BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 2.1 - Repo Unpas

3y ago
42 Views
2 Downloads
478.86 KB
39 Pages
Last View : 2m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Casen Newsome
Transcription

BAB IITINJAUAN TEORI2.1Lahan Pertanian2.1.1Pengertian LahanLahan oleh memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu olehFAO maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo (1983:1) lahanmempunyai pengertian: “Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relieftanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akanmempengaruhi kemampuan penggunaan lahan”.Lahan juga diartikan sebagai “Permukaan daratan dengan benda-bendapadat, cair bahkan gas” (Rafi‟I, 1985:1). Definisi lain juga dikemukakan olehArsyad yaitu :“Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief,tanah, air dan vegetasi serta benda yang diatasnya sepanjang adapengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya hasilkegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut,pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yangtersalinasi. (FAO dalam Arsyad, 1989:1)”Selain itu lahan memiliki pengertian yang hampir serupa dengansebelumnya bahwa pengertian lahan adalah:“Suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat-sifat tertentu yang meliputibiosfer, atmosfer, tanah, lapisan geologi, hidrologi, populasi tanaman danhewan serta hasil kegiatan manusia masa lalu dan sekarang, sampai padatingkat tertentu dengan sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh yangberarti terhadap fungsi lahan oleh manusia pada masa sekarang dan masayang akan datang. (FAO dalam Sitorus, 2005:37)”2.1.2Sifat LahanSebagai mana yang diungkapkan oleh Arsyad (1989:10), pengertian sifatlahan yaitu :25

“Atribut atau keadaan unsur-unsur lahan yang dapat diukur ataudiperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur tanah, jumlah curah hujan,distribusihujan, temperatur, darinase tanah, jenisvegetasidansebagainya”. Sifat lahan merupakan suatu penciri dari segala sesuatu yangterdapat di lahan tersebut yang merupakan pembeda dari suatu lahan yanglainnya.”Sifat lahan menunjukkan bagaimana kemungkinan penampilan lahan jikadigunakan untuk suatu penggunaan lahan. Sifat lahan menentukan ataumempengaruhi keadaan yaitu bagaimana ketersediaan air, peredaran udara,perkembangan akan kepekaan erosi, ketersediaan unsur hara, dan sebagainya.Prilaku lahan yang menentukan pertumbuhan tersebut disebut kualitas lahan.Sifat-sifat lahan terdiri dari beberapa bagian yaitu karakteristik lahan,kualitas lahan, pembatas lahan, persyaratan penggunaan lahan, perbaikan lahan(Jamulya, 1991:2).a. Karakteristik LahanKarakteristik lahan adalah suatu parameter lahan yang dapat diukur ataudiestimasi, misalnya kemiringan lereng, curah hujan, tekstur tanah danstruktur tanah. Satuan parameter lahan dalam survey sumbardaya lahanpada umumnya disertai deskripsi karakteristik lahan.b. Kualitas LahanKualitas lahan mempengaruhi tingkat kesesuaian lahan untuk penggunaantertentu. Kualitas lahan dinilai atas dasar karakterist lahan yangberpengaruh. Suatu karakteristik lahan yang dapat berpengaruh pada suatukualitas lahan tertentu, tetapi tidak dapat berpengaruh pada kualitas lahanlainnya.c. Pembatas LahanPembatas lahan merupakan faktor pembatas jika tidak atau hampir tidakdapat memenuhi persyaratan untuk memperoleh produksi yang optimaldan pengelolaan dari suatu penggunaan lahan tertentu. Pembatas lahandapat dibedakan menjadi dua yaitu : (1) Pembatas lahan permanen,pembatas lahan yang tidak dapat diperbaiki dengan usaha-usaha26

