BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kedisiplinan Belajar 2.1.1 Pengertian . - UKSW

1y ago
5 Views
1 Downloads
712.80 KB
15 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Axel Lin
Transcription

BAB IILANDASAN TEORI2.1.Kedisiplinan Belajar2.1.1 Pengertian Kedisiplinan BelajarKedisiplinan adalah kata sifat yang berasaldari kata dasar “disiplin”dan mendapatimbuhan ke-an. Sedangkan kedisiplinan belajar merupakan gabungan dua kata yakni disiplindan belajar dimana kedua kata tersebut memiliki arti masing-masing.Untuk mengetahuimakna kata tersebut, berikut ini akan dijelaskan pengertian disiplin danbelajar menurutbeberapa ahli.Secara etimologis, istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yangmenunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Dalam bahasa Inggris “Discipline” yangberarti: tertib, taat, atau mengendalikan tingkahlaku, penguasaandiri, kendalidiri; latihanmembentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental ataukarakter moral; hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; kumpulan atausistem peraturan-peraturan bagi tingkahlaku (MacMillan Dictionary dalamTu’u, 2004).Soegeng Prijodarminto dalam Tu’u (2004) memberi arti disiplin sebagai kondisi yangterbentuk melalui proses dan serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai ketaatan,kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Perilaku itu tercipta melalui proses binaankeluarga, pendidikan, dan pengalaman.Rachman dalam Tu’u (2004) yang mengartikan disiplin sebagai upaya mengendalikandiri dan sikap mental individu dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadapperaturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalamhatinya. Tu’u(2004) merumuskan disiplin sebagai sikap seseorang dalam mengikuti danmenaati peraturan, nilai, dan hukum yang berlaku. Pengikutan dan ketaatan tersebut muncul

Karen aadanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna untuk kebaikan dan keberhasilanseseorang. Disiplin dapat muncul karena adanya rasa takut, tertekan, terpaksa dan adanyadorongan dari luar dirinya. Kedisiplinan juga sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi,mengubah, membina dan membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan ataudiajarkan dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki tingkah laku.Selanjutnya, akan dijelaskan tentang pengertian belajar menurut beberapa ahli, sepertiGagne (dalam Dahar, 2006), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatuorganisasi berubah perilakunya.Sedangkan menurut Slameto (2003), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukanseseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajarmerupakan usaha yang dilakukan seseorang dengan sadar, melalui latihan hidup teratur,pengajaran, pendidikan dan pembinaan dari keluarga dalam hal ini orang tua, dan guru disekolah untuk mengikuti dan menaati peraturan, nilai, hukum atau tata tertib yang berlakuuntuk memperoleh perubahan perilaku dalam dirinya. Perilaku tersebut dapat berupapengetahuan, keterampilan maupun sikapnya. Disiplin tidak hanya mengikuti dan menaatiaturan, melainkan meningkat menjadi disiplin berpikir yang mengatur serta mempengaruhiseluruh aspek individu termasuk prestasi belajar siswa.2.1.2. Perlunya Kedisiplinan BelajarKedisiplinan diperlukan oleh siapapun dan dimanapun seseorang berada, termasukseorang siswa. Bohar Soeharto dalam Tu’u (2004) mengatakan bahwa pada dasarnya semuaorang sudah mengerti dan sudah mengenal disiplin. Orang tua dan guru harus mampu melihatdisiplin sebagai sesuatu yang sangat penting dalam interaksi manusia. Sikap disiplin, apabila

