MENINGKATKAN RELEVANSI PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI .

3y ago
33 Views
2 Downloads
590.97 KB
11 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Camille Dion
Transcription

MENINGKATKAN RELEVANSI PEMBELAJARAN KIMIAMELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KEARIFAN DAN KEUNGGULAN LOKAL(Suatu Studi Etnopedagogi melalui Indigenous Materials Chemistry)Hernani, Ahmad Mudzakir, Heli Siti H.Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPAUniversitas Pendidikan IndonesiaABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran, bahan ajar, dan alat ukurpenilaian literasi sains pada pembelajaran kimia berbasis kearifan dan keunggulan lokal. Kearifandan keunggulan lokal yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan kimia material pribumi(indigenous materials chemistry). Untuk menghasilkan model pembelajaran, bahan ajar, dan alatukur penilaian literasi sains, tahapan pertama yang dilakukan adalah menganalisis potensi kearifandan keunggulan lokal yang terkait erat dengan konsep-konsep ilmu kimia dalam standar isi matapelajaran kimia SMA melalui studi pustaka dan studi lapangan. Hasil analisis tersebut adalah untukdaerah Kabupaten Majalengka dan Bandung Barat potensi daerah berupa bahan baku keramik dapatdigunakan untuk menjelaskan kimia unsur, untuk daerah Garut potensi daerah berupa batik dapatdigunakan untuk menjelaskan materi polimer dan lipid, untuk daerah Indramayu potensi daerahberupa pengeboran minyak dapat digunakan untuk menjelaskan materi ikatan kimia dalam konteksgrafena, untuk daerah Cirebon potensi daerah berupa budaya ruwatan keris dapat digunakan untukmenjelaskan materi reaksi elektrokimia dan korosi. Produk dari penelitian ini berupa: (1) modelpembelajaran yang digambarkan dalam peta konsekuensi, (2) bahan ajar yang mewujudkan tahappembelajaran STL, yaitu tahap kontak, tahap kuriositi, tahap elaborasi, tahap pengambilankeputusan, tahap nexus dan tahap penilaian, dan (3) alat ukur penilaian meliputi aspek konteks,konten, proses sains, dan sikap sains.Kata kunci: kearifan dan keunggulan lokal, literasi sains, etnopedagogi, indigenous materialschemistryABSTRACTThis study aims to produce the models of teaching, teaching materials, and assessment for scienceliteracy measurement tools on local wisdom and excellent-based chemistry teaching. Local wisdomand excellence mentioned is related to indigenous materials chemistry. The first stage of this studyis to analyze the potential of local wisdom and excellence are related to chemistry concepts in thehigh school chemistry content standard through library research and field studies. The results of thisanalysis are (1) ceramic materials which are the potential of West Bandung and Majalengka areascan be used to explain the chemicalelements, (2) raw materials of batik which are potential of Garutarea can be used to explain the polymer and lipid material, (3) Graphene that use raw materialsfrom oil drilling which are potential of Indramayu area can be used to explain the chemicalbonding material, and (4) “keris” cultural maintenance which are potential of Cirebon area can beused to explain the electrochemical reactions and corrosion materials. The product of this researchinclude: (1) models of teaching are described in the consequences map, (2) teaching materials thatembody the learning phase of the STL, the contact phase, curriosity phase, elaboration phase, thedecision-making phase, nexus phase and assessment phase, and (3) assessment measuringtools include aspects of the context, content, process science, and science attitudes.Keywords:local wisdom and excellent, science literacy, etnophedagogies, indigenous materialschemistryberpikir kritis, kreatif, logis, dan berinisiatifdalam menanggapi isu di masyarakat yangdiakibatkan oleh dampak perkembangan sainsdan teknologi (Prayekti, 2006). Pendidikansains diharapkan dapat menjadi wahana bagiPENDAHULUANPendidikan sains (Ilmu PengetahuanAlam, IPA) sebagai bagian dari pendidikanpada umumnya berperan penting untukmenyiapkan peserta didik yang mampu96

