Hakikat Manusia Dan Pendidikan - Perpustakaan UT

1y ago
10 Views
2 Downloads
1.04 MB
43 Pages
Last View : 12d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Xander Jaffe
Transcription

Modul 1Hakikat Manusia dan PendidikanDr. Muhammad S. Sumantri, M.Pd.PE NDA HULUA NManusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal danpikiran. Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yangmemiliki derajat paling tinggi di antara citaannya yang lain. Hal yang palingpenting dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwamanusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untukmempertinggi kualitas hidupnya di dunia.Pendidikan adalah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang ataukelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran danpelatihan. Jadi dalam hal ini pendidikan adalah proses atau perbuatan mendidik.Pendapat lain mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan ataupertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anakuntuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalammelaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.Jadi karena manusia diciptakan oleh Tuhan dengan berbekal akal danpikiran maka manusia membutuhkan pendidikan untuk mengembangkankehidupannya demi memuaskan rasa keingintahuannya.Modul ini akan membantu Anda untuk memahami berbagai pengertian danaspek hakikat manusia dan berbagai aplikasi aspek hakikat manusia terhadappendidikan. Materi dalam modul ini dapat membantu Anda dalammengembangkan wawasan kependidikan Anda, yang kemudian dapat berfungsisebagai asumsi dalam rangka praktik pendidikan maupun studi pendidikanselanjutnya.Materi modul ini terdiri dari 3 kegiatan belajar (KB). Kegiatan Belajar 1membahas tentang berbagai pengertian hakikat manusia dan segala aspekaspeknya. Kegiatan Belajar 2 membahas tentang asas-asas keharusan atauperlunya pendidikan bagi manusia dan asas-asas kemungkinan pendidikan.Kegiatan Belajar 3 membahas mengenai pendidikan sebagai humanisasi danpendidikan dan hak asasi manusia.

1.21.2.3.4.5.6.Pengantar Pendidikan Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan:pengertian dan hakikat manusia;aspek-aspek hakikat manusia;asas-asas keharusan atau perlunya pendidikan;adanya asas-asas kemungkinan pendidikan;pendidikan sebagai humanisasi;pendidikan dan hak asasi manusia.Materi modul ini disusun menjadi 3 kegiatan belajar, seperti berikut.Kegiatan Belajar 1: Pengertian dan Aspek-aspek Hakikat ManusiaKegiatan Belajar 2: Hubungan Hakikat Manusia dengan PendidikanKegiatan Belajar 3: Pendidikan, Martabat, dan Hak Asasi ManusiaPetunjuk BelajarUntuk memahami materi modul ini dengan baik serta mencapai kompetensiyang diharapkan, gunakan strategi belajar berikut ini.1. Sebelum membaca modul ini, pelajari terlebih dahulu glosarium pada akhirmodul yang memuat istilah-istilah khusus yang digunakan dalam modul ini.2. Baca materi modul dengan seksama, tambahkan catatan pinggir berupatanda tanya, pertanyaan, dan konsep lain yang relevan sesuai pemikiranyang muncul. Dalam menjelaskan suatu konsep atau asas, sering kalidigunakan istilah dan diberikan contoh, pahami hal tersebut sesuai kontekspembahasannya.3. Cermati dan kerjakan tugas yang diberikan. Dalam mengerjakan tugastersebut, gunakan pengetahuan dan pengalaman Anda sebelumnya.4. Kerjakan tes formatif seoptimal mungkin dan gunakan rambu-rambujawaban untuk membuat penilaian sudah atau belum memadainya jawabanAnda.5. Buat catatan khusus hasil diskusi dalam tutorial tatap muka dan tutorialelektronik, untuk digunakan dalam pembuatan tugas kuliah dan ujian akhirmata kuliah.Selamat belajar, semoga Anda berhasil!

