BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI 2.1 .

3y ago
52 Views
2 Downloads
340.58 KB
21 Pages
Last View : 30d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Audrey Hope
Transcription

1BAB IIKAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI2.1Kajian PustakaPada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yangmemiliki relevansi dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut digunakansebagai bahan acuan, referensi perbandingan dan pertimbangan dalam penelitianini.Ismiyati (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Bahasa Prokem diKalangan Remaja Kotagede”, membahas mengenai bahasa prokem yang terdapatdi Kotagede. Bahasa prokem (bahasa gaul) adalah bahasa sandi yang dipakai danhanya dimengerti kalangan remaja. Bahasa prokem ini digunakan sebagai saranakomunikasi di antara remaja selama kurun waktu tertentu. Penelitian ini dilakukandengan cara melakukan survei terhadap remaja yang menggunakan bahasa prokemdi pusat Kotagede. Beberapa permasalahan yang dikaji dalam penelitian inidiantaranya tentang perubahan struktur fonologis, proses pembentukan kosakata,jenis makna dan fungsi penggunaan kosakata bahasa prokem. Teori yangdipergunakan dalam penelitian ini yaitu hakikat bahasa oleh Nababan (1984)melalui pendekatan sosiolinguistik oleh Holmes (1995), variasi bahasa, maknakata dan ragam bahasa oleh Chaer (2002), proses pembentukan kata secaramorfologis serta tipe-tipe perubahan struktur kata secara fonologis oleh Muslich(2010). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Ismiyati diketahui bahwa,berdasarkan perubahan struktur fonologisnya, kosakata dalam bahasa prokem

2remaja Kotagede terdapat dua jenis yakni dalam bahasa Jawa dan bahasaIndonesia. Pada proses morfologis kosakata bahasa prokem bahasa Jawamengalami tiga proses yaitu afiksasi, reduplikasi, dan akronim. Prosespembentukan kosakata bahasa prokem varian bahasa Indonesia secara morfologismengalami tiga proses, yaitu akronim, afiksasi dan reduplikasi. Berdasarkan jenismakna, kosakata bahasa prokem dapat bermakna denotasi ataupun konotasi, akantetapi dalam hasil analisis makna denotasi lebih menonjol dari makna konotasi.Hasil penelitian yang terakhir berdasarkan fungsi penggunaan bahasa, kosakatabahasa prokem mempunyai enam fungsi bahasa yaitu fungsi emotif, fungsi konatif,fungsi referensial, fungsi fatik, fungsi puitik, dan fungsi metalingual.Pada penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti dipergunakan tabel untukmemaparkan hasil analisis data sehingga memudahkan pembaca untukmengetahui perbedaan kata-kata dalam tiap kategori yang dibedakan. Persamaanyang terdapat antara penelitian milik Ismiyanti dengan penelitian ini adalahmeneliti bahasa sebagai objek kajian yang lebih memfokuskan tentang bahasapada kalangan remaja serta sama-sama menganalisis fungsi penggunaan bahasadalam kalangan remaja. Perbedan penelitian ini dengan penelitian milik Ismiyatiadalah objek yang digunakan sebagai sumber data yaitu manga. Keunggulan daripenelitian ini adalah meneliti bahasa pada kalangan anak muda di Jepang yangterdapat dalam manga yang dianalisis dari segi pembentukan, fungsi serta maknawakamono kotoba.Rukmawardani (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “CHOU SebagaiRyuukougo Analisis Pergeseran Fungsi Gramatikal dan Penggunaan dalam