Hernani, Ahmad Mudzakir, Heli Siti H., Meningkatkan Relevansi Pembelajaran Kimia melalui Pembelajaran Berbasis Kearifandan Keunggulan Lokal (Suatu Studi Etnopedagogi melalui Indigenous Materials Chemistry)peserta didik untuk mempelajari diri sendiridan alam sekitar, serta prospek pengembanganlebih lanjut dalam menerapkannya di dalamkehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006).Studi penilaian literasi sains pada PISA(Programme for International StudentAssesment) Nasional 2006 menunjukkan hasilyang nampak tidak sepadan dengan peranpenting sains. Studi PISA Nasional 2006menunjukkan bahwa literasi peserta didikIndonesia masih berada pada tingkatanrendah. Dari analisis berdasarkan data hasiltes PISA Nasional 2006 yang dilakukan olehFirman (2007), dapat dikemukakan beberapatemuan diantaranya:1) Capaian literasi peserta didik rendah,dengan rata-rata sekitar 32% untukkeseluruhan aspek, yang terdiri atas 29%untuk konten, 34% untuk proses, dan 32%untuk konteks.2) Terdapat keragaman antar propinsi yangrelatif rendah dari tingkat literasi sainspeserta didik Indonesia.Dari hasil temuan tersebut, menunjukkanbahwa banyak peserta didik di Indonesia tidakmampu mengaitkan pengetahuan sains yangdipelajarinya dengan fenomena-fenomenayang terjadi di sekitar mereka, karena merekatidakmemperolehpengalamanuntukmengkaitkannya (Firman, 2007).Permasalahan pembelajaran sains, yangsampai saat ini belum mendapat pemecahansecara tuntas adalah adanya anggapan padadiri siswa bahwa pelajaran ini sulit dipahamidan dimengerti. Hal ini senada dengan risetyang dilakukan oleh Holbrook (2005) yangmenunjukkan bahwa pembelajaran sains tidakrelevan dalam pandangan siswa dan takdisukai siswa. Faktor utama semua kenyataantersebut sepertinya adalah karena ketiadaanketerkaitan dalam pengajaran sains dengankehidupan sehari-hari.Holbrook mengungkapkan lebih lanjutbahwa sains relevan dengan proses danproduk sehari-hari yang digunakan dalammasyarakat. Walaupun demikian, umumnyapraktek pembelajaran sains di Indonesiacenderung menempatkan materi subjekterlebih dahulu, baru kemudian ditunjukkandengan sedikit aplikasinya (Prayekti, 2006).97Berkaitan dengan hal ini, nampaknya memangdiperlukan cara lain dalam pembelajaransains, yakni pembelajaran sains yangdidasarkan eppembelajaran konseptual yang membuat siswadapat mengapresiasikan sains secara relevan.Siswa perlu mengetahui relevansi darisebuah pembelajaran, seperti pada kehidupansehari-hari atau relevansinya pada kehidupanbermasyarakat. Dengan demikian pendidikansains diharapkan dapat membimbing siswauntukmencapaicita–citanyadalampendidikan melalui sains. Hal ini penting bagisiswa untuk dapat lebih menghargai sainsdalam pendidikan mereka (Holbrook, 2005).Berdasarkan latar belakang di atas,permasalahan utama dalam penelitian iniadalah “bagaimana meningkatkan relevansipembelajaran sains/kimia SMA melaluipembelajaranberbasiskearifandankeunggulan lokal?”. Permasalahan tersebutdiuraikan menjadi sub-sub masalah berikut:1. Bagaimanakah model pembelajaran yangdapatmeningkatkanrelevansipembelajaran sains/kimia SMA, sehinggakemampuan penguasaan konten, proses,konteks aplikasi, dan nilai sains (literasisains/kimia siswa) secara simultan dapatditingkatkan?2. Bagaimanakah bentuk bahan ajar yangdapat digunakan dalam model tersebutyang dapat membantu pencapaian literasisains/kimia siswa SMA?3. Bagaimana bentuk alat ukur penilaian yangdapatdigunakanuntukmengukurpencapaian literasi sains/kimia siswaSMA?4. Kendala-kendala apakah yang harusdiperhitungkanpadaimplementasipembelajaran kimia SMA kontekstualberbasis keunggulan lokal?5. Bagaimana pendapat siswa dan gurutentang efektivitas model pembelajaran,bahan ajar, dan perangkat alat ukurpenilaian pada pembelajaran kimia SMAyang dikembangkan?Manfaat yang dapatpenelitian ini adalah:dipetikdarihasil

98Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012, hlm. 96-1061. Bagi Guru, hasil dari penelitian ini dapatdigunakan sebagai sumber inspirasi dalammewujudkan pembelajaran kimia yanglebih relevan dengan kehidupan, sehinggapembelajaran kimia lebih bermakna.2. Bagi siswa, tersedianya sumber belajarberupa buku ajar dan media yang dapatlebih memotivasi siswa untuk belajarkimia.3. Bagi Pemerintah, tersedianya sarana untukmewariskan budaya dan kearifan bangsasebagai pilar mewujudkan persatuan dankesatuan bangsa. Pilar yang paling efektifadalah melalui proses pendidikan disekolah.METODEPenelitian ini menggunakan modelpenelitian dan pengembangan pendidikan(educational research and development)jangka menengah yang dilaksanakan selamadua (2) tahun. Tahapan yang dilakukanmeliputi tahapan define, design, develop, anddessiminate (Thiagarajan, et. al., 1974).Penelitian yang telah dilakukan meliputitahapan define dan design. Tahapan define(tahapan analisis kebutuhan, need assesment)dilakukan untuk menyusun rancangan awaldan dilakukan melalui studi pustaka dan studilapangan. Hasil tahapan define dijadikanpijakan untuk melakukan tahapan designyakni merancang model, bahan ajar, dan alatukur penilaiannya. Secara utuh desainpenelitian yang dilakukan diperlihatkan padaGambar 1.Pengembangan model pembelajaran danperangkatnya dilakukan dengan mengacupada tiga konsep berikut: Berorientasi pada konteks danmenanamkan proses belajar pada masalahyang autentik (sebenarnya). Menggunakan metodologi pengajaran yangmengembangkan pembelajaran mandirimaupun cooperative learning. Bertujuan pada pengembangan yangsistematis dari konsep dasar sains.Ketiga konsep dasar ini menentukanpemilihan konteks keunggulan lokal danrancangan model pembelajaran. Pada Gambar2 ditunjukkan bagan rancangan modelpembelajaran yang dikembangkan.

Hernani, Ahmad Mudzakir, Heli Siti H., Meningkatkan Relevansi Pembelajaran Kimia melalui Pembelajaran Berbasis Kearifandan Keunggulan Lokal (Suatu Studi Etnopedagogi melalui Indigenous Materials Chemistry)99

100Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012, hlm. 96-106Konteks sosial berbasis kearifan dankeunggulan lokal yang dijadikan temapembelajaran merupakan potensi daerahkabupaten/kota berkaitan dengan kimiamaterial pribumi (indigenous materialschemistry). Tema “Keramik Tradisional:Bagaimana Menjadikan Lempung LokaldenganKualitasInternasional?”dikembangkan berdasarkan kearifan dankeunggulan lokal Kabupaten Majalengka danBandung Barat. Budaya penjamasan kerisdikembangkan berdasarkan kearifan daerahKabupaten Cirebon. Tema “Minyak bumisebagai bahan baku grafena” merupakanpotensi sumber daya alam KabupatenIndramayu. Keunggulan lokal KabupatenGarut tergambarkan pada tema pembelajaran“Kerajinan Batik Garut: Suatu PemrosesanPolimer Alam.Konsep dasar yang dikembangkan dalambahan ajar merupakan konsep dasar kimiayang dituntut standar isi mata pelajaran kimiaSMA. Pengembangan bahan ajar dilakukanberdasarkan pada peta konsekunsi (Holbrook,2005) menyangkut isu sosial berbasiskeunggulan lokal, konsep dasar kimia, danpengambilankeputusansosio-scientificberdasarkan isu yang diberikan. Bahan ajaryang dikembangkandivalidasi denganmengundang judgment ahli, guru, dan siswa.HASIL DAN PEMBAHASAN(Holbrook, 2005), yaitu tahap kontak,kuriositi, elaborasi, pengambilan keputusan,nexus dan evaluasi. Pembelajaran kontendengan konteks sosial yang mengarahkandalam pengambilan keputusan sosio-ilmiahdapat digambarkan oleh perubahan suatu petakonsep ke dalam suatu format prosespembelajaran (Holbrook, 2005).Berdasarkan penelitian yang telahdilakukan diperoleh model pembelajaran,bahan ajar, serta alat ukur penilaian berbasisSTL. Ketiga produk tersebut terkait dengankonteks budaya dan kearifan lokal Indonesiaserta perkembangan teknologi, yaitu: (1)keramik tradisional, (2) grafena, (3) keris, dan(4) batik.1. Model Pembelajaran yang DikembangkanModel pembelajaran literasi sains yangdikembangkan pada penelitian ini sesuaidengan tahapan pembelajaran ScienceTechnologyLiteracy(STL)yangdikemukakan oleh Nentwig et al. (2002) yangdisesuaikan dengan kriteria pembelajaran STLAlat ukur penilaian literasi sainsdikembangkan berdasarkan kerangka teoritisyang telah dikemukakan PISA-OECD tahun2006 (dalam Firman, 2007). Alat ukurpenilaian dikembangkan berdasarkan baganpada Gambar 3.Secararincikeenamtahapanpembelajaran STL untuk setiap konteks yangdikembangkan diringkas pada Tabel 1.2. Bahan Ajar STL yang DikembangkanPengembangan bahan ajar dilakukanberdasarkan konsepsi yang dikemukakanHolbrook (1998), yaitu dalam pembuatanbahan ajar disarankan agar judul dikaitkan