1.3 MKDK4001/MODUL 1Kegiatan Belajar 1Pengertian dan Aspek-Aspek HakikatManusiaA. PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIAManusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk mengetahuisegala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia tidak hanyabertanya tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi juga bertanyatentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu, manusia telah danselalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat manusia dipelajari melaluiberbagai pendekatan (common sense, ilmiah, filosofis, religi) dan melaluiberbagai sudut pandang (biologi, sosiologi, antropobiologi, psikologi, politik).Dalam kehidupannya yang riil manusia menunjukkan keragaman dalamberbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya, kebiasaannya, bahkansebagaimana dikemukakan di atas, pengetahuan tentang manusia pun bersifatragam sesuai pendekatan dan sudut pandang dalam melakukan studinya.Alasannya bukankah karena mereka semua adalah manusia maka harus diakuikesamaannya sebagai manusia? (M.I. Soelaiman, 1988). Berbagai kesamaanyang menjadi karakteristik esensial setiap manusia ini disebut pula sebagaihakikat manusia, sebab dengan karakteristik esensialnya itulah manusiamempunyai martabat khusus sebagai manusia yang berbeda dari yang lainnya.Contoh: manusia adalah animal rasional, animal symbolicum, homo feber, homosapiens, homo sicius, dan sebagainya.Mencari pengertian hakikat manusia merupakan tugas metafisika, lebihspesifik lagi adalah tugas antropologi (filsafat antropologi). Filsafat antropologiberupaya mengungkapkan konsep atau gagasan-gagasan yang sifatnya mendasartentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang sifatnya mendasartentang manusia, berupaya menemukan karakteristik yang secara prinsipil(bukan gradual) membedakan manusia dari makhluk lainnya. Antara lainberkenaan dengan: (1) asal-usul keberadaan manusia, yang mempertanyakanapakah ber-ada-nya manusia di dunia ini hanya kebetulan saja sebagai hasilevolusi atau hasil ciptaan Tuhan?; (2) struktur metafisika manusia, apakah yangesensial dari manusia itu badannya atau jiwanya atau badan dan jiwa;

1.4Pengantar Pendidikan (3) berbagai karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia, antara lainberkenaan dengan individualitas, sosialitas.Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian hakikatmanusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentangmanusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian hakikat manusiaberkenaan dengan “prinsip adanya” (principe de’etre) manusia. Dengan katalain, pengertian hakikat manusia adalah seperangkat gagasan tentang “sesuatuyang olehnya” manusia memiliki karakteristik khas yang memiliki sesuatumartabat khusus” (Louis Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antaralain berkenaan dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan),struktur metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), sertakarakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia sebagaimakhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk berbudaya,sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).B. ASPEK-ASPEK HAKIKAT MANUSIA1.Manusia sebagai MakhlukTuhanManusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan olehTuhan YME. Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatukonsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka bumi ini. Kitabsuci menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan mempergunakanbermacam-macam istilah, seperti Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) danpenyadaran diri (self-awarness). Oleh karena itu, manusia adalah subjek yangmenyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segalasesuatu yang ada di luar dirinya (objek). Selain itu, manusia bukan saja mampuberpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentangpemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaannya denganalam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta manusia merupakanbagian daripadanya. Oleh sebab itu, selain mempertanyakan asal usul alamsemesta tempat ia berada, manusia pun mempertanyakan asal-usul keberadaandirinya sendiri.Terdapat dua pandangan filsafat yang berbeda tentang asal-usul alamsemesta, yaitu (1) Evolusionisme dan (2) Kreasionisme. Menurut Evolusionisme,alam semesta menjadi ada bukan karena diciptakan oleh sang pencipta atauprima causa, melainkan ada dengan sendirinya, alam semesta berkembang dari