3Masyarakat Jepang” membahas tentang prefiks chou yang dipergunakan dalambeberapa produk iklan di Jepang. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian iniadalah penggunaan chou sebagai Ryuukougo (slang) maupun yang bukan danbentuk penerimaan penggunaan chou sebagai Ryuukougo dalam masyarakatJepang. Teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teori pemakaian katachou oleh Umezu Masaki (2005). Penelitian ini membahas secara mengkhususmengenai ryuukougo yang termasuk ke dalam jargon yang dikategorikan padabeberapa jenis varisasi bahasa menurut Chaer (2002). Hasil penelitian yangdilakukan oleh Rukmawardani diketahui bahwa data yang terkumpul berjumlahdua puluh enam (26) data yang telah dikelompokkan berdasarkan fungsigramatikal dari kata chou. Data yang menunjukkan penggunaan chou sebagaimorfem terikat ditemukan tiga (3) data. Data yang menunjukkan chou sebagaiprefiks ditemukan dua (2) data dan komponen pembentuk kata ditemukan satu (1)data. Kemudian, data yang menunjukkan penggunaan chou sebagai morfem bebasditemukan dua puluh tiga (23) data yang keseluruhan data tersebut menunjukkanpergeseran fungsi gramatikal chou sebagai adverbia. Persamaan penelitian inidengan penelitian milik Rukmawardani adalah meneliti fungsi penggunaan bahasayang tercipta dari sosial masyarakat Jepang. Perbedaan yang terdapat iyaitumengkajipembentukan, fungsi dan makna wakamono kotoba yang terdapat dalam mangaJepang.Laili (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “Penggunaan WakamonoKotoba Remaja Jepang” memaparkan tentang Wakamono Kotoba beserta contoh,

4jenis dan ciri-cirinya. Wakamono Kotoba digunakan terbatas pada kelompokremaja tertentu di masyarakat. Tingkat kreativitas Wakamono Kotoba oleh remajaadalah suatu bentuk perkembangan bahasa di Jepang. Bahasa ini menjadi begitudominan namun tetap tidak merusak bentuk universal dari masyarakat Jepangkarena memang merupakan keragaman perkembangan bahasa dalam masyarakatJepang. Teori yang dipergunakan pada penelitian milik Laili yakni HarumiTanaka (1997) dan Abdul Chaer (1994). Pada jurnal yang ditulis oleh Laili dapatdiketahui bahwa wakamono kotoba yang digunakan oleh remaja di Jepangmemiliki sejarah dan perkembangannya serta pengaruhnya terhadap remajaJepang saat ini. Persamaan antara penelitian ini dan jurnal yang ditulis oleh Lailiadalah mempergunakan wakamono kotoba sebagai objek kajian yang dibahas.Pada penelitian ini cenderung membahas pembentukan fungsi dan maknawakamono kotoba yang terdapat dalam manga Jepang dalam pembahasan yanglebih rinci.Savana (2012) dalam jurnalnya yang berjudul “Ragam Bahasa Dalam IklanPonsel Jepang” membahas tentang ragam bahasa yang digunakan dalam iklanponsel di Jepang yang dikaji dalam ranah sosiolinguistik oleh Sudjianto (2007).Bahasa yang dipergunakan dalam iklan ponsel Jepang lebih menarik danmemperggunakan makna implisit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiragam bahasa dan variasi penulisan atau karakter bahasa iklan Jepang serta maknayang terkandung di dalamnya. Telaah pustaka dalam penelitian ini diambil darisumber data tertulis dalam website yang berhubungan dengan iklan ponsel Jepang.Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk membantu

5menganalisis data yang telah dikumpulkan dan dijabarkan secara rinci. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa ragam bahasa dalam iklan ponsel Jepangmenggunakan ragam bahasa biasa yang ditandai dengan bentuk kamus. Karakteratau penulisan yang digunakannya pun bervariasi. Hasil yang dipaparkan padajurnal ini adalah variasi penulisan kata asli bahasa Jepang yang seharusnyamemakai huruf hiragana namun, ditulis dengan huruf katakana. Penulisan itudigunakan untuk menekankan dan menegaskan suatu kata. Persamaan penelitianini dengan jurnal yang ditulis oleh Savana adalah membahas mengenai variasipenulisan bahasa Jepang yang berbeda dari tatanan bahasa baku Jepang.Perbedaan penelitian ini dengan jurnal yang ditulis oleh Savana adalah menelitimengenai pembentukan, fungsi dan makna wakamono kotoba yang terdapat didalam manga.2.2KonsepPenelitian ini mempergunakan beberapa konsep untuk menjabarkan hal-hal yang menjadi kata kunci ke dalam pembahasan khusus. Hal tersebut bertujuanuntuk mempermudah pemahaman dari kata-kata yang menjadi kata kunci dalampenelitian ini.2.2.1 Wakamono KotobaWakamono Kotoba adalah kata yang digunakan seseorang pada usia mudaatau yang dalam bahasa Jepang disebut wakamono (anak muda). Penggunaankata-kata ini setiap waktu mengalami perubahan dan berbeda pada setiap

