Kode : ASP DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP

2y ago
29 Views
2 Downloads
385.04 KB
29 Pages
Last View : 19d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Adalynn Cowell
Transcription

Kode : ASPDAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP OUTCOMESBIDANG KESEHATAN: STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN/KOTAPROPINSI SUMATERA BARATAfridian Wirahadi AhmadJurusan Akuntansi Politeknik Negeri PadangABSTRACTThe purpose of this study is to analyze empirically the impact offiscal decentralization on the performance of local government inthe health field. Indicators used in assessing the performance oflocal governments in the health sector in this research is therealization of budget funds in the areas of health, infant mortalityand life expectancy. Researchers used the local government districtin West Sumatra province as the sample in this study.Sampling technique using purposive sampling of the categoriesof local government that can be a sample that has data from 1997 to2007. Data is secondary in analyzing the performance of alization.Hypothesis testing using SPSS program.The results showed that the share of health spending in ofdecentralization of fiscal year 2001 increased compared to priorfiscal decentralization is applied. GDP is a negative statisticalsignificant effect on infant mortality. While the variable portionof health spending, the number of medical personnel are notstatistically significant impact on infant mortality. While thetesting of hypotheses in analyzing the variables that affect lifeexpectancy, only the GDP variable is significant statisticalpositive influence. While the variable portion of health spending,the number of medical personnel and the number of available beds inthe hospital was not statistically significant effect on lifeexpectancy. The results of this study provide an importantcontribution to the region in improving performance in the field ofhealth by considering the factors that influence it. Empiricalresearch in this field has not been done in Indonesia, so thatsubsequent researchers can use other indicators to evaluategovernment performance in the health field related to tion,expectancy, health sector1infantmortality,life

PENDAHULUANDesentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya perubahan polahubungan yang terjadi antara pemerintah pusat dan daerah setelahdiberlakukannya Undang-undang (UU) nomor 22 tahun 1999 dan UU no.25tahun 199932tahunyang kemudian UU tersebut disempurnakan menjadi UU tralisasi bertujuan pada efisiensi sektor publik dalam produksidan distribusi pelayanan, meningkatkan kualitas pembuatan keputusandengan menggunakan informasi lokal, meningkatkan akuntabilitas danmeningkatkan kemampuan respon terhadap kebutuhan dan kondisi yaknikabupaten/kota. Selain itu menurut Silverman (1990) dalam laporanWorld Bank di Uganda (2005) menyatakan bahwa pemerintah lokal intahpusatsehingga keputusan yang diambil lebih merefleksikan kebutuhan dankeinginan rakyat. Desentralisasi akan membawa pemerintah lebih dekatdengan rakyat danmendorong mereka untuklebih terlibat amenciptakansistem transfer sehingga sumber dana untuk daerah (terutama daerahmiskin)berjumlahdengan ukuptidak nakan2danterutamaAPBDnyaantaradaerahIsu an

berkontribusi pada peningkatan2007).Upaya-upayayangkesejahteraan masyarakat n penerimaan daerah selama ini kurang diikuti upaya isdilakukandiIndonesia khususnya di Sumatera Barat terkait dengan desentralisasifiskal terhadap outcome bidang kesehatan, sehingga penulis hdesentralisasifiskal terhadap outcome kinerja pemerintah daerah bidang kesehatan.Hal lainnya yang membuatempirisdibidangmemberitakanpenulis tertarik iburuk setelah desentralisasi diterapkan di Indonesia.TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISDESENTRALISASIMenurut Rondinelli (1981) dalam Mills (1994), desentralisasi saandalamperencanaan publik, manajemen, dan pembuatan keputusan dari levelnasional ke level sub nasional atau secara umum dari level yangtinggi ke level yang lebih rendah dalam pemerintahan. Desentralisasijuga meliputi perubahan hubungan kekuasaan dan distribusi tindakandiantara level pemerintahan (Mills 1994).3

DESENTRALISASI (responsibility)dalampenyusunan, pelaksanaan, dan pengawasan anggaran daerah (APBD) olehpemerintah daerah. Desentralisasi fiskal adalah pemindahan kekuasaanuntuk mengumpulkan dan mengelola sumber daya finansial dan fiskal(Ferdiana, dkk, 2008). Desentralisasi fiskal merupakan salah satukomponenutamadaridesentralisasi.melaksanakan fungsinya secara efektifApabilapemerintahdaerahdan diberikan kebebasan dalampengambilan keputusan penyediaan pelayanan di sektor publik, makamerekaharusberasal AslipajakDaerahdankeuanganyangmemadai(PAD) ubsidi/bantuan dari pemerintah pusat (Sidik, 2002).Syahruddin (2006) menyatakan terdapat dua fungsipemerintahyakni fungsi ekonomi dan fungsi non ekonomi. Fungsi ekonomi ebagaifungsianggaran (fiscal function) yang terdiri dari fungsi alokasi, fungsidistribusi dan fungsi stabilisasi. Fungsi distribusi dalam erbedaanpendapatanantar individu dalam masyarakat. Fungsi stabilisasi dalam fungsifiskal bertujuan untuk menciptakan kestabilan ekonomi.PENGUKURAN KINERJA, OUTCOME DAN INDIKATOR DALAM BIDANG KESEHATAN4

Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa pengukuran kinerja sektor publikdilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran inerjamembantupemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. ektorpublikdigunakan untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan.Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk barandan aan.suatukegiatan/program / kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi danvisi organisasi (Bastian, 2006).Indikator digunakan sebagai proxy terhadapoutcome kinerja.Indikator bermanfaat dalam menilai atau mengukur kinerja ingkatukuranpencapaiansasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan put),hasil(outcomes),manfaat (benefit) dan dampak (impact). Tujuan yang paling daerahterhadappemerintah pusat atau anuntukmengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan untuk dilakukannyapengukuran terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dari waktu ke5

waktu. Suatu indikator tidaklah selalu menjelaskan keadaan k(indikasi)tentang keadaan atan2005-2009terkait dengan visi Menuju Indonesia Sehat 2010, membagi 3 jenispengklasifikasian indikator dalam menilai kinerja -indikatormortalitas (kematian), yang dipengaruhi oleh indikator-indikatormorbiditas (kesakitan) dan indikator-indikator status Indikatoriniterdiri atas indikator-indikator ketiga pilar yang daanlingkungan,indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta indikatorindikator akses dan3.mutu pelayanan kesehatan.Indikator Proses dan Masukan (Initial Outcomes). Indikator initerdiri atas indikator-indikator pelayanan kesehatan, indikatorindikator sumber daya kesehatan, indikator-indikator manajemen,kesehatan, dan indikator-indikator kontribusi sektor terkait.Apabila pengelompokan indikator ini diskemakan agar terlihathubungan antara satu kelompok indikator dengan kelompok indikatoryang lain, maka akan tampak sebagaimana gambar 2.1 sebagai berikut.Gambar 2.1Skema Hubungan Indikator Masukan dan proses dengan Indikator HasilAntara dan Indikator Hasil bidang kesehatan6

Hasil AntaraMasukan &ProsesKeadaanLingkungan1. PelayananKesehatan2. SumberdayaKesehatan3. ManajemenKesehatan4. KontribusiSektor TerkaitDERAJATKESEHATANPerilaku IAkses & MutuPelayananKesehatanHIPOTESA DAN MODEL ndanProses(InitialOutcomes) Bidang KesehatanUchimura (2005) menemukan bukti empiris bahwa jika gketergantunganyanglevelatasnyadalammenentukan belanja ehatandiIndonesia dilakukan oleh pemerintah pusat dengan menggunakan model7

ankesehatandimasukkan kedalam alokasi anggaran pembangunan melalui Dana AlokasiUmum (DAU) yang berbasis pada formula yang ditetapkan yakni iadalahsecarapraktis sektor kesehatan harus bersaing dengan sektor lain untukmendapatkan anggaran.adalahdaerahdiberiSalah satu kebijakan desentralisasi fiskalwewenangmenentukananggaranbelanjauntukdaerah mereka masing-masing, sehingga fungsi pemerintah daerah disektor kesehatan, yaitu harus merencanakan dan menganggarkan programkesehatan dan bersaing dengan sektor lain untuk mendapatkannya.Salah satu risiko dari pelaksanaan otonomi daerah, khususnyadari sudut pandang pembiayaan kesehatan terletak pada kemungkinanbahwa pemerintah daerah tidak akan memprioritaskan sektor kesehatan.Salah satu kebijakan tentang pembiayaan kesehatan di daerah yangpernahdisepakatiolehparadesentralisasi adalah alokasi2005).Namun,suatu wacanadaerahdibupatidanwalikotadana APBD sentase anggaran entralisasi yaitu sebesar 2,5% sampai maksimal 7%. Pemerintahdaerah lebih berorientasi pada pembangunan fisik, sedangkan anggarankesehatansebagaiprogramnonfisikpemerintah lokal (Hendrarti, dkk, 2008).8tidakmenarikperhatian