MKDK4001/MODUL 11.5alam itu sendiri sebagai hasil evolusi. Sebaliknya, Kreasionisme menyatakanbahwa adanya alam semesta adalah sebagai hasil ciptaan suatu Creative Causeatau Personality yang kita sebut sebagai Tuhan YME (J. Donal Butler, 1968).Menurut Evolusionisme beradanya manusia di alam semesta adalah sebagai hasilevolusi. Hal ini, antara lain dianut oleh Herbert Spencer (S.E. Frost Jr., 1957)dan Konosuke Matsushita (1997). Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwaberadanya manusia di alam semesta sebagai makhluk (ciptaan) Tuhan. Filsufyang berpandangan demikian, antara lain Thomas Aquinas (S.E. Frost Jr., 1957)dan Al-Ghazali (Ali Issa Othman, 1987).Dari kedua pandangan di atas (Evolusionisme dan Kreasionisme),pandangan manakah yang dapat Anda terima? Coba bandingkan dengankeyakinan Anda!Kita memang tak dapat memungkiri tentang adanya proses evolusi di alamsemesta termasuk pada diri manusia, namun atas dasar keyakinan agama tentusaja kita tak dapat menerima pandangan yang menyatakan beradanya manusia dialam semesta semata-mata sebagai hasil evolusi dari alam itu sendiri tanpaPencipta. Di dalam metafisika khususnya dalam kosmologi, pahamevolusionisme juga ditentang melalui apa yang dikenal sebagai argumenkosmologi yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang ada harus mempunyaisuatu sebab. Adanya alam semesta termasuk di dalamnya manusia adalahsebagai akibat. Dalam pengalaman hidup kita menemukan adanya rangkaiansebab-akibat. Sebab pertama adalah sumber bagi sebab-sebab yang lain, tidakberada sebagai materi, melainkan sebagai "Pribadi" atau "Khalik". Argumensemacam ini antara lain dikemukakan oleh Muhammad Baqir Ash-Shadr (1991)dan Thomas Aquinas (Titus, et.al., 1959).Oleh karena manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan YME makadalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanyafenomena kemakhlukan (M.I. Soelaeman, 1988), antara lain berupa pengakuanatas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripadaTuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapanTuhannya Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia memiliki keterbatasandan ketidakberdayaannya, manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serbaMaha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat abadi, manusiamerasakan kasih sayang Tuhannya, namun ia pun tahu begitu pedih siksa-Nya.Semua itu melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadapTuhannya, tetapi di balik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasa hormat, danrasa segan karena Tuhannya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah

1.6Pengantar Pendidikan kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada penciptanya. Selainitu, menyadari akan maha kasih sayangnya Sang Pencipta maka kepada-Nyamanusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, di balik adanya rasa cemas dantakut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untukmengambil tindakan dalam hidupnya. Adapun hal tersebut dapat menimbulkankejelasan akan tujuan hidupnya, menimbulkan sikap positif dan familiaritasakan masa depannya, menimbulkan rasa dekat dengan penciptanya.2.Manusia sebagai Kesatuan Badan–RohPara filsuf berpendapat yang berkenaan dengan struktur metafisik manusia.Terdapat empat paham mengenai jawaban atas permasalahan tersebut, yaituMaterialisme, Idealisme, Dualisme, dan paham yang mengatakan bahwamanusia adalah kesatuan badan-roh.Materialisme. Gagasan para penganut Materialisme, seperti Julien de LaMettrie dan Ludwig Feuerbach bertolak dari realita sebagaimana dapat diketahuimelalui pengalaman diri atau observasi. Oleh karena itu, alam semesta ataurealitas ini tiada lain adalah serba materi, serba zat, atau benda. Manusiamerupakan bagian dari alam semesta sehingga manusia tidak berbeda dari alamitu sendiri. Sebagai bagian dari alam semesta, manusia tunduk pada hukumalam, hukum kualitas, hukum sebab-akibat atau stimulus-respon. Manusiadipandang sebagai hasil puncak mata rantai evolusi alam semesta sehinggamekanisme tingkah lakunya (stimulus-respon) semakin efektif. Yang esensialdari manusia adalah badannya, bukan jiwa atau rohnya. Manusia adalah apayang nampak dalam wujudnya, terdiri atas zat (daging, tulang, dan urat syaraf).Segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah pada manusiadipandang hanya sebagai resonansi saja dariberfungsinya badan atau organ tubuh. Pandanganhubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenalsebagai Epiphenomenalisme (J.D. Butler, 1968).Idealisme. Bertolak belakang denganpandangan materialisme, penganut Idealismemenganggap bahwa esensi diri manusia adalahjiwanya atau spiritnya atau rohaninya, hal inisebagaimana dianut oleh Plato.Sekalipun Plato tidak begitu saja mengingkariaspek badan, namun menurut dia, jiwa mempunyaikedudukan lebih tinggi daripada badan. DalamPlato

