (lihat Gambar 1.1).Sumber: Lebas & Euske (2004, 69)Gambar 1.1Performance TreePohon kinerja (performance tree) pada Gambar 1.1, mengilustrasikanbagaimana sebuah organisasi berproses menciptakan kinerja. Unsur-unsurpembentuk kinerja tampak begitu kompleks sehingga terkesan sulit untukdimengerti. Namun secara umum bisa dikatakan bahwa performance treeterdiri dari tiga bagian: outcomes, proses dan fondasi. Ketiga bagian tersebut

EKMA5320/MODUL 11.13berproses secara berkesinambungan yakni fondasi mempengaruhi proses danselanjutnya proses mempengaruhi outcomes.Pada Gambar 1.1, outcomes, hasil atau output dibedakan menjadi duakategori yakni hasil menurut konsep tradisional (TRADITIONAL VISION)dan hasil menurut konsep lain (OTHER VISION OF CUSTOMERS).Menurut konsepsi tradisional hasil dinyatakan dalam satuan uang(menggunakan perspektif akuntansi). Kategori ini biasanya menjadi perhatianutama para pemilik atau pemegang saham. Mereka mendirikan dan memilikiorganisasi (terutama organisasi bisnis) agar kesejahteraannya (yang diukurdalam satuan uang) terus meningkat. Sementara itu menurut konsepsi lain,hasil bukan hanya untuk kepentingan pemilik tetapi juga untuk kepentinganstakeholders (pemangku kepentingan selain pemegang saham), misalnyakaryawan, konsumen, pemasok, pemerintah, dan masyarakat. Merekamengaharapkan agar organisasi tidak hanya peduli terhadap pemilik ataupemegang saham tetapi mampu menciptakan capaian-capaian lain untukmemenuhi kepentingan mereka, diantaranya adalah: kemampuan organisasimenjaga lingkungan; kontribusi organisasi terhadap kesejahteraanmasyarakat, buruh, iklim sosial masayrakat; dan kepatuhan organisasiterhadap hokum, aturan-aturan lain yang relevan. Kepentingan keduakelompok yang berbeda ini sekaligus menggambarkan bahwa organisasidituntut untuk menghasilkan kinerja yang beragam meski tidak bisadipungkiri jika kepentingan pemilik atau pemegang saham biasanya menjadiprioritas.Dari sisi proses aktivitas, hasil yang direpresentasikan oleh buah darisebuah pohon sesungguhnya merupakan dampak dari atribut produk. Atributini merupakan elemen-elemen produk yang menjadi perhatian konsumen(CUSTOMERS) dan menyebabkan konsumen atau pemangku kepentinganlain merasa puas. Termasuk kedalam atribut ini secara tradisional adalah:harga, ketersediaan produk, layanan dan kualitas. Sedangkan atribut produknon tradisional misalnya: inovasi produk, fleksibilitas, dan komitmenorganisasi untuk tidak mempekerjakan anak dibawah umur. Atribut-atributini, baik tradisional dan non tradisional, merupakan hasil dari proses bisnis(PROCESS) yang pada Gambar 1 direpresentasikan oleh batang pohon.Atribut-atribut tersebut sudah tentu harus terus dimonitor dan dijaga agarorganisasi mampu memberikan yang terbaik bagi kepentingan parapemangku kepentingan (stakeholders).

1.14Manajemen Kinerja Yang menarik dari causal model ini, biaya (COST) tidak dianggapmemiliki peran penting dalam proses penciptaan kinerja. Meski biaya diakuimenjadi sumber terciptanya kinerja keuangan, peran biaya dianggap sebagaivariable kedua (secondary variable) – variable bayangan yang menyebabkanterciptanya atribut produk dan proses penciptaan kinerja. Menurut Lebas &Euske, yang lebih penting untuk diperhatikan justru kualitas prosespenciptaan kinerja. Pada Gambar 1.1, sumber kualitas proses berasal darikesuburan tanah tempat pohon tersebut tumbuh. Termasuk didalamnyaadalah elemen-elemen seperti: kompetensi para karyawan; brand awareness– menjaga citra merek dagang; jejaring – baik dengan konsumen maupunpemasok; kejelasan struktur tanggungjawab organisasi; kebijakan organisasitentang maintenance, dsb. Karena elemen-elemen ini tidak kasat mata –tersembunyi didalam tanah, sistem akuntansi cenderung tidak mampumenangkap elemen-elemen tersebut sebagai elemen yang dibutuhkan untukmenciptakan kinerja secara tradisional. Sebaliknya bagi seorang manajermemelihara kesuburan tanah, atau memperhatikan lingkungan organisasimenjadi faktor yang teramat penting untuk menjaga agar organisasi terusberkinerja.Causal model seperti dipaparkan Lebas &Euske (2004) diatas, sekalilagi, memberikan gambaran bahwa memahami kinerja tidak sesederhanaseperti gambaran awal dimana kinerja hanyalah sebuah hasil atau prestasi.Kinerja adalah sebuah konsep yang sangat kompleks, melibatkan prosespanjang dan membutuhkan waktu untuk menghasilkan kinerja. Demikianjuga apa yang dilakukan hari ini hasilnya belum tentu diperoleh hari ini pula.Sangat boleh jadi hasilnya baru didapat beberapa waktu kemudian karena adavariable waktu yang dibutuhkan. Wal hasil seperti dikatakan Lebas & Euske,kinerja adalah sebuah social construct yang bersifat multidimensi dan tidakjarang kinerja memunculkan kontradiksi. Salah satunya adalah dalammengukur indikator kinerja. Seperti disebutkan sebelumnya, meski efektifitasdan efisiensi merupakan indikator umum, menjadi hal biasa di dalam sebuahorganisasi menggunakan indikator berbeda untuk kepentingan berbeda.Contohnya adalah desakan agar organisasi menciptakan beragam hasil –kinerja keuangan, kinerja lingkungan, dan kinerja-kinerja lain berbasis etikadan moralitas. Perbedaan ini tentu saja tidak menjadi masalah jika kitamemahami kinerja sebagai sebuah proses yang menghasilkan beragam hasildan manajer mampu mengelola kontradiksi tersebut dengan baik, yaknidengan berpedoman pada keseluruhan tujuan jangka panjang organisasi.