Harry Firman, Mustaffa Ahmad, Abu Hassan Kassim, Meningkatkan Relevansi Pembelajaran Kimia melalui PembelajaranBerbasis Kearifan dan Keunggulan Lokal (Suatu Studi Etnopedagogi melalui Indigenous Materials Chemistry)dengan isu-isu sosial yang dapat menunjangsiswa dalam memahami konsep sains.Pengembangan bahan ajar pada penelitian inidilakukan berdasarkan peta konsekuensi(Holbrook, 2005) yang menyangkut isu sosialberbasis keunggulan lokal, konsep dasarkimia, dan pengambilan keputusan sosioscientific berdasarkan isu yang diberikan.Bahanajarinidiharapkandapatmenghubungkan kondisi sosial di lingkungansiswa dengan konsep kimia yang terkait.Adapun judul dari bahan ajar diambil daritema pembelajaran.Pada Tabel 2 disajikan salah satu contohkonteks dan konten yang dikembangkandalam bahan ajar.1013. Alat Ukur Penilaian STL yangdikembangkanAlat ukur penilaian dibuat denganmengacu kepada Kisi-kisi alat ukur penilaianliterasi sains. Kisi-kisi alat ukur penilaianliterasi sains ini meliputi aspek konten sains,aspek konteks aplikasi sains, aspek prosessains, aspek sikap sains dan indikator aspekdimensi proses kognitif. Adapun bentuk alatukur tersebut adalah pilihan ganda beralasan.Salah satu contoh kisi-kisi yangdikembangkan untuk pembuatan alat ukurpenilaian STL terkait dengan tema batikditunjukkan pada Tabel 3.

102Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012, hlm. 96-106Tabel 1. Tahapan-tahapan STL pada setiap konteks yang dituangkan dalam Model PembelajaranKonteksTahap KontakTahap kuriositi1. KeramikTradisionalSiswa diberikanpertanyaanpengantar Apakahkalian tahumengenai potensipotensi yangdimiliki olehKabupatenBandung Barat?.Respon siswa padatahap ini adalahmenjawabpertanyaan seputarpotensi-potensiyang dimiliki olehKabupatenBandung Barat.Siswa diberipertanyaanmengenai potensidaerah KabupatenBandung Baratdan Majalengkaadalah“Bagaimana caramemilih keramikyangberkualitas?”.Penggunaankonteks tersebutterkait denganadanya lempungsebagai bahanbaku keramik.1. Grafena:penerapanteknologinanoDikemukakan isuisu atau masalahmasalah tentangnanoteknologiyang dikaitkandengan kontenikatan kimia.Dikemukakanpertanyaan“Apakah grafenaakan berpengaruhbesar dalamperkembanganteknologi di masadepan, khususnyadi bidangelektronik?”Tahapan STLTahap pengambilanTahap ElaborasikeputusanDilakukan kegiatanSiswa diarahkan untukeksplorasi yangmengambil keputusanmemberikan informasidalam pemilihan keramiksekaligus diskusi mengenai yang baik berdasarkanhubungan pemilihanbukti-bukti yang diperolehkeramik yang berkualitasselama praktikum. Siswadengan materi pokok kimia dapat mengetahui bahwaunsur. Konten yangcara memilih jenisdikembangkan meliputikeramik yang berkualitasunsur utama dan transisidapat didasarkan padayang terdapat dalampengujian sifat fisik dankeramik, kecenderungansifat kimia keramik. Sifatunsur utama dan unsurfisik dan sifat kimia initransisi dalam golonganterkait dengan komposisidan periode yang sama,unsur-unsur yang terdapatkeberadaan unsur utamadalam bahan baku dandan unsur transisi di alam,bahan aditif keramik sertakegunaan dan carateknik pembuatanpengolahan unsur utamakeramik.dan transisi, uji nyalalogam alkali dan reaksilogam alkali dengan air.Dilakukan eksplorasi,Dilakukan pengambilanpembentukan dankeputusan bahwa grafenapemantapan konsep untukdapat berperan pentingmengenal grafena ditinjaudalam perkembangandari konsep maupun konten teknologi di masa depanmateri yang berhubungandisertai dengan alasandengan ikatan kimia.alasannya, dan dampakyang mungkin timbul bagipara pelaku industri,ilmuwan, dan masyarakat.Tahap NexusTahap PenilaianSiswa diarahkanDilakukan evaluasiuntuk dapatpembelajaranmengambilsecara keseluruhankonsep dasardenganberupa komposisimemberikan soalzat dan jenis unsur terkait konteks danyang terdapatkonten kimia unsurdalam keramikkepada siswa.danmengaplikasikanpengetahuannyapada konteks lain,yaituperbandingankekuatan mortardan beton agarpengetahuan yangdiperoleh lebihaplikatif danbermakna di luarkontekspembelajaran.Dilakukan prosesDilakukan evaluasipengambilanpembelajaranintisari (konsepsecara keseluruhandasar) berupayang berguna untukadanya ikatanmenilaikovalen antarkeberhasilan belajaratom karbon yang siswa. Penilaianmenyusundilakukan denganlembaran tipismemberikan soalgrafena, sertaterkait dengan

