BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Humanistik

2y ago
41 Views
2 Downloads
4.80 MB
43 Pages
Last View : 15d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Madison Stoltz
Transcription

21BAB IIKAJIAN TEORIA. Pendidikan Humanistik1. Definisi Dan Sejarah Pendidikan HumanistikPendidikan merupakan lokomotif yang penting dalam menggerakkankehidupan manusia. Baik buruknya sumber daya manusia tergantung daripendidikan yang diperolehnya. Maka proses pendidikan harus jelas dan terarah.Menurut H.A.R Tilaar, proses pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan.Meskipun tujuannya bukan merupakan tujuan yang tertutup (eksklusif) tetapitujuan yang secara terus-menerus harus terarah kepada pemerdekaan manusia.1Meminjam pernyataan Immanuel Kant, 2 yang mengatakan bahwa manusiahanya dapat menjadi manusia karena pendidikan, dapatlah dipahami bahwa jikamanusia itu tidak di didik, maka ia tidak akan dapat menjadi manusia dalam artiyang sebenarnya. Dengan demikian, pendidikan pada dasarnya memberikanpengalaman belajar untuk dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimilikisiswa, melalui proses interaksi baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru,atau siswa dengan lingkungan.Pendidikan humanis memiliki dasar filosofis yang berbeda. Teori filsafatpragmatisme, progresivisme, dan eksistensialisme merupakan peletak dasarmunculnya teori pendidikan humanistik pada tahun 1970. Ketiga teori filsafat inimemiliki karakteristik masing-masing dalam menyoroti pendidikan. Ide utamapragmatisme dalam pendidikan adalah memelihara keberlangsungan pengetahuan1H.A.R. Tilaar, Manifesto Pendidikan Nasional, Tinjauan dari Perspektif Postmodernisme dan StudiKultural, (Jakarta: Buku Kompas, 2005), 1192Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar, 2001), Cet- 3, 19digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22dengan aktifitas yang dengan sengaja mengubah lingkungan. Pragmatismememandang pendidikan (sekolah) seharusnya merupakan kehidupan danlingkungan belajar yang demokratis yang menjadikan semua orang berpartisipasidalam proses pembuatan keputusan sesuai realitas masyarakat. Pengaruhpemikiran ini sangat dirasakan dan bahkan menjadi faktor utama munculnyateori/pemikiran humanisme dan progresivisme.Bermunculnya ragam aliran pemikiran psikologis, mulai dari Amerika olehWilliam James mengembangkan Fungsionalisme. Sementara Psikologi Gestaltdidirikan oleh Frederick Perls di Jerman. Psikoanalisis Freud berkembang di Wina,dan John B. Watson mengembangkan Behaviorisme di Amerika.3Memasuki tahun 1950an terdapat dua teori besar yang paling berpengaruh diuniversitas-universitas di Amerika, yakni pemikiran Sigmund Freud dan pemikiranJohn B. Watson. Pemikiran Freud (1856-1939) tentang teori tingkah laku manusia,akhirnya dikenal dengan aliran Freudianisme/Psikoanalisis dalam bidangPsikologi.Psikoanalisis cenderung pada gerakan yang mempopulerkan teori bahwa motiftidak sadar mengendalikan sebagian besar perilaku. Freud tertarik pada hipnotisdan penggunaannya untuk membantu penderita penyakit mental (neurotis danpsikotis).Sementara aliran Behaviorisme oleh John B. Watson (1878-1958) lebihmenekankan pada proses belajar asosiatif atau proses belajar stimulus-responsebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia. Jika Freud3Francis Wahono, Kapitalisme Pendidikan; Antara Kompetisi dan Keadilan, (Yogyakarta: PusatakaPelajar, 2001), 17digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23menempatkan rangsangan-rangsangan atau dorongan-dorongan dari dalam(intrinsik) sebagai sumber motivasi, maka kaum Behavioris menekankankekuatan-kekuatan luar (ekstrinsik) yang berasal dari lingkungan.Kuatnya pengaruh arus kedua aliran tersebut muncullah Abraham HaroldMaslow (1908-1970), yang mencoba memformulasikan gagasan-gagasan duatokoh pendahulunya. Maslow yang sebelumnya banyak belajar dari pemikiranpemikiran kedua tokoh diatas, Sigmund Freud dan John B. Watson, padagilirannya memperkenalkan sebuah metode psikologi yang dinamai psikologimadzhab ketiga atau dikenal dengan sebutan psikologi humanistik (psychology ofbeing). Sebuah upaya untuk mengembangkan suatu pendekatan psikologi baruyang lebih positif mengenai manusia, nilai-nilai tertinggi, cita-cita, pertumbuhandan aktualisasi potensi manusia.4Psikologi humanistik adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologiyang dominan, yang mekanistik, reduksionistik atau psikologi robot yangmereduksi manusia. Psikologi humanistik adalah produk dari banyak individu danmerupakan asimilasi dari banyak pemikiran, khususnya pemikiran fenomenologisdan eksistensial. Bagaimanapun, psikologi humanistik juga adalah suatu ungkapandari pandangan dunia yang lebih luas, serta merupakan bagian dari kecenderunganhumanistik universal yang mengejawantahkan diri dalam ilmu-ilmu pengetahuansosial, pendidikan, biologi, dan filsafat ilmu pengetahuan. Ia adalah suatu segmendari gerakan yang lebih besar yang mengaku hendak berlaku adil terhadap4Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), 63digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24kemanusiaan manusia, serta menurut Brewster Smith (1969) berusaha membangunilmu pengetahuan tentang manusia yang diperuntukkan bagi manusia pula.5Dalam kamus ilmiah popular awal kata humanistik, human berarti, mengenaimanusia atau cara manusia. Humane berarti berperikemanusiaan. Humanioraberarti pengetahuan yang mencakup filsafat, kajian moral, seni, sejarah, danbahasa. Humanis, penganut ajaran dan humanisme yaitu suatu doktrin yangmenekan kepentingan-kepentingan keamusiaan dan ideal (humanisme pada zamanrenaisans didasarkan atas peradaban Yunani Purba, sedangkan humanisme modernmenekankan manusia secara ekslusif). Jadi humanistik adalah rasa kemanusiaanatau yang berhubungan dengan kemansuiaan.6Membincangkan dunia pendidikan pada hakikatnya perbincangan mengenaidiri kita sendiri. Artinya, perbincangan tentang manusia sebagai pelaksanapendidikan sekaligus pihak penerima pendidikan. Namun, berbeda dengankenyataan yang terjadi di sekitar kita. Hancurnya rasa kemanusiaan danterkikisnya semangat religius, serta kaburnya nilai-nilai kemanusiaan danhilangnya jati diri budaya bangsa merupakan kekhawatiran manusia palingklimaks (memuncak) dalam kanca pergulatan global.7Telah disadari bahwa sains dan teknologi lahir dan berkembang melaluipendidikan, maka salah satu terapi terhadap berbagai masalah di atas bisa didekatimelalui pendidikan. Oleh karenanya, tulisan-tulisan yang mengedepankanparadigma pendidikan yang berwawasan kemanusiaan (humanistik) menjadi5Henryk Misiak dan Virgini Staudt Sexton, Psikologi Fenomenologi, Eksistensial, dan Humanistik,(Bandung: PT Refika Aditama, 2005), 1256Ibid, 947Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik, Konsep, Teori, dan Aplikasi dalam DuniaPendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), 11digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ukyangmultidimensional. Bukan saja karena manusia sebagai subjek yang secara teologismemiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya, tetapi sekaligussebagai objek dalam keseluruhan macam dan bentuk aktifitas dan kreativitasnya.8Dari penjelasan di atas, jelas bahwa untuk mengembangkan potensi-potensidalam diri manusia, sera sosialisasi nilai-nilai, keterampilan, dan sebagainya harusmelalui kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, pendidik sebagai orang dewasa yangmenuntun anak didik dituntut untuk menyelenggarakan praktik pendidikan yangmenjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (humanistik). Pendidikan berparadigmahumanistik, yaitu praktik pendidikan yang memandang manusia sebagai suatukesatuan yang integralistik, harus ditegakkan, dan pandangan dasar demikiandiharapkan dapat mewarnai segenap komponen sistematik pendidikan di mana punserta apa pun jenisnya.2. Teori Humanistik Dalam PendidikanArti dari humanistik yang beragam membuat batasan-batasan aplikasinyadalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perluadanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dalampendidikan. Dalam artikel What is Humanistik Education? Krischenbaummenyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistikdalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipependekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatanini terangkum dalam psikologi humanistik.989Ibid, 11Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan. 63digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26Singkatnya, pendekatan humanistik diikhtisarkan sebagai berikut: (a) Siswaakan maju menurut iramanya sendiri dengan suatu perangkat materi yang sudahditentukan lebih dulu untuk mencapai suatu perangkat tujuan yang