EKMA5320/MODUL 11.15D. INDIKATOR KINERJAUraian sebelumnya menegaskan bahwa seorang manajer yang diberitanggung-jawab untuk mengelola sebuah organisasi dituntut untuk memberikepuasan bukan hanya kepada pemilik atau investor tetapi juga kepadastakeholders lain. Artinya menghasilkan kinerja keuangan se

Dengan kata lain, mempertanyakan kinerja organisasi, kinerja para manajer dan karyawan, bagi investor menjadi suatu keniscayaan. Secara rasional dengan demikian kinerja menjadi ukuran apakah pemilik atau investor masih bersedia meneruskan kepemilikannya. Sementara itu bagi sebuah organisasi atau perusahaan kinerja menjadi tolok ukur untuk

Related Documents:

Dasar-dasar Agribisnis Produksi Tanaman 53. Dasar-dasar Agribisnis Produksi Ternak 54.Dasar-dasar Agribisnis Produksi Sumberdaya Perairan 55. Dasar-dasar Mekanisme Pertanian 56. Dasar-dasar Agribisnis Hasil Pertanian 57. Dasar-dasar Penyuluhan Pertanian 58. Dasar-dasar Kehutanan 59. PertanianDasar-dasar Administrasi

Penilaian Kinerja Karyawan Menurut Dessler (2011:322) tentang makna manajemen kinerja bahwa manajemen kinerja merupakan suatu proses megonsolidasikan penetapan tujuan penilaian, dan pengembangan kinerja karyawan kedalam suatu sistem, yang bertujuan untuk memastikan kinerja karyawan dapat mendukung tujuan strategis perusahaan.

Mata kuliah Konsep dasar IPA memberikan pemahaman konsep‐konsep dan teori dasar IPA untuk mengenal alam besrerta isinya, fenomena‐fenomena alam dan gejala‐gejala alam Topik : Besaran dan Satuan Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan konsep besaran dan satuan dalam sistem Internasional 2.

1. Mampu menjelaskan teori dasar matematika, teori dasar matematika terapan, konsep dasar algoritma dan pemrograman serta konsep dasar statistika (C3). 2. Mampu menerapkan teori dasar matematika, teori dasar matematika terapan, konsep dasar algoritma dan pemrograman serta kons

teori manajemen secara umum dapat dibagi menjadi empat bagian antara lain: a. Manajemen Ilmiah (1870-1930) b. Manajemen Klasik (1900-1940) c. Manajemen Hubungan Manusia (1930-1940) d. Manajemen Modern (dari 1940 sampai dengan saat ini). Konsep dasar manajemen menurut beberapa teori sebagai berikut: a. Teori Manajemen Ilmiah

Modul 1 Konsep Pemasaran dan Proses Manajemen Pemasaran Drs. M. Tjiptadi M odul 1 ini akan membahas konsep pemasaran dan proses manajemen pemasaran. Pokok bahasan yang akan diulas, antara lain (1) konsep pemasaran yang menyangkut tentang pengertian pemasaran, keadaan permintaan dan tugas-tugas pemasaran, pengertian konsep pemasaran,

"Manajemen Sumber Daya Manusia" dengan tujuan memperkenalkan konsep dan praktik manajemen SDM. Tulisan ini menguraikan tentang aktivitas manajemen sumber daya manusia yang mencakup: Perencaanaan SDM, Strategi SDM, Analisis Jabatan, Rekrutmen dan Seleksi, Manajemen Kinerja, Pelatihan dan Pengembangan, Manajemen Kompensasi, Hubungan