Pola Komunikasi Antar Umat Beragama Dalam Membangun Budaya Gotong .

1y ago
23 Views
2 Downloads
569.94 KB
13 Pages
Last View : 2d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Kaden Thurman
Transcription

POLA KOMUNIKASI ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM MEMBANGUN BUDAYAGOTONG ROYONG DESA SEMBULUNG KECAMATAN CLURING KABUPATENBANYUWANGIYossy Ananda, Ir. H.M. Thamrin., M.Si.Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, UniversitasMuhammadiyah JemberJl. Karimata no. 49 JemberE-Mail: steyvie.justevie@gmail.comABSTRACTThis study discusses how the communication patterns conducted by the people ofDusun Tanjungrejo Sembulung village so that inter-religious people in building culturemutual cooperation. Researchers use qualitative research methods. Data collecting techniqueusing interview method, participant observation and documentation, then collected dataprocessed and analyzed by using that is: data reduction, data presentation, and withdrawaland testing conclusion. Objects of this research include village administration, religiousleaders, and community of Dusun Tanjungrejo Desa Sembulung Cluring District BanyuwangiDistrict. The results of this study note that the pattern of communication among religiouspeople in building culture mutual cooperation Dusun Tanjungrejo include formal education,understanding of religious values, social stratification, role of religious leaders and socialinteraction is the key to the growth of culture mutual cooperation.Keyword: Interpersonal Communication, Culture Mutua, Cooperation Sembulung Village,Cluring District, Banyuwangi.ABSTRAKPenelitian ini membahas bagaimana pola komunikasi yang dilakukan oleh masyarakatDusun Tanjungrejo desa Sembulung sehingga antar umat beragama dalam membangunbudaya gotong royong. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknikpengumpulan data menngunakan metode wawancara, observasi partisipan dan dokumentasi,kemudian data yang dikumpul diolah dan dianalisis dengan menggunakan yaitu: reduksi data,penyajian data, dan penarikan serta pengujian kesimpula. Objek dari penelitian ini meliputipemerintahan desa, tokoh agama, dan masyarakat Dusun Tanjungrejo Desa SembulungKecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Hasil penelitian ini diketahui bahwa polakomunikasi antar umat beragama dalam membangun budaya gotong royong DusunTanjungrejo meliputi pendidikan formal, pemahaman nilai-nilai keagamaan, stratifikasisosial, peran tokoh agama dan interaksi sosial adalah kunci dari tumbuhnya budaya gotongroyong.Kata Kunci: Pola Komunikasi, Umat Beragama, Budaya Gotong Royong, Desa Sembulung,Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi.dengan maksud mengubah prilaku.Sehubungan dengan kenyataan bahwakomunikasi adalah suatu yang tidak bisadipisahkan dari aktivitas seorang manusia.Dalam komunikasi dikenal dengan polaPENDAHULUANpola tertentu sebagai manifestasi kasi.dimana suatu ide dialihkan darikomunikasibiasadisebutsebagai model,sumber kepada satu penerima atau lebih1/ J u r n a l f i s i p o l