dikembangakan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen, akan berdampakpositif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Seorang siswa harus disiplin dalam menaati tatatertib di sekolah, disiplin dalam belajar dan mengerjakan tugas baik di rumah maupun disekolah, agar mencapai hasil yang optimal. Disiplin dapat mendorong siswa belajar secarakonkret dalam praktik hidup di sekolah serta menata perilaku seseorang dalam hubungannyadi tengah-tengah lingkungannya.Maman Rachman dalam Tu’u (2004) menyebutkan bahwa disiplin sangat pentingbagi para siswa, yaitu untuk: (1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidakmenyimpang (2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan nditunjukkansiswaterhadaplingkungannya (4) Mengatur keseimbangan keinginan siswa satu dan siswa lainnya (5)Menjauhi siswa yang melakukan hal-hal yang dilarang sekolah (6) Mendorong siswamelakukan perbuatan yang baik dan benar (7) Belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaanyang baik, positif dan bermanfaat bagi diri siswa dan lingkungannya.Jadi, disiplin berperan penting dalam pembentukan dan perubahan perilaku seseorang.Disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku dan tata kehidupan kedisiplinan,yang akan mengantar seorang siswa sukses dalam belajar dan bekerja kelak.2.1.3. Fungsi Kedisiplinan BelajarSiswa memerlukan kedisiplinan dalam belajarnya, namun seringkali siswamengabaikan hal-hal mengenai kedisiplinan belajar, akibatnya siswa gagal dalam mencapaiprestasi belajar yang optimal. Bila siswa dapat mendisiplinkan diri, maka siswa tersebutmemiliki waktu yang efisien dalam belajar. Belajar yang efisien menuntut kedisiplinanbelajar yang tinggi, terutama disiplin diri (self discipline), yaitu kemampuan memposisikandiri, kontrol diri dan konsistensi diri untuk bertindak (Danim, 2011).

Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004)diantaranya: (1) Menata kehidupan bersama,yaitu mengatur tata kehidupan manusia dalam masyarakat tertentu, sehingga hubungan antarindividu terjalin dengan baik (2) Membangun kepribadian seseorang, dimana kepribadianadalah keseluruhan tingkah laku dan pola hidup yang tercermin dalam perkataan danperbuatan sehari-hari. Dengan disiplin, seseorang dibiasakan untuk mengikuti, mematuhi danmenaati aturan yang berlaku dengan penuh kesadaran dalam dirinya, dan akhirnya menjadibagian dalam kehidupannya sehari-hari (3) Melatih kepribadian seseorang, dimana dalammembentuk kepribadian yang tertib, teratur, taat dan patuh diperlukan suatu latihan,pembinaan, pembiasaan diri, usaha yang gigih bahkan dengan tempaan keras (4) Pemaksaan,dimana seseorang dipaksa untuk mengikuti peraturan-peraturan yang berlaku di lingkunganseseorang itu berada (5) Hukuman yang merupakan ancaman atau sanksi atas pelanggarantata tertib. Hukuman sangat penting karena dapat memberi dorongan siswa untuk menaati danmematuhi peraturan. Tanpa ancaman/sanksi, dorongan untuk mengikuti aturan menjadilemah (6) Menciptakan lingkungan yang kondusif, yakni lingkungan yang aman, tenang,tenteram, tertib dan teratur sehingga dapat mendukung proses kegiatan pendidikan denganlancar.Kedisiplinan siswa harus ditangani, dibina dan dilatih agar siswa dapatmendisiplinkan diri dalam kehidupannya. Pemahaman kedisiplinan dalam diri siswa, tidakakan berhasil dengan cara pemaksaan dan pembiasaan secara mekanis. Siswa tersebut harusdapat merasakan sendiri apakah di dalam suatu peraturan terdapat sesuatu yang menentukanbahwa dia harus mematuhinya dengan sukarela.2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk KedisiplinanKedisiplinan seseorang tidak dapat tumbuh dengan sendirinya, melainkan perlukesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan adanya hukuman. Bagi siswa, disiplin belajar tidak

akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalambelajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya. Penanaman disiplinperlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaanbangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akanterbiasa melakukan kegiatan itu secara berkelanjutan. Menurut Tu’u (2004) mengatakanadabeberapa faktor yang mempengaruhi dan membentuk kedisiplinan yaitu kesadaran diri,pengikutan dan ketaatan, alat pendidikan, hukuman, teladan, lingkungan dan latihanberdisiplin.Kesadaran diri menjadi motif sangat kuat bagi terwujudnya kedisiplinan. Disiplinyang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lamadibandingkan dengan disiplin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.Pengikutan dan ketaatan sebagai langkah penerapan dan praktik atas peraturanperaturan yang mengatur perilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dari adanyakesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat.Kedisiplinan belajar sebagai alat pendidikan digunakan untuk mempengaruhi, mengubah,membina, dan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan ataudiajarkan. Hukuman bagi seseorang cenderung disebabkan dua hal, yang pertama karenaadanya kesadaran diri, kemudian yang kedua karena adanya hukuman.Hukuman akan menyadarkan, mengoreksi, dan meluruskan yang salah, sehinggaorang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan. Teladan adalah contoh yang baikyang seharusnya ditiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yangmereka lihat sebagai teladan (orang yang dianggap baik dan patut ditiru) daripada dengan apayang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplin dari atasan, kepala sekolah danguru-guru serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa. Lingkungan

berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkunganyang belum menerapkan disiplin. Bila berada di lingkungan yang berdisiplin, seseorang akanterbawa oleh lingkungan tersebut.Kedisiplinan dapat tercapai dan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinyamendisiplinkan diri secara berulang-ulang dan membiasakan diri dalam praktik sehari-hari.Sedangkan menurut Lemhanas (1997) terbentuknya disiplin karena alasan berikut: a) Disiplintidak terjadi dengan sendirinya, melainkan harus ditumbuhkan, dikembangkan, danditerapkan dalam semua aspek, menerapkan sanksi serta hukuman; b) Disiplin seseorangadalah produk sosialisasi sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, terutama lingkungansosial. Oleh karena itu, pembentukan disiplin harus seturut pada kaidah-kaidah proses belajar;c) Dalam membentuk disiplin ada pihak yang memiliki kekuasaan lebih besar, sehinggamampu mempengaruhi tingkah laku pihak lain karena tingkah laku yang diinginkannya.2.1.5. Aspek dan Indikator Kedisiplinan BelajarAspek kedisiplinan menurut Soegeng Prijodarminto dalam Tu’u (2004), meliputi 3aspek yakni: 1) aspek sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertibsebagai pengembangan latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak 2) aspekpemahaman mengenai aturan perilaku dan norma, sehingga menumbuhkan pengertian dankesadaran bahwa ketaatan akan aturan dan norma tersebut merupakan syarat mutlak untukmencapai keberhasilan 3) aspek sikap dan kelakuan secara wajar yang menunjukkankesungguhan hati untuk menaati segala hal dengan cermat dan tertib. Sedangkan indikatorkedisiplinan belajar yang menunjukkan pergeseran/perubahan hasil belajar siswa sebagaikontribusi mengikutidan menaati peraturan sekolah yang meliputi: a) dapat mengatur waktubelajar di rumah b) rajin dan teratur belajar c) perhatian yang baik saat belajar di kelas d)ketertiban diri saat belajar di kelas.

Tu’u(2004) mengemukakan aspek kedisiplinan terdiri dari 3 sub aspek denganindikator disiplin belajar meliputi: 1) Kepatuhan mengikuti proses belajar mengajar denganindikator, a) mendengarkan guru saat pelajaran sedang berlangsung dan disiplinmenggunakan waktu dengan baik saat guru menjelaskan pelajaran b) tidak meninggalkankelas saat pelajaran berlangsung, sampai pelajaran berakhir c) mengerjakan tugas denganbaik penuh kedisiplinan dan tanggung jawab dalam mengerjakannya. 2) kepatuhan pada tatatertib sekolah dengan indikator, a) datang ke sekolah tepat waktu sesuai waktu yangditentukan b) menaati peraturan dan tata tertib yang telah dibuat oleh pihak sekolah c)bersikap hormat dan santun pada semua warga sekolah. 3) Ketaatan pada jam belajar denganindikator meliputi a) membuat jadwal pelajaran secara rutin untuk dapat disiplin dalambelajar sesuai jadwal yang dibuat b) menggunakan waktu belajar dengan semaksimalmungkin dan c) tidak menunda-nunda dalam mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikanoleh guru.2.2 Roleplay salah satu metode dari Bimbingan Kelompok2.2.1 Pengertian layanan bimbingan kelompokMenurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yangdiberikan pada individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untukmencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.2.2.2 Tujuan bimbingan kelompokTujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh Prayitno (2004) adalah sebagaiberikut:a. Tujuan UmumTujuan umum dari layanan bimbingan kelompok adalah berkembangnya sosialisasisiswa, khususnya kemampuan komunikasi anggota kelompok.Sering menjadi

