Skripsi Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

1y ago
14 Views
2 Downloads
940.58 KB
41 Pages
Last View : 8d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Oscar Steel
Transcription

SKRIPSIFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIANSTUNTING DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS BUSALANGGA KABUPATEN ROTE NDAOSkripsi ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkangelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)OLEH:MARIA ERNI WATI GELU OLAR011181728PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR2020i

ii

iii

iv

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karenahanya atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsiyang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stunting DanGizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Busalangga Kabupaten RoteNdao.”Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai satu syarat untukmenyelesaikan pendidikan pada program pendidikan Strata-1 di Program Studi IlmuKeperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin Makassar. Dalam prosespenulisan, penulis banyak menemukan tantangan dan rintangan namun bisa dilewatiberkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu melalui kesempatanini perkenankanlah saya untuk menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnyakepada yang terhormat:1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., selaku Rektor Univesitas Hasanuddin2. Dr.Aryanti Saleh, S.Kp., M.Si, selaku Dekan Fakultas Keperawatan UniversitasHasanuddin3. Dr.Yuliana Syam, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi IlmuKeperawatan Universitas Hasanuddin4.Syahrul Said, S.Kep., Ns., M.Kes., Ph.D selaku pembimbing 1 serta Andi FajrinPermana, S.Kep.,Ns.,MSc dan Nurfadillah, S.Kep.,Ns.,MN selaku pembimbing 2yang selalu sabar dalam memberikan masukan, arahan serta motivasi selamapenulisan skripsi ini.v

5. aulid,S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku penguji 2 yang telah memberi masukan dan saran-sarandemi penyempurnaan skripsi ini.6. Dr. Rosyidah Arafat, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB, selaku DosenPembimbing Akademik yang selalu memberikan masukan, saran, dan dukunganselama proses penulisan skripsi ini.7. Seluruh Dosen, Staf Akademik dan Staf Perpustakaan Program Studi IlmuKeperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin yang banyakmembantu selama proses perkuliahan.8. Kepala Puskesmas Busalangga bersama staf, petugas di setiap Posyandu, sertakader di tiap desa yang telah membantu dan mendampingi peneliti selama prosespengambilan data9. Kedua orangtua yang tak henti-henti memberikan dukungan, doa serta motivasibagi penulis10. Ibu Ery dan keluarga yang telah bersedia memandu dan mengantarkan peneliti kedesa-desa11. Teman-teman kelas kerjasama angkatan 2018 yang telah berjuang bersama dansaling mendukung dari awal hingga sampai pada titik ini12. Teman-teman KKN PK Angkatan 58 Unhas di Lembang Kole BarebaruKabupaten Tana Toraja yang senantiasa memberikan support13. Rekan-rekan di Rumah Sakit Umum Ba’a khususnya kru mes warna-warni yangselalu mendukung dan memotivasi penelitivi

Akhir kata penulis menyadari “tak ada gading yang tak retak”. Karena itu,penulis memohon maaf yang sedalam-dalamnya jika ada salah dan kurang dalampenulisan skripsi ini dan dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikdan saran yang membangun dari pembaca agar ke depannya peneliti dapat berkaryalebih baik lagi.Makassar, September 2020Maria Erni Wati Gelu Olavii