yaitu sistem yang terdiri dari atasberbagai komponen yang berhubungansatu sama lainnya untuk mendapatkantujuan secara bersama, Joseph A. Devitomembagi pola komunikasi menjadiempat yakni komunikasi antarpribadi,komunikasi kelompok kecil, komunikasipublik, dan komunikasi massa. (Litbang,2003).BudayabangsaIndonesiamerupakan Negara yang mempunyaikeragaman agama,haltersebuttercermin dalam semboyan Negarayaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang berartiberbeda-beda tetapi tetap satu jua.Kemajemukan dalam hal agama terjadikarena masuknya agama-agama besar keIndonesia. Perkembangan agama-agamatersebuttelahmenjadikanbangsaIndonesia sebagai bangsa yang beragama,dimana kehidupan keagamaan tidak dapatdipisahkan dari kehidupan masyarakat danbangsa Indonesia. (Zakiah Daradjat1984;40).Manusia dapat melanjutkan hidupdalam hal suku, ras, budaya, etnis, danagama dengan interaksi sosial. Interaksisosial juga dapat dikatakan sebagai sebuahbentuk hubungan yang dibangun antaraindividu dengan individu, individu dengankelompok, maupun kelompok dengankelompokdalamkehidupanbermasyarakat. Di mana interaksi jugamerupakan sebuah proses sosial yangsecara sengaja dibentuk untuk memenuhikebutuhan hidup (Elli Setiadi, 2011: 92)Sebaik-baik manusia adalah yangpaling bermanfaat bagi manusia” (HR.Ahmad,ath-Thabrani,ad-Daruqutni.Seorang Muslim, setelah ia membingkaikehidupannya dengan misi ibadah kepadaAllah semata, sebagaimana petunjuk Allahdalam surat Adz Dzariyat ayat 56. Dalamsebuahhaditsdisebutkanbahwaseharusnya setiap persendian manusiamengeluarkan sedekah setiap harinya. Danternyata yang dimaksud dengan sedekahitu adalah kebaikan, utamanya kebaikandan kemanfaatan kepada sesama.2/ J u r n a l f i s i p o lDinamika sosial berarti bahwamanusiadanmasyarakatselaluberkembang serta mengalami perubahan.Perubahan akan selalu ada dalam setiapkelompok sosial. Dinamika sosial yangterjadi pada masyarakat dapat berupaperubahan – perubahan nilai-nilai sosial,norma - norma yang berlaku dimasyarakat, pola-pola perilaku , lapisan - lapisan maupunkelas - kelas dalam masyarakat,kekuasaan, dan wewenang. Dengan katalain perubahan sosial meliputi perubahanorganisasi sosial, status, lembaga, danstruktur sosial masyarakat. (SoerjonoSoekanto, 2006:146).Terkait hal di atas, kerukunan umatberagama adalah terciptanya suatuhubungan yang harmonis dan dinamisserta rukun dan damai di antara sesamaumat beragama di Indonesia, yaknihubungan harmonis antarumat beragama,antara umat yang berlainan agama danantara umat beragama dengan pemerintahdalam usaha memperkokoh persatuan dankesatuan bangsa serta meningkatkan amaluntukbersama-samamembangunmasyarakat sejahtera lahir dan batin(DEPAG RI, 1989:90).Variabelkerukunanberagamameliputi sikap hormat menghormati,bekerjasama,pemenuhankebutuhan,saling percaya, tolong menolong, toleransidan penyelesaian konflik.Model kerukuran yang berbasisbudaya lokal yang dapat ditemukan diDesa Sembulung Kecamatan CluringKabupatenBanyuwangidiantaranyamasyarakat majemuk, di Desa Sembulungini terdapat masyarakat yang memelukagama yang berbeda yakni agama Islamdan agama Hindu. Namun demikian,masyarakat di desa sembulung mampumemelihara kerukunan dan keharmonisandengan latar belakang budaya, agama,pendidikan, stratifikasi, dan sosialekonomi yang berbeda. Namun demikian,masyarakat di desa sembulung mampumemelihara kerukunan dan keharmonisan

dengan latar belakang budaya, agama,pendidikan, stratifikasi, dan sosialekonomi yang berbeda. Fenomena inimerupakan bentuk dari KomunikasiMultikultural yaitu, komunikasi yangbertujuanuntukmengurangikesalahpahaman dalam proses dan tindakkomunikasi sehingga proses interaksisosial-budayamencapaitingkatkeberhasilan yang optimal. Tujuannyadidasarkanpadakenyataanyangmenguatkan latar belakang budaya dankepentingannya(AndikPurwasito,2015:65).Dengan demikian, komunikasidalam sebuah hubungan antar umatberagama perlu dilakukan, sebagai salahsatu alternatif dalam menciptakanhubungan yang harmonis. Untuk itupenulis akan meneliti sebuah polakomunikasiantarumatberagamaberdasarkan keunikan yang terjadi di DesaSembulung tersebut, maka penelitian iniakanmembahasmengenai“PolaKomunikasi antar Umat Beragama dalamMembangun Budaya Gotong Royong”.Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang tersebut diatas,rumusan masalah penelitian ini adalah :1. Unsurapasajayangmempengaruhi pola numatberagama?2. Apa pengaruh tokoh agama dalammembangun budaya gotong royongdi Desa Sembulung?3. Unsur apa saja yang berpengaruhterhadap pola komunikasi dalammembangun budaya gotong royongdi Desa Sembulung?4. Bagaimana hubungan komunikasikerukunan antar umat beragamadengan budaya gotong royong?Tujuan1. Mengetahuiunsur-unsurpolakomunikasi yang nanumatberagama.3/ J u r n a l f i s i p o l2. Mengetahui pengaruh tokoh agamadalam membangun budaya gotongroyong di Desa Sembulung.3. Mengetahui unsur-unsur yangberpengaruhterhadappolakomunikasi dalam membangunbudaya gotong royong di DesaSembulung.4. Mengetahui hubungan komunikasikerukunan antar umat beragamadengan budaya gotong royong.Manfaat PenelitianManfaat Akademis1. Penelitimampumemberikankontribusi mengenai kehidupanumat beragama dalam membangunbudaya gotong royong.2. Bagi pihak lain penelitian inidiharapkan mampu memberikanreferensi bagi penelitian lebihlanjut untuk topik yang serupa.Manfaat PraktisPenelitian ini dapat menjadilandasanbagipenyusunanmodelpembinaan kerukunan umat beragamaberbasis komunikasi antar budaya olehpemerintah maupun institusi lainnyaterkait kerukunan beragama di dalammembangun budaya gotong royong.Hipotesis1. Pendidikan formal, pemahamannilai-nilai keagamaan, stratifikasisosial berpengaruh terhadap polakomuikasikerukunanumatberagama di Desa Sembulung.2. Arahandaritokohagamaberpengaruh dalam membangunbudaya gotong royong di DesaSembulung.3. Interaksi sosial, sosial ekonomi,dan pendidikan formal berpengaruhterhadappolakomunikasimembangun budaya gotong royongdi Desa Sembulung.4. Ada hubungan antara komunikasikerukunan antar umat beragamadengan budaya gotong royong.TINJAUAN PUSTAKAKomunikasi