daerah. Agar tidak terjadi ketimpangan dalam pelayanan, DepartemenKesehatan menetapkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yakni imalinipentingagar pemerintah daerah daerah dapat menentukan jumlah anggaran yangdibutuhkan dalam menyediakan pelayanan publik kesehatan.Terkait dengan penelitian dan penjelasan terkait, maka penulismengajukan hipotesa yakni:H1:Porsi anggaran belanja sektor kesehatan pada pemerintahdaerah meningkat setelah penerapan desentralisasi fiscaldi Indonesia.Hipotesa 1 (H1) diajukan untuk menguji indikator proses dan masukansebagai initial sehatan(Long-TermOutcomes) Bidang sumberdayatenaga kesehatan dalam hal ini dokter dan kematian yang menyatakanbahwa daerah yang memiliki supply dokter lebih banyak pada masa laludan hingga saat ini memiliki angka kematian yang rendah nelitiankematianremaja

npelayanankesehatan sepanjang waktu, tidak hanya pada masa remaja atau dewasasaja tapi sejak masa kanak-kanak.Robalino (2001) dalam mengkaji mengenai desentralisasi fiskalterhadap outcome bidang kesehatan, menyatakan bahwa desentralisasifiskal secara konsisten berhubungan dengan lebih rendahnya inegaraini,menemukan bukti empiris bahwa daerah yang memiliki kecenderunganlebih besar mengatur belanja g untuk memilikiyangmemilikilingkunganinstitusi yang hak politik masyarakat kuat juga berpengaruh positifterhadap angka kematian bayi.Penelitian yang dilakukan Asfaw et al (2005) memberikan buktiempiris bahwa desentralisasi fiskal memainkan peran yang signifikansecara statistik dalam mengurangi angka kematian bayi di pedesaannegara India.Penelitian terbaru dilakukan oleh Canterero et al (2008) diSpanyol dengan menginvestigasi secara empiris dengan hasil yakesehatanmemiliki pengaruh penting terhadap kematian bayi dan usia harapanhidup. Angka kematian bayi dan usia harapan hidup berhubungan denganpendapatanperkapita,desentralisasijumlah dokter umum.10pelayanankesehatan,dan

Terkait dengan penelitian-penelitian terdahulu, penulis inginmengajukan hipotesa yakni :H2 : Desentralisasi fiskal berhubungan dengan Angka Kematian BayiH2a atif dengan angka kematian bayiH2b rhubungan negatif dengan angka kematian ngkakematian bayi.Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosialekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapanhidup penduduk dari suatu negara. Meningkatnya perawatan mampuakanmemenuhikebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebihbaik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai,yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakatdan memperpanjang usia harapan hteraankesehatanpadakhususnya. Angka usia harapan hidup pada suatu umur x adalah ratarata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah11

berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasimortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.Terkait dengan penelitian-penelitian terdahulu, penulis inginmengajukan hipotesa yakni :H3 : Desentralisasi fiskal berhubungan dengan Usia Harapan HidupH3a itif dengan usia harapan hidupH3b rhubungan positif dengan usia harapan hidupH3c pan hidup.H3d :Jumlah tempat tidur tersedia di rumah sakit berhubunganpositif dengan usia harapan hidup.Untuk Hipotesa2, penulis menggunakan model yang dibangun olehCanterero et al (2008). Model ini hampir sama dengan model yangdibangun dalam penelitian Robalino et al (2001) dan Asfaw (2005).AKBrt α β1DFKrt β2 PDRBrt β3MDSrt rtPenjelasan :AKBrt: melambangkan indikator kesehatan yakni angka kematianbayiDFKrt: ealisasikesehatan di APBD12belanjafiskalpemdabidangdibidang

PDRBrt: Melambangkan pendapatan domestik regional bruto (PDRB)per kapita berdasarkan harga yang berlakuMDS: Jumlah tenaga medis yakni dokter, bidan dan perawatrt rt: Errorr: Melambangkan kabupaten/kota di provinsi Sumatera Baratt: Melambangkan waktu dari tahun 2001 – 2007Untuk hipotesa3, penulis menggunakan model yang dibangunoleh Canterero et al (2008).UHHrt α β1DFKrt β2 PDRBrt β3MDSrt β4TTrt rtPenjelasan :UHHrt: ralisasiusiaharapanhidupDFKrt: mdabidangdibidangkesehatan di APBDPDRBrt: Melambangkan pendapatan domestik regional bruto (PDRB)per kapita berdasarkan harga yang berlakuMDSTTrtrt: Jumlah tenaga medis yakni dokter, bidan dan perawat: Melambangkan tempat tidur tersedia di rumah sakit rt: Errorr: Melambangkan kabupaten/kota di provinsi Sumatera Baratt: Melambangkan waktu dari tahun 2001 – 2007METODA PENELITIAN13

Populasi dan Sampel PenelitianPopulasi dalam penelitian ini adalah 19 pemerintah daerah kabupatendan kota di Provinsi Sumatera Barat.Sampel yang diambil dalampenelitian ini adalah pemerintah daerah tingkat kabupaten dan kotadi propinsi Sumatera Barat. Pemilihan sampel akan digunakan metodapurposive hkanmethoddari(Sugiyono,yaknitahunyakni teknik nguntukmembandingkan belanja bidang kesehatan antara sebelum dan sesudahdesentralisasi fiskal. Titik pisah batas antara sebelum dan isebabkanimplementasi desentralisasi fiskal dilaksanakan secara efekktif padatahun 2001.Jenis Data dan Instrumen Pengumpulan DataData yang diperlukan terkait dengan variabel dependen dan independendalam penelitian ini adalah data sekunder yang dipublikasikan anDinasKesehatan Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten/Kota.Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran VariabelDesentralisasi fiskal bidang kesehatan sampai saat ini masih njabidang

kesehatan pada total belanja (Canterero, 2008).Berikut definisioperasionalisasi variabel dan pengukurannya.a. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah kematian yang terjadi uranindikatornya adalah :b. lamanya hidup per penduduk (dalam tahun) sejak lahir yang akandicapai oleh penduduk dalam suatu wilayah dan waktu tkelompokumur. Formula pengukuran indikatornya adalah:c. kapita suatu daerah.Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistikyang merangkum perolehan nilai tambah yang tercipta akibat prosesproduksi baik barang ataupun jasa di suatu wilayah/region ntanpamemperhatikan asal/domisili pelaku produksinya.Dalam penelitian ini PDRB yang dipilih adalah PDRB berdasarkanharga yang berlaku, sehingga untuk menghitung PDRB per kapita15

adalah PDRB berdasarkan harga berlaku suatu kabupaten/kota dibagidengan total jumlah penduduk dikabupate/kota yang sama.d. belanja pelayanan kesehatan yakni anggaran yang dialokasikanoleh pemerintah melalui APBD untuk biaya penyelenggaraan upayakesehatan.Adapun formula pengukurannya adalah:e. TT adalah jumlah tempat tidur tersedia di rumah sakit dalamsatu tahun tertentu.f. enaga medis terdiri dari dokter, perawat dan

DAMPAK DESENTRALISASI FISKAL TERHADAP OUTCOMES BIDANG KESEHATAN: STUDI EMPIRIS DI KABUPATEN/KOTA . (output), hasil (outcomes), manfaat (benefit) dan dampak (impact). Tujuan yang paling mendasar adalah keinginan atas akuntabilitas pemerintah daerah terhadap . Salah satu

Related Documents:

Kebijakan desentralisasi fiskal di Indonesia . sitif terhadap output riil pasca reformasi di China, sebaliknya desentralisasi fiskal ber-dampak negatif terhadap stabilitas harga atau inflasi. Desentralisasi fiskal

Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pertumbuhan Ekonomi 1 . tahun 1995 yang mengatur tentang otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Kebijakan ini merupakan tantangan dan peluang bagi pemerintah daerah untuk mengelola sumber daya . Kesenj

konsep dasar tentang desentralisasi, apakah otonomi daerah, tujuan desentralisasi dan otonomi daerah. 2) Praktek desentralisasi dari prespektif perbandingan di berbagai negara dengan sistem pemerintahan. 3) Dimensi dalam desentralisasi dan otonomi daerah. 4) kelebihan dan kelemahan dalam system desentralisasi,

Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap Efisiensi Sektor Publik dan Pertumbuhan Ekonomi di Jawa Timur . pengeluaran dalam output ekonomi barang dan jasa. Dari kedua sudut pandang ini, G- . Dampak kebijakan d

pembangunan dari sudut pandang kebijakan fiskal, Kajian Fiskal Regional (KFR) memotret gambaran perekonomian dan peran kebijakan fiskal suatu wilayah secara utuh sekaligus sebagai economic outlook perekonomian ke depan. Untuk mempertajam analisis, Kajian Fiskal Regional tahun 2

memahami Kode Etik Jurnalistik. Dewan Pers menerima 89 Aduan Pelanggaran Kode Etik, disebutkan bahwa ternyata 80% wartawan Indonesia sama sekali belum pernah membaca Kode Etik Jurnalistik dan UU 40/1999 tentang pers.5 Hasil kajian Pramesti menyimpulkan bahwa pelanggaran kode etik dipengaruhi berbagai faktor. Pertama, sifat kode etik yang .

Indonesia ke dalam bahasa Jawa dan alih kode bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia. Campur kode yang diemukan berupa campur kode kata, campur kode reduplikasi, dan campur kode frasa. terdapat interferensi leksikal BC dan interferensi morfologi dalam penggunaan bahasa Jawa etnis Cina di Pasar Gede Surakarta. 2. Pemakaian Alih Kode dan Campur .

ISO 14001:2015 standard certification. An EMS audit is a systematic and documented verification process of objectively obtaining and evaluating evidence to determine whether an organization’s EMS conforms to the criteria of the ISO 14001:2015 standard, and is communicating results to management. There is a plethora of information and checklists