ABSTRAKMaria Erni Wati Gelu Ola. R011181728. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGANDENGAN KEJADIAN STUNTING DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAHKERJA PUSKESMAS BUSALANGGA KABUPATEN ROTE NDAO, dibimbing oleh SyahrulSaid dan Andi Fajrin Permana.Latar belakang: Stunting dan gizi kurang merupakan masalah gizi yang terjadi pada balita yangdisebabkan oleh banyak faktor.Tujuan: Mengetahui faktor penyebab stunting dan gizi kurang pada balita di wilayah kerja PuskesmasBusalangga.Metode: Desain penelitian: cross-sectional, jumlah sampel: 293 balita, teknik sampling: stratifiedrandom sampling, Continuity Correction dan Pearson Chi-Square untuk mengetahui hubungan antarvariabel.Hasil: Faktor berhubungan dengan stunting dan gizi kurang: usia ibu saat kehamilan pertama(p 0,000), berat badan lahir balita (p 0,000), ASI eksklusif (p 0,000), usia pemberian MPASI(p 0,000), jenis MPASI (p 0,000), tekstur MPASI (0,000), riwayat penyakit infeksi balita (p 0,000)dan perilaku ibu (p 0,000). Faktor hanya berhubungan dengan gizi kurang: pendidikan terakhir ibu(p 0,003), gangguan kesehatan saat hamil (p 0,003), riwayat inisiasi menyusui dini (p 0,001),kolostrum (p 0,024).Kesimpulan dan Saran: Faktor berhubungan dengan kejadian stunting dan gizi kurang: usia ibu saatkehamilan pertama, berat badan lahir balita, jenis makanan atau minuman pengganti ASI saat awalmenyusui, ASI eksklusif, jenis MPASI, tekstur MPASI, riwayat penyakit infeksi balita dan perilakuibu mencuci tangan. Faktor berhubungan dengan gizi kurang: pendidikan terakhir ibu, gangguankesehatan saat hamil, riwayat inisiasi menyusui dini, kolostrum, dan riwayat pemberian makanan atauminuman pengganti ASI di awal menyusui. Untuk perawat puskesmas: tingkatkan programpencegahan stunting dengan kejasama lintas sektoral.Kata kunci : stunting, gizi kurang, balitaKepustakaan: 83 Kepustakaanviii

ABSTRACTMaria Erni Wati Gelu Ola. R011181728. FACTORS RELATED TO STUNTING ANDUNDERWEIGHT AMONG CHILDREN UNDER FIVE IN WORKING AREA OF PUBLICHEALTH CENTER OF BUSALANGGA, ROTE NDAO REGENCY. Supervised by Syahrul Saidand Andi Fajrin Permana.Background: Stunting and underweight were nutrition problem in children under five which is causedby multiple factors.Objective: This study aimed to know factors related to stunting and underweight among childrenunder five in working area of public health center of Busalangga.Method: This cross-sectional study involved 293 chidren under-five, sampled technique withstratified random sampling. Continuity Correction and Pearson Chi-Square were used to analyse therelationship between variables.Result: Factors related to stunting and underweight: age of mother when first pregnancy (p:0,000),birth weight (p:0,000), exclusive breastfeeding (p:0,000), aged to introduce complementary feeding(p:0,000), type and textures of first complementary feeding (p:0,000), toddlers with history ofinfectious diseases (p:0,000), and mother’s behaviour {hand washing} (p:0,000). Factors just related tounderweight: maternal education (p:0,003), health problems during pregnancy (p:0,003), earlyinitiation of breastfeeding (p:0,001), colostrum (p:0,024)Conclusion and suggestions: Factors related to stunting and underweight: age of mother when firstpregnancy, birth weight, exclusive breastfeeding, aged to introduce complementary feeding, type andtextures of first complementary feeding, toddlers with history of infectious diseases, and mother’sbehaviour (hand washing). Factors just related to underweight: maternal education, health problemsduring pregnancy, early initiation of breastfeeding and colostrum. Therefore, health workers in thefuture need to be concerned to improve the program about prevention stunting and underweight.Keywords: stunting, underweight, toddler, under fiveLiterature sources: 83 literatureix

DAFTAR ISIHALAMAN PERSETUJUAN .iiHALAMAN PENGESAHAN iiiPERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .ivKATA PENGANTAR . ivABSTRAK .viiiDAFTAR ISI . ixDAFTAR BAGAN . xiiDAFTAR TABEL . xiiiDAFTAR LAMPIRAN .xivBAB I . 1PENDAHULUAN . 1A.Latar Belakang Masalah. 1B.Rumusan Masalah . 6C.Tujuan Penelitian . 61. Tujuan Umum . 62. Tujuan Khusus . 7D.Manfaat Penelitian . 81. Bagi Pendidikan Keperawatan . 82. Bagi Pelayanan Keperawatan . 83. Bagi Peneliti . 8BAB II . 9TINJAUAN PUSTAKA . 9A.Epidemiologi Stunting dan Gizi Kurang di Indonesia . 9B.Tinjauan Umum Tentang Stunting dan Gizi Kurang . 111. Definisi Stunting dan Gizi Kurang . 112. Faktor Penyebab Stunting dan Gizi Kurang . 123. Dampak Stunting Dan Gizi Kurang Pada Balita . 21C.Penilaian Status Gizi . 241. Definisi . 24x

