ANALISIS USAHA TANI LADA DAN ARAHAN PENGEMBANGANNYA DI .

3y ago
16 Views
3 Downloads
343.81 KB
9 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Aydin Oneil
Transcription

TATA LOKAVOLUME 18 NOMOR 2, MEI 2016, 76-84 2016 BIRO PENERBIT PLANOLOGI UNDIPP ISSN 0852-7458- E ISSN 2356-0266T A T AL O K AANALISIS USAHA TANI LADA DAN ARAHANPENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN BANGKATENGAHFarming Analysis and Development of Pepper in District of BangkaTengahMaryadi1, Atang Sutandi2, Ivanovich Agusta3Diterima: 22 Oktober 2015Disetujui: 4 April 2016Abstrak: Indonesia merupakan penghasil lada nomor dua di dunia setelah Vietnam. Ladaadalah salah satu komoditi unggulan sebagai sumber devisa, sumber pendapatan petani, dandapat menciptakan lapangan kerja. Tingginya permintaan pasar internasional terhadap ladamerupakan peluang untuk pengembangan lada. Di Indonesia, Provinsi Bangka Belitungadalah produsen utama lada putih yang mana salah satu daerah penghasilnya adalahKabupaten Bangka Tengah. Upaya pengembangan tanaman lada harus berdasarkan evaluasikesesuaian lahan untuk produksi yang optimal. Selain itu, menganalisis kelayakan usaha tanilada, menganalisis marjin pemasaran dalam sistem pemasaran lada putih, dan menyusunarahan pengembangan perkebunan lada diperlukan sebagai pedoman pemangku kebijakan diKabupaten Bangka Tengah. Pengembangan lada membutuhkan komitmen dan upaya yangdidasarkan pada kebijakan pembangunan perkebunan yang dilaksanakan secara proporsionaldan profesional.Kata kunci: arahan pengembangan, kelayakan usaha, kesesuaian lahan, lada, marjinpemasaranAbstract: Indonesia is the producer of pepper number two in the world after Vietnam. Pepper isone of the leading commodity that has a major role as source of foreign exchange, the source offarmer’s income, and job creation. The high demand on the international market is an opportunityfor the development of pepper pepper. In Indonesia, Bangka Belitung Province is a major producerof white pepper which one is the producing regions of District of Bangka Tengah. Thedevelopment effort pepper plants must be based on land suitability evaluation for optimalproduction. Moreover, analyzing the feasibility of farming of pepper, analyze marketing marginsin the marketing system of white pepper, and arrange referrals pepper plantation development isneeded to guide policy makers in Central Bangka Regency. Pepper development requirescommitment and effort which is based on plantation development policies implementedproportionately and professionally .Keywords: pepper, direction of development, land suitability, marketing margins, the feasibility offarming1Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan, Provinsi Kep. Bangka BelitungDepartemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor3Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor2Korespondensi: maryadilatief@gmail.comAvailable online: http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/tataloka