perbaikanlahan (land improvement). (2) pembatas lahan semetara,pembatas lahan yang dapat diperbaiaki dengan cara pengelolaaan lahan.d. Persyaratan Penggunaan LahanPersyaratan penggunaan lahan dapat dikelompokkan menjadi beberapabagian yaitu:1. Persyaratan ekologikal, contohnya ketersediaan air, ketersediaan unsurhara, ketersediaan oksigen, resiko banjir, lingkup temperatur,kelembapan udara, dan periode kering.2. danmekanisasi selama panen.3. Persyaratan konservasi, contohnya control erosi, resiko komplentanah, resiko pembentukan kulit tanah.4. Persyaratan perbaikan, contohnya pengeringan lahan, tanggapterhadap pemupukan.e. Perbaikan LahanPerbaikan lahan adalah aktivitas yang dilakukan untuk memperbaikikualitas lahan pada sebidang lahan untuk mendapatkan keuntungan dalammeningkatkan produksi pertanian. Perbaikan lahan mutlak dilakukan agarkulaitas lahan dapat terus terjaga dan bermanfaat bagi generasi yang akandatang.2.1.3Pengertian PertanianPertanian adalah suatu proses produksi khas yang didasarkan atas prosespertumbuhan tanaman dan hewan para petani pengatur dan menggiatkanpertumbuhan tanaman dan hewan itu.Pertanian menurut Kaslan A tohir :“ Pertanian adalah suatu usaha yang meliputi bidang-bidang sepertibercocok tanam (pertanian dalam arti sempit), perikanan, peternakan,perkebunan, kehutanan, pengelolaan hasil bumi dan pemasaran hasil bumi(pertanian dalam arti luas). Dimana zat – zat atau bahan – bahan anorganis27

dengan bantuan tumbuhan dan hewan yang bersifat reproduktif dan usahapelestariannya “Sedangkan menurut Mubyarto (Mubyarto, 1989: 39), definisi ilmuekonomi pertanian adalah sebagai berikut :“ Ilmu ekonomi pertanian adalah termasuk dalam kelompok ilmu – ilmukemasyarakatan yaitu ilmu yang mempelajari perilaku dan upaya sertahubungannya antarmanusia. Dalam hal ini yang dipelajari adalah perilakupetani dalam kehidupan pertaniannya, dan mencakup juga anproduksi,pemasaran, dan konsumsi petani atau kelompok petani.”Pertanian Indonesia adalah pertanian tropika, karena sebagian besardaerahnya berada di daerah tropik yang langsung dipengaruhi oleh gariskhatulistiwa yang memotong Indonesia hampir menjadi dua. Di sampingpengaruh khatulistiwa, ada dua faktor alam lainnya yang ikut memberi corakpertanian Indonesia. Pertama, bentuknya sebagai kepulauan, dan kedua,topografinya yang bergunung-gunung. Dalam hubungan ini letaknya di antara dualautan besar, yaitu lautan Indonesia dan lautan Pasifik serta dua benua yaitu benuaAsia dan benua Australia, juga ikut mempengaruhi iklim Indonesia, terutamaperubahan arah angin dari daerah tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah.Bentuk tanah yang bergunung-gunung memungkinkan adanya variasi suhu udarayang berbeda-beda pada suatu daerah tertentu. Pada daerah pegunungan yangmakin tinggi, pengaruh iklim tropik makin berkurang dan digantikan olehsemacam iklim subtropik (setengah panas) dan iklim setengah dingin.Pada kenyataannya, tanaman-tanaman pertanian iklim subtropik dantanaman iklim sedang seperti teh, kopi, kina,sayur-sayuran dan buah-buahanmenjadi komoditi penting dalam perdagangan domestik maupun internasional.Hal itu disebabkan iklim yang mendukung serta penduduk yang sebagian besarmasih bermata pencaharian di sektor pertanian.28