2. Indeks Standar Antropometri Anak . 253. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak . 26BAB III . 28KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS . 28A.Kerangka Konsep . 28B.Hipotesis . 29BAB IV . 31METODE PENELITIAN . 31A.Rancangan Penelitian . 31B.Tempat dan Waktu Penelitian . 311. Tempat Penelitian . 312. Waktu Penelitian. 31C.Populasi dan Sampel . 321. Populasi . 322. Sampel. 32D. Alur Penelitian. 36E. Variabel Penelitian . 371. Identifikasi Variabel . 372. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif . 38F. Instrumen Penelitian . 45G.Pengumpulan Data . 461. Pengolahan Data . 472. Analisa Data . 48H.Masalah Etik . 51BAB V. 53HASIL DAN PEMBAHASAN. 53A.Hasil Penelitian . 53B.Pembahasan . 69C.Implikasi Keperawatan . 86D.Keterbatasan Penelitian . 87BAB VI . 88KESIMPULAN DAN SARAN. 88A.Kesimpulan. 88B.Saran . 90DAFTAR PUSTAKA . 92xi

DAFTAR BAGANBagan 3 1 Kerangka Konsep . 28Bagan 4.1 Alur Penelitian . 36xii

DAFTAR TABELTabel 2.1 Prinsip Pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI). 17Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks. 26Tabel 4.1 Jumlah Sampel Per Desa .34Tabel 4.2 Uji Pada Analisis Bivariat .51Tabel 5.1 Hubungan Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Balita berdasarkan TB/Udan BB/U1 di Wilayah Kerja Puskesmas Busalangga (n 293) .58Tabel 5.2 Hubungan Karakteristik Balita dengan Status Gizi Balita berdasarkanTB/U dan BB/U1 di Wilayah Kerja Puskesmas Busalangga (n 293) 60Tabel 5.3 Hubungan Faktor Maternal dengan Status Gizi Balita Berdasarkan TB/Udan BB/U1 di Wilayah Kerja Puskesmas Busalangga (n 293) .62Tabel 5.4 Hubungan Faktor Anak dengan Status Gizi Balita Berdasarkan TB/U danBB/U1 di Wilayah Kerja Puskesmas Busalangga (n 293) 64Tabel 5.5 Hubungan Faktor Pemberian ASI dengan Status Gizi Balita BerdasarkanTB/U dan BB/U1 di Wilayah Kerja Puskesmas Busalangga (n 293) .66Tabel 5.6 Hubungan Faktor Pemberian MPASI dengan Status Gizi BalitaBerdasarkan TB/U dan BB/U1di Wilayah Kerja Puskesmas Busalangga(n 293) 69Tabel 5.7 Hubungan Faktor Riwayat Infeksi pada Anak dengan Status Gizi BalitaBerdasarkan TB/U dan BB/U1di Wilayah Kerja Puskesmas Busalangga(n 293) 71Tabel 5.8 Hubungan Faktor Perilaku Ibu dengan Status Gizi Balita Berdasarkan TB/Udan BB/U1 di Wilayah Kerja Puskesmas Busalangga (n 293) .72xiii

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1 Lembar Penjelasan Penelitian Untuk Responden . 102Lampiran 2 Lembar Persetujuan (Informed Consent) . 104Lampiran 3 Kuesioner . 105Lampiran 4 Tabel Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak .111Lampiran 5 Master Tabel . 127Lampiran 6 Hasil Analisa Data .175Lampiran 7 Surat .238xiv