77Analisis Usaha Tani dan PengembangannyaPENDAHULUANKomoditi lada putih dari Indonesia untuk pasar internasional sudah terkenal sejakdulu, yaitu Lada Putih Bangka ( Muntok White Pepper), sedangkan untuk lada hitam yaitukomoditi Lada Hitam Lampung (Lampong Black Pepper). Komoditi Muntok White Peppermenjadi brand image yang terkenal di perdagangan internasional karena cita rasanya yangkhas dengan rasa yang lebih pedas, artinya kualitas lada putih di pasar internasional selalumengacu pada kualitas Lada Putih Bangka. Lada Putih Bangka juga sudah memilikisertifikat Indikasi Geografis (IG) dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan penghasil dan pengekspor utamakomoditi lada putih di Indonesia. Harga lada putih terus meningkat sesuai denganpermintaan negara tujuan ekspor seperti dari Eropa, Amerika Serikat, Singapura, Jepangdan negara lainnya. Menurut IPC (2013), ekspor lada putih Indonesia tertinggi terjadi padatahun 2000, yaitu 63.938 ton (37% dari total ekspor dunia) di mana 34.256 ton atau 53,6%nya merupakan lada putih asal Bangka Belitung. Di dalam negeri, dengan konsumsi lada 60gram/kapita/tahun artinya dalam setahun dibutuhkan 13.200 ton lada (Yuhono 2007).Perkembangan luas areal pertanaman lada selama beberapa tahun terakhir pada dasarnyamerupakan respon masyarakat terhadap harga jual komoditi lada putih di pasar domestikyang telah terintegrasi dengan harga pasar dunia. Tingginya respon masyarakat untukkembali mengusahakan lada merupakan sebuah peluang yang harus ditangkap dandimaksimalkan oleh pengambil kebijakan.Kabupaten Bangka Tengah merupakan salah satu daerah produsen lada di wilayahProvinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada tahun 2014 daerah ini memiliki luas arealperkebunan rakyat sebesar 19.278 hektar, dengan luas areal perkebunan lada 2.613 hektaratau sekitar 13% dari total areal perkebunan selain karet, kelapa sawit, dan tanamanperkebunan lainnya (Disbunhut Kab. Bangka Tengah 2014). Memperhatikan potensi yangada dan prospek masa depan, komoditi lada putih tetap menjadi komoditi unggulan diProvinsi Kepulauan Bangka Belitung dan di Kabupaten Bangka Tengah khususnya yangberpotensi untuk terus dikembangkan dalam rangka pengembangan wilayah.Pada awal diterbitkannya kebijakan mengenai dibolehkannya masyarakat ikutmenambang mineral timah (Tambang Inkonvensional), hingga tahun 2012 rodaperekonomian Kabupaten Bangka Tengah sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan.Rata-rata uang yang beredar dari aktivitas perdagangan timah mencapai Rp 2,8 triliun yangartinya secara virtual masyarakat Kabupaten Bangka Tengah memperoleh tambahanpendapatan Rp 17 juta per jiwa setiap tahunnya. Pada tahun 2013 saat kandungan timahmenipis dan berakhirnya kontrak karya PT. Koba Tin yang berada di Kabupaten BangkaTengah, pendapatan rata-rata menjadi Rp 11 juta per jiwa (Distamben Kab. Bangka Tengah2014). Keadaan tersebut membuat masyarakat beralih kembali ke mata pencahariansebagai petani lada.Data yang bersumber dari BPS Kabupaten Bangka Tengah 2013 tercatat sebanyak29,50 % bekerja di sektor pertanian atau nomor 2 setelah sektor pertambangan (31,42%).Komoditi lada putih bagi Kabupaten Bangka Tengah memiliki peranan penting dalammenggerakkan perekonomian Kabupaten Bangka Tengah. Rata-rata peredaran uang darihasil perdagangan lada putih sebesar Rp 71 miliar per tahun. Jumlah tersebut dibandingkandengan populasi penduduk berarti memiliki andil sebesar Rp 430.000 pada pendapatan perkapita atau bisa memberi pendapatan rata-rata Rp 19.700.000 per petani lada setiaptahunnya. Membandingkan keadaan pada saat perekonomian bergantung pada timah danpasca timah, terjadi kehilangan pendapatan sebesar Rp 5,5 juta per jiwa.Permasalahan yang ada dalam pengembangan perkebunan lada rakyat di KabupatenBangka Tengah adalah rendahnya produktivitas lada, belum efisiennya sistem pemasarankomoditi lada putih di tingkat petani, keterbatasan modal untuk memperoleh bibit unggulTATALOKA - VOLUME 18 NOMOR 2 - MEI 2016 - p ISSN 0852-7458 - e ISSN 2356-0266