kenyataan bahwa kemampuan bersosisalisasi atau berkomunikasi seseorang seringterganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak obyektif,sempit dan terkukung serta tidak efektif. Melalui layanan bimbingan kelompokdiharapkan hal-hal yang menganggu atau menghimpit perasaan dapat diungkapkan,diringankan melalui berbagai cara, pikiran yang buntu atau beku dicairkan dandidinamikkan melalui masukkan dan tanggapan baru, persepsi yang menyimpang atausempit diluruskan dan diperluas melalui pencairan pikiran, sikap yang tidak efektifkalau perlu diganti dengan yang baru yang lebih efektif. Melalui kondisi dan prosesberperasaan, berpikir, berpersepsi dan berwawasan terarah, luwes dan luas nbersikapdapatdikembangkan.Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan masalah klien denganmemanfaatkan dinamika kelompok.b. Tujuan KhususBimbingan kelompok bermaksud membahas topik-topik tertentu.Melalui dinamikakelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan,pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkah laku yanglebih efektif. Dalam hal ini kemampuan berkomunikasi verbal maupun non verbalditingkatkan. Sedangkan menurut Bennet (dalam Romlah, 2001), bimbingan kelompokmemiliki beberapa tujuan yaitu:a.Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang bergunabagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadidan sosial.b.Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.c.Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara ekonomis dan efektif dari padamelalui kegiatan bimbingan individual.

d.Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif.2.2.3 Model layanan bimbingan kelompokMenurut Prayitno (1999), dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok dikenal duajenis kelompok, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas :a.Kelompok bebasDalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaanyadalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yangmenjadi pokok bahasan kelompok.b.Kelompok tugasDalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi kegaiatannya epadapenyelesaiannyasuatutugas.Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dandiselesaikan oleh anggota kelompok2.2.4 Teknik-teknik bimbingan kelompokRomlah (2001) menyebutkan terdapat beberapa teknik yang dapat diterapkan ataudilakukan dalam kegiatan bimbingan kelompok diantaranya :a.Teknik pemberian informasi (expository techiques)b.Diskusi kelompokc.Teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques)d.Permainan peran (role play)e.Permainan simulasif.Karyawisata (field trip)g.Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (home room)

2.2.5 Tahap-tahap bimbingan kelompokMenurut Hartinah (2009), tahap-tahap bimbingan kelompok dibagi menjadi 4tahap,yaitu:a. Tahap pembentukanKegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan para(calon) anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan,meliputi:a. Pengenalan dan pengungkapan tujuan.b. pelibatan diri.c. pemasukan diri.b. Tahap peralihanTahap ini merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga.c. Kegiatan kelompokTahap ini merupakan tahap dimana tujuan akan dicapai yaitu penyelesaiantugas, jika bimbingan kelompok yang digunakan adalah topik tugas. Jika yangdigunakan adalah topik bebas, maka tahap ini juga akan menentukan topik sertapenyelesaiannya sekaligus.d. PengakhiranSetelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompokkemudian menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada saatyang dianggap tepat.

2.3 Bimbingan Kelompok Teknik Role Play (Bermain Peran)2.3.1 Pengertian Role Play (Bermain Peran)Winkel dan Hastuti (2004), mendefiniskan role play sebagai kegiatan melakukanperan tertentu dan memainkan suatu adegan tentang pergaulan sosial yang mengandungpersoalan yang harus diselesaikan.Benett (dalam Romlah, 2001) menyebutkan bahwa role play atau bermain peranadalah suatu alat untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan dan pengertian-pengertianmengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi yang pararel denganyang terjadi dengan kehidupan yang sebenarnya.Jadi dapat disimpulkan role play adalah salah satu metode bimbingan kelompok yangmenggunakan permainan peran didalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapiseorang individu, dimana peran yang dimainkan harus sesuai dengan tokoh yang diperankandengan cara mendramatisasika peran tersebut.2.3.2 Fungsi Role PlayCorsini (dalam Romlah, 1989)menyebutkan terdapat beberapa fungsi dari kegiatanrole play bermain peran diantaranya :a.Alat untuk mediagnosis dan mengerti seseorang dengan cara mengamati perilakunyawaktu memerankan dengan spontan situasi-situasi atau kejadian yang terjadi dalamkehidupan sebenarnya.b.Media pengajaran melalui proses “modelling” anggota kelompok dapat belajar lebihefektif melalui ketrampilan-ketrampilan hubungan antar pribadi dalam memecahkanpermasalahan.c.Melalui keterlibatan secara aktif dalam permainan peran, anggota kelompok dapatmengembangkan pengertian-pengertian dan mempraktekan ketrampilan-ketrampilanbaru. Sedangkan menurut Winkel dan Hastuti (2004) fungsi dari permainan peran