Menurut Shcramm dan Hovlandbila seseorang terlibat komunikasi makadalam komunikasi tersebut menggunakanmedia-mediatertentu,danjugamemberikan efek yang ditumbulkan dariproses komunikasi yang terjadi. Bila kitamemikirkan hal ini, kita harus menyadaribahwa tidak mungkin bagi kita untuk tidakberperilaku,dansetiapperilakumempunyai potensi komunikasi.Perilaku meliputi segala sesuatusebagai rekaman akibat dari tindakantindakan kita, sehingga hal tersebut bisamenjadikan orang lain mengetahuibagaimana perilaku kita, dan akanmenyentuh pada sikap.Perilaku komunikasi adalah sebuahproses komunikasi interpersonal yangmenunjukkan respon individu terhadapindividu lainnya. Sebagai contoh, ketikaseseorang berkomunikasi dengan oranglain maka akan menyesuaikan denganseseorangyangdiajaknyabicara.Berdasarkan teori akomodasi komunikasi(communication accommodation theory)yang dipaparkan Howard Giles dankoleganya, teori ini berkaitan denganpenyesuaian interpersonal dalam interaksikomunikasi.Berdasarkan teori yangdikemukakan oleh George Herbert Mead,teoriinteraksisimbolik(symbolicinteractionism theory) merupakan sebuahcara berpikir mengenai pikiran, diri sendiridan masyarakat. Pelaku komunikasi tidakhanya berinteraksi dengan orang lain danobjek-objek sosial, melainkan mereka jugaberkomunikasi dengan diri mereka sendiri.Para pelaku komunikasi melakukanpercakapan sendiri sebagai bagian dariproses interaksi.Unsur-unsur dalam komunikasi yaitu :a) Pesanb) Komunikatorc) Komunikand) Mediae) EfekSifat Komunikasia)Komunikasi tatap mukab)Komunikasi bermedia4/ J u r n a l f i s i p o lc)Komunikasi verbald)Komunikasi non-verbalModel KomunikasiGudykunst &Young Yun Kim(1984) Komunikasi antarbudaya adalahsuatu peristiwa yang merujuk dimanaorang-orang yang terlibat di dalamnya,baik secara langsung maupun tidaklangsung memiliki latar belakang yangberbeda. Pada model komunikasi huantentangkebudayaan lain secara langsung dancepat. Karena adanya interaksi secaralangsung antara dua budaya yang berbeda,maka mereka memberi pengetahuantentang kebudayaan asal mereka danproses ini dilakukan secara langsung makadampak yang ditimbulkan akan didapatsecara cepat.Karakteristik Manusia KomunikanPsikoanalisisMenurut Freud, perilaku manusiamerupakan hasil interaksi tiga sub-sistemdalam kepribadian manusia Id, Ego,dan Superego.Idadalahbagiankepribadian yang menyimpan dorongandorongan biologis manusia, dan Idbergerak berdasarkan prinsip kesenangan.Ego adalah mediator antara hasrat-hasrathewani dengan tuntutan rasional danrealistic, dan ego adalah yang mampumenundukkan hasrat hewaninya dan hidupsebagai wujud yang rasional (pada pribadinormal).Superego atbanyakmenentukan perkembangan psikologiterutama dalam berbagai eksperimen.Sejak Thorndike dan Watson sampaidengan sekarang, kaum behaviorisberpendirian bahwa organisme dilahirkantanpa sifat-sifat social dan psikologisperilaku individu adalah dari hasilpengamatan, dan perilakunya digerakkanatau dimotivasi oleh kebutuhan untukmemperbanyakkesenangandanmengurangi penderitaan.Psikologi Kognitif

Saat behaviorisme diserang habishabisan, muncullah paradigma baru,manusia tidak lagi dipandang sebagaimakhluk yang bereaksi secara pasif padalingkungannya.Psikologi HumanistikPsikologi Humanistik kebanyakandianggap sebagai revolusi ketiga setelahadanya psikoanalisis dan behaviorisme.Carl Rogers menyimpulkan pandanganhumanism sebagai berikut:1. Setiap manusia hidup dalam duniapengalaman yang bersifat pribadi2. Manusiaberperilakuuntukmempertahankan, meningkatkan, danmengaktualisasi diri.3. Individu berreaksi di situasi sesuaidengan persepsi tentang dirinya.4. Jika ada suatu ancaman diri padanyadia akan diikuti dengan pertahanandirinya.5. Batiniah seoarang individu cenderungpada kesehatan dan keutuhan diri(Jalaludin Rakhmat. 2007:17)Pengaruhpendidikanterhadapkerukunan umat beragamaPendidikan adalah proses pelatihandanpengembanganpengetahuan,keterampilan, pikiran, karakter, danseterusnya,khususnyamelaluipersekolahan formal (Webster’s NewWord Dictionary dalam Sagala, 2007).Pendidikan pada dasarnya adalah usahasadar yang dilakukan oleh orang dewasa(pendidik) kepada orang yang belumdewasa (peserta didik) untuk memperolehkedewasaan, baik kedewasaan jasmani,rohani, maupun sosial, baik faktorkognitif, afektif, maupun psikomotor(Samino, 2013: 37). Pendidikan selalumenjanjikan perubahan ke arah yang lebihbaik bagi peserta didiknya.Pengaruh nilai-nilai keagamaanReligius merupakan salah satu nilaikarakter bangsa dari karakter yang menjadiprioritas untuk dikembangkan di sekolah(Puskur Balitbang Kemendikbud, 2010:9).Menurut pedoman ini, nilai religiusdideskripsikan sebagai sikap dan perilakuyang patuh dalam melaksanakan ajaran5/ J u r n a l f i s i p o lagama yang dianutnya, toleran terhadappelaksanaan ibadah agama lain, dan hiduprukun dengan pemeluk agama lain. Sikapdan perilaku ini tidak hanya didapat dalammata pelajaran agama, namun ada disemua mata pelajaran.Stratifikasi sosialPitirim A Sorokin (2004: 18-19)menyatakan bahwa social t ke dalam kelas-kelas secarabertingkat (hierarki). Perwujudanyaadalah kelas-kelas tinggi dan kelas yanglebih rendah.Kerukunan umat beragamaUmat beragama adalah komunitasmanusia yang mempercayai agamatertentu, pengikut atau penganut ajaranagama tertentu. Umat beragama munculkarena adanya sikap penghormatanterhadap Tuhan sebagaimana diajarkandalam agama itu menjadi suatu sistemajaran, tata hidup dan kemasyarakat. Makadi Indonesia misalnya terdapat umat Islam,umat Kristen Protestan, umat Katolik,umat Hindu, dan umat Budha. Pola dasarhubungan yang harus dilaksanakan olehpemeluknya, yaitu : hubungan secaravertical dan hubungan secara horizontal.Pada hubungan pertama ini, berlakuhubungan toleransi agama yang hanyaterbatas dalam lingkungan suatu agamasaja. Hubungan kedua adalah hubunganmanusiadengansesamanya.Padalingkungan ini tidak hanya terbatas padaagamanya saja, tetapi juga berlaku kepadaorang yang tidak seagama, yaitu dalambentuk kerjasama dalam masalah-maslahkemasyarakatan atau kemaslahatan umum.Interaksi SosialInteraksi berasal dari kata bahasaInggris (interaction) yang berarti nteraksimerupakandinamika kehidupan manusia, baik secaraindividu maupun kelompok dalammasyarakat. Dengan kata lain, interaksiberarti suatu rangkaian tingkah laku yangterjadi antara dua orang atau lebih yangsaling mengadakan respons secara timbal-

balik. Dalam hal ini penulis menggunakandua bentuk, diantaranya kompromi(compromise) dan toleransi (tolerantion).Meskipun konteks yang dibahas tentangketeraturan masyarakat yang diartikandengan tidak adanya konflik, penulis tetaptidak mengingkari tentang konsep teoridisosiatif sebagai pola interaksi. Dalamproses disasosiatif, meliputi bentukpersaingan (competition). Adapun upayauntuk mencari hubungannya, penulismenggunakan teori konflik (conflict).Sehubungan dengan teori yang pangan,penulismenggunakan kerangka teori Strukturalfungsional.Talcott Parson sebagai pentolandalam teori ini menyatakan bahwa suatukeadaan teratur itu disebut “ masyarakat ” .Dengan mengingat bahwa masyarakatterdiri dari individu yang berbeda, makatimbul masalah ” bagaimana orde itumungkin?” . Apa yang melatar belakangikesatuan masyarakat?. Oleh karena itu iamenyusun beberapa dalil tentang sebabyang melatar belakangi perpaduanmasyarakat tersebut disebabkan karena:a) Adanya nilai-nilai budaya yang dibagibersamab) Yang dikembangkan menjadi normanorma sosial danc) Dibatinkan oleh individu-individumenjadi motivasi-motivasinya.ToleransiYohannes Friedman, Guru Besar StudiIslam pada Hebrew University, Jerussalemmengakui kerumitan untuk menemukankata toleransi dalam Alquran. Katatoleransidalam bahasa Arabnya altasảmuh, memang tidak ditemukan didalam Alquran. Bila yang dimaksuddengan toleransi adalah sikap salingmenghargai, menghormati keragamanbudayadanperbedaankebebasanberekspresi, termasuk dalam berkeyakinan,maka Alquran secara nyata memberikanperhatian nyata terhadap toleransi.Teori dinamika sosial mengenaikerukunan dan gotong royong6/ J u r n a l f i s i p o lDinamikakelompoksosialdiartikan, bahwa suatu kelompok yangteratur dari dua individu atau lebih yangmempunyai hubungan psikologis secarajelas antara anggota yang satu denganyang lain. Dengan kata lain, antar anggotakelompokmempunyaihubunganpsikologis yang berlangsung dalam situasiyang dialami secara bersama-sama.(Slamet Santosa, 2006: 5)METODOLOGI PENELITIANJenis PenelitianPenelitianinimenggunakanmetode deskriptif kualitatif. Dalambukunya “Materi Kuliah MetodologiPenelitian Sosial” Drs. Kahar Haerah,M.Si. menyebutkan bahwa penelitiankualitatif merupakan penelitian yangbertujuan untuk menggambarkan secaraterperinci fenomena sosial tertentu.Dalam penelitian ini, peneliti akanmenggambarkan pola komunikasi antarumat beragama dalam membangun budayagotong royong.Sasaran dan Lokasi PenelitianSasaran dalam penelitian ini adalahumat Islam dan Hindu masyarakat DesaSembulung Kecamatan Cluring KabupatenBanyuwangi. Untuk membatasi jumlahinforman penelitian ini berfokus padaDusun Tanjungrejo di Desa k Penentuan Sumber DataDalam penelitian ini, penelitimenggunakan teknik Purposive Sampling.Teknikinidilakukanberdasarkanpenilaian subyektif peneliti bahwa sampelyangdiambilmencerminkan(representatif) bagi populasi. Denganmenggunakanteknikini,penelitimenentukan sendiri siapa saja sampelpenelitian yang dianggap mengetahuipermasalahan yang diteliti. Peneliti jugamenentukan sendiri jumlah sampel yangdipilih.Sampel dalam penelitian ini terdiridari Kepala Dusun, pengurus Ta’mirmasjid, Majelis Ta’lim, ketua ibu - ibu

pengajian, ketua ibu - ibu PKK, Pimandita,Pemangku, dan Kliyan adat dan KepalaDesa di Desa Sembulung.Teknik Pengumpulan Data PenelitianSetelahpenelitimenentukansasaran penelitian, maka peneliti perlumenentukan teknik untuk mengumpulkandata, baik primer maupun sekunder. Dataprimer dalam penelitian ini adalah datadata yang diperoleh mealui informandengan teknik wawancara dan observasinon partisipan. Sedangkan data sekunderadalah data yang menunjang data primer.Adapun teknik pengumpulan data yangdigunakan dalam penelitian ini adalahsebagai berikut :a) Data Primer1. Wawancara2. Dokumentasi3. Observasib) Data Sekunder1. Studi KepustakaanTeknik Analis Data1. Pengumpulan Data2. Reduksi Data3. Penyajian Data4. PengambilanKeputusanatauverifikasiHASIL DAN PEMBAHASANProfil Desa SembulungA.Batas WilayahNo BatasDesaKecamatan1. Sebelah CluringCluringUtara2. Sebelah Purwodadi GambiranSelatan3. Sebelah TampoCluringTimur4. Sebelah UraianSatuan1. Luas Pemukiman 290ha/m²2. Luas Persawahan 302ha/m²3. Luas Perkebunan 19.700 ha/m²4. Luas Kuburanha/m²5. Luas Pekarangan 290ha/m²7/ J u r n a l f i s i p o l6.7.8.Luas TamanPerkantoranLuas PrasaranaUmum LainnyaTotal Luas-ha/m²ha/m²ha/m²ha/m²C.Potensi Sumber Daya ManusiaJumlah PendudukNo.UraianKeterangan1.Jumlah laki-laki4.313 orang2.Jumlah perempuan4.329 orang3.Jumlah total8.642 orang4.Jumlahkepalakeluarga5.Kepadatan1.190 per km²pendudukPendidikan formal, pemahaman nilainilai keagamaan, stratifikasi sosialberpengaruh terhadap komunikasikerukunan umat beragama di desasembulung.Pendidikan FormalPendidikan formal merupakansejumlah pengalaman yang berpengaruhsecaramenguntungkanterhadapkebiasaan, sikap dan pengetahuan setiapmanusia. Dengan pengetahuan yangdimiliki oleh seseorang yang menempuhpendidikan formal, seseorang itu akanmampu bersosialisasi dengan baik dilingkup masyarakat.Dari hasil penelitian di DusunTanjungrejo Desa Sembulung penelitimemperoleh data bahwasanya masyarakatdi Desa Sembulung mayoritas tamatan SDdan juga SMP. Ada juga masyarakat yangtamat pendidikan formal di jenjangSMA/sederajat dan juga S1. Penelitimelihat fenomena yang ada di DusunTanjungrejo yang masyarakatnya memilikidua keyakinan atau dua pemeluk agamayang berbeda yaitu agama Islam danagamaHindu.Merekahidupberdampingan bahkan ada yang dalam satukeluarga mereka memiliki keyakinan yangberbeda.Banyak masyarakat di DusunTanjungrejo yang dalam satu keluarga itumemeluk agama yang berbeda. Hal itubukan terjadi hanya dalam satu keluarga,

melainkan dari beberapa keluarga yangada di Dusun Tanjungrejo. Mereka bebasmemeluk agama mana yang menjadikeyakinan mereka, dari pihak keluargatidak mengekang bahwa anaknya harusmengikuti agama apa yang dianut olehorang tuanya. Perpindahan agama jugaterjadi karena adanya perkawinan yangmemiliki keyakinan yang berbeda. Entahitu pihak laki - laki yang berpindah agamaatau pihak perempuan yang mengkutiagama yang dianut lelakinya. Faktor yangmelatarbelakangi mudahnya perpindahanagama yang terjadi ini adalah pendidikanformal yang rendah. Mereka kurangmenyadari bahwa perpindahan agamayang dilakukan itu dapat menimbulkanpemikiran negatif dari umat agama Islammaupun umat agama Hindu.Dari fenomena yang ada penelitidapat menyimpulkan bahwa pendidikanformal mempengaruhi kerukunan antarumat bergama di Dusun Tanjungrejo DesaSembulung. Dengan pendidikan formalyang tinggi seseorang akan lebih lamaberprosesmendapatkankedewasaanjasmani, rohani maupun sosial.Pemahaman nilai-nilai keagamaanNilaireligiusdideskripsikansebagai sikap dan perilaku yang patuhdalam melaksanakan ajaran agama yangdianutnya, toleran terhadap pelaksanaanibadah agama lain, dan hidup rukundengan pemeluk agama lain.Penanaman nilai religius sejak usiadini menjadikan mereka pribadi yangdapathidupberdampingantanpamempermasalahkan perbedaan agamayang merekayakini benar bagipemeluknya masing-masing. Seperti yangdiungkapkan oleh Sutrisno yang ditemuipeneliti yaitu penting itu, nilai-nilai religiitu penting dimiliki setiap manusia. Karenadengan pemahaman nilai religi seseorangdapat membedakan mana yang benar danmana yang salah.Dari analisis peneliti di lapangandapat disimpulkan bahwa penanamannilai-nilai religi yang dilakukan orang tuakepada anak-anaknya yang dimulai sejak8/ J u r n a l f i s i p o lusia dini bertujuan agar generasi penerusdiDusunTanjungrejomemilikipemahaman nila-nilai keagamaan agarwarga Dusun Tanjungrejo tetap hiduprukun berdampingan antar umat beragama.Menurut peneliti dari hasil datawawancara dengan informan bahwapemahamannilai-nilaikeagamaanseseorang itu mempengaruhi kerukunanantar umat beragama. Karena perbedaanagama atau keyakinan jika tidak di dasaridengan pemahaman nilai-nilai keagamaanakan sulit untuk menumbuhkan rasatoleransi.Pemahaman nilai-nilai keagamaanpenting ditanamkan pada setiap manusia,karena dengan penanaman nilai religi yangmengajarkan sikap dan perilaku yangpatuh dalam melaksanakan ajaran agamayang dianutnya, maka seseorang akantoleran terhadap pelaksanaan ibadahagama lain, dan hidup rukun denganpemeluk agama lain seperti teori yangdiungkapkan Puskur Balitbang (2010:9).Stratifikasi SosialStratifikasi sosial merupakan perbedaanpenduduk atau masyarakat ke dalamkelas-kelas secara bertingkat. Hal yangmenonjol atau dasar-dasar terbentuknyastratifikasi sosial yaitu kekayaan, ukurankekuasaan, ukuran kehormatan, danukuran ilmu pengetahuan.Masyarakat di Dusun Tanjungrejotidak membuat kelompok - kelompoksosial berdasarkan kekayaan, ukurankekuasaan dan wewenang. Mereka hidupmembaur untuk kelangsungan hidupnya.Masyarakat Dusun Tanjungrejo DesaSembulungberanggapanbahwamasyarakat di Dusun Tanjungrejo itutidak terbentuk kelas-kelas berdasarkankekayaan, ukuran kekuasaan danwewenang. Seperti penjabaran yangditemui oleh peneliti yaitu golonganmasyarakat itu di desa ini tidak ada.Semua itu sama tidak ada bedanya, Islamatau hindu, kaya atau miskin tidak adabedanya.