Maryadi, Sutandi, Agusta78dan sarana produksi lainnya. Belum berkembangnya peningkatan nilai tambah berupaproduk olahan juga menyebabkan rendahnya pendapatan petani. Menurut Evalia et.al(2012), peningkatan nilai tambah terhadap suatu komoditas mampu meningkatkanpendapatan pada banyak sektor agribisnis. Semakin menipisnya kandungan logam timah diPulau Bangka, khususnya di Bangka Tengah dan membaiknya harga komoditi lada putihmembuat masyarakat Bangka Tengah kembali ke mata pencaharian yang sudah turuntemurun digeluti yaitu berkebun lada. Tentunya hal ini harus menjadi perhatian agar petanitidak asal memilih lokasi yang akan menyebabkan berkurangnya keuntungan atau malahmenderita kerugian.Hasil penelitian Daras dan Pranowo (2009) menyimpulkan bahwa penurunan luasareal pertanaman lada disebabkan oleh faktor fluktuasi harga lada, gangguan OPT, dampakpenambangan timah ilegal, dan introduksi tanaman perkebunan lainnya. Solusi alternatifyang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah berupa pewilayahankomoditas, diversifikasi usaha tani, penataaan tata niaga, serta penguatan modal dankelembagaan usaha tani. Kemala (2011) melakukan penelitian mengenai strategipengembangan agribisnis lada untuk meningkatkan pendapatan petani, memberikangambaran akan berbagai persoalan yang dihadapi petani lada baik pada subsistem hulumaupun subsistem hilir. Penelitian ini memberikan berbagai strategi pemecahan masalahmeliputi pentingnya membangun kebun bibit untuk penangkaran lada, pengembangkanpusat pertumbuhan lada berdasarkan keunggulan komparatif dan kompetitif wilayah sertapenguatan kelembagaan dan teknologi.Arahan dan analisis usaha tani lada sangat diperlukan untuk pengembanganperkebunan lada rakyat di Kabupaten Bangka Tengah sebagai upaya mengembalikankejayaan Lada Putih Bangka di pasar internasional yang tentunya berdampak positifdengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Menurut Indraningsih (2013), dalampenentuan komoditi, ketersediaan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal) merupakanfaktor yang penting menunjang kinerja usaha tani. Selain itu, kemampuan bersaing melaluiproses produksi yang efisien merupakan landasan utama bagi kelangsungan kegiatan usahatani, terutama bila dikaitkan dengan orientasi usaha yang komersial. ). SelanjutnyaSetianto dan Susilowati (2014) menyatakan bahwa arahan pengembangan komoditasperkebunan diprioritaskan sesuai dengan agroklimat, masih tersedia potensi lahan untukpengembangan, memiliki harga jual produk yang baik, dan memiliki nilai ekonomi yangtinggi. Peningkatan pendapatan masyarakat dari usaha tani berdampak pada peningkatantabungan dan konsumsi masyarakat yang tentunya akan meningkatkan pendapatanpemerintah (Siregar et al. 2008Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menentukanlokasi pengembangan yang sesuai untuk perkebunan lada; (2) menganalisis kelayakanusaha perkebunan lada; (3) menganalisis marjin pemasaran dalam rantai pemasaran ladaputih; (4) menganalisis kelembagaan pengusahaan lada; dan (5) menyusun arahanpengembangan perkebunan lada di Kabupaten Bangka Tengah.Ruang lingkup penelitian ini dilakukan pada lahan aktual milik petani dan lahan-lahanpotensial berdasarkan kesesuaian lahan dan kelayakan usaha di Kabupaten Bangka Tengahyang memungkinkan untuk dibudidayakan perkebunan lada. Batasan penelitian adalahuntuk merekomendasikan lokasi lahan perkebunan lada dalam rangka menyusun arahanpengembangan perkebunan lada di Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan BangkaBelitung.TATALOKA - VOLUME 18 NOMOR 2 - MEI 2016 - p ISSN 0852-7458 - e ISSN 2356-0266

79Analisis Usaha Tani dan PengembangannyaMETODE PENELITIANPenelitian dilakukan di Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan BangkaBelitung dari bulan Juli 2015 – Nopember 2015. Kabupaten ini mempunyai wilayah seluas227.911,00 hektar dengan jumlah penduduk 162.525 jiwa. Berdasarkan data statistikKabupaten Bangka Tengah dalam Angka pada tahun 2013, Kabupaten Bangka Tengahterdiri dari 6 kecamatan, serta 7 kelurahan dan 56 desa. Secara geografis, KabupatenBangka Tengah terletak pada 2 11' Lintang Selatan sampai 2 46' Lintang Selatan dan105 48' Bujur Timur sampai 106 51' Bujur Timur (Gambar 1).Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Dataprimer diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara mendalam kepada stakeholders.Penentuan responden penelitian menggunakan metode purposive sampling. Data sekunderberupa Peta Administrasi Kabupaten Bangka Tengah, Peta Tanah, Peta PenggunaanLahan, RTRW Kabupaten Bangka Tengah 2011-2031, Peta Kawasan Hutan, Peta KawasanPertambangan, Data Perkebunan, dan Data Penduduk,. Metode analisis yang digunakanadalah analisis spasial untuk menentukan lokasi yang sesuai dan tersedia untukperkebunan lada, analisis pendapatan petani dan kelayakan usaha tani, analisis rantaipemasaran, serta analisis deskriptif terhadap suatu objek dengan tujuan membuatdeskripsi atau gambaran secara sistematis mengenai fakta-fakta yang sedang diteliti.Data untuk analisis usaha tani dilakukan melalui pemilihan sampel petani secarasengaja (purposive sampling) yang diambil dari petani yang bermatapencaharian utamasebagai petani lada yang sudah berproduksi sekaligus pemilik kebun pada kelas kesesuaianlahan yang ditentukan sebelumnya. Dari kecamatan terpilih, diambil sampel desa yangmemiliki luas kebun lada yang dominan.Gambar 2. Peta administrasi Kabupaten Bangka TengahAnalisis pemasaran dihasilkan dari data pemilihan responden yang juga dilakukansecara sengaja. Hal ini untuk menghindari adanya pedagang pengumpul yang menjadi kakitangan pedagang pengumpul di atasnya. Responden dipilih dari pedagang pengumpul ladaTATALOKA - VOLUME 18 NOMOR 2 - MEI 2016 - p ISSN 0852-7458 - e ISSN 2356-0266