Hernani, Ahmad Mudzakir, Heli Siti H., Meningkatkan Relevansi Pembelajaran Kimia melalui Pembelajaran BerbasisKearifan dan Keunggulan Lokal (Suatu Studi Etnopedagogi melalui Indigenous Materials Chemistry)KonteksTahap Kontak3.Batik Garut:Suatupemrosesanpolimer alamSiswa dikenalkandengan batik Garutsebagai budayaIndonesia. Selainitu, jugadikenalkan tatacara pembuatanbatik tulis.4.Kimia kerisDitampilkan videoberisi isupenjamasan kerisyang berasal dariberita salah satusaluran televisi.Tahap kuriositiSiswa diberipertanyaan berupa“Bagaimanatahapan-tahapandalam pembuatanbatik tulis?”.Siswa menjawabpertanyaantersebut sesuaidengan hasilpengamatanmereka terhadaptayangan mediayang naseorang penjamaskeris professionalmelakukanpekerjaannya?”.Tahapan STLTahap pengambilanTahap ElaborasikeputusanDilakukan eksplorasikonsep terkait dengankonten makromolekul danlipid. Kontenmakromolekul terkaitdengan kain sebagai bahanbaku pembuatan batik, danpenggunaan malam padaproses membatik terkaitdengan konten lipid.Dilakukan pengambilankeputusan mengenai carapembuatan batik yangbenar. Cara yang benartersebut dikaitkan denganupaya untuk tidakmenggunakan polimersecara berlebihansehingga splorasi materiyang terdiri atas empatbagian submateri yaitupotensial elektroda, selvolta, korosi danelektrolisis. Animasi yangditampilkan bertujuanuntuk memvisualisasikanproses ataupun reaksi yangterjadi dalam kontenelektrokimia.Ditampilkan multimediaberupa video penjamasanuntuk mengingatkan siswapada pertanyaan kuriositi.Dengan menyimak videotersebut diharapkan siswadapat mengambilkesimpulan alasan-alasanilmiah yang menyertaiprosesi penjamasan keris(di luar hal lain yang tidakdapat dibahas secarailmiah).103Tahap NexusTahap Penilaianadanya ikatan VanDer Walls antarlembaran tipisgrafena yangmembentuk grafit.Dilakukan prosespengambilanintisari (konsepdasar) yang terkaitberupakarbohidrat,protein dan lipidyang dikaitkandengan konteksbatik.konteks dan kontenikatan kimia kepadasiswa.Dilakukan prosespengambilanintisari (konsepdasar) tentangkonsepelektrokimiadiikuti denganpengenalankonteks lain, yaitupengecatan pagarbesi danpemurnian logam.Dilakukan evaluasipembelajaransecara keseluruhanyang berguna untukmenilaikeberhasilanbelajar siswa.Penilaian dilakukandenganmemberikan soalterkait dengankonteks dan kontenmakromolekul danlipid kepada siswa.Dilakukan evaluasipembelajaransecara keseluruhanyang berguna untukmenilaikeberhasilan belajarsiswa. Penilaiandilakukan denganmemberikan soalterkait dengankonteks dan kontenelektrokimiakepada siswa.

104Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 17, Nomor 1, April 2012, hlm. 96-106Tabel 2. Contoh Konteks dan Konten yang Dikembangkan dalam bahan Ajar Konteks BatikKonteksJenis-jenis kain yang digunakan untukbatik berbeda - beda tergantung teksturmaupun bahan dasarnya seperti bahansutera, katun prima, primisima, polisima,dobi, paris, atau shantung.Jenis – jenis kain yang digunakan: Kain Sutera. Bahan dasar kain suteramempunyai harga yang sangat mahal.Ini dikarenakan memiliki tekstur yanglembut dan mengkilap. Kain katun adalah kain yang umumdigunakan untuk batik. Kain katun adabeberapa tingkatan. Kain katunprimisima lebih bagus dari katunprima, dan kain polisima paling bagusdiantara keduanya. Masing-masingkatun tersebut ada beberapa tingkatanpula. Ada yang kasar dan tipis, lebihhalus dan tebal dan paling

dilakukan berdasarkan peta konsekuensi (Holbrook, 2005) yang menyangkut isu sosial berbasis keunggulan lokal, konsep dasar kimia, dan pengambilan keputusan sosio-scientific berdasarkan isu yang diberikan. Bahan ajar ini diharapkan dapat menghubungkan kondisi sosial di lingkungan siswa dengan konsep kimia yang terkait.

Related Documents:

1. Mahasiswa mampu menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu kimia sebagai dasar dalam mempelajari ilmu yang berkaitan dengan kimia. 2. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan-perhitungan dasar kimia. Pokok Bahasan 1. Konsep Dasar Kimia 2. Model dan Struktur Atom 3. Konfigurasi Elektron dan Ikatan Kimia 4. Wujud Zat dan Perubahan Fase 5.

PETA KONSEP ILMU KIMIA Kedudukan diantara ilmu lainnya Peran Ilmu Kimia Memperbarui materi yang dapat diperbarui . elektrokimia (elektronik dan kimia), serta kimia nuklir (kimia dan nuklir) E. Kegiatan Eksperimen Kegiatan eksperimen dapat dilakukan dilaboratorium. Laboratorium adalah tempat untuk eksperimen

LABORATORIUM JASA KIMIA DEPARTEMEN KIMIA, FMIPA UNIVERSITAS INDONESIA Gedung G Departemen Kimia, FMIPA Kampus UI Depok 16424 Tlp. 6221 78849006 Fax. PENDAHULUAN Lab Unichem Kimia UI yang sebelumnya bernama Lab Afiliasi Kimia UI didirikan sebagai bentuk penerapan pilar ketiga tridarma perguruan tinggi yaitu

KONSEP DASAR KIMIA ORGANIK YANG MENUNJANG PEMBELAJARAN KIMIA SMA Kimia organik adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari senyawa organik. Pada awalnya (yaitu pada sekitar tahun 1700-an) senyawa organik didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang berasal dari organisme hidup, sehingga mempunyai “daya hidup” atau “vital force”.

Dasar-dasar Ilmu Kimia Dra. Hernani, M.Si. T idak kita ragukan lagi bahwa zat kimia ada di mana-mana, banyak zat kimia terjadi secara alamiah ataupun diproduksi dengan proses tertentu. Ilmu kimia adalah bagian dari sains yang secara khusus mempelajari sejumlah aspek pada zat kimia, misalnya menjawab pertanyaan ”apa bahan

Modul Hukum Dasar Kimia dan Perhitungan Kimia EV Page 3 of 28 PENDAHULUAN Selamat Anda telah menyelesaikan modul ketiga dengan baik, sekarang Anda akan mempelajari modul ke empat. Pada modul ini Anda akan mempelajari tentang “Hukum Dasar Kimia dan penerapannya dalam Perhitungan Kimia“.

Metode Dasar Pemisahan Kimia merupakan salah satu hal yang dipelajari dalam ilmu kimia. Materi yang dipelajari dalam metode dasar pemisahan kimia haruslah dimengerti bagi mahasiswa program studi kimia maupun praktisi yang berkecimpung dalam bidang pemisahan kimia seperti pengolahan limbah, pemurnian air, dan sebagainya.

Exchange Markets, Ane Books Pvt Ltd, New Delhi 2. R.G. Lipsey & K.A. Chrystal- Principles of Economics Oxford Univ. Press. 3. Taxmann‟s Students Guide to Economics Laws, Taxman Allied Services Pvt. Ltd, New Delhi. 4. Taxman‟s, Consumer Protection Law Manual with Practice Manual, Taxmann Allied Services Pvt. Ltd., New Delhi. 5.