telahditentukan pula dan para siswa bebas menentukan cara mereka sendiri dalammencapai tujuan mereka sendiri, (b) Pendidikan aliran humanistik mempunyaiperhatian yang murni dalam pengembangan anak-anak perbedaan-perbedaanindividual, dan (c) Ada perhatian yang kuat terhadap pertumbuhan pribadi danperkembangan siswa secara individual. Tekanan pada perkembangan secaraindividual dan hubungan manusia-manusia ini adalah suatu usaha untukmengimbangi keadaan-keadaan baru yang selalu meningkat yang dijumpai siswa,baik di dalam masyarakat bahkan mungkin juga di rumah mereka sendiri.10Teori humanis menekankan kasih sayang dalam pelajaran, tetapi tiada emositanpa kognisi dan tiada kognisi tanpa emosi. Mengkombinasikan bahan danperasaan ini kadang-kadang disebut “ajaran tingkat tiga”. Ajaran tingkat satu ialahfakta, tingkat dua adalah konsep, dan tingkat tiga adalah nilai.11Dari penjelasan itu, dapat disimpulkan bahwa ajaran kognitif dan perasaansaling berkaitan. Di bawah ini beberapa tujuan umum ajaran humanis, yaitu: (1)perbaikan komunikasi antara individu, (2) meniadakan individu yang salingbersaing, (3) keterlibatan intelek dan emosi dalam suatu proses belajar, (4)memahami dinamika bekerjasama, dan (5) kepekaan kepada pengaruh perilakuindividu lain dalam lingkungan.12 Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada10Tresna Sastrawijaya, Proses Belajar Mengajar Diperguruan Tinggi, (jakarta: 1988), 40Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2004), 24012Ibid, 4111digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27roh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarni metode-metode yangditerapkan.a. Humanistik KlasikTerdapat beberapa tokoh dalam teori humanistik klasik ini, antara lain adalahArthur W. Combs, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Adapun pendapatpendapatnya tentang teori humanistik akan dijelaskan dibawah ini.1) Arthur W. Combs (1912-1999)Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan.Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisamemaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengankehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karenabodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnyatidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Untuk itu guruharus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami duniapersepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guruharus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.13Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang sepertidua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkarankecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2)adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi dirimakin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang13Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan, 58digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal ituterlupakan.142) Abraham Maslow (1908-1970)Abraham adalah seorang teoris kepribadian yang realistik, dipandangsebagai bapak spiritual, pengembang teori, dan juru bicara yang palingcakap bagi psikologi humanistik. Terutama pengukuhan Maslow yanggigih atas keunikan dan aktualisasi diri manusialah yang menjadi symbolorientasi humanistik.15 Teori pendidikan humanistik yang diusung Maslowsejatinya menghendaki suatu bentuk pendidikan baru. Pendidikan yangdiyakini akan memberi tekanan lebih besar pada pengembangan potensiseseorang, terutama potensinya untuk menjadi manusiawi, memahami diridan orang lain, dalam mencapai pemenuhan atas kebutuhan-kebutuhandasar manusia, tumbuh ke arah aktualisasi diri.Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individuada dua hal: (1) suatu usaha yang positif untuk berkembang, dan (2)kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Maslowmengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhikebutuhan yang besifat hierarkis. Pada diri setiap orang terdapat berbagaiperasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takutuntuk mengambil kesempatan, takut dengan apa yang sudah ia miliki, dansebagainya. Tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuklebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua1415M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 45Henryk Misiak dan Virgini Staudt Sexton, Psikologi Fenomenologi, 167digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saatitu juga ia dapat menerima diri sendiri.163) Carl Rogers (1902-1987)Teori-teori Rogers diperoleh secara klinis (clinically derived), yaituberdasarkan apa yang dikatakan pasien dalam terapi. Ia percaya bahwamanusia memiliki satu motif dasar, yaitu kecenderungan untukmengaktualisasikan diri. Kecenderungan ini adalah keinginan untukmemenuhi potensi yang dimiliki dan mencapai tahap human beingnessyang setinggi-tingginya. Seperti bunga yang tumbuh sepenuh potensinyajika kondisinya tepat, tetapi masih dikendalikan oleh lingkungan, manusiajuga akan tumbuh dan mencapai potensinya jika lingkungannya cukupbagus. Namun tidak seperti bunga, potensi yang dimiliki manusia sebagaiindividu bersifat unik.17Dasar teori humanisme Rogers adalah doktrin, sikap, dan cara hidupyang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat dan menekankanpada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk merealisasikan diri untukmaksud tertentu. Yang nantinya akan dihubungkan dengan pembelajaranatau pendidikan yang manusiawi.18Teori humanistik adalah suatu teori yang bertujuan memanusiakan manusia.Artinya perilaku tiap orang ditentukan oleh orang itu sendiri dan memahamimanusia terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Seperti halnya dalam Paradigma16Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan, 58-59Matt Jarvis, Teori-Teori Psikologi. Pendekatan Modern untuk Memahami Perilaku, Perasaan,dan Pikiran Manusia, (Bandung: Nusamedia dan Nuansa, 2007), 8718Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta: PTRineka Cipta, 1998), 139-14017digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30pendidikan humanistik memandang manusia sebagai manusia, yakni makhlukciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu.19b. Humanistik ModernPendidikan humanis memiliki dasar filosofis yang berbeda. Teori filsafatpragmatisme, progresivisme, dan eksistensialisme merupakan peletak dasarmunculnya teori pendidikan humanistik pada tahun 1970. Ketiga teori filsafat inimemiliki karakteristik masing-masing dalam menyoroti pendidikan. Ide utamapragmatisme dalam pendidikan adalah memelihara keberlangsungan pengetahuandengan aktifitas yang dengan sengaja mengubah lingkungan. Pragmatismememandang pendidikan (sekolah) seharusnya merupakan kehidupan danlingkungan belajar yang demokratis yang menjadikan semua orang berpartisipasidalam proses pembuatan keputusan sesuai realitas masyarakat. Pengaruhpemikiran ini sangat dirasakan dan bahkan menjadi faktor utama munculnyateori/pemikiran humanisme dan progresivisme.Bermunculnya ragam aliran pemikiran psikologis, mulai dari Amerika olehWilliam James mengembangkan Fungsionalisme. Sementara Psikologi Gestaltdidirikan oleh Frederick Perls di Jerman. Psikoanalisis Freud berkembang di Wina,dan John B. Watson mengembangkan Behaviorisme di Amerika.20Sementara aliran Behaviorisme oleh John B. Watson (1878-1958) lebihmenekankan pada proses belajar asosiatif atau proses belajar stimulus-responsebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia. Jika Freudmenempatkan rangsangan-rangsangan dari dalam (intrinsik) sebagai sumber19Ibid, 22Francis Wahono, Kapitalisme Pendidikan; Antara Kompetisi dan Keadilan, (Yogyakarta: PusatakaPelajar, 2001), 1720digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31motivasi, maka kaum Behavioris menekankan kekuatan-kekuatan luar (ekstrinsik)yang berasal dari lingkungan.Kuatnya pengaruh arus kedua aliran tersebut muncullah Abraham HaroldMaslow (1908-1970), yang mencoba memformulasikan gagasan-gagasan duatokoh pendahulunya. Maslow yang sebelumnya banyak belajar dari pemikiranpemikiran kedua tokoh diatas, Sigmund Freud dan John B. Watson, padagilirannya memperkenalkan sebuah metode psikologi yang dinamai psikologimadzhab ketiga atau dikenal dengan sebutan psikologi humanistik (psychology ofbeing). Sebuah upaya untuk mengembangkan suatu pendekatan psikologi baruyang lebih positif mengenai manusia, nilai-nilai tertinggi, cita-cita, pertumbuhandan aktualisasi potensi manusia.21Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu:proses pemerolehan informasi baru dan personalisasi informasi ini pada individu.Teori humanistik bila diaplikasikan akan mencakup tindakan pembelajaransebagai berikut:22a. Menentukan tujuan-tujuan instruksionalb. Menentukan materi kuliahc. Mengidentifikasi entry behavior siswad. Mengidentifikasi setiap topik-topik materi belajar yang memungkinkansiswa mempelajarinya secara aktif atau mengalamie. Mendesain wahana (lingkungan, media, fasilitas, dan sebagainya) yangakan digunakan siswa untuk belajar21Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan, Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), 6322Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan, 60digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32f. Membimbing siswa belajar secara aktifg. Membimbing siswa memahami hakikat makna dari pengalaman belajarmerekah. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman tersebuti. Membimbing siswa sampai mereka mampu mengaplikasikan konsepkonsep baru ke situasi yang baruj. Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswaDari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya teori humanistikmerupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadianmanusia. Berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukankemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Teorihumanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yangbersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisisterhadap fenomena sosial. Dan dalam penggunaan metodenya diharapkan dapatmengusahakan peran aktif siswa.3. Manusia dalam pendidikan humanistikMetafisika mempersoalkan hakikat realitas, termasuk hakikat manusia danhakikat anak. Pendidikan merupakan kegiatan khas manusiawi. Hanya manusialahyang secara sadar melakukan pendidikan untuk sesamanya. Pendidikan merupakankegiatan antar manusia, oleh manusia, dan untuk manusia. Oleh karena itu,pembicaraan tentang pendidikan tidak bermakna apa-apa tanpa membicarakanmanusia.2323Uyoh Sadullah, Pengantar Filsafat Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2007), 79digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33Manusia adalah subjek pendidikan, dan sekaligus pula sebagai objekpendidikan. Sebagai subjek pendidikan, manusia (khususnya manusia ikan.Secaramoralberkewajiban atas perkembangan pribadi anak-anak mereka atau generasi penerus.Manusia dewasa yang berfungsi sebagai pendidik bertanggung jawab untukmelaksanakan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yangdikehendaki manusia di mana pendidikan berlangsung. Sebagai objek pendidikan,manusia (khususnya anak) merupakan sasaran pembinaan dalam melaksanakan(proses) pendidikan, yang pada hakikatnya ia memiliki pribadi yang sama denganmanusia dewasa, namun karena kodratnya belum berkembang.24Sedangkan pendidikan yang humanistik memandang manusia sebagaimanusia, yakni makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagaimakhluk hidup, ia harus melangsungkan, mempertahankan, dan ndidikanyangmampumemperkenalkan apresiasinya yang tinggi kepada manusia sebagai makhluk Allahyang mulia dan bebas serta dalam batas-batas eksistensinya yang hakiki, dan jugasebagai pemimpin di bumi.Dengan demikian, pendidikan humanistik bermaksud membentuk insanmanusia yang memiliki komitmen humaniter sajati, yaitu insan manusia yangmemiliki kesadaran, kebebasan, dan tanggung jawab sebagai insan manusiaindividual, namun tidak terangkat dari kebenaran faktualnya bahwa dirinya hidupdi tengah masyarakat. Dengan demikian, ia memiliki tanggung jawab moral24Ibid, 79digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34kepada lingkungannya, berupa keterpanggilannya untuk mengabdikan dirinyademi kemaslahatan ma,perilakumanusiaitudipertimbangkan oleh multiple intelligencenya. Bukan hanya kecerdasanintelektual semata, tetapi juga kecerdasan emosional dan spiritual. Dua kecerdasanterakhir tidak kalah pentingnya dalam menentukan keberhasilan hidup anak didik.Kedua, anak didik adalah makhluk yang berkarakter dan berkebribadian sertaaktif dan dinamis dalam perkembangannya, bukan benda yang pasif dan yanghanya mampu mereaksi atau merespon faktor eksternal. Ia memiliki potensibawaan yang penting. Karena itu pendidikan bukan membentuk anak didik sesuaidengan keinginan guru, orang tua atau masyarakat, melainkan pembentukankepribadian dan self concept. Kepribadian dan self concept itulah yang palingmemegang peran penting. Ketiga, berbeda dengan behaviorisme yang lebihmenekankan to have dalam orientasi pendidikannya, humanisme justrumenekankan to be dan aktualisasi diri.Biarlah anak didik menjadi dirinya sendiri, peran pendidikan adalahmenciptakan kondisi yang terbaik melalui motivasi, pengilhaman, pencernaan, danpemberdayaan. Keempat, pembelajaran harus terpusat pada diri siswa (studentcentered learning). Siswalah yang aktif, yang mengalami dan yang palingmerasakan adanya pembelajaran. Bukan semata-mata guru yang mengajar, yangmemberikan stimulus atau yang beraktualisasi diri.2625Baharuddin dan Moh. Makin, Pendidikan Humanistik, 22-23Tobroni, Pendidikan Islam: Paradigma Teologis, Filosofis dan Spiritualitas, (Malang: UMMPress, 2008), 12226digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama, yaitumencapai kebahagiaan. Kebahagiaan adalah kepuasan-kepuasan emosi yangtimbul dalam pergaulan dengan sesama manusia, dengan alam dan dengan SangPencipta. Pengalaman pribadi seseorang dalam menerima penghargaan, pujian,perlindungan akan menimbulkan rasa percaya diri dan rasa aman dalamkehidupan. Jadi pendidikan haruslah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasarini.Pandangan teori humanis ialah ditujukan kepada pengembangan manusiaseutuhnya. Bagian penting dari pandangan ini ialah menyatukan aspek belajarkognitif dan afektif. Belajar seutuhnya menyangkut belajar seluruh aspek sepertipikiran, perasaan, keberanian, dan sebagainya. Karena pendidikan humanistikmeletakkan manusia sebagai titik tolak sekaligus titik tuju dengan berbagaipandangan kemanusiaan yang telah dirumuskan secara filosofis, maka padaparadigma pendidikan demikian terdapat harapan besar bahwa nilai-nilaipragmatis iptek (yang perubahannya begitu dasyat) tidak akan mematikankepentingan-kepentingan kemanusiaan. Dengan paradigma pendidikan humanistik,dunia manusia akan terhindar dari tirani teknologi dan akan tercipta suasanyahidup dan kehidupan yang kondusif bagi komunitas manusia.274. Guru dalam pendidikan humanistikGuru merupakan fasilitator bagi siswa. Pengajar atau guru adalah seseorangyang memberi kemudahan, seorang katalis, dan seorang sumber bagi siswa. Siswa27Tresna Sastrawijaya, Proses belajar mengajar, 39digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36akan lebih mudah belajar bila pengajar berpartisipasi sebagai teman belajar, sekutuyang lebih tua dalam pengalaman belajar yang sedang dijalani.Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yangberikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagaikualitas si fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapapetunjuk.28a. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal,situasi kelompok, atau pengalam kelas.b. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuanperorangan di dalam kelas dan juga tujuan kelompok yang bersifat lebihumum.c. Fasilitator mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untukmelaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatanpendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.d. Fasilitator mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untukbelajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untukmembantu mencapai tujuan mereka.e. Fasilitator menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yangfleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.f. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, danmenerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan28Matt Jarvis, Psikologgi belajar, 236digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37mneccoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individualmaupun bagi kelompok.g. Bilamana cuaca penerima kelas tidak mantap, fasilitator berangsur-angsurdapat berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seoranganggota kelompok, dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorangindividu, seperti siswa yang lain.h. Fasilitator mengambil prakasa untuk ikut serta dalam kelompok. Dengantidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andilsecara pribadi yang boleh digunakan atau ditolak oleh siswa.i. Fasilitator harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yangmenandakan adanya perasaab yang dalam dan kuat selama belajar.j. Di dalam berperan sebagai fasilitator, pimpinan harus mencoba untukmengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasan sendiri.Menurut Carl Rogers, seorang humanis, ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah:29a. Merespons perasaan siswa.b. Mengunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudahdirencanakan.c. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa.d. Menghargai siswa.e. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan.f. Menyesuaikan isi kerangka berfikir siswa (penjelasan untuk memantapkankebutuhan segera dari siswa).29Sukardjo dan Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan, 63digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38g. Tersenyum pada siswa.Tidak jauh dari pandangan Hamacheek, yang berpendapat bahwa guru-guruyang efektif adalah guru-guru yang manusiawi. Begitu pula pandangan Combsdan kawan-kawan, yang menyebutkan ciri-ciri guru yang baik adalah sebagaiberikut:30a. Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyaikemampuan untuk memecahkan masalah mereka sendiri dengan baik.b. Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah danbersahabat serta bersifat ingin berkembang.c. Guru yang cenderung melihat orang lain sebagai orang yang sepatutnyadihargai.d. Guru yang melihat orang-orang dan perilaku mereka pada dasarnyaberkembang dari dalam, jadi bukan merupakan produk yang dari peristiwaperistiwa eksternal yang dibentuk dan yang digerakkan. Guru melihatorang mempunyai kreativitas dan dinamika, jadi bukan orang yang pasifatau lamban.e. Guru yang menganggap orang lain itu pada dasarnya dipercaya dan dapatdiandalkan dalam pengertian guru akan berperilaku menurut aturan-aturanyang ada.f. Guru yang melihat orang lain dapat memenuhi dan meningkatkan dirinya,bukan menghalangi apalagi mengancam.5. Siswa dalam pendidikan humanistik30Matt Jarvis, Psikologi belajar, 238digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39Siswa atau anak didik, yaitu pihak yang membutuhkan bimbingan untuk dapatmelangsungkan hidup. Siswa merupakan individu atau manusia berperan sebagaipelaku utama (student centered) yang memaknai proses pengalaman belajarnyasendiri. Dengan peran tersebut, diharapka

munculnya teori pendidikan humanistik pada tahun 1970. Ketiga teori filsafat ini . 21 BAB II. KAJIAN TEORI . A. Pendidikan Humanistik 1. Definisi Dan Sejarah Pendidikan Humanistik Pendidikan merupakan lokomotif yang penting dalam menggerakkan kehidupan manusia. Baik buruknya sumber d

Related Documents:

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori Kajian teori merupakan deskripsi hubungan antara masalah yang diteliti dengan kerangka teoretik yang dipakai. Kajian teori dalam penelitian dijadikan sebagai bahan rujukan untuk memperkuat teori dan mem

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori Kajian teori berfungsi sebagai landasan teoretik yang digunakan oleh peneliti untuk membahas dan menganalisis masalah yang diteliti. Kajian teori disusun berdasarkan perkembangan terkini bidang ilmu yang berkaitan dengan inti penel

tentang teori-teori hukum yang berkembang dalam sejarah perkembangan hukum misalnya : Teori Hukum Positif, Teori Hukum Alam, Teori Mazhab Sejarah, Teori Sosiologi Hukum, Teori Hukum Progresif, Teori Hukum Bebas dan teori-teori yang berekembang pada abad modern. Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan dapat dijadikan pedoman oleh para

29 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasar Teori 1. Teori Ekonomi Ekonomi atau economic dalam banyak literature ekonomi disebutkan berasal dari bahasa Yunani yaitu kata “Oios atau Oiuku” dan “Nomos” yang berarti peraturan rumah tangga.

BAB II KAJIAN TEORETIK Bab kedua ini penulis sebut dengan kajian teoretik yang dikenal juga dengan istilah kerangka teoritik; isinya membahas tentang teori-teori yang sesuai dengan masalah yang diteliti. Sehingga pada bab ini, penulis akan menguraikan teori mengenai

22 BAB II KAJIAN TEORI Dalam teori ini berisi tentang kajian-kajian yang dijadikan sebagai rujukan langsung penelitian dan penulisan, serta sebagai pisau pembedah masalah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Beberapa tulisan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur seperti tesis, . teori manajemen, dan teori analisis SWOT. Perbedaan penelitian tersebut di atas adalah perbedaaan

A. Teori-teori sosial moden timbul sebagai tin& bdas kepada teori-teori sosial klasik yang melihat am perubahan rnasyarakat manusia dengan pendekatan yang pesimistik. Teori sosial moden telah berjaya menerangkan semua gejala sosial kesan perindustrian dan perbandaran. Teori sosial moden adalah lanjutan teori klasik dalam kaedah dan faIsafah. B. C.