Maryadi, Sutandi, Agusta80putih mulai dari tingkat desa hingga eksportir. Pemilihan sampel sebanyak 2 pedagangpengumpul pada setiap tingkatan rantai pemasaran.HASIL DAN PEMBAHASANPersebaran Lokasi PotensialDari peta kesesuaian lahan untuk tanaman lada tersebut diperoleh informasi bahwasebagian besar lahan di Kabupaten Bangka Tengah sesuai (S) untuk tanaman lada yaituseluas 212.709,01 ha atau mencapai 99,74% dari luas lahan yang ada dan sisanya lahanyang tidak sesuai (N) mencapai 553,4 ha (0,3%). Secara aktual sebagian besar masuk dalamkelas sesuai marginal (S2) yaitu seluas 143.924,9 ha (65,2%) ,sedangkan yang masuk dalamkelas cukup sesuai (S3) seluas 70.012,0 ha (34,5%) untuk tanaman lada di KabupatenBangka Tengah. Secara spasial lokasi lahan dengan kelas kesesuaian lahan aktual disajikanpada Gambar 2. Luas masing-masing kecamatan di Kabupaten Bangka Tengahberdasarkan ordo kesesuaian lahan disajikan pada Tabel 1.Gambar 3. Peta kesesuaian lahan untuk tanaman ladaTabel 1. Luas kesesuaian lahan untuk tanaman lada di Kab. Bangka TengahNo.1.2.3.4.5.6.KecamatanKobaPangkalan BaruSungai SelanSimpang KatisNamangLubuk BesarJumlahOrdo Kesesuaian 43.924,976.012,0N553,4553,4TATALOKA - VOLUME 18 NOMOR 2 - MEI 2016 - p ISSN 0852-7458 - e ISSN 2356-0266

81Analisis Usaha Tani dan PengembangannyaKelayakan Usaha Perkebunan LadaAsumsi yang digunakan dalam analisis ini bahwa produksi tanaman lada mulaiberproduksi pada umur 3 tahun setelah tanam dan mengalami produksi maksimal pada 4tahun setelah tanam dan akan terus menurun hingga umur 6 tahun. Analisis dilakukandalam skala pengusahaan kebun seluas 1 (satu) hektar dan selama umur produktif tanamanlada yaitu sampai 6 tahun.Tabel 2. Rata-rata pendapatan responden petani lada di Kabupaten Bangka TengahUraianSatuanA. Penerimaan usaha taniB. Biaya usaha taniB.1. Biaya tunaiB.2. Biaya diperhitungkanC. Pendapatan atas biaya total (A-B)D. Pendapatan tunai (A-B1)E. RC atas biaya tunai (A/B1)F. RC atas biaya total (A/B)KgHargasatuan (Rp)132.000Volume989,3Nilai 4.10067.554.1002,11,8Nilai RC ratio atas biaya tunai adalah 2,1 yang artinya setiap Rp 1 biaya tunai yangdikeluarkan oleh petani akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,1. Apabilamemasukkan biaya yang diperhitungkan dalam komponen biaya total, maka nilai RC Ratiomenjadi 1,8 yang berarti setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaansebesar Rp 1,8. Nilai RC ratio yang lebih dari satu menunjukkan bahwa usaha tani lada diKabupaten Bangka Tengah masih menguntungkan.Pada Tabel 3 dapat menunjukkan bahwa lahan S2 memiliki BEP volume produksilebih rendah dari lahan S3, demikian pula dengan nilai BC Ratio lahan S2 lebih tinggi darilahan S3. Secara umum kedua kelas lahan layak untuk pengembangan perkebunan lada.Tabel 3. Analisis kelayakan usaha perkebunan lada rakyat di Kab. Bangka TengahNo.1.2.3.4.5.6.KecamatanSungai SelanNamangLubuk BesarKobaPangkalan BaruSimpang 69531.58740.04190.90565.00966.820BC ,84,44,5Hasil analisis sensitivitas pada 3 skenario yang diterapkan (dengan asumsi variabellain ceteris paribus) ditampilkan pada Tabel 4.Tabel 4. Analisis sensitivitas usaha tani lada pada 3 skenario yang diterapkan.NoKecamatan1.Sungaiselan2.Namang3.Lubuk Besar4.Koba5.Pangkalan Baru6.Simpang oduksi 30%BCRS22,3S23,1S22,4S31,0S31,4S31,5 Benefit Cost RatioPBP(th)4,44,24,45,64,85,1PBPPeningkatan biayabibit 50%Penurunan hargajual 20%BCRPBP(th)3,24,34,24,13,34,21,45,11,94,51,74,8 Payback ,7TATALOKA - VOLUME 18 NOMOR 2 - MEI 2016 - p ISSN 0852-7458 - e ISSN 2356-0266