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahStunting atau yang sering disebut kerdil atau pendek merupakan suatukeadaan terhambatnya petumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangangizi kronis, infeksi berulang, serta kurangnya stimulasi psikososial yang terjadisejak 1000 hari pertama kehidupan. Balita stunting (pendek) adalah balita denganpanjang badan (PB/U) berada di bawah -2SD berdasarkan WHO Child GrowthStandard Median. Sedangkan seorang anak dikategorikan dalam gizi kurang(underweight) apabila berat badannya (BB/U) berada di bawah minus duastandar deviasi berat badan anak seumurnya (World Health Organization, 2018).Stunting dan gizi kurang (underweight) pada balita saat ini telah menjadipermasalahan global khususnya di negara-negara miskin dan berkembang karenadampak yang ditimbulkan yaitu apabila anak mengalami stunting, kondisitersebut bukan hanya menghambat pertumbuhan fisik dan membuat anak rentanterhadap penyaki tetapi juga menghambat perkembangan kognitif yangmempengaruhi tingkat kecerdasan serta menurunkan produktivitas anak di masadepan yang berimbas pada perekonomian suatu negara (Tim Nasional PercepatanPenaggulangan Kemiskinan, 2018).United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyebutkan bahwa padatahun 2018, hampir 1 dari 3 balita di dunia menderita stunting dan 1 dari 101

balita mengalami gizi kurang (underweight) (United Nations Children’s Fund,2019). Data WHO juga menunjukan bahwa prevalensi stunting secara globalpada tahun 2018 berada pada 21,9% (World Health Organization, 2019). Karenaitu, World Health Organization (WHO) telah mencanangkan Global NutritionTarget 2025 dengan target antara lain menurunkan jumlah balita pendek(stunting) menjadi kurang 40% serta kasus balita kurus (wasting) menjadi kurangdari 5% (World Health Organization, 2017). Selain itu Sustainable DevelopmentGoals (SDGs) pada poin kedua bertujuan untuk mengakhiri kelaparan sertasegala bentuk malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan(United Nations, 2015).Di Indonesia kejadian balita pendek (stunting) saat ini juga menjadiperhatian pemerintah sehingga merupakan salah satu dari lima isu strategis yangmenjadi prioritas pembangunan kesehatan nasional 2020-2024 (KementerianKesehatan Republik Indonesia Pokja Renstra, 2020). WHO dalam World HealthStatistics data visualizations dashboard tahun 2019 menunjukan bahwaIndonesia mengalami penurunan prevalensi stunting di antara negara Asialainnya yaitu jika pada tahun 2017 Indonesia menempati urutan ke 3 denganprevalensi 36,4%, pada tahun 2018 Indonesia berada di posisi ke 6 denganprevalensi 36%. Sedangkan secara global, Indonesia menempati urutan ke 34(36%) dari rata-rata prevalensi dunia yaitu 21,9% (World Health Organization,2019).2

Berdasarkan hasil utama Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018prevalensi balita pendek (stunting) di Indonesia juga mengalami penurunan daritahun 2013 yaitu dari angka 37,2% menjadi 30,8% diikuti gizi kurang(underweight) dari 19,6% menjadi 17,7% dan prevalensi balita kurus (wasting)juga mengalami penurunan dari 12,1% menjadi 10,2% (Kementerian KesehatanRepublik Indonesia, 2018) (Badan Penelitian dan Pengembangan KesehatanKemenkes Republik Indonesia, 2013). Pada tahun 2019 yang lalu, berdasarkanhasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) dan menyebutkan bahwa tahun2019 terjadi penurunan sekitar 3,1% prevalensi stunting yaitu sudah mencapai27,67% (Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).Namun pencapaian ini belum memenuhi standar WHO yang mana suatu wilayahdikatakan kategori baik bila prevalensi stunting kurang dari 20%, gizi kurang(underweight) 10% dan balita kurus kurang dari 5% (World HealthOrganization, 2010).Data utama Riskesdas 2018 juga menunjukan bahwa provinsi denganprevalensi balita stunting dan gizi kurang (underweight) tertinggi di Indonesiaadalah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan angka prevalensi stuntingmencapai 42,6% dan gizi kurang (underweight) 29,5% (Kementerian KesehatanRepublik Indonesia, 2018). Dan dari 21 kabupaten di provinsi NTT, terdapat 13kabupaten yang masuk dalam 100 kabupaten prioritas untuk penanganan stunting(Tim Nasional Percepatan Penaggulangan Kemiskinan, 2017).3