MKDK4001/MODUL 11.7hubungannya dengan badan, jiwa berperan sebagai pemimpin badan, jiwalahyang mempengaruhi badan karena itu badan mempunyai ketergantungan kepadajiwa. Jiwa adalah asas primer yang menggerakkan semua aktivitas manusia,badan tanpa jiwa tiada memiliki daya. Pandangan tentang hubungan badan danjiwa seperti itu dikenal sebagai Spiritualisme (J.D.Butler, 1968).Dualisme. Dalam uraian terdahulu tampak adanya dua pandangan yangbertolak belakang. Pandangan pihak pertama bersifat monis–materialis,sedangkan pandangan pihak kedua bersifat monis– spiritualis. C.A. Van Peursen(1982) mengemukakan paham lain yang secara tegas bersifat dualistik, yaknipandangan dari Rene Descartes. Menurut Descartes, esensi diri manusia terdiriatas dua substansi, yaitu badan dan jiwa. Oleh karena manusia terdiri atas duasubstansi yang berbeda (badan dan jiwa) maka antara keduanya tidak terdapathubungan saling mempengaruhi (S.E. Frost Jr., 1957), namun demikian setiapperistiwa kejiwaan selalu paralel dengan peristiwa badaniah atau sebaliknya.Contohnya, jika jiwa sedih maka secara paralel badanpun tampak murung ataumenangis. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenalsebagai Paralelisme (J.D. Butler, 1968).Sebagai kesatuan badani-rohani, manusia hidupdalam ruang dan waktu, sadar akan diri danlingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan,insting, nafsu, serta mempunyai tujuan. Selain itu,manusia mempunyai potensi untuk beriman danbertakwa kepada Tuhan YME dan potensi untukberbuat baik, potensi untuk mampu berpikir (cipta),potensi berperasaan (rasa), potensi berkehendak(karsa), dan memiliki potensi untuk berkarya. Adapundalam eksistensinya manusia memiliki aspekRene Descratesindividualitas, sosialitas, moralitas, keberbudayaan,dan keberagaman. Implikasinya maka manusia itu berinteraksi atauberkomunikasi, memiliki historisitas, dan dinamika.3.Manusia sebagai Makhluk IndividuSebagaimana Anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan dirinyasendiri. Kesadaran manusia akan dirinya sendiri merupakan perwujudanindividualitas manusia. Manusia sebagai individu atau sebagai pribadimerupakan kenyataan yang paling riil dalam kesadaran manusia. Sebagaiindividu, manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki

1.8Pengantar Pendidikan perbedaan dengan manusia yang lainnya sehingga bersifat unik dan merupakansubjek yang otonom.Sebagai individu, manusia adalah kesatuan yang tak dapat dibagi antaraaspek badani dan rohaninya. Setiap manusia mempunyai perbedaan sehinggabersifat unik. Perbedaan ini baik berkenaan dengan postur tubuhnya,kemampuan berpikirnya, minat dan bakatnya, dunianya, serta cita-citanya.Pernahkah Anda menemukan anak kembar siam? Manusia kembar siamsekalipun, tak pernah memiliki kesamaan dalam keseluruhannya. Setiapmanusia mempunyai dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-masingsecara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiriatau bebas bercita-cita untuk menjadi seseorang tertentu, dan masing-masingmampu menyatakan "inilah aku" di tengah-tengah segala yang ada.Setiap manusia mampu menempati posisi, berhadapan, menghadapi,memasuki, memikirkan, bebas mengambil sikap, dan bebas mengambil tindakanatas tanggung jawabnya sendiri (otonom). Oleh karena itu, manusia adalahsubjek dan tidak boleh dipandang sebagai objek.Berkenaan dengan hal ini, Theo Huijbersmenyatakan bahwa "manusia mempunyaikesendirian yang ditunjukkan dengan katapribadi" (Soerjanto P. dan K. Bertens, 1983);adapun Iqbal menyatakannya dengan istilahindividualitas atau khudi (K.G. Syaiyidain,Kembar siam1954).4.Manusia sebagai Makhluk SosialDalam hidup bersama dengan sesamanya (bermasyarakat) setiap individumenempati kedudukan (status) tertentu. Di samping itu, setiap individumempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-masing, mereka juga mempunyaidunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Selain adanyakesadaran diri, terdapat pula kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidupdengan sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya.Sehubungan dengan ini, Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk sosialatau makhluk bermasyarakat (Ernst Cassirer, 1987).Terdapat hubungan pengaruh timbal balik antara individu denganmasyarakatnya. Ernst Cassirer menyatakan: manusia takkan menemukan diri,manusia takkan menyadari individualitasnya, kecuali melalui perantaraanpergaulan sosial. Adapun Theo Huijbers mengemukakan bahwa dunia hidupku

MKDK4001/MODUL 11.9dipengaruhi oleh orang lain sedemikian rupa sehingga demikian mendapat artisebenarnya dari aku bersama orang lain itu (Soerjanto P. dan K. Bertens, 1983).Sebaliknya, terdapat pula pengaruh dari individu terhadap masyarakatnya.Masyarakat terbentuk dari individu-individu, maju mundurnya suatu masyarakatakan ditentukan oleh individu-individu yang membangunnya.Oleh karena setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubunganpengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya maka idealnya situasihubungan antara individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubunganantara subjek dengan objek, melainkan subjek dengan subjek. Martin Burbermenyebut situasi hubungan yangterakhir itu sebagai hubungan I-Thou(Maurice S. Friedman, 1954).Berdasarkan hal itu dan karena terdapathubungan timbal-balik antara individudengan sesamanya dalam rangkamengukuhkan eksistensinya masingmasing maka hendaknya terdapatSekolah merupakan salah satubentuk interaksi sosialkeseimbangan antara individualitas dansosialitas pada setiap manusia.5.Manusia sebagai Makhluk BerbudayaManusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan,hidup berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bertautan dengan kehidupanmanusia sepenuhnya, kebudayaan menyangkut sesuatu yang nampak dalambidang eksistensi setiap manusia. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan,bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena bersama kebudayaannya(C. A. Van Peursen, 1957). Sejalan dengan ini, Ernst Cassirer menegaskanbahwa "manusia tidak menjadi manusia karena sebuah faktor di dalam dirinya,seperti misalnya naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya, yaitupekerjaannya, kebudayaannya. Demikianlah kebudayaan termasuk hakikatmanusia" (C.A. Van Peursen, 1988).Sebagaimana dinyatakan di atas, kebudayaan memiliki fungsi positif bagikemungkinan eksistensi manusia, namun demikian apabila manusia kurangbijaksana dalam mengembangkannya, kebudayaanpun dapat menimbulkankekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi manusia. Contoh: dalamperkembangan kebudayaan yang begitu cepat, sejak abad yang lalu kebudayaandisinyalir telah menimbulkan krisis antropologis. Martin Buber, antara lain