2.1.4 Pembangunan Pertanian Peranan Sektor Pertanian Dalam Pembangunan EkonomiPeranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat a-negaramiskinmenggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Jika para perencana dengansungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan masyarakatnya, maka satusatunya cara adalah dengan meningkatkan kesejahteraan sebagian besar anggotamasyarakatnya yang hidup di sektor pertanian. Peran pertanian sebagai tulangpunggung perekonomia nasional terbukti tidak hanya pada situasi normal, tetapiterlebih pada masa krisis. Syarat-Syarat Pembangunan PertanianKeberhasilan pembangunan pertanian memerlukan beberapa syarat ataupra kondisi yang untuk tiap daerah berbeda-beda. Pra kondisi tersebut meliputibidang-bidang teknis, ekonomis, sosial budaya dan lain-lain. Menurut A. TMosher dalam Mubyarto ada lima syarat yang harus ada dalam pembangunan.Apabila salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi maka terhentilah pembangunanpertanian, syarat tersebut adalah :1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani.2. Teknologi yang senantiasa selalu berkembang.3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal.4. Adanya perangsang produksi bagi peetani.5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Tahap-tahap Pembangunan PertanianMenurut Todaro, Michael (2006:58) ada tiga pokok dalam evolusiproduksi pembangunan pertanian sebagai berikut :1. Pertanian tradisional yang produktivitasnya rendah2. Produk pertanian sudah mulai terjadi dimana produk pertanian sudah adayang dijual ke sektor komersial atau pasar, tetapi pemakaian modal danteknologi masih rendah3. Pertanian modern yang produktivitasnya sangat tinggi yang disebabkanoleh pemakaian modal dan teknologi yang tinggi pula.29

Pada tahap ini produk pertanian seluruhnya ditujukan untuk melayanikeperluan pasar komersial. Modernisasi pertanian dari tahap tradisional(subsisten) menuju pertanian modern membutuhkan banyak upaya lain selainpengaturan kembali struktur ekonomi pertanian atau penerapan teknologipertanian yang baru. Hampir semua masyarakat tradisional, pertanian bukanlahhanya sekedar kegiatan ekonomi saja, tetapi sudah merupakan bagian dari carahidp mereka. Pemerintah yang berusaha mentransformasi pertanian tradisionalharuslah menyadari bahwa pemahaman akan perubahan-perubahan yangmempengaruhi seluruh sosial, politik dan kelembagaan masyarakat pedesaanadalah sangat penting. Tanpa adanya perubahan-perubahan seperti itu,pembangunan pertanian tidak akan pernah bisa berhasil seperti yang diharapkan.2.1.5Permasalahan PertanianDalam pengembangan sektor pertanian di negara kita, kita tidak bisabegitu saja menutup mata dan mengabaikan setiap kendala yang terjadi karenadalam setiap usaha pasti menemui batu kerikil yang menjadi penghambat dalamkemajuan. Begitu pula yang kita lihat pada sektor pertanian di Indonesia banyaksekali kendala atau faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan sektorpertanian misalnya seperti ketersediaan lahan, keterbatasan modal, kondisi iklimyang kurang mendukung dan lain-lain. Perlu kita kaji demi penemuan solusinyadalam penuntasan masalah tersebut. Berikut beberapa penjelasan umum mengenaiproblema yang menghampiri para petani di Indonesia yang terperinci sebagaiberikut: Kondisi Lahan Pertanian di IndonesiaLuas kepemilikan lahan yang dimiliki oleh petani di Indonesia rata-ratakecil mengingat harga tanah yang semakin mahal sedangkan kemampuan parapetani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah minim ditambah harusmembeli lahan yang harganya semakin melonjak. Yang memungkinkan hanyabisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua.Semakin sempitnya lahan untuk bertani karena penyebaran pembangunangedung-gedung industry yang bertambah jumlahnya disetiap lokasi. Hal ini30