Salah satu kabupaten prioritas penanganan stunting tersebut ialahkabupaten Rote Ndao. Profil Kesehatan Kabupaten Rote Ndao pada tahun 2019menyebutkan jumlah balita di kabupaten Rote Ndao sebanyak 9111 balita denganprevalensi kejadian stunting pada balita yaitu sebesar 30,13% (2745 balita) dankecamatan dengan prevalensi tertinggi yaitu kecamatan Rote Barat Laut yaitusebesar 43,13% (722 balita) (Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao, 2020).Salah satu puskesmas yang terletak di kecamatan ini ialah ncegahandanpenanggulangan stunting dan gizi kurang, banyak program yang telah dijalankanoleh Puskesmas Busalangga antara lain yaituprogram yang tertuang dalamPeraturan Bupati (Perbup) Nomor 9 Tahun 2019 tentang Percepatan Pencegahandan Penanggulangan Stunting Terintegrasi (Bupati Kabupaten Rote Ndao, 2019).Namun data menunjukan bahwa walaupun pelaksanaan program telah berjalannamun prevalensi stunting di Puskesmas Busalangga ini masih merupakanprevalensi tertinggi dari puskesmas lain di Kabupaten Rote Ndao yaitu sebanyak1065 balita dan 465 orang (42,82%) di antaranya mengalami stuntingatauhampir dari setengah populasi balita mengalami stunting (Dinas KesehatanKabupaten Rote Ndao, 2020).Melihat fenomena ini, perlu diketahui faktor-faktor penyebab terjadinyastunting dan gizi kurang (underweight) di wilayah kerja Puskesmas Busalanggaagar dapat diterapkan intervensi yang tepat dalam penanganan masalah ini.4

Beberapa tinjauan terhadap faktor-faktor penyebab stunting di Indonesiadengan menggunakan Kerangka Konsep Determinan Stunting berdasarkan WHO(World Health Organization, 2013a) menyebutkan bahwa pada faktor rumahtangga dan keluarga (faktor maternal) terdapat hubungan yang kuat antara ibuyang berusia muda dan stunting pada anak selain itu kelahiran prematur sangatberhubungan dengan kejadian stunting pada balita.Faktor pemberian ASI dan MPASI yang tidak adekuat serta adanyapenyakit infeksi juga ditemukan pada kajian ini yaitu kajian pada dua analisismenunjukan bahwa balita yang disapih sebelum berusia 6 bulan mempunyaipeluang tinggi untuk menjadi stunting, selain itu keluarga yang tidakmenyediakan makanan sesuai umur termasuk makanan yang tidak beragamdengan frekuensi yang tidak sesuai dikatakan berhubungan dengan peningkatankejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan. Untuk penyakit infeksi satu studimenemukan hubungan yang cukup kuat antara kejadian diare dalam 7 tahunterakhir dengan kejadian stunting pada anak usia 6-59 bulan terutama dipedesaan. (Beal, Tumilowicsz, Sutrisna, Izwardy, & Neufeld, 2018).Oleh karena itu, berdasarkan data prevalensi dan fenomena yang terjadi diwilayah kerja Puskesmas Busalangga, penulis tertarik untuk melakukanpenelitian untuk mengetahui “Faktor-Faktor yang berhubungan dengan KejadianStunting dan Gizi Kurang Pada Balita di Wilyah Kerja Puskesmas BusalanggaKabupaten Rote Ndao”.5

B. Rumusan MasalahBerdasarkan hasil utama Riskesdas tahun 2018, wilayah di Indonesia yangmemiliki prevalensi tertinggi stunting dan gizi kurang (underweight) adalahProvinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) (Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia, 2018) dengan salah satu kabupaten yang memiliki angka kejadianstunting dan gizi kurang yaitu Kabupaten Rote Ndao. Kerangka KonsepDeterminan Stunting Berdasarkan WHO menunjukan banyak faktor yangmenyebabkan kejadian situasi stunting dan gizi kurang pada balita pada suatuwilayah. Namun di kabupaten Rote Ndao khususnya di wilayah kerja PuskesmasBusalangga yang mempunyai jumlah balita stunting cukup tinggi yaitu sebanyak42,82% atau 465 balita, belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktoryang menyebabkan kejadian stunting dan gizi kurang di daerah tersebut.Berdasarkan uraian masalah di atas, maka pertanyaan untuk penelitian ini adalah: “Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting dan gizikurang pada balita di wilayah kerja Puskesmas Busalangga Kabupaten RoteNdao?”C. Tujuan Penelitian1. Tujuan UmumMengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting dangizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Busalangga Kabupaten Rote Ndao.6