1.10Pengantar Pendidikan mengemukakan keterhukuman manusia oleh karyanya sendiri. Manusiamenciptakan mesin untuk melayani dirinya, tetapi akhirnya manusia menjadipelayan mesin. Demikian pula dalam bidang ekonomi, semula manusiaberproduksi untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi akhirnya manusia tenggelamdan dikuasai produksi (Ronald Gregor Smith, 1959).Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika padadiri manusia mengimplikasikan adanya perubahan dan pembaharuankebudayaan. Hal ini tentu saja didukung pula oleh pengaruh kebudayaanmasyarakat atau bangsa lain terhadap kebudayaan masyarakat yangbersangkutan. Selain itu, mengingat adanya dampak positif dan negatif darikebudayaan terhadap manusia, masyarakat kadang-kadang terombang-ambing diantara dua relasi kecenderungan. Di satu pihak ada yang mau melestarikanbentuk-bentuk lama (tradisi), sedangkan yang lain terdorong untuk menciptakanhal-hal baru (inovasi). Ada pergolakan yang tak kunjung reda antara tradisi daninovasi. Hal ini meliputi semua kehidupan budaya (Ernst Cassirer, 1987).6.Manusia sebagai Makhluk SusilaMenurut Immanuel Kant, manusia memiliki aspek kesusilaan karena padamanusia terdapat rasio praktis yang memberikan perintah mutlak (categoricalimperative). Contoh: jika kita meminjam barang milik orang lain maka adaperintah yang mewajibkan untuk mengembalikan barang pinjaman tersebut.(S.E. Frost Jr., 1957; P.A. Van Der Weij, 1988). Sehubungan hal itu, dapatlahdipahami jika Henderson (1959) menyatakan: "Man is creature who makesmoral distinctions. Only human beings question whether an act is morally rightor wrong".Sebagai makhluk yang otonom atau memiliki kebebasan, manusia selaludihadapkan pada suatu alternatif tindakan yang harus dipilihnya. Hal inisebagaimana dikemukakan Soren Aabye Kierkegaard: "Yes, I perceive perfectlythat there are two possibilities, one can do either this or that" (Fuad Hasan,1973). Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan dengan normanorma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus dipilihnya. Oleh karenamanusia mempunyai kebebasan memilih dan menentukan perbuatannya secaraotonom maka selalu ada penilaian moral atau tuntutan pertanggung-jawaban atasperbuatannya.

MKDK4001/MODUL 17.1.11Manusia sebagai Makhluk BeragamaAspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensimanusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akankebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal initerdapat pada manusia manapun baik dalam rentang waktu (dulu-sekarang-akandatang) maupun dalam rentang geografis tempat manusia berada. Keberagamaanmenyiratkan adanya pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatuagama. Adapun yang dimaksud dengan agama ialah "satu sistem credo (tatakeimanan atau keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; satusistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu;dan satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia denganmanusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan dengan tata keimanan dantata peribadatan termaksud di atas (Endang Saifuddin Anshari, 1982).Seperti telah kita maklumi dari uraian terdahulu, manusia memiliki potensiuntuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Di lain pihak, Tuhanpun telah menurunkan wahyu melalui utusan-utusanNya, dan telah menggelartanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan oleh manusia agar manusiaberiman dan bertakwa kepadaNya. Manusia hidup beragama karena agamamenyangkut masalah-masalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaankeberagamaan akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masingmasing individu. Hal ini baik berkenaan dengan sistem keyakinannya, sistemperibadatan maupun pelaksanaan tata kaidah yang mengatur hubungan manusiadengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusiadengan alam.Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya menjadibermakna. Tata cara hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, jelas pula apayang menjadi tujuan hidupnya sebagai berikut.a. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dansupranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat yang mulia.b. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yang luar biasa dantidak dapat dijelaskan: kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telahmasuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yang bebaskepadanya dunia alam world of nature, sejarah, dan masyarakat sepenuhnyabergantung serta terus menerus.c. Manusia adalah makhluk yang sadar. Ini adalah kualitasnya yang palingmenonjol. Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yangmenakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia

1.12d.e.f.g.h.Pengantar Pendidikan yang tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masingmasing realita dan peristiwa.Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satusatunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannyasendiri, ia mampu mempelajari, menganalisis, mengetahui, dan menilaidirinya.Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya inimemisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya disamping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaibsemu quasi-miracolous yang memberinya kemampuan untuk melewatiparameter alami dari eksistensi dirinya.Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yang ideal. Dengan ini berarti iatidak pernah puas dengan apa yang ada, tetapi berjuang untukmengubahnya menjadi apa yang seharusnya. Idealisme adalah faktor utamadalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikankesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yang ada.Kekuatan inilah yang selalu memaksa manusia untuk merenung,menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat, dan mencipta dalamalam jasmaniah dan rohaniah.Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan pentingmengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yang ada antara manusia dan setiapgejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yang lebih tinggidaripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan sucikarena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa relauntuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensiuniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejalayang bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalamalam yang independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyaiandil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatanini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yang tidak akanpunya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.

MKDK4001/MODUL 11.13Manusia sebagai makhluk beragamaLA TIHA NUntuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,kerjakanlah latihan berikut!Setelah selesai mempelajari uraian materi dalam kegiatan belajar ini, cobaAnda rumuskan tentang (1) definisi hakikat manusia, dan (2) delapan aspekhakikat manusia.Petunjuk Jawaban latihanUntuk menjawab soal latihan di atas perlu mengingat kembali objek formalantropologi filsafat dan berbagai hal yang sifatnya prinsipil atau esensialmembedakan manusia dari yang lainnya.RA NG K UMA NHakikat manusia merupakan objek studi salah satu cabang metafisika,yaitu antropologi (filsafat antropologi). Hakikat manusia adalahseperangkat gagasan atau konsep yang mendasar tentang manusia danmakna eksistensi manusia di dunia. Berkenaan dengan "prinsip adanya"(principe de 'ere) manusia.Aspek-aspek hakikat manusia, meliputi asal-usulnya, strukturmetafisiknya, karakteristik, dan makna eksistensinya di dunia. Manusiaadalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa, atas dasar keimanan hal ini jelas

1.14Pengantar Pendidikan kita akui dan kita pahami; dalam filsafat hal ini didukung oleh argumenkosmologi, sedangkan secara faktual terbukti dengan adanya fenomenakemakhlukan yang dialami manusia.Manusia adalah kesatuan badani-rohani, hidup dalam ruang dan waktu,sadar akan diri dan lingkungannya, mempunyai berbagai kebutuhan,insting, nafsu, dan tujuan hidup. Manusia memiliki berbagai potensi, yaitupotensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang MahaEsa, berbuat baik, cipta, rasa, karsa, dan karya.Dalam eksistensinya, manusia memiliki berbagai aspek kehidupanindividualitas, sosialitas, kultural, moralitas, dan religius. Semua itu,mengimplikasikan interaksi atau komunikasi, historisitas, dan dinamika.Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki tenaga dalam yangdapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkahlaku intelektual dan sosial. Manusia yang mampu mengarahkan dirinya ketujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampumenentukan nasibnya. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembangdan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untukmewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunialebih baik untuk ditempati. Suatu keberadaan yang berpotensi yangperwujudannya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang takterbatas. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandungkemungkinan baik dan jahat. Individu yang sangat dipengaruhi olehlingkungan terutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak dapat berkembangsesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungansosial.TE S F O RMA TIF 1Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!1) Di bawah ini yang bukan merupakan asas antropologis yang mendasarikesimpulan bahwa manusia mungkin didik atau dapat didik adalah asas . A. dinamikaB. potensialitasC. individualitasD. sosialitas

MKDK4001/MODUL 11.152) Pendidikan bersifat normatif artinya adalah . A. pendidikan dilaksanakan sepanjang hayat (long life education)B. pendidikan dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasiC. pendidikan dilaksanakan berdasarkan keinginan pemerintah danmasyarakatD. pendidikan dilaksanakan hanya untuk membantu masyarakat miskin3) Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untukmenjadi manusia, tetapi ia tidak sendirinya menjadi manusia. Adapun untukmenjadi manusia ia memerlukan pendidikan atau harus didik. “Man canbecome man through education only.” Teori pendidikan di atas merupakanpernyataan dari . A. M.J. LangeveldB. Immanuel KantC. HendersonD. Gehlen4) Dalam istilah Martin Heidegger, benda-benda disebut sebagai yang berada(Seinde) dan bahwa benda-benda itu hanya “vorhanden”, artinya adalah . A. hanya terletak begitu saja di depan orang dan adanya hubungan