tentunya dapat mengurangi wilayah para petani untuk bercocok tanam. Sedangkankebutuhan manusia akan pangan semakin meningkat tidak diimbangi olehketersediaan lahan dan pembangunan gedung-gedung industry yang tidakterencana tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Sedangkan padadaerah-daerah pedalaman masih banyaknya “Lahan Tidur” yang artinya lahantersebut belum tergarap maupun tersentuh oleh tangan-tangan manusia sementaralahan disuatu wilayah strategis cenderung menjadi rebutan dengan harga yangmahal. Ini mencerminkan bahwa penyebaran penduduk diwilayah Indonesia yangbelum merata.Banyaknya lahan para petani yang belum bersertifikat menambah dampakburuk bagi masa depan para petani yang menyebabkan terjadinya persengketaanantara pihak petani dan pihak yang mencoba merampas hak milik petani dimanaposisinya memanfaatkan kesempatan pada lahan yang belum berlabel pemilik.Bahkan kerap terjadi persengketaan antara petani dengan pihak pemerintah dalamkepemilikan lahan. Masalah Dari Petani Sendiri dan menyebabkanpengetahuannya dalam pengembangan sektor pertanian tidak berkembang dancenderung monoton hanya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian tanpamenciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yangberlimpah. Hasil panen yang tidak seberapa menyebabkan petani tidak memilikimodal dalam pengembangan usahanya ini menjadi salah satu faktor yangmenyebabkan kehidupan para petani kurang sejahtera di wilayah Indonesia. Sertamenyebabkan tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia, sementara 50 jutapenduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani.Kaum petani cenderung menggantungkan hidupnya pada pemerintah danlebih bersikap pasrah pada kondisi kehidupannya pada saat ini. Seharusnyamereka lebih meningkatkan jiwa kewirausahaanya dalam pengembangan sectorusaha diberbagai bidang dan jangan hanya terpacu pada sector pertanian yanghasilnya diperoleh pada periode dan musim-musim tertentu.31

Masalah TeknologiSistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalampengelolaan pangan,belum mampu diterima secara luas oleh para petani yanglebih banyak menggunakan peralatan tradisional seperti : cangkul, arit, dll. Yangpada kenyataannya lebih banyak memakan waktu dan tenaga. Dibandingmenggunakan peralatan dan teknologi modern yang telah diterapkan dinegaranegara luar. Penerapan teknologi di negara kita terkadang kurang tepat padasasaran dimana disatu sisi peralatan teknologi tersebut mampu membantu danmeningkatkan kualitas pangan tetapi disisi lain peralatan tersebut merusakekosistem yang ada tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.Disini perlu adanya sebuah penyuluhan besar-besaran dalam penyampaianinformasi serta pendidikan bagi para petani dalam pengambangan buduayapertaniannya serta peragaan alat pertanian yang berteknologi modern sehinggamampu meningkatkan hasil panen para petani demi pemenuhan kebutuhan hidupmasyarakat banyak serta pensejahteraan kehidupan para kaum petani di wilayahIndonesia. Perlu pula adanya pengkajian ulang terhadap kebijakan parapemerintah disektor pertanian guna penggalangan dana dalam peningkatan sectorpertanmian di Indonesia agar memberikan fasilitas yang layak dan tepat bagi parapetani dalam pengeloaan lahannya.Menurut Sitorus (2005:48), sumberdaya lahan (land resource) adalahlingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta bendayang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan.Dalam hal ini lahan juga mengandung pengertian ruang (space) atau tempat.Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untukkelangsungan hidup manusia karena sumberdaya lahan diperlukan dalam setiapkegiatan manusia. Penggunaan sumberdaya lahan khususnya untuk aktifitaspertanian pada umumnya ditentukan oleh kemampuan lahan atau kesesuaianlahan, dan untuk penggunaan daerah industri, pemukiman dan perdaganganditentukan oleh lokasi ekonomi yaitu jarak sumberdaya lahan dari pusat pasar.Lahan yang sesuai untuk pertanian di kawasan non rawa terdapat seluas86,2 juta ha yang terdiri atas lahan yang sesuai untuk sawah 21,6 juta ha, lahan32