6kelompok anak-anak muda di usia yang sama. Wakamono kotoba yang terdapat diJepang saat ini sangat sulit dipahami oleh masyarakat umum. Beberapa dariwakamono kotoba tersebut ditemukan pada siaran televisi, media massa dan koran.Melalui sarana media massa, wakamono kotoba tersebut menjadi terkenalsehingga anak-anak muda meniru seseorang yang mempergunakan wakamonokotoba yang digunakan dalam media massa tersebut. Beberapa anak muda lainnyamengatakan bahwa, “Saya tidak mengerti kata yang seperti ini.”, atau “Saya tidakmenggunakan kata ini, tetapi saya pernah mendengarnya.” (Masakazu, dkk,2003:70). Adanya perbedaan persepsi dan pemaknaan mengenai wakamonokotoba tersebut menyebabkan munculnya komunitas-komunitas yang memilikiciri khas tersendiri dengan memperhatikan aspek bahasa yang digunakannya. Padasumber data yang digunakan dalam penelitian ini, manga Air Gear mengisahkankehidupan anak-anak muda di Jepang dalam kurun waktu tahun 2002 hingga 2012.2.2.2 FonemFonem adalah kesatuan bunyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi untukmembedakan makna. Penggunaan fonem dalam bahasa Indonesia dapat dijumpaipada bentuk linguistik [palaη] ‘palang’. Bentuk ini bisa dipisah menjadi limabentuk linguistik yang lebih kecil, yaitu [p], [a], [l], [a] dan [η]. Kelima bentuklingusitik ini (masing-masingnya) tidak mempunyai makna. Jika salah satu bentuklinguistik terkecil tersebut (misalnya [p]) diganti dengan bentuk linguistik terkecillain (misalnya diganti [k], [t], [j], [m], [d], [g]), maka makna bentuk linguistikyang lebih besar, yaitu [palaη] akan berubah.

7[kalaη] ‘sanga’[malaη] ‘celaka’[talaη] ‘sejenis ikan’[dalaη] ‘dalang’[jalaη] ‘liar’[galaη] ‘galang’Berdasarkan bukti empiris tersebut diketahui bahwa bentuk lingusitikterkecil [p] berfungsi membedakan makna terhadap bentuk lingusitik yang lebihbesar, yaitu [palaη], walaupun [p] sendiri tidak mempunyai makna. Oleh karenaitu, hal tersebut dikatakan sebagai fonem. Jadi, bunyi [p] adalah realisasi darifonem /p/ (Muslich, 2009:77-78).Di dalam bahasa Jepang, ilmu fonologi disebut dengan oninron dan istilahfonem disebut dengan onso. Sama seperti bahasa Indoensia, fonem yang igunakanuntukmengidentifikasi dengan mencari pasangan minimalnya atau yang biasa disebutdengan saishoutai (Sutedi, 2010:36). Seperti pada fonem /k/, /s/, /t/, /h/, /d/ akanterlihat perbedaannya jika digunakan pada awal kata seperti r/berkembang’taku/t-aku/‘menanak makai arkan contoh-contoh tersebut diketahui bahwa meskipun hanya satufonem hal tersebut menyebabkan masing-masing kata memiliki arti yang berbedapula.

82.2.3KataMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adalah unsur bahasa yangdiucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan danpikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Di dalam bahasa yang dilisankan,kata-kata tersebut dilafalkan secara terus menerus dan tidak terdapat jeda antarakata-kata yang diucapkan.Pada bahasa Inggris (baku) tertulis, bagaimanapun kata-kata tersebutdilafalkan secara individual dan jarak yang diberikan antara kata-kata padaakhirnya memberikan gambaran mengenai arti kata tersebut. Namun, di dalambahasa Jepang (baku) tertulis, tidak ada jeda antara kata satu dan lainnya, dengandemikian tidak dapat divisualisasikan secara nyata apa yang dimaksud dengankata tersebut (Tsujimura, 2004:124).2.2.4MorfemMorfem merupakan satuan gramatika terkecil yang mempunyai makna,yang berfungsi untuk menentukan sebuah satuan bentuk di dalam kehadirannyadengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir secaraberulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.Sebagai contoh bentuk ke- pada daftar eterminal

9Bentuk ‘ke’ yang termasuk morfem terikat, pada daftar di atas merupakanbentuk terkecil yang berulang-ulang dan mempunyai makna yang sama, bisadisebut sebagai sebuah morfem. Selain itu bentuk ‘ke’ pada daftar di atas dapatdisegmentasikan sebagai satuan tersendiri dan juga mempunyai arti yang sama,yaitu menyatakan arah dan tujuan (Chaer, 2007:147-148). Morfem dibagi menjadidua yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas adalah morfem yangdapat berdiri sendiri tanpa memerlukan morfem lain. Misalkan, pada kata ‘buku’merupakan morfem bebas karena tidak dapat dicari insur-unsur yang lebih kecilyang mendukung makna kata tersebut. Kemudian, morfem terikat adalah morfemyang tidak dapat berdiri sendiri sebagai sebuah kata dan memerlukan morfem lainagar dapat menjadi sebuah kesatuan kata yang memiliki makna. Misalkan, padakata ‘menangis’ terdiri dari kata {me-} sebagai morfem terikat dan kata ‘tangis’sebagai morfem bebas (Asmah, 2008:28).2.2.5UjaranMenurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ujaran memiliki makna sebagaikalimat atau bagian kalimat yang dilisankan. Kata ujaran memiliki bentuk dasaryaitu ujar yang bermakna sebagai perkataan yang diucapkan. Ujaran paling seringdigunakan dalam percakapan agar percakapan yang dilakukan menjadi lebihsederhana dan tidak terkesan kaku. Jika diperhatikan, hampir seluruh percakapanyang dilakukan tidak menggunakan konsep SPOK (subjek, predikat, objek danketerangan).

102.2.6FrasaFrasa lazim didefinisikan sebagai sauna gramatikal yang berupa gabungankata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yangmengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat sehingga, frasa terdiri lebihdari sebuah kata. Frasa tersebut harus berupa morfem bebas bukan morfem terikat.Jadi, konstruksi ‘belum makan’ dan ‘tanah tinggi’ adalah frasa, sedangkankonstruksi ‘tata boga’ dan ‘interlokal’ adalah bukan frasa, karena kata ‘boga’ dan‘inter’ merupakan morfem terikat. Berdasarkan definisi tersebut juga terlihatbahwa frasa adalah konstruksi nonpredikatif. Ini berarti, hubungan antara keduaunsur yang membentuk frasa itu tidak berstruktur subjek-predikat atau berstrukturpredikat-objek (Chaer, 2007: 222-223).2.3Kerangka TeoriTeori merupakan sebuah landasan yang akan menjadi acuan pokok untukmenganalisis data. Pada penelitian ini mempergunakan beberapa teori untukmenganalisis data yang teradapat di dalam Manga Air Gear.2.3.1Pembentukan Wakamono KotobaWakamono Kotoba memiliki beberapa beberapa tingkat (level) pembentukkosakata-kosakata yang tergolong ke dalam Wakamono Kotoba (Masakazu, dkk,2003:70). Berikut adalah beberapa kombinasi-kombinasi pembentukannya.a. Penyingkatan (tanshuku-suru)Pembentukan Wakamono Kotoba yang pertama adalah penyingkatan yangdisebut Tanshuku-suru. Penyingkatan seperti ini digunakan oleh wakamono (kaum

11muda) untuk mempersingkat pengucapan kata-kata yang panjang. Pembentukanwakamono kotoba yang pertama adalah penyingkatan atau dalam bahasaJepangnya disebut tanshuku-suru. Penyingkatan seperti ini digunakan olehwakamono (kaum muda) untuk mempersingkat pengucapan kata-kata yangpanjang. Dalam Tsujimura (2004:101), ketika seseorang berbicara dengan cepatpada situasi yang tidak formal, digunakanlah cara berkomunikasi yang bersifatkasual (speak casually) dengan menyingkat kata-kata yang diucapkan menjadilebih pendek. Pada kata want to dalam bahasa Inggris, dapat diucapkan ataudilafalkan menjadi wanna ‘ingin’ dan kata going to menjadi gonna ‘akan’.Penyingkatan yang dilakukan terhadap suatu kata yang terkandung di dalamkalimat, menyebabkan kalimat tersebut menjadi sangat pendek. Sebagai contoh,pada kalimat Did you eat yet? jika diucapkan dengan sangat cepat menjadi didyet[ǰɪtyεt].1) Kimochi ga waruiKimoi‘menjijikkan’2) Uzai, uttoushiiUzui‘depresi dan muram’3) Shuushoku katsudouShuukatsu‘mencari pekerjaan’4) Majime na tookuMajitooku‘bicara serius’Seperti contoh (1), dalam bahasa Jepang, kata kimoi memiliki bentuk bakuyaitu kimochi ga warui yang bermakna ‘jijik’. Pada contoh (2), Uzui memilikikata baku dalam bahasa Jepang yaitu uzai dan uttoushii yang bermakna ‘depresidan muram’. Pada contoh nomor (3), penyingkatan dari frasa shuushoku katsudouberubah menjadi shuukatsu yang bermakna ‘mencari pekerjaan’. Pada contoh

12yang terakhir, majime na tooku mengalami penyingkatan menjadi majitooku yangbermakna ‘bicara serius’.b.Pembalikan Posisi (touchi-suru)Pembalikan posisi dalam Wakamono Kotoba yang kedua disebut Touchi-suru. Pembalikan posisi ini menunjukkan bahwa Wakamono Kotoba yang dipakaioleh anak muda Jepang memiliki ciri khas dan berubah-ubah.moderu ‘model’1. DerumoSeperti contoh kata moderu mengalami pembalikan posisi menjadi derumoyang bermakna ‘model’.c. Pencampuran Frasa/Kata (konkou-suru)Pembentukan Wakamono Kotoba yang ketiga adalah pencampurankata/frasa dalam Wakamono Kotoba disebut Konkou-suru.1. Ukkii‘monyet’Pada contoh (1), ukkii terbentuk dari kata ukkii ‘suara monyet’ dan monkii‘monyet’. Namun, pencampuran kedua kata ini hanya menyisakan kata ukkii.d. Pemanjangan Vokal Pada Akhir Kata (raa o tsukeru)Pembentukan Wakamono Kotoba yang keempat adalah raa o tsukeru yangberarti menggunakan pemanjangan vokal pada akhir kata.1) Mayoneezu ga suki hito / mayoneezu rabuuMayoraa‘pencinta saus selada’

132) Shaneru rabuuShaneraa‘wanita muda yang memakaipakaian lengkap pada acara pakaiandan aksesoris di televisi’Penggunaan pemanjangan vokal pada akhir kata seperti pada contoh (1)dan (2) yang menggunakan –raa, memiliki bentuk kata yaitu rabuu, dalam bahasaInggris adalah love/lover. Pada contoh (1), mayoneezu rabuu ‘pecintamayonnaise’, memiliki bentuk yang berbeda namun memiliki makna yang samadengan kalimat mayoneezu ga suki hito. Begitupula dengan contoh nomor (2),shaneru rabuu memiliki penggalan kata yaitu shaneru (channel atau salurantelevisi) dan rabuu (lover atau pecinta). Makna yang dimiliki dari contoh nomor(2) ialah seseorang yang menyukai acara yang ada di televisi kemudian mengikuticara berpakaian dan mengenakan aksesoris yang sesuai dengan di acara televisitersebut.e. Penggunaan Bahasa Asing (gaikokugo o riyou-suru)Pembentukan Wakamono Kotoba yang kelima adalah gaikokugo o riyousuru yaitu menggunakan bahasa asing atau gairaigo (kata pinjaman dari bahasaasing). Pemakaian gaikokugo atau gairaigo menggunakan penulisan dalam hurufkatakana.1) Ribaasu-suru (reverse) ‘membalikkan’Seperti contoh kata ‘reverse’ yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti‘membalikkan’. Penggunaan ribaasu-suru memiliki makna yang sama dengankata urakaesu yang bermakna ‘membalikkan atau memutar’.

14f. Pengubahan Kata Benda Menjadi Kata Kerja (meishi o doushi ni kaeru)Pembentukan Wakamono Kotoba yang keenam adalah meishi o doushi nikaeru yang berarti mengubah kata benda menjadi kata kerja.1) Panic rupanikkuru‘(menjadi)panik’2) Sutaba rusutabaru‘pergi ke Starbucks’Pada contoh nomor (1), kata benda panik mengalami sufiksasi –ru yangmengubahnya menjadi kata kerja (panikkuru) yang memiliki makna ‘(menjadi)panik’. Contoh pada nomor (2), sutaba (starbucks) yang berupa kata benda daribahasa asing, telah mengalami sufiksasi –ru, sehingga menjadi kata kerja(sutabaru) yang memiliki makna ‘pergi ke starbucks’.g. Pengungkapan Kesan (imeeji o arawasu)Pembentukan Wakamono Kotoba yang ketujuh adalah imeeji o arawasu yangbermakna mengungkapkan kesan.1) Bakusui-suru‘tertidur lelap’2) Jiten‘mata menjadi seperti titik (sipit)’Pada contoh nomor (1), bakusui-suru memiliki kesan bahwa seseorangdalam keaadaan tertidur pulas. Contoh nomor (2), jiten memiliki dua suku kata,yaitu ji dan ten. Ji memiliki makna ‘mata’ dan ten memiliki makna seperti titikatau spot. Maka Jiten memiliki ‘makna mata seperti titik (sipit)’.

15h. Perluasan Makna Konvensional (jyuurai no imi o kakudai-suru)Pembentukan Wakamono Kotoba yang terakhir adalah Jyuurai no imi okakudai-suru yang berarti perluasan makna konvensional (makna padaumumnya).Yabai: Makna umumnya yaitu ‘bahaya’ yang mengalamiperluasan menjadi ‘keren’.Kowareru: Makna umumnya yaitu ‘patah, mengalami perluasanmakna menjadi ‘datang tanpa apa-apa’ (Masakazu, dkk,2003:70).2.3.2Fungsi Pemakaian BahasaFungsi pemakaian bahasa menurut Jakobson (1960:350-377), dibagimenjadi enam fungsi diantaranya: (1) fungsi emotif, (2) fungsi konatif, (3) fungsireferensial, (4) fungsi puitik, (5) fungsi fatik dan (6) fungsi metaligual.1.Fungsi EmotifFungsi yang pertama adalah fungsi emotif. Fungsi emotif digunakan untukmengungkapkan rasa gembira, kesal, sedih atau emosi lainnya. Pada fungsi ini,tump

makna, kosakata bahasa prokem dapat bermakna denotasi ataupun konotasi, akan tetapi dalam hasil analisis makna denotasi lebih menonjol dari makna konotasi. Hasil penelitian yang terakhir berdasarkan fungsi penggunaan bahasa, kosakata bahasa prokem mempunyai enam fungsi bahasa yaitu fungsi emotif, fungsi konatif,

Related Documents:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa tulisan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur seperti tesis, . teori manajemen, dan teori analisis SWOT. Perbedaan penelitian tersebut di atas adalah perbedaaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL. PENELITIAN . 2.1 Tinjauan Pustaka. Tinjauan pustaka adalah kajian mengenai penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi permasalahan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian terhadap penelitiapenelitian sebelumnya diharapkan memberikan wawasan agar n-

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Gaya Hidup 2.1.1.1 Definisi Gaya Hidup Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2016:187) "A lifestyle is a person pattern of life as expressed in activities, interests, and opinions. It portrays the whole person interacting with his or her environment." .

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORETIK Bab ini membahas kajian teori yang bisa memotret fenomena penelitian, meliputi kajian tentang Komunikasi sebagai Interaksi Sosial, Komunikasi sebagai . penyandang autism dalam keran

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pembelajaran SBDP . etika dan estetika, dan multikultural berarti seni bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan berapresiasi terhada

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan Karakter 2.1.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter Secara etimotologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlah (Agus

Health belief model 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Health belief model 1. Pengertian health belief model dikemukakan pertama kali oleh Resenstock 1966, kemudian disempurnakan oleh Becker, dkk 1970 dan 1980.Sejak tahun 1974, teori Health belief model telah menjadi perhatian para peneliti.Model teori ini

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan tinjauan pustaka yang berisi teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan sebagai kajian dan acuan bagi penulis 2.1.1. Pengertian Sistem Suatu sistem t