MKDK4001/MODUL 1 1.5 alam itu sendiri sebagai hasil evolusi. Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwa adanya alam semesta adalah sebagai hasil ciptaan suatu Creative Cause atau Personality yang kita sebut sebagai Tuhan YME (J. Donal Butler, 1968). Menurut Evolusionisme beradanya manusia di alam semesta adalah sebagai hasil evolusi.

Related Documents:

8) S-1 Pend. Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah 9) S-1 Bahasa dan Sastra Indonesia 10) S-1 Ilmu Perpustakaan 11) S-1 Pendidikan Bahasa Inggris 12) S-1 Bahasa dan Sastra Inggris 13) S-1 Pendidikan Bahasa Arab 14) S-1 Pendidikan Bahasa Jerman 15) S-1 Pendidikan Bahasa Mandarin 16) S-1 Pendidikan Seni Rupa 17) S-1 Pendidikan Seni Tari dan Musik

pustakawan. Berbagai upaya sudah dilakukan pustakawan dalam mengikat hati para siswa untuk berkunjung ke perpustakaan. Menurut kepala perpustakaan SMP Negeri 2 Pallangga mengatakan bahwa perpustakaan ini berjalan apa adanya, karena pustakawan yang ada di perpustakaan kurang, sehingga buku-buku di perpustakaan

Mobil Perpustakaan Keliling, Motor Perpustakaan Keliling dan Pojok Baca Digital (POCADI) serta pemberdayaan masyarakat melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial di pedesaan dan bantuan perpustakaan daerah terpencil, terluar serta perbatasan. Perpu

Buku Dr. Rahmat Hidayat, MA dan Dr. Abdillah, S.Ag, M.Pd ini diberi judul Ilmu Pendidikan. Pokok kandungan yang diuraikan dalam buku adalah ingin menjawab pertanyaan bagaiman sebetulnya hakikat ilmu pendidikan. Buku ini diawali dengan mengemukakan apa itu Hakikat Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan, konsep dasar

Hakikat Kurikulum dan Pembelajaran Drs. Asep Herry Hernawan, M. Pd. Dra. Dewi Andriyani, M. Pd. P endidikan yang terjadi dalam lingkungan sekolah sering disebut pendidikan formal, sebab sudah memiliki rancangan pendidikan berupa kurikulum

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul HAKIKAT MANUSIA DAN LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF EKOLOGI ISLAM, disusun oleh EVA ANGGRAENI DIAH, NPM: 1431010057, Prodi: Aqidah dan Filsafat Islam, Fakultas: Ushuluddin dan Studi Agama, telah diujikan dalam sidang Munaqosyah pada hari Kamis, 23 Aguatus 2018. TIM PENGUJI MUNAQOSYAH

MENGKLASIFIKASI DAN MENENTUKAN TAJUK SUBJEK BAHAN PERPUSTAKAAN Oleh Widodo1 A. Pendahuluan Bahan perpustakaan yang telah diterima dan diyakini dapat dimanfaatkan oleh perpustakaan harus segera diolah utuk selanjutnya disajikan (diatur/di-shelving) di rak secara sistematis dengan tujuan untuk memberikan kemudahan dan kecepatan dalam menemukan .

memahami hakikat filsafat, terutama tentang definisi filsafat, filsafat itu berfikir, filsafat itu mencari, objek kajian dan cabang –cabang filsafat. Buku ini juga mengantarkan pembaca mengenai pendidikan sebagai ilmu dan tujuan pendidikan serta hakikat filsafat pendidikan. Pada akhirny