kering tanaman semusim 24,8 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 39,7 jutaha. Meskipun lahan yang sesuai cukup luas, tetapi sebagian besar telahdimanfaatkan untuk berbagai kepentingan baik di sektor pertanian dan nonpertanian.Secara tabular, luas lahan pertanian di Indonesia 70,2 juta ha (BPS, 2008;www.bps.go.id) sehingga lahan potensial (sesuai) yang tersisa sekitar 23,9 juta hasebagai lahan pertanian cadangan. Diantara lahan pertanian seluas 70,2 juta hatersebut terdapat lahan terlantar yang sementara belum diusahakan seluas 11,3 jutaha, sehingga total cadangan lahan yang bisa dimanfaatkan untuk pengembanganpertanian diperkirakan seluas 35,2 juta ha. Namun penyebaran lahan tersebutbelum diketahui, karena itu diperlukan data spasial (Irianto, 2008:29).BBSDLP (2008) mendefinisikan lahan potensial untuk pertanian dan lahantersedia untuk pengembangan pertanian. Lahan potensial untuk pertanian adalahlahan yang secara biofisik terutama dari aspek topografi/lereng, iklim, sifat fisika,kimia dan biologi tanah sesuai atau cocok dikembangkan untuk pertanian. Sesuaiatau cocok berarti lahan tersebut secara teknis-agronomis mampu mendukungpertumbuhan tanaman dan/atau perkembangan ternak secara optomal. Jika lahantersebut dikelola dengan baik tidak akan mengganggu kelestarian sumberdaya danlingkungan. Lahan potensial belum mempertimbangkan aspek sosial dan a,namunsudahmempertimbangkan penetapan kawasan hutan konservasi dan hutan lindung.Lahan tersedia untuk pengembangan pertanian adalah lahan potensial (sesuai)secara fisik untuk pertanian yang saat ini belum dimanfaatkan baik untukpertanian maupun non pertanian, yaitu lahan yang ditumbuhi oleh alang-alangatau semak belukar. Sama dengan lahan potensial, lahan tersedia juga belummempertimbangkan status kepemilikan, baik secara adat maupun undang-undangagraria. Oleh sebab itu lahan potensial dan lahan tersedia dapat berada padakawasan budidaya yang dapat berupa lahan basah (sistem sawah) dan lahan keringyang sudah diusahakan, atau berada pada kawasan budidaya hutan (hutanproduksi atau hutan konversi, hutan tanaman industri atau kawasan Hak33

Pengusahaan Hutan), baik yang dikelola Perhutani dan Perkebunan Negaramaupun swasta).Pasaribu (2007:67) berpendapat bahwa bidang pertanian memiliki korelasipositif dengan kedaulatan dan ketahanan pangan. Namun secara faktual terdapatbeberapa permasalahan krusial dan menjadi isu serius di negara kita, yaitu antaralain: (1) Kemampuan Indonesia di bidang pertanian untuk memenuhi kebutuhanpangan sendiri relatif telah dan/atau sedang menurun cukup signifikan, (b)Indonesia berada dalam keadaan sedang “rawan pangan”, bukan karena tidak adapangan, tetapi karena pangan untuk rakyat Indonesia sudah tergantung dari supplyluar negeri dan ketergantungannya semakin besar dan (c) Kurangnya daya dukungsektor pertanian yang komprehensif, termasuk di dalamnya ketersediaan lahanpertanian.Masalah lahan pertanian terutama pertanian pangan diantaranya berakardari masalah rendahnya nilai land rent lahan-lahan pertanian. Setiap jenispenggunaan lahan (pertanian dan non pertanian) memiliki nilai land rent yangberbeda. Jenis penggunaan lahan dengan keuntungan komparatif tertinggi akanmempunyai kapasitas penggunaan lahan terbesar, sehingga penggunaan lahantertentu akan dialokasikan untuk kegiatan yang memberikan nilai land renttertinggi. Demikian juga dengan penggunaan lahan pertanian, meskipun lebihlestari kemampuannya dalam menjamin kehidupan petani, tetapi hanya dapatmemberikan sedikit keuntungan materi atau finansial dibandingkan dengan sektorindustri, pemukiman dan jasa lainnya sehingga konversi lahan pertanian kepenggunaan lain tidak dapat dicegah (Rustiadi dan Wafda, 2008 dalamAviciena).Kelangkaan sumberdaya lahan bersangkut paut dengan pertumbuhanpenduduk dan persaingan permintaan (competing demands) terhadap lahan. Adakecenderungan di masyarakat negara-negara berkembang termasuk indonesiabahwa sebagian kelebihan daya beli pada golongan masyarakat berpenghasilantinggi disalurkan dalam bentuk investasi pada lahan/tanah (Sitorus, 2004:49).Alih fungsi lahan adalah sebuah mekanisme yang mempertemukanpermintaan dan penawaran terhadap lahan dan menghasilkan kelembagaan lahan34