adalah sebagai perombakan dalam struktur kepribadian seseorang dan meningkatkankemampuan bergaul dengan orang lain secara wajar dan sehat.Jadi fungsi dari bermain peran atau role play adalah memahami permasalahanpermasalahan sosial, dapat merasakan perasaan orang lain, dan dapat memainkan peran-perandalam kehidupan nyata, sehingga memiliki perasaan untuk bisa memahami satu dengan yanglain, menghargai orang lain, menghormati, dll.2.3.3 Proses Pelaksanaan Role PlayDalam kegiatan role play (bermain peran), terdapat beberapa proses yang harusdilakukan. Mulyasa (dalam Zulaikah, 2011) menyebutkan terdapat tujuh tahap dalam roleplay diantaranya :1. Pemilihan masalahGuru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan siswa agar dapatmenyelesaikan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.2. Pemilihan peranPemilihan peran disesuaikan dengan permasalahan yang akan dibahas,mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.3. Menyusun tahap-tahap bermain peranDalam hal ini guru sudah membuat dialog, akan tetapi siswa dapatmenambahkannya sendiri.4. Menyiapkan pengamatPengamat dalam kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak terlibat didalampermainan peran (pemeran)5. Pemeran

Dalam kegiatan ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peranmasing-masing yang terdapat pada skenario bermain peran.6. Diskusi dan evaluasiMendiskusikan masalah-masalah yang akan dibahas serta pertanyaan yangmuncul dari siswa.7. Pengambilan kesimpulan dari bermain peran yang telah dilakukan oleh siswa.2.4 Temuan Penelitian Yang RelevanHasil penelitian Pradipta Novalin (2014) dengan judul Peningkatan KedisiplinanBelajar Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Role Play pada Siswa Kelas XI diSMK Sudirman 02 Ambarawa Tahun Ajaran 2013/2014, terjadi peningkatan skalakedisiplinan belajar pada kelompok eksperimen. Peningkatan tersebut terlihat dari perbedaanyang signifikan dari hasil pre test dan post test kelompok eksperimen yaitu p 0.004 0.01,dengan peningkatan mean rank 4.80 dari mean rank hasil pre test skala kedisiplinan belajar3.50, sedangkan mean rank hasil post test skala kedisiplinan belajar 9.50. Dengan demikian,layanan bimbingan kelompok teknik role play dapat meningkatkan kedisiplinan belajar padasiswa kelas XI SMK Sudirman 02 Ambarawa.Hasil penelitian Ferdyatama Oka (2014) dengan judul Pemanfaatan Metode role playuntuk Meningkatkan Komunikasi Antar Pribadi Siswa Kelas XI Tp A SMK SaraswatiSalatiga. Inverensial Hasil penelitian adalah bahwa pemanfaatan metode role play pada siswakelas XI TP A SMK Saraswati Salatiga dapat meningkatkan komunikasi Antar Pribadi. Darihasil mean rank per-terst kelompok eksperimen sebesar 3.00 sedangkan dari hasil mean rankpost-test kelompok eksperimen sebesar 8.00. Jadi perbandingan mean rank antara pre-testdan post-test kolompok eksperimen sebesar 5.00. Sedangakan dari data Asymp.Sig. (2-tailed)sebesar 0,009.

Berdasarkan temuan penelitian yang relevan di atas, maka penulis menyimpulkanbahwa teknik rolle play efektif digunakan untuk layanan bimbingan kelompok dikarenakanteknik ini tidak hanya mendapatkan teori saja, tetapi siswa juga berperan langsung padanaskah drama yang telah disediakan oleh penulis, sehingga siswa dapat belajar merasakansuatu peristiwa secara langsung.2.5 Desain PenelitianBelajar dengan disiplin yang terarah dapat menghindarkan diri dari rasa malas danmenimbulkan kegairahan siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkandaya kemampuan belajar siswa. Disiplin adalah kunci sukses dan keberhasilan. Dengandisiplin seseorang menjadi yakin bahwa disiplin akan membawa manfaat yang dibuktikandengan tindakannya. Setelah berprilaku disiplin, seseorang akan dapat merasakan bahwadisiplin itu pahit tetapi buahnya manis. Disiplin memberikan manfaat yang besar dalam diriseseorang. Sepintas bila kita mendengar kata disiplin maka yang selalu terbayang usahauntuk menyekat, mengawal dan menahan. Padahal tidak demikian, sebab disiplin bermaknamelatih, mendidik dan mengatur atau hidup teratur. Artinya kata disiplin itu tidak terkandungmakna sekatan, tetapi juga latihan. Untuk itulah kedisiplinan sangat diperlukan dalam usahameningkatkan suatu kehidupan yang teratur dan meningkatkan prestasi dalam belajar karenasifatnya yang mengatur dan mendidik. Dari kebanyakan orang-orang sukses rasanya tidak adadiantara mereka yang tidak berdisiplin, kedisiplinan yang tertanam dalam setiap kegiatanmereka yang membawa kesuksesan.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang peningkatan kedisiplinan belajarmelalui bimbingan kelompok teknik rolle play siswa kelas X Teknik Permesinan SMKNegeri 2 Salatiga beberapa siswa memiliki tingkat kedisiplinan belajar yang rendah. Untuk

mengatasi hal tersebut, maka penulis menerapkan bimbingan kelompok teknik rolle play.Siswa yang memiliki masalah kedisiplinan belajar yang rendah akan dibagi menjadi duakelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalahkelompok yang diberi perlakuan (treatment), sedangkan kelompok kontrol adalah kelompokyang tidak diberi perlakuan (treatment) melalui bimbingan kelompok teknik rolle play.Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol masing-masing diberi pretest dan juga posttestmenggunakan skala kedisiplinan pengembangan dari teori Tu’u dalam Rina (2011) yangsudah di uji validitasnya. Adapun desain penelitian mengenaipeningkatan kedisiplinanbelajar, melalui bimbingan kelompok teknik rolle play adalah sebagai berikut :PosttestPreetestKel. EksperimenKel. ann2.6 HipotesisBerdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :Layanan bimbingan kelompok teknik role play dapat meningkatkan kedisiplinan belajarsecara signifikan pada siswa kelas X Teknik Permesinan SMK Negeri 2 Salatiga

.Kedisiplinan Belajar. 2.1.1 Pengertian Kedisiplinan Belajar. . Penanaman disiplin perlu dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur, dan mandi harus dilakukan secara tepat waktu sehingga anak akan . b. Memberikan layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok.

Related Documents:

tentang teori-teori hukum yang berkembang dalam sejarah perkembangan hukum misalnya : Teori Hukum Positif, Teori Hukum Alam, Teori Mazhab Sejarah, Teori Sosiologi Hukum, Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Bebas dan teori-teori yang berekembang pada abad modern. Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para

BAB II Landasan Teori Dan Pengembangan Hipotesis A. Teori Agency (Agency Theory) . agent (yangmenerima kontrak dan mengelola dana principal) mempunyai kepentingan yang saling bertentangan.3 Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.4 Teori agensi .

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa tulisan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur seperti tesis, . teori manajemen, dan teori analisis SWOT. Perbedaan penelitian tersebut di atas adalah perbedaaan

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang.1

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam penyusunan skripsi ini dibutuhkan tinjauan pustaka yang berisi teori-teori atau konsep-konsep yang digunakan sebagai kajian dan acuan bagi penulis 2.1.1. Pengertian Sistem Suatu sistem t

17 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Stakeholder (Stakeholder Theory) Ramizes dalam bukunya Cultivating Peace, mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakeholder.Friedman mendefinisikan stakeholder sebagai: “any group or individual who can affect or is affected by the achievment of the organi

BAB II . URAIAN TEORI . 1.1. Landasan Teori . Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstraksi dari ha

6 BAB II LANDASAN TEORI . A. Kajian Teori. 1. Konstruktivisme a. Pengertian Konstruktivisme Konstruktivis