Maryadi, Sutandi, Agusta82Ketiga skenario yang dijadikan dasar perhitungan analisis sensitivitas memberikanhasil yang layak untuk tetap melanjutkan usaha perkebunan lada. Skenario yang dilakukanhanya mengurangi manfaat (keuntungan) yang diperoleh cukup signifikan dibandingkandengan kondisi normal.Efisiensi Rantai Pemasaran Lada PutihPemasaran komoditi lada putih di daerah penelitian memiliki 3 saluran penelitian,yaitu: rantai pemasaran I (petani-pedagang pengumpul desa-pedagang pengumpulkecamatan-eksportir), rantai pemasaran II (petani-pedagang pengumpul kecamataneksportir), dan rantai pemasaran III (petani-eksportir). Berdasarkan hasil yang ditampilkanpada Tabel 4, rantai pemasaran III lebih menguntungkan dengan persentase farmer’s share90,86% dan marketing margins 9,14%.Perhitungan profitability index menunjukkan bahwa keuntungan eksportir lebihtinggi dibandingkan lembaga pemasaran lain (sal.I 4,67%; sal.II 3,25%; sal.III 2,60). Halini lebih disebabkan eksportir bebas menentukan harga.Tabel 4. Matriks keragaan pemasaran lada putih di Kabupaten Bangka TengahNo.Jenis analisis1.Bagianhargaditerima petani2.Marjin pemasaranyangRantai pemasaranNilai (per kg)Saluran I(Petani-PPD-PPK-Eksportir)Saluran II(Petani-PPK-Eksportir)Saluran III(Petani-Eksportir)Saluran I(Petani-PPD-PPK-Eksportir)Saluran II(Petani-PPK-Eksportir)Saluran III(Petani-Eksportir)Rp 173.00087,82%Rp 176.00089,34%Rp 179.00090,86%Rp 24.00012,18%Rp 21.00010,66%Rp 18.0009,14%Arahan Pengembangan Perkebunan LadaLahan yang berpotensi yang tersedia untuk pengembangan tanaman lada diKabupaten Bangka Tengah tersebar pada 6 kecamatan dengan luasan 28.151,8 ha.Kecamatan dengan lahan berpotensi terluas adalah Kecamatan Sungai Selan dengan luasan8.370,9 ha (29,7%), kemudian diikuti oleh Kecamatan Simpang Katis dan KecamatanNamang dengan masing-masing luas lahan 8.257,8 ha (29,3%) dan 6.539,8 ha (23,2%).Tabel 5. Luas arahan lokasi pengembangan lada di Kabupaten Bangka TengahNo.KecamatanBukanLahan arahanarahanPrioritas IPrioritas IIPrioritas IIIPrioritas ai Selan23KobaLubuk 2,7619,245Simpang 8,86.313,528,5-8.257,86.539,86Pangkalan 3,014.988,1580,328.151,8TATALOKA - VOLUME 18 NOMOR 2 - MEI 2016 - p ISSN 0852-7458 - e ISSN 2356-0266