2. Tujuan Khususa. Mengetahui hubungan antara faktor maternal (pendidikan ibu, usia ibusaat kehamilan pertama, riwayat pemeriksaan saat masa kehamilan(ANC), riwayat konsumsi tablet penambah darah, gangguan kesehatansaat masa kehamilan) dengan kejadian stunting dan gizi kurang diwilayah kerja Puskesmas Busalangga.b. Mengetahui hubungan antara faktor anak (berat badan lahir, pemberiankapsul vitamin A, riwayat pemberian imunisasi) dengan stunting dangizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Busalangga.c. Mengetahui hubungan antara pemberian ASI (waktu Inisiasi MenyusuiDini {IMD}, pemberian kolostrum, makanan atau minuman penggantiASI saat awal menyusui, riwayat ASI eksklusif, riwayat pemberianminuman selain ASI saat anak berusia 0-6 bulan, serta waktupenyapihan) dengan kejadian stunting dan gizi kurang di wilayah kerjaPuskesmas Busalangga.d. Mengetahui hubungan antara Makanan Pendamping ASI atau MPASI(usia awal pemberian, jenis MPASI yang pertama kali diberikan dantekstur MPASI pertama kali diberikan sesuai usia) dengan kejadianstunting dan gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Busalangga.e. Mengetahui hubungan antara riwayat infeksi pada anak dengan kejadianstunting dan gizi kurang di wilayah kerja Puskesmas Busalangga.7

f. Mengetahui hubungan antara faktor perilaku ibu (kebiasaan ibu mencucitangan dengan sabun) dengan kejadian stunting dan gizi kurang diwilayah kerja Puskesmas Busalangga.D. Manfaat Penelitian1. Bagi Pendidikan KeperawatanDiharapkan agar hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagaisumber informasi dan pembelajaran serta memperkaya pengetahuanmahasiswa keperawatan terkait faktor-faktor yang berhubungan dengankejadian stunting dan gizi kurang pada balita.2. Bagi Pelayanan KeperawatanAgar hasil penelitian ini dapat menjadi data acuanbagi pihakpuskesmas, khususnya Puskesmas Busalangga dalam merencanakanprogram pencegahan dan penanggulangan kejadian balita stunting dan gizikurang secara tepat.3. Bagi PenelitiDiharapkan agar hasil penelitian ini dapat menjadi sumber referensibagi peneliti lain yang ingin melakukan riset lanjutan terkait faktor-faktoryang berhubungan dengan kejadian stunting dan gizi kurang pada balita.8

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Epidemiologi Stunting dan Gizi Kurang di IndonesiaBerdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007,2013, dan 2018 terjadi tren dalam masalah gizi balita, dengan kategori jenismalnutrisi yang terbanyak di alami balita Indonesia adalah masalah stunting(balita pendek). Pada tahun 2007 angka kejadian stunting mencapai 39,8%,kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013 yaitu 37,2% dan pada tahun2018 menjadi 30,6%. Sedangkan prevalensi nasional gizi kurang (underweight)pada tahun 2007 adalah 18,4% kemudian mengalami peningkatan pada tahun2013 yang mana naik mencapai 19,6%, namun kembali mengalami penurunanprevalensi di tahun 2018 yaitu 17,7% (Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia, 2007), (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan KemenkesRepublik Indonesia, 2013) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).Pada tahun 2019 Menteri Kesehatan Nila Moeloek melakukan soft launchingberdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) dan menyebutkanbahwa tahun 2019 terjadi penurunan prevalensi stunting yaitu mencapai 27,67%(Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019).Sedangkan berdasarkan prevalensi di setiap provinsi, pada tahun 2007terdapat 17 provinsi dengan prevalensi balita pendek (stunting) dan sangatpendek (severe stunting) di atas prevalensi nasional yaitu DI Aceh, Sumatra9

Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, NTB, NTT, Kalimantan Barat,Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara,Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Barat. Selain ituterdapat 5 besar provinsi yang mempunyai prevalensi gizi kurang (underweight)dan gizi buruk di atas rata-rata nasional yaitu Nanggroe Aceh Darussalam,Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi. Namun secara signifikan, padatahun 2013 provinsi Nusa Tenggra Timur muncul sebagai provinsi dengankejadian stunting tertinggi yaitu sebesar 51,7% dan prevalensi tertinggi gizikurang yang mencapai angka 33%. Hingga tahun 2018 provinsi Nusa TenggaraTimur masih tetap menempati urutan pertama prevalensi stunting yaitu sebesar42,6% dan untuk prevalensi gizi kurang sebesar 29,5%.Di kabupatean Rote Ndao sendiri yang mana merupakan sebuah pulaupaling selatan Indonesia, prevalensi stunting meskipun mengalami penurunandari tahun ke tahun namun presentase kejadian masih tinggi jika dibandingkandengan prevalensi nasional. Pada tahun 2013 angka stunting mencapai 55,3%,dan pada tahun 2017 mengalami penurunan sebanyak 46,7%, kemudian padatahun 2018 menjadi 44% dan gizi kurang (underweight) sebanyak 5,83%sedangkan data terbarutahun 2019 berdasarkan Elektronik-Pencatatan danPelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) prevalensi stunting sudahmencapai angka 30,13% (Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao, 2020). Selainitu, kecamatan dengan prevalensi tertinggi yaitu kecamatan Rote Barat Laut yaitusebesar 43,13% (722 balita). Puskesmas Busalangga terletak di kecamatan Rote10

Barat Laut yang mana kecamatan dengan prevalensi tertinggi stunting tersebutdan berdasarkan data dari Puskesmas Busalangga yang di ambil pada bulanFebruari 2020, jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas Busalangga tahun 2019sebanyak 1065 balita dan sebanyak 465 balita (42,82%) mengalami stunting.B. Tinjauan Umum

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUSALANGGA KABUPATEN ROTE NDAO, dibimbing oleh Syahrul Said dan Andi Fajrin Permana. Latar belakang: Stunting dan gizi kurang merupakan masalah gizi yang terjadi pada balita yang disebabkan oleh banyak faktor.

Related Documents:

lintas diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu faktor pengendara, faktor kendaraan, faktor lingkungan dan faktor jalanan yaitu sarana dan prasarana.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan Perilaku Safety Riding Remaja di SMAN 7 Kota Bengkulu.

penurunan pada tahun 2019. Hal yang mendasari ibu hamil dalam melakukan kunjungan ANC dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care (ANC) pada ibu hamil selama masa pandemi COVID-19 di Kota Makassar.

SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI SELAMA MASA PANDEMI COVID-19 DI KLINIK UTAMA VIDYAN MEDIKA . Terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar lengkap pada bayi selama masa pandemi COVID-19 yaitu umur ibu, pendidikan ibu, status pekerjaan ibu, .

SKRIPSI . Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) . dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pengetahuan merupakan faktor yang dominan dalam membentuk suatu . penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan WUS dalam memilih jenis kontrasepsi di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK JAMBI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI Skripsi Oleh : Marsis Mayanti 1903021419 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL INSYRIAH . Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanan IMD seperti faktor

Skripsi ini yang berjudul "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada Ibu Hamil TM II di Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu Tahun 2018" dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh

Skripsi yang berjudul "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Kanker Payudara di RSUD Kota Yogyakarta Tahun 2016" adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Tia Arsittasari NIM : P07124213036 Tanggal : 05 Juli 2017 Yang menyatakan, ( Tia Arsittasari )

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA KONSTRUKSI PROYEK PEMBANGUNAN 6 RUAS TOL DALAM KOTA JAKARTA SEKSI 1A SKRIPSI ZEFANYA GERALDINE RUTHIN 1710713108 UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA . Low Back Pain (LBP) dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor individu, lingkungan, dan juga .