Dari hasil wawancara diperolehdata bahwa stratifikasi berdasarkanukuran kekayaan, kekuasaan danwewenang tidak begitu menonjol dimasyarakat Dusun Tanjungrejo DesaSembulung. Di sisi lain peneliti melihatadanya stratifikasi yang menonjol diDusun Tanjungrejo Desa Sembulung,yaitu ukuran kehormatan kepada seorangtokoh agama. Seorang tokoh agamamemiliki tingkat kehormatan yangberbeda dengan masyarakat biasa. Teoriyang dikemukakan oleh Pitirim ASorokin mengenai stratifikasi sosial yanglebih signifikan di Dusun TanjungrejoDesa Sembulung yaitu faktor ukurankehormatan seorang tokoh agama. Faktorseperti ukuran kekayaan, kekuasaan danwewenang tidak begitu menonjol dimasyarakat Dusun Tanjungrejo DesaSembulung.Arahan dari tokoh agama berpengaruhdalam membangun budaya gotongroyong di Desa Sembulung.Tokoh agama adalah yang menjadipanutan dan pembina dalam masyarakat.Karenanya, tokoh agama memilikikedudukan dan status sosial lebih tinggidalam masyarakat.Tokoh agama masyarakat DusunTanjungrejo Desa Sembulung mampuberadaptasiuntukdapatsalingberkomunikasi dengan baik. Seperti yangdiungkapkan oleh Bardi selaku Ta’mirmushola :“kita hidup itu bukan dengankeyakinan yang sama, ketika kitaberkomunikasidenganyangberbeda keyakinan kita harusmampu menjaga tutur kata yangkitaucapkanagartidakmenyinggung perasaan orang lain.(Bardi, 62 tahun)”.Dari data yang diperoleh penelitimengenai pentingnya arahan tokoh agamadalam membangun budaya gotong royongdi Dusun Tanjungrejo Desa Sembulung initidak memilihat seberapa tinggi latarpendidikan formal tokoh agama, tidakmemandang berapa banyak pengahasilan9/ J u r n a l f i s i p o ldari seorang tokoh agama, dan apa latarbelakang pekerjaan tokoh agama tersebut.Namun masyarakat menilai tokoh agamamemiliki ukuran kehormatan yang lebihtinggi karena sikapnya yang positif di matamasyarakat. Sikap tokoh agama yangkecenderunganbersikapbaikdanbersahaja di masyarakat membuatmasyarakat segan dan menghormati tokohagama. Kajian-kajian yang diberikan tokohagama mengenai budaya gotong royongyang mencerminkan budaya masyarakatindonesia sesuai dengan teori yangdikemukakan oleh (Koentjaraningrat,1985:168).Interaksi sosial, sosial ekonomi, danpendidikanformalberpengaruhterhadap budaya gotong royong di DesaSembulung.Interaksi sosialDari data yang diperoleh peneliti,peneliti dapat menganalisis bahwasanyaMasyarakat di Dusun Tanjungrejo DesaSembulung ini memiliki keterikatan yangsangat erat. Interaksi yang mereka jalintidak menampakan perbedaan latarbelakang keyakinan dari masing-masingindividu maupun kelompok. Jalinankekeluargaan yang menjadikan merekahidup guyub rukun tetap menjaga budayagotong royong yang memang ciri khasmasyarakat Indonesia.Masyarakat di Dusun TanjungrejoDesa Sembulung meski terdapat duapemeluk agama yang berbeda, merekatetap khusuk dalam beribadah. Merekajuga tetap bergerumul dalam satu cawanhubungan sosial masyarakat.Budaya gotong royong yang begitunampak di Dusun Tanjungrejo DesaSembulung yang terlihat kental sepertiyang di temui peneliti salah satunya yaituTolong-menolongdalamaktivitaspertanian, orang bisa mengalami musimmusim sibuk ketika masa bercocok tanam.Dalam musim-musim sibuk itu kalautenaga keluarga batih atau keluarga luastidak cukup lagi untuk menyelesaikansendiri segala pekerjaan di ladang atau disawah, maka orang bisa menyewa tenaga

tambahan atau bisa meminta bantuantenaga dari sesama warga DusunTanjungrejo. Interaksi sosial yang baikdapat menumbuhkan budaya gotongroyong sesuai dengan teori yangdikemukakan oleh Soerjono Soekantomengenai interaksi sosial.Sosial ekonomiDari data yang diperoleh peneliti,peneliti dapat menyimpulkan bahwamasyarakat di Dusun Tanjungrejo DesaSembulung ini tidak memiliki sekat darisisi perbedaan sosial ekonominya.Sosial ekonomi yang berbeda dimasyarakat Dusun Tanjungrejo DesaSembulung ini tidak menyurutkanmasyarakatnya untuk membangun budayagotongroyong.Merekahidupberdampingan saling tolong menolonguntuk menjamin kesejahteraan antartetangga. Status sosial ekonomi yangberbeda tidak membuat masyarakat DusunTanjungrejo Desa Sembulung hidupmembentuk kelompok-kelompok sosialsesuai dengan kelas sosial ekonominyaseperti teori Nasution (1994:73).Pendidikan formal tokoh masyarakatDari data peneliti dilapangan,peneliti menyimpulkaan bahwasanyatokoh masyarakat Dusun Tanjungrejomemberikan pelayanan yang maksimaluntuk membuat masyarakat DusunTanjungrejo kompak membangun budayagotong royong. Hal itu terlihat ketikasesekali toko masyarakat menyempatkanwaktunya untuk bertamu mi, berbincang-bincang halringan dan menyelipkan pesan singkat agarmasyarakat yang mulai acuh terhadapbudaya gotong royong terminimalisir danmemberi pemahaman kepada masyarakatbahwa sekarang jaman sudah modern yangbahkan menyuruh orang dan membayarupah kerja itu sudah biasa dilakukan, akantetapi hal itu mengurangi rasa kepedulianantarsesama.Ketikaseseorangbergerumul saling membantu semisal salahsatu warga mendirikan rumah, disitu akanmempererattalipersaudaraandan10/ J u r n a l f i s i p o lmenumbuhkan rasa empati yang kemudiantumbuh menjadi simpati untuk salingtolong menolong satu anatar masyarakattsatu dengan masyarakat lainnya.Pendidikan formal meru

masyarakat, pola-pola perilaku individu dan organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan - lapisan maupun kelas - kelas dalam masyarakat, kekuasaan, dan wewenang. Dengan kata lain perubahan sosial meliputi perubahan organisasi sosial, status, lembaga, dan struktur sosial masyarakat. (Soerjono Soekanto, 2006:146).

Related Documents:

Pola Komunikasi Organisasi di Kantor Camat Tamalate Kota Makassar (dibimbing oleh Ihyani Malik dan Syukri) Pola komunikasi organisasi merupakan hal penting dalam sistem pengendalian kepada pegawai/bawahan. Adanya pola komunikasi yang ditetapkan oleh pimpinan membuat komunikasi dalam organisasi berjalan berdasarkan pola-

Silabus : Komunikasi Bisnis (Praktek) Kode : KEU2012 SKS : 2 NO Pertemuan Bahan Kajian 1 I MEMAHAMI KOMUNIKASI BISNIS a. Pengertian Komunikasi Bisnis b. Bentuk Dasar Komunikasi c. Proses Komunikasi d. Munculnya Kesalahpahaman Komunikasi e. Bagaimana Memperbaiki Komunikasi 2 II KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI a.

studi Fenomenologi pada Masyarakat desa Balun. Malang: Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Progam studi ilmu Komunikasi. Hasyim, U. (1972). Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam sebagai Dasar menuju Dialoq dan kerukunan Antar Umat Beragama. Bina Ilmu, 22. Imarah, M. (1999). Isla

Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai macam model komunikasi dan bagian dari proses komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mungkin digunakan dalam berkomunikasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia.

Pola komunikasi yang terjadi dalam kelompok Ikatan Scooter Wonogiri seperti misal pola komunikasi yang bersifat horizontal dan vertikal dari pola komunikasi tersebut komunitas Scooter, memiliki kelebihan dibanding

pemahaman kepada demonstran dan Pola Komunikasi Afektif yaitu dengan membangun kepercayaan dengan demonstran. (2). Faktor Pendukung dan Penghambat Pola Komunikasi Persuasif, pada faktor pendukung dijelaskan bahwa faktor pendukung dalam pola komunikasi adalah sarana dan prasana serta adanya kerjasama dengan media.

dan hambatan-hambatan komunikasi atau karena tidak ada komunikasi sama sekali. Dalam penulisan skripsi ini akan dibahas permasalahan bagaimana pola komunikasi guru dan murid disekolah. Fokus dalam penelitian ini adalah pola komunikasi antara guru dan murid yang terjadi di dalam kelas pada Sekolah Dasar Luar Biasa.

Coronavirus germs live in people’s throats and mouths. When someone who has the coronavirus coughs or sneezes or breathes out, the germs come out of their mouth in tiny drops of water. It’s easy to get the coronavirus germs from inside your body on your hands when you touch your nose or your mouth. If the person with the coronavirus germs on their hands uses a door, the invisible germs can .