83Analisis Usaha Tani dan PengembangannyaGambar 4. Peta arahan pengembangan lada di Kab. Bangka TengahPrioritas I dan prioritas II hanya dibedakan oleh kelas lahan S2 untuk prioritas I danS3 untuk prioritas II dengan tipe penggunaan lahan yang sama berupa semak belukar danperkebunan. Prioritas III dan IV dengan kelas lahan S2 dan S3 dan dibedakan oleh tipepenggunaan lahan pertanian lahan kering untuk prioritas III dan Areal Penggunaan Lain(APL) untuk prioritas IV.Pengembangan usaha tani lada di Kabupaten Bangka Tengah dapat diarahkan kelahan arahan pengembangan yang telah dibuat seluas 28.151,8 ha dengan prioritaspengembangan seperti pada Tabel 5 yang secara spasial ditampilkan pada Gambar 3. Hasiltersebut perlu disosialisasikan oleh pemerintah agar masyarakat mengetahui lokasi arahanpengembangan perkebunan lada.KESIMPULANBerdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar lahan diKabupaten Bangka Tengah sesuai untuk budidaya tanaman lada yaitu lahan S2 seluas143.924,9 ha dan S3 seluas 76.012,0 ha dan dari hasil analisis pendapatan petani dankelayakan usaha masi

Memperhatikan potensi yang ada dan prospek masa depan, komoditi lada putih tetap menjadi komoditi unggulan di . Pada tahun 2013 saat kandungan timah menipis dan berakhirnya kontrak karya PT .

Related Documents:

dengan keragaan teknologi sistem usaha tani padi sawah di digunakan analisis uji Chi-square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Motivasi Petani dalam keragaan teknologi sistem usaha tani padi sawah daerah penelitian di dasarkan atas kebutuhan akan kemajuan 79,44 persen, kebutuhan akan afiliasi 77,56 persen, dan kebutuhan akan keberadaan 74,80 persen. Tingkat penerapan keragaan teknologi .

selalu dikaitkan dengan keragaan dan keberadaan kelompok tani. Upaya pembinaan kelompok tani melalui penyuluhan pertanian berkaitan dengan upaya pemberdayaan petani. Entang Sastraatmadja, 2005 dalam Eko Legowo, 2006 mengemukakan bahwa Ke depan Penyuluhan Pertanian adalah bagian integral dari pemberdayaan (empowering) dan pemartabatan (dignity) kaum tani. Sementara itu kondisi kelompok tani .

A. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan usaha tani atas asas pengelolaan yang di dasarkan atas tujuan dan prinsip sosial ekonomi dari usaha.Usaha pertanian atas dasar tujuan dan prinsip sosial ekonomi yang melekat padanya, usaha tani digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu: a. Usahatani yang memiliki ciri-ciri ekonomis kapitalis b.

Analisis Perbandingan Kontribusi Pendapatan Usaha Tani Kacang Panjang (Vigna sinensis) dan Buncis . komoditi di sektor ini mengalami peningkatan selama kurun waktu 2001 sampai 2005. Pada . keuntungan akan selalu lebih besar dari biaya tunai yang dikeluarkannya. Jumlah keuntungan

Analisis Usaha Tani Bawang Merah dalam Aspek Teknis 44 value is Rp. 16, 343, 200,777,- and interest rate return (IRR) 15.19% in the second period above the discount rate. On socio-economic aspect can be showed that the shallot farming can increase farmer’s income as much as 4 times higher than paddy farming. The shallot farming also open relationship for cooperation with various parties .

analisis pendapatan usaha tani kelapa sawit di desa panton pange kecamatan tripa makmur kabupaten nagan raya skripsi junaidi 12101073 skripsi sebagai salah satu syarat

Manajemen Usaha Kecil - MODUL 3 v KOMPETENSI PESERTA PELATIHAN Setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan ini, diharapakan: 1. Peserta memahami tentang usaha kecil dan teknik-teknik mengembangkannya agar menjadi usaha yang kuat dan terjamin kelangsungan hidupnya. 2. Peserta pelatihan mampu memahami dan melakukan manajemen pemasaran bagi usaha kecil.

Have a brain storming session where they generate 10-15 themes. (Be patient, they'll get there eventually.) After they generate the list, allow people to talk in behalf of specific ideas Sometimes they may combine items Give everyone 3 votes and go through the list voting. If there is a clear winner then proceed. Otherwise repeat the process, but with one vote. Post the chosen theme .