ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

3y ago
39 Views
2 Downloads
1.07 MB
11 Pages
Last View : 1m ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Axel Lin
Transcription

2

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CEREBRO VASCULARACCIDENT (CVA) DENGAN MASALAH RESIKO ASPIRASIDI RUMAH SAKIT PANTI WALUYASAWAHAN MALANGReynaldi Gatta Okdiyantino, Sr. Felisitas A Sri S, Maria Magdalena SetyaningsihProdi D-III Keperawatan STIKes Panti Waluya MalangEmail : gattaokdiyantino@gmail.comABSTRAKCerebro Vascular Accident adalah penyakit neurologis karena gangguan peredaran darah otaksehingga disfungsi otak fokal maupun global, jika terjadi disfungsi pada nervus glasofaringeus, vagus,hipoglosus dan facialis sehingga terjadi penurunan reflek menelan berakibat resiko aspirasi. Tujuanpenelitian adalah melaksanakan asuhan keperawatan klien dewasa dengan CVA yang berresikoaspirasi. Desain penelitian yang digunakan adalah studi kasus terhadap 2 klien CVA berresiko aspirasi.Waktu penelitian pada bulan Maret –April 2019 di Unit Stroke dengan lama perawatan 3 hari untuksetiap klien. Pengkajian didapatkan kedua klien mengalami kesulitan menelan dibuktikan denganpemeriksaan nervus vagus. Setelah dilakukan tindakan keperawatan yang sama, masalah resikoaspirasi pada kedua klien teratasi sebagian karena dari 5 kriteria hasil yang di tetapkan terdapat 3kriteria hasil yang dicapai. Tindakan keperawatan yang tepat pada masalah resiko aspirasi yaitumelatih klien menelan dengan menelan ludah yang ditujukan untuk meningkatkan reflek menelan klienagar tidak terjadi aspirasi ketika menelan makanan ataupun minuman.Kata Kunci: Cerebro Vascular Accident (CVA), Resiko AspirasiABSTRACTCerebro Vascular Accident is a neurological disease due to cerebral circulatory disorders so thatfocal and global brain dysfunction, if there is a dysfunction in the glasopharyngeal, vagus,hypoglossus and facial nerves resulting in decreased swallowing reflexes resulting in risk ofaspiration. The aim of the study was to carry out nursing care for adult clients with CVA who riskedaspiration. The research design used was a case study of 2 CVA clients at risk of aspiration. Time ofstudy in March –April 2019 in the Stroke Unit with 3 days of treatment for each client. The study foundthat both clients had difficulty swallowing as evidenced by examination of the v agus nerve. After thesame nursing action is taken, the problem of aspiration risk on both clients is partly overcome becauseof the 5 criteria set out there are 3 criteria for the results achieved. The right nursing action on therisk problem of aspiration is to train the client to swallow by swallowing saliva which is intended toincrease the swallowing reflex of the client so that aspiration does not occur when swallowing food ordrinks.Keywords: Cerebro Vascular Accident (CVA), Risk of Aspiration.3

Pendahuluan(N.Cerebro vascular accident (CVA) adalah ara,gangguanpadanervustersebutmengakibatkan hambatan otot wajah serta lidahuntukmenelansehinggapasienmengalamigangguan menelan kondisi ini dapat terjadiresiko aspirasi (Hariyono, 2010).Penelitimenemukanfenomenapadabulanyang lainJanuari 2018 pada saat praktik klinik di Rumahsebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin,Sakit Panti Waluya Malang, di ruang rawat2012).inap dewasa terdapat klien dengan diagnosaMenurut dukdiOrganizationduniayangmengalami CVA pada tahun 2017 sebanyak 1,5juta orang (WHO, 2017). Di Indonesia padatahun 2018 prevalensi penderita CVA sebanyak28.776 juta jiwa (Kemenkes, 2018). Angkakematian pasien CVA di Indonesia pada tahun2018 sebanyak 6,7 juta jiwa (Kemenkes, 2018).Jumlah penderita CVA di Jawa Timur padatahun 2018 sebanyak 21.120 jiwa (Kemenkes,2018). Angka kejadian CVA di kota Malangpada tahun 2017 telah mencapai 34,41% darijumlah penduduk Malang yaitu 26.672 jiwa(RISKESDAS Malang, 2017), di Rumah pengkajiansebelum sakitklien sering makan makanan berlemak, kurangberolahraga,jugamempunyairiwayathipertensi, hasil pemeriksaan fisik didapatkandata status kesadaran pasien strupor denganGCS 2-2-1, nafas cepat dan pendek, riksaan paru, tampak penggunaan ototbantu pernafasan, dan tampak terpasang NGT.Pemasangan NGT yang tidak termonitor padapasien CVA dengan penurunan kesadaran s yang beresiko mengalami aspirasi.Panti Waluya Malang pada tahun 2018 terdapatPada pasien CVA dengan masalah resiko373 kasus kejadian CVA dan 13 kematianaspirasiakibat CVA (Rekam Medik RSPW, 2019).karena, dampak jika tidak ditatalaksana denganKlien CVA dengan penurunan kesadaran rentanterhadap resiko aspirasi karena adanya infarkserebri yang terjadi akibat penurunan suplaidiharapkandan bahkan kematian (Soepardi, 2011).kesadaran,keperawatannervusaspirasijalan nafas, suara nafas abnormal, infeksi paru,Peranpadaterjaditepat maka dapat mengakibatkan gangguandarah ke otak. Selain disebabkan masalahaspirasi adalah denganglasofaringeus (N. IX), nervus vagus (N. X),melakukan intervensi antara lain melakukannervus hipoglosus (N. XII), dan nervus facialispemeliