BAB III Pengalaman Etis Wartawan Media Cetak Di Tengah Perkembangan .

1y ago
3 Views
2 Downloads
646.53 KB
75 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Pierre Damon
Transcription

BAB IIIPengalaman Etis Wartawan Media Cetak di Tengah PerkembanganTeknologiBagian ini memaparkan data hasil temuan penelitian. Data didapatkan dari hasilwawancara mendalam mengenai pengalaman masing-masing narasumber dalammenjalankan tugas jurnalisme di tengah perkembangan teknologi. Datadifokuskan pada hasil wawancara untuk mengungkap fenomena dari sudutpandang narasumber melalui jawaban yang diberikan secara sadar. Datadilengkapi dengan hasil observasi terhadap narasumber dan lingkungansekitarnya. Melalui observasi ini, didapatkan jawaban yang tidak muncul padadata teks wawancara.Dalam penelitian ini, narasumber merupakan wartawan dan redaktur darilima media massa cetak di Jawa Tengah. Mereka dipillih dengan kriteria minimaltelah bekerja selama 5 tahun. Asumsinya narasumber telah mengalami perubahandalam dunia jurnalisme di Jawa Tengah dan persaingan media massa sebagaidampak perkembangan teknologi. Hasil wawancara dapat dilihat pada lampiranpenelitian.3.1.Deskripsi TematisData hasil wawancara dengan narasumber dikelompokkan berdasar tema-temapokok. Pengelompokan dilakukan untuk mendapatkan benang merah penelitian.Pengalaman narasumber yang telah dikelompokkan kemudian diberikan labellabel tematik (Moustakas, 1994: 120). Secara umum data dikelompokkan kedalam tema-tema yang dipilah berdasarkan :49

50(1) Deskripsi karir-Pengalaman narasumber memutuskan menjadi wartawan-Proses karir sebagai wartawan mulai dari awal hingga saat ini(2) Deskripsi profesi-Pemaknaan narasumber pada profesi wartawan dan etika profesiwartawan-Pengalaman narasumber terkait tantangan profesionalisme wartawan(3) Sikap kompromi wartawan-Upaya menjalankan tugas sesuai kode etik jurnalisme terdiri darikompromi terhadap tindakan wartawan berbagi berita, kompromiterhadap tindakan wartawan mencari iklan dan kompromi terhadaptindakan wartawan menerima amplop.(4) Ekspektasi profesi-Meliputi sikap dan keyakinan terhadap profesi wartawan di massamendatang.3.2.Deskripsi Tekstural IndividuDeskripsi tekstural di sini merupakan keseluruhan pengalaman narasumbermenjalankan tugas jurnalisme di tengah perkembangan teknologi yang diceritakandengan sadar dan tanpa paksaan. Setiap jawaban dari narasumber akan dikaitkandengan fenomena yang sedang diteliti. Melalui hasil jawaban narasumberkemudian dilihat secara utuh gambaran pengalaman tersebut. Dalam membuatdeskripsi tekstural, sebagaimana dijelaskan Moustakas (1994 : 96), setiap

51pernyataan yang disampaikan narasumber mengenai pengalamannya diberikannilai atau perhatian yang sama.3.2.1. Narasumber 13.2.1.1. Deskripsi Karir3.2.1.1.1. Awal KarirNarasumber merupakan lulusan D3 Public Relation Universitas DiponegoroSemarang. Saat ini sedang menempuh studi S1 Ilmu Komunikasi di SekolahTinggi Ilmu Komunikasi Semarang sembari menjalankan profesi wartawan dimedia massa cetak Jawa Pos Radar Semarang. Narasumber mengawali karir dimedia massa dengan magang di stasiun televisi lokal. Ia juga sempat bekerja distasiun televisi swasta nasional namun tidak berlangsung lama, hanya hitunganbulan. Hingga pada tahun 2011, ia memutuskan bergabung di media massa cetakJawa Pos Radar Semarang. Sejak saat itu pula, ia memutuskan untuk menempuhkarir sebagai wartawan.Menjadi wartawan bukan cita-cita narasumber. Keputusan terjun ke mediamassa berawal dari kebutuhan mendapatkan pekerjaan. Hingga kemudian iamerasa menemukan passion-nya di dunia jurnalistik ketika masuk dan menjalanimasa training di Jawa Pos Radar Semarang. Ia juga menjadi senang menulishingga menjadikan kegiatan menulis sebagai salah satu hobinya. Kebutuhanmendapat pekerjaan dan menemukan passion, kemudian membuat narasumbermantab untuk benar-benar terjun di dunia jurnalisme. Terlebih, sebelumbergabung di Jawa Pos Radar Semarang, kerabat narasumber sudah ada yangsudah bergabung terlebih dahulu di koran yang sama.

523.2.1.1.2. Proses KarirSelama bergabung di Jawa Pos Radar Semarang, narasumber sempat berpindahpindah desk. Seperti wartawan baru lainnya, pertama kali masuk di Jawa PosRadar Semarang ia menjadi wartawan floating, dijalaninya selama selama 3bulan, dengan tugas liputan mengenai hal apa saja. Setelahnya, ia ditugaskan padadesk kriminal selama kurang lebih 1,5 tahun. Selepas menjadi wartawan kriminalia dipindahkan untuk bertugas sebagai wartawan daerah. Saat itu, iabertanggungjawab menulis pemberitaan di kabupaten Kendal. Tidak lama dikabupaten Kendal, narasumber ditugaskan ke desk hukum menggantikan rekanyang mengundurkan diri. Selanjutnya, narasumber ditempatkan ke desk hiburanhingga kemudian dipindah ke desk pendidikan dan kesehatan. Setelah itunarasumber ditugaskan untuk membantu peliputan berita pemerintahan kota danekonomi. Tugas-tugas ini merupakan tugas wajib sesuai desk, di luar tugastambahan setiap pekan yaitu mengerjakan rubrik khusus diantaranya ada rubrikinspirasi, otomotif dan tugas mingguan Cover Story.Selama menjadi wartawan selain mengasah kemampuan jurnalistik dilapangan, kemampuan narasumber juga diasah melalui sejumlah pelatihan dariperusahaan. Beberapa diantaranya melalui kegiatan bengkel redaksi, berupakegiatan rutin untuk mengajarkan wartawan praktik penulisan berita yang baikdan benar. Selain itu, ada pula program Ngaji Jurnalistik yang diampu langsungoleh direktur koran tempat ia bekerja. Direktur tersebut sempat menjadikoordinator liputan koran Jawa Pos pusat dan pengisi pelatihan menulis untuk

53koran-koran Jawa Pos Group di sejumlah daerah. Kemampuan menulis yangselalu diasah ini kemudian menjadi bekal utama dalam mencari data di lapangan.3.2.1.2. Deskripsi Profesi3.2.1.2.1. Definisi ProfesiNarasumber menjalankan profesi wartawan dengan tugas pokok mencari berita.Idealnya, narasumber harus melakukan peliputan dengan terjun langsung kelapangan untuk melakukan kegiatan wawancara, mengumpulkan data danmenuliskannya menjadi berita. Dalam satu hari narasumber diwajibkan mengirimpaling sedikit 3 berita hasil peliputan di lapangan. Kriteria berita yang harus iatulis adalah menarik dan minimal ditulis dari dua sumber berita.Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, narasumber mendefinisikanprofesi wartawan sebagai profesi yang dijalankan dengan tugas mencari danmengolah data yang diperoleh melalui proses wawancara untuk disiarkan melaluimedia massa dalam bentuk berita. Ia harus terjun ke lapangan untuk mengetahuisecara langsung peristiwa yang akan ditulis menjadi berita. Terjun langsung kelapangan menjadi sangat penting karena berkaitan dengan kebenaran berita yangditulis wartawan.Narasumber, dalam mejalankan tugas profesi harus taat pada kode etikjurnalistik. Aturan moral yang harus ditaati wartawan untuk bisa dikatakanprofesional. Profesionalisme merupakan hal yang utama dan harus diutamakandalam menjalankan tugas sebagai wartawan.

54”Kode etik itu sangat penting. Bisa disebut sebuah pakem. Kalau pakemya harus dijalankan. Di dalam menjalankan tugas jurnalistik, salah satuhal mendasar terkait etika adalah menulis berita secara berimbang.Keberimbangan ini biasa kami lakukan dengan mencari sumber beritalebih dari satu orang. Menulis berita harus mencakup minimal dua sisiatau atau dikenal dengan istilah cover both side”.Berita wajib ditulis dari berbagai sudut untuk memberikan ruang kepadasemua pihak. Terutama ketika membuat berita mengenai kasus hukum, semuaharus diberikan ruang yang sama untuk menghindari timbulnya persoalan dikemudian hari. Membuat pemberitaan secara cover both side menjadi salah satuukuran wartawan menjalankan tugas sesuai dengan etika.3.2.1.2.2. Tantangan ProfesionalismeBertahun-tahun menjalankan profesi wartawan, utamanya di media cetak, telahmemberikan sejumlah pengalaman bagi narasumber. Hingga hadirnya mediamassa online, buntut dari perkembangan teknologi, dirasakan memberikanperubahan pada ritme bekerja di media massa saat ini. Perubahan tersebutterutama disebabkan oleh kecepatan media massa online dalam menyajikan berita.Kondisi ini mengharuskan media massa cetak menyesuaikan diri dalammemproduksi berita, utamanya pada konten atau isi.Pada kondisi sekarang ini wartawan media cetak dituntut menghasilkanberita yang berbeda dari yang telah diterbitkan media massa online. Berita mediamassa cetak harus memiliki nilai lebih daripada yang disampaikan media massaonline. Seringkali selain berita mendalam, berita yang mengandung humaninterest menjadi andalan media cetak untuk membedakan dengan berita media

55online. Hal ini disebabkan berita yang sudah keluar di media online akan menjadiberita basi jika dikeluarkan keesokan harinya di media cetak dengan isi dan carapenyampaian yang sama.Narasumber mencontohkan yang dilakukan di Jawa Pos Radar Semarang,ketika ada peristiwa besar, satu wartawan (desk kriminal) dituntut memikirkandua sampai tiga sudut pemberitaan. Seperti pada kasus pembunuhan SalesPromotion Girl (SPG) yang pernah ia tulis. Berita mengenai peristiwapembunuhan tersebut sudah dapat diakses di media online, bahkan sesaat setelahkejadian. Oleh sebab itu, ia harus berpikir agar mampu menyajikan informasiyang belum didapatkan pembaca dari peristiwa tersebut. Untuk kebutuhan ini, iaharus berkutat dengan data demi menginformasikan kejadian serupa sebelumnyayang berkaitan dengan kejadian yang akan ia tulis. Selain itu, untuk membedakandengan berita online, sisi lain peristiwa pembunuhan seperti pesan terakhir korbankepada teman atau firasat yang dirasakan orang terdekat menjadi sasarannya. Halhal seperti ini dirasa lebih memiliki sisi menarik karena mengandung humaninterest lebih besar. Berita seperti ini pula yang diminta perusahaan media karenadiyakini mampu menjadikan koran/media massa cetak mendapatkan tempat untukmemenuhi kebutuhan pembaca. Tuntutan seperti ini belum ia rasakan sebelummedia massa online berkembang. Saat itu, pesaingnya hanya televisi yangmenurutnya sudah ada pangsa pasarnuya tersendiri.”Selain berita yang lebih mendalam, menyajikan berita-berita eksklusifdengan cara bertutur/berikisah juga menjadi cara untuk menghadapikecepatan media online. Memang kelebihan cetak di situ. Meskipun kalah

56bersaing dalam hal waktu, tapi berita-berita yang dikeluarkan memangberita-berita matang”.Kemunculan media online mau tidak mau juga membuat perusahaan mediamassa cetak, tidak hanya wartawan, harus berinovasi. Termasuk Jawa Pos RadarSemarang harus melakukan sinergi melalui penerbitan berita online. Hanya saja,disadari bahwa online Jawa Pos Radar Semarang belum mampu bersaing denganmedia lainnya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia diperusahaan ini. Berbeda dengan media lain yang telah memisahkan sumber dayauntuk online dan cetak, di Jawa Pos Radar Semarang wartawan bertugas mengisikedua saluran ini. Tuntutan kerja yang banyak membuat narasumber merasakanwaktu yang dimilikinya semakin sedikit.Kondisi-kondisi ini dirasa menjadi ancaman bagi kelangsungan mediamassa cetak. Hanya saja, narasumber berkeyakinan bahwa keberadaan onlinehanya menjadi trend yang akan beralalu. Trend yang akan terus berputar dan tidakmenutup kemungkinan media massa cetak akan kembali menempati posisi semulaketika ruh media massa cetak dipertahankan oleh awak media. Mengutippernyataan pendiri koran tempatnya bekerja, ia mengatakan bahwa media massacetak akan tetap bertahan jika dalam dua tahun dapat bertahan mengadapitantangan media massa online dan begitu pula sebaliknya.3.2.1.3. Sikap Kompromi3.2.1.3.1. Kompromi terhadap Tindakan Berbagi BeritaBanyaknya tugas membuat narasumber merasa kekurangan waktu. Salah satudampak terhadap pekerjaan, beban kerja yang semakin banyak membuat

57narasumber tidak sempat melakukan konfirmasi langsung kepada sumber berita.Terkadang, untuk mempermudah pekerjaan, ketika tidak sempat melakukanpeliputan, ia akan menulis berita dari press release yang dikirimkan instansi atauperusahaan. Tidak jarang pula narasumber membuat berita menggunakan hasilliputan rekan sesama wartawan dari media lain, dalam bentuk rekamanwawancara. Dalam hal ini, perkembangan teknologi dirasa memberikankemudahan sekaligus pengaruh terhadap kinerja wartawan terutama dalam halkonfirmasi. Narasumber juga menilai hal ini menjadi salah satu kelemahanwartawan saat ini. Tidak hanya dilakukan wartawan media cetak saja, namun jugadilakukan oleh wartawan media online karena tuntutan yang sama besarnya untukmenghasilkan banyak berita.Tuntutan yang semakin besar, menurut narasumber telah memunculkanbudaya berbagi rekaman wawancara atau bahkan berbagi berita yang sudah jadi.Di kalangan wartawan dikenal dengan istilah CC berita (diambil dari istilah padae-mail). Tuntutan membuat berita yang berbeda dan lengkap membuatnarasumber mau tidak mau menuliskan berita dengan menggabungan berita hasilwawancara wartawan lain dengan hasil konfirmasi tambahan pada narasumberyang dianggap relevan. Meskipun demikian, tidak jarang kiriman dari rekanwartawan ia gunakan tanpa menambah sumber berita. Ia hanya merombak tulisansesuai dengan gaya penulisan di kantornya.Berbagi berita, menurutnya, harus dilandasi adanya unsur kedekatan antarawartawan satu dengan yang lainnya. Hanya saja, narasumber akan lebih berhatihati ketika yang dibagi adalah berita mengenai kasus hukum. Khusus untuk berita

58kasus, ia akan terjun langsung ke lapangan untuk melakukan konfirmasi secarapribadi mengingat dampak yang mungkin saja terjadi. Dalam hal ini,dikatakannya, kredibilitasnya sebagai wartawan akan dipertanyakan ketika tidakmelakukan konfirmasi secara langsung.”Akan berbeda ketika yang dibagikan adalah berita positif. Wartawanbisa lagsung mengolah dan mengirimkan ke redaksi karena diyakini tidakakan merugikan sejumlah pihak ketika diterbitkan di media massanya.Plagiat itu tidak benar. Tapi kalau diberi berita, kita buat lagi denganbahasa sendiri, itu tidak masalah”.3.2.1.3.2. Kompromi terhadap Tindakan Wartawan Mencari IklanSelain mencari berita, narasumber memiliki tugas lain yaitu turut mencari iklandengan target dari perusahaan. Perkembangan teknologi yang memunculkanpersaingan ketat membuatnya mau tidak mau harus melakukan tuntutanperusahaan tersebut. Selama mencari iklan, rekor terbanyak narasumber adalahsebesar 15-20 juta dalam satu bulan. Dari jumlah tersebut, ia mendapat bagiansebanyak 10 persen dipotong pajak. Jumlah ini belum seberapa dibandingrekannya yang mendapat iklan rata-rata setiap bulan mencapai 100 juta.Seperti yang ia ketahui, meskipun tidak ada aturan tertulis, mencari iklanmenjadi keharusan bagi wartawan Jawa Pos Radar Semarang, terutama yangmemiliki lahan. Dijelaskannya, yang dimaksud lahan adalah tempat peliputan dikantor pemerintahan daerah, kota/kabupaten ataupun provinsi. Awal mulamencari iklan ia sempat bingung mengenai apa yang harus diperbuat. Narasumbermerasa canggung ketika sebagai wartawan dirinya juga harus mencari iklan. Tapidisadari bahwa memang dirinya diharuskan untuk belajar.

59Selain mencari iklan, ia juga dibebani tugas tambahan untuk membantumenaikkan oplah koran. Kewajiban mencari 3 berita setiap hari, ditambah iklandan menaikkan oplah koran mengharuskan narasumber memanfaatkan waktudengan sebaik-baiknya. Seringkali, narasumber harus berangkat pagi ketikamembuat janji dengan sumber berita atau klien iklan dan pulang larut malamkarena harus menyelesaikan tugas pemberitaan. Ditambah lagi ketika adatanggungan iklan, waktu narasumber akan lebih banyak tersita untuk mengawalhingga iklan selesai dilayout, agar iklan yang dipasang benar-benar sesuaipermintaan klien.3.2.1.3.3. Kompromi terhadap Tindakan Wartawan Menerima AmplopDalam menjalankan tugas wartawan, narasumber mengakui bahwa profesinyatidak terlepas dari amplop pemberian sumber berita. Mengenai amplop ini,jumlahnya bervariasi. Pada umumnya adalah kelipatan Rp50.000, kecuali dariinstansi yang dikenakan potongan pajak. Di kalangan wartawan, amplop darisumber berita biasa disebut dengan istilah ”poin” atau ”jaran”. Istilah ”jaransatu” mewakili pecahan uang Rp.50.000,-. Begitupun kelipatannya selanjutnya,yaitu jaran dua, jaran tiga dan seterusnya.Amplop menjadi hal yang wajar untuk diberikan sumber berita dan diterimawartawan. Biasanya, wartawan menerima amplop dengan alasan sebagaitambahan penghasilan karena gaji wartawan dinilainya tidak terlalu tinggi.Menurutnya, amplop tidak menjadi persoalan untuk diterima selama tetapmembuat berita sesuai syarat-syarat pemberitaan. Dengan kata lain membuatberita sesuai nilai berita yang terkandung dalam suatu peristiwa. Hanya saja, ia

60menyadari bahwa dalam praktik tidaklah demikian. Meskipun amplopmenurutnya tidak begitu mempengaruhi pemberitaan, ia sadar bahwa terkadangterdapat tekanan batin agar berita dengan amplop bisa tayang.Pada praktiknya, dalam membuat berita narasumber selalu berusaha untuknetral. Hanya saja, ketika harus berhadapan dengan sumber berita yangmemberikan amplop dengan jumlah cukup besar, terlebih dari relasi yang cukupdekat, narasumber merasa harus membuat berita yang ditulisnya terbit sesuaikeinginan sumber berita.Hal terpenting bagi narasumber sebagai alasan untuk menerima amplopadalah tidak memintanya. Sebab, kadangkala ketika tidak menerima, oleh sesamawartawan, dirinya akan dianggap sebagai wartwan yang sok gaya. Karena hal inipula, mau tidak mau ia harus menerima pemberian sumber berita yang sering kalidisebut sebagai uang transport. Sedangkan dengan pemberi amplop, ia akanmengatakan bahwa tidak ada janji dan jaminan berita untuk tayang. Meskipundemikian, oleh koordinator amplop, yang biasanya juga rekan sesama wartawan,perkembangan berita akan selalu ditanyakan. Ketika sudah terbit, narasumberharus memberikan bukti tayang kepada koordinator tersebut untuk diberikankepada yang punya acara. Istilahnya ”Mbijékké”.3.2.1.4. Ekspektasi Profesi3.2.1.4.1. Sikap dan Keyakinan pada ProfesiNarasumber yakin media massa cetak akan tetap bertahan meskipun saat inimenghadapi kondisi yang cukup sulit. Selama media cetak masih bisamemberikan berita yang berbeda dari media online, media cetak diyakini akan

61tetap mendapat tempat bagi pembaca. Diperlukan wartawan profesional untukdapat membawa media massa cetak menghadapi tantangan perkembanganteknologi. Wartawan yang memiliki waktu cukup untuk mengumpulkan data danmelakukan konfirmasi langsung ke lapangan. Wartawan yang tidak terbebanitugas lain sehingga dapat berkonsentrasi menghasilkan berita rsamauntukmempertahankan kelangsungan perusahaan tetap diperlukan. Upaya bersamasama untuk mencari pemasukan bagi perusahaan, baik dari iklan maupunpenjualan koran. Dalam hal mencari iklan, narasumber beranggapan bahwasebenarnya tugas ini menjadi bagian AE. Hanya saja, di Jawa Pos RadarSemarang tidak memungkinkan jika hanya AE saja yang bekerja. Mencari iklanjuga harus ia lakukan wartawan karena di Jawa Pos pusat, para wartawandiwajibkan mencari iklan. Ia merasa ada yang aneh jika di daerah, sebagai anakperusahaan, justru tidak mencari iklan. Bukan karena kondisi perusahaan, iamemaknainya sebagai aturan perusahaan. Narasumber menganggap kondisiperusahaannya masih baik-baik saja, bahkan ketika wartawan tidak mencari iklan.Kenyataan media massa hidup dari iklan tidak dapat ia tawar. Perusahaan mediamassa tidak mungkin dapat hidup hanya dengan berjualan berita saja.

623.2.2. Narasumber 23.2.2.1. Deskripsi Karir3.2.2.1.1. Awal KarirNarasumber merupakan lulusan S2 jurusan Filsafat Universitas Kristen SatyaWacana (UKSW) Salatiga. Pertama kali terjun di dunia jurnalisme sekitar tahun1999. Tidak ada keinginan awal untuk menjadi wartawan. Dengan kata lain,masuk dunia jurnalisme karena ketidaksengajaan.Narasumber mengawali karir sebagai wartawan ekonomi di media massacetak Jateng Pos, media yang sebelumnya bernama Meteor. Tidak berlangsunglama di Jateng Pos, kurang lebih satu tahun, narasumber berpindah ke harianSuara Merdeka. Narasumber bekerja di media massa cetak Suara Merdeka mulaitahun 2000 hingga menjelang akhir tahun 2018. Di sela-sela menjalankan profesidi Suara Merdeka, narasumber melanjutkan studi S2 filsafat dan menamatkannya.Selain menjalankan tugas jurnalisme, narasumber juga mengajar sebagai guruagama di salah satu sekolah milik yayasan di Semarang.3.2.2.1.2. Proses KarirNarasumber ditugaskan sebagai wartawan ekonomi ketika melanjutkan karir dimedia massa Suara Merdeka. Setelahnya ia diberikan tugas untuk menulis liputanpada desk-desk yang lain. Hampir semua desk sudah ia jalankan selama belasantahun bergabung di Suara Merdeka. Terkahir, narasumber ditempatkan padabidang pendidikan kemudian di pemerintahan provinsi Jawa Tengah. Pada deskpendidikan, tanggung jawab narasumber adalah menulis berita seputar pendidikandi Jawa Tengah, termasuk pendidikan di kota Semarang sebagai ibukota provinsi.

63Peliputan ini dilakukan mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.Selanjutnya di desk pemerintahan provinsi, narasumber bertanggungjawabmengulas isu-isu di pemerintahan provinsi Jawa Tengah. Hasil liputan narasumberditerbitkan pada halaman nasional.Setiap hari, narasumber diwajibkan membuat 3 berita dengan minimal duasumber berita agar berita yang dihasilkannya berimbang. Selama belasan tahun,narasumber memang lebih senang melakukan peliputan di lapangan. Ia lebihmenyukai tantangan sehingga merasa lebih nyaman ketika terjun ke lapanganbersama rekan-rekan sesama wartawan. Pengalaman yang cukup banyak danwaktu yang lama sebenarnya bisa mengantarkannya menjadi redaktur, hanya sajaia memilih untuk tetap melakukan peliputan di lapangan.3.2.2.2. Deskripsi Profesi3.2.2.2.1. Definisi ProfesiSebagai wartawan, narasumber diberikan tugas mencari berita. Narasumber wajibke lapangan melakukan kegiatan wawancara untuk kemudian diolah menjadiberita dan dikirimkan ke redaksi. Berdasarkan tugas yang dilakukannya ini,narasumber mendefinisikan wartawan sebagai orang yang menajalankan tugasmencari dan mengolah berita. Wartawan dalam menjalankan tugas tidak terlepasdari kode etik jurnalisme dan harus ditaati. Kode etik, menurutnya adalahseperangkat rambu-rambu, pegangan bahkan semacam kitab bagi wartawan untukmemandu dalam menjalankan tugas jurnalisme. Kode etik merupakan aturan agardalam menjalankan profesi, wartawan tidak merugikan pihak lain. Etikadipraktikkan mulai dari wawancara hingga penulisan berita. Etika juga merasuk

64hingga pada pemilihan kata dalam menuliskan berita. Memegang teguh etikamenjadi keharusan karena berkaitan erat dengan upaya mempertahankankepercayaan publik. Keberlangsungan media massa dapat dikatakan berakhirketika sudah tidak mendapatkan kepercayaan dari publik.Beberapa hal penting terkait etika profesi yang harus ia lakukan adalah tidakmembuat berita yang menuduh orang lain. Dalam hal ini konfirmasi menjadi halyang wajib dilakukan wartawan. Dengan demikian, ia menyimpulkan bahwakonfirmasi masuk ke dalam kerangka kerja etis para jurnalis. Tanpa melakukankonfirmasi, jurnalis dianggap menyimpang dari etika dalam menjalankantugasnya. Selanjutnya, masih terkait kerangka kerja etis, jurnalis juga dilarangmenulis berita bohong. Berita harus dituliskan berdasarkan fakta. Wartawan harusmenulis berita sejujur-jujurnya karena berita yang dihasilkan adalah untukkepentingan publik.3.2.2.2.2. Tantangan ProfesionalismePerkembangan teknologi dirasa membuat respon pembaca media massa cetakmenurun. Hal ini mulai dirasakan sejak tahun 2005-2007. Kondisi inimengharuskan media massa cetak bekerja keras untuk dapat mempertahankankelangsungannya. Terhadap bisnis, narasumber merasakan gempuran mediamassa online pada iklan yang turun drastis. Banyak pemasang iklan lebih memilihke media online daripada cetak. Selain itu, pelanggan media massa cetak jugadirasakan semakin berkurang. Merespon kondisi ini, perusahaan media tempatnyabekerja mengambil langkah untuk terus melakukan perbaikan konten. SuaraMerdeka, dalam hal ini, menyajikan pemberitaan dengan mengupas lebih

65mendalam informasi mengenai kejadian/peristiwa maupun isu yang sedangberkembang. Perbaikan konten menjadi satu-satunya cara untuk dilakukan, karenaawak media di tempatnya bekerja sadar, tidak akan bisa menandingi media onlinedalam hal kecepatan. Ini dilakukan sekalipun dinilai tidak berpengaruh banyakdalam persaingan media di pasar.Selain pada bisnis media, pengaruh perkembangan teknologi juga terjadipada kinerja wartawan. Narasumber melihat dampak positif dan negatif dariperkembangan teknologi. Kemudahan yang diberikan teknnologi, membuatwartawan dapat bekerja lebih cepat. Dibandingkan dengan masa awal menjadiwartawan, saat itu narasumber harus ke kantor untuk menulis berita hasil liputan,sekarang cukup dari lokasi kejadian satu peristiwa wartawan ia bisa langsungmengetik bahkan mengirimkan berita ke redaksi. Wartawan lebih menghematwaktu dan lebih banyak kesempatan untuk melakukan koreksi terhadap beritayang dituliskan. Hanya saja ada dampak negatif yang dirasakan akibatperkembangan teknologi, yaitu membuat wartawan menjadi lebih malas. Melaluikemudahan yang diberikan, wartawan merasa tidak harus bertemu secaralangsung dengan sumber berita ketika hendak melakukan wawancara. Wartawanmerasa cukup melakukan wawancara melalui sambungan telefon atau bahkanmelalui pesan singkat WhatsApp (WA). Cara ini dianggap sudah mewakili untukmelakukan upaya pencarian data.”Zaman dulu wartawan dituntut untuk datang langsung ke lokasi, kiniperkembangan teknologi telah memfasilitasi wartawan untuk meminta fotopada kenalan yang sedang berada di lokasi kejadian. Mencari foto danwawancara, dulu tidak ada lewat WA”.

66Perkembangan teknologi juga menuntut wartawan bekerja lebih keras.Wartawan media massa cetak, tidak dapat menulis berita yang sama dengan mediamassa online. Sudut pandang berbeda harus selalu terpikirkan oleh wartawanmedia massa cetak jika tidak ingin terjebak pada penulisan berita yang samadengan berita di media massa online. Hal ini dinilai membutuhkan tenaga danpikiran ekstra.3.2.2.3. Sikap Kompromi3.2.2.3.1. Kompromi terhadap Tindakan Berbagi BeritaPerkembangan teknologi memberikan kemudahan bagi wartawan untuk membagiberita kepada sesama wartawan lainnya. Praktik ini dialami narasumber sejakmunculnya pesan elektronik atau e-mail sekitar tahun 2007. Hingga saat ini,narasumber masih sering berbagi berita dengan sesama wartawan media lain. Halini dilakukan ketika narasumber tidak sempat menghadiri acara atau terlambatkarena banyaknya agenda liputan yang harus didatangi. Biasanya, oleh wartawanlain, dirinya diberikan rekaman wawancara atau bahkan berita yang sudah jadi.Kemudian ia akan mengolahnya sesuai dengan gaya penulisan media cetaknya.Tidak hanya menerima, narasumber juga memberikan berita hasil peliputannyakepada wartawan lainnya.Mengenai berbagi berita ini, narasumber melakukannya dengan adanyakompromi atau kesepakatan antara yang memberi dan menerima berita. Untukmenghindari kloning, berita yang didapatkan dari rekan diolah kembali denganbahasa sendiri. Berbagi berita ini, menurutnya harus dilakukan dengan adanya

67kesepakatan bersama dan tidak menjadi persoalan karena terkait denganterbatasnya waktu.3.2.2.3.2. Kompromi terhadap Tindakan Wartawan Mencari IklanNarasumber tidak diperkenankan mencari iklan oleh media tempat ia bekerja. Halini sudah berlaku sejak dulu. Ketika mendapatkan pesanan iklan, ia harusmenyerahkannya langsung ke bagian iklan. Sejalan dengan keyakinannya bahwasebisa mungkin wartawan tidak boleh mencari iklan. Ia menyadari bahwa iklanakan berpengaruh pada pemberitaan. Meskipun tidak secara langsung, pengaruhiklan muncul dalam bentuk masuknya opini wartawan pada berita yang ditulis.Independensi wartawan akan hilang dan kepentingan publik yang seharusnyadijaga akan terbeli oleh iklan.Ketika ada kesempatan sekalipun, narasumber tetap tidak berkenanmenerima iklan. Beberapa kali mendapat permintaan pasang iklan, iamengarahkannya langsung ke bagian iklan. Tidak ada bagian pendapatan ketika iamenghubungkan pemasang iklan ke bagian iklan perusahaan. Hasil iklan,sepenuhnya menjadi pemasukan perusahaan. Mencari iklan dirasa tidak etis jikadilakukan oleh wartawan. Mencari iklan, menurutnya, tidak menjadi masalahketika tidak mempengaruhi pemberitaan. Akan tetapi hal ini tidak memungkinkan.Narasuamber menilai, sejumlah media kurang tepat ketika menugaskanwartawannya terlibat dalam upaya pencarian iklan. Menurutnya bisa saja kegiatanmencari iklan ini akan membuat wartawan melanggar etika karena akanberdampak pada hasil tulisan. Bahkan, menurutnya, cara seperti ini dapatdikatakan pula meminta uang secara halus. Baginya, mencari iklan jika sebatas

68hanya melobi saja tidak menjadi persoala. Tindak lanjut atas lobi ini, kemudiandiserahkan kepada bagian iklan. Ia melihat dan mengakui bahwa akses wartawandi lapangan lebih luas kepada calon klien iklan daripada bagian iklan. Mengenaipembagian bonus, dapat diberikan sesuai dengan kesepakatan. Dengan demikian,wartawan tidak setiap hari mencari iklan yang pada akhirnya mempengaruhikewajibannya dalam menjalankan tugas jurnalistik.3.2.2.3.3. Kompromi terhadap Tindakan Wartawan Menerima AmplopWartawan menerima amplop dianggap sebagai hal wajar. Satu hal yang menjadialasan kuat adalah mengenai gaji yang rendah. Meskipun beberapa wartawansudah mendapatkan gaji sesuai setara Upah Minimum Regional (UMR), tapimasih ada pula wartawan yang mendapat gaji di bawahnya. Dengan gaji yangdinilainya tidak terlalu tinggi, wartawan harus menyisihkan sebagian daripendapatannya untuk biaya operasional yang cukup besar karena mobilitas yangtinggi. Bagi yang belum berkeluarga, menurutnya tidak akan merasakan beratnyatanggungan. Namun, yang sudah berkeluarga akan berpikir ulang untuk menolakpemberian amplop yang selalu ia sebut sebagai uang transport.Di Suara Merdeka, sebelum tahun 2007an, wartawan dilarang menerimaamplop dari sumber berita dengan tujuan agar tidak mempengaruhi pemberitaan.Hanya saja, selepas tahun 2007 amplop menjadi hal yang lumrah untuk diterima.Saat ini, amplop dinilai tidak akan berpengaruh pada berita karena dianggapsebatas uang perjalanan/transport. Uang yang diberikan atas kesediaan wartawanmeluangkan waktu untuk mendatangi undangan sumber berita. Ke

media massa dalam bentuk berita. Ia harus terjun ke lapangan untuk mengetahui secara langsung peristiwa yang akan ditulis menjadi berita. Terjun langsung ke lapangan menjadi sangat penting karena berkaitan dengan kebenaran berita yang ditulis wartawan. Narasumber, dalam mejalankan tugas profesi harus taat pada kode etik jurnalistik.

Related Documents:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengalaman a. Pengertian Pengalaman Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasa, ditanggung) yang dapat diartikan sebagai suatu memori episodik, yang mampu menerima peristiwa yang terjadi pada seseoran

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

bab ii penerimaan pegawai . bab iii waktu kerja, istirahat kerja, dan lembur . bab iv hubungan kerja dan pemberdayaan pegawai . bab v penilaian kinerja . bab vi pelatihan dan pengembangan . bab vii kewajiban pengupahan, perlindungan, dan kesejahteraan . bab viii perjalanan dinas . bab ix tata tertib dan disiplin kerja . bab x penyelesaian perselisihan dan .

bab iii. jenis-jenis perawatan 7 . bab iv. perawatan yang direncanakan 12 . bab v. faktor penunjang pada sistem perawatan 18 . bab vi. perawatan di industri 28 . bab vii. peningkatan jadwal kerja perawatan 32 . bab viii. penerapan jadwal kritis 41 . bab ix. perawatan preventif 46 . bab x. pengelolaan dan pengontrolan suku cadang 59 . bab xi.

2.2.1. Budaya Etis Organisasi dan Orientasi Etika Teori-teori perubahan atas nilai, seleksi, sosialisasi, dan budaya organisasi secara bersama-sama memberikan bukti awal bahwa budaya etis organisasi melakukan perubahan atas nilai personal seseorang di

Bab 24: Hukum sihir 132 Bab 25: Macam macam sihir 135 Bab 26:Dukun,tukang ramal dan sejenisnya 138 Bab 27: Nusyrah 142 Bab 28: Tathayyur 144 Bab 29: Ilmu nujum (Perbintangan) 150 Bab 30: Menisbatkan turunnya hujan kepada bintang 152 Bab 31: [Cinta kepada Allah]. 156 Bab 32: [Takut kepada Allah] 161

BAB 1 Akuntansi Keuangan & Standar Akuntansi Keuangan 1 BAB 2 Laporan Laba Rugi, Neraca dan Arus Kas 11 BAB 3 Pengawasan Terhadap Kas 25 BAB 4 P i u t a n g 33 BAB 5 Wesel dan Promes 47 BAB 6 Persediaan Barang Dagang 53 BAB 7 Penilaian Persediaan Berdasarkan Selain Harga Pokok 71 BAB 8 Amortisasi Aktiva Tak Berwujud 81 . Modul Akuntansi Keuangan 1 Dy Ilham Satria 1 1 AKUNTANSI KEUANGAN DAN .

Curriculum Framework. In addition, the Enhanced Scope and Sequence provides teachers with sample lesson plans aligned with the standards and their related essential understandings, knowledge, and skills. School divisions and teachers can use the Enhanced Scope and Sequence as a resource for developing sound curricular and instructional programs. These materials are intended as examples of ways .