baru dengan karakteristik sistem produksi yang berbeda. Fenomena alih fungsilahan adalah bagian dari perjalanan transformasi struktur ekonomi nasional.Pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang memusat di wilayah perkotaanmenuntut ruang yang lebih luas ke arah luar kota bagi berbagai aktifitas. Sebagaiakibatnya wilayah pinggiran yang sebagian besar berupa lahan pertanian sawahberalih fungsi (konversi) menjadi lahan nonpertanian dengan tingkat peralihanyang beragam antarpriode dan wilayah (Dahuri dan Nugroho, 2004:73).Diperlukan sebuah aturan/regulasi yang dapat menekan dan mengendalikan lajualih fungsi lahan, sehingga lahan-lahan pertanian yang ada dapat terlindungi darikegiatan alih fungsi.Permasalahan tersebut semakin diperparah dengan kenyataan terjadinyakonversi lahan subur pertanian dan degradasi lahan yang kian masif. Sementarakeberlanjutan lahan subur yang ada tidak terjamin dan pencetakan lahan sawahbaru relatif kecil. Padahal ketersediaan lahan untuk usaha pertanian merupakanconditio sine-quanon untuk mewujudkan peran sektor pertanian secaraberkelanjutan (sustain

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Lahan Pertanian 2.1.1 Pengertian Lahan Lahan oleh memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik itu oleh FAO maupun pendapat para ahli. Menurut Purwowidodo (1983:1) lahan mempunyai pengertian: “Suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan .

Related Documents:

tentang teori-teori hukum yang berkembang dalam sejarah perkembangan hukum misalnya : Teori Hukum Positif, Teori Hukum Alam, Teori Mazhab Sejarah, Teori Sosiologi Hukum, Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Bebas dan teori-teori yang berekembang pada abad modern. Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan tinjauan pustaka yang berisi teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan sebagai kajian dan acuan bagi penulis 2.1.1. Pengertian Sistem Suatu sistem t

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini menggunakan beberapa pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini berfungsi untuk pedoman dan pembanding penelitian yang akan dilakukan. Urfan (2017) melakukan penelitian berjudul Aplikasi Kalender Event Seni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL. PENELITIAN . 2.1 Tinjauan Pustaka. Tinjauan pustaka adalah kajian mengenai penelitian sebelumnya yang memiliki relevansi permasalahan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian terhadap penelitiapenelitian sebelumnya diharapkan memberikan wawasan agar n-

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang aplikasi mobile berbasis android yang dibuat oleh universitas atau berisi info seputar kampus atau panduan bagi mahasiswa atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini mengacu pada beberapa sumber dan tinjauan yang sudah ada dimana masing-masing penulis menggunakan metode yang berbeda sesuai dengan permasalahan yang di

A. Teori-teori sosial moden timbul sebagai tin& bdas kepada teori-teori sosial klasik yang melihat am perubahan rnasyarakat manusia dengan pendekatan yang pesimistik. Teori sosial moden telah berjaya menerangkan semua gejala sosial kesan perindustrian dan perbandaran. Teori sosial moden adalah lanjutan teori klasik dalam kaedah dan faIsafah. B. C.

2.3 Dasar Teori Dasar teori merupakan teori pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian. Teori tersebut dapat bersumber dari buku, artikel maupun jurnal. Teori-teori yang dipelajari menjadi pedoman untuk dapat memperoleh hasil audit sistem informasi akuntansi dan keuangan dengan tepat. 2.3.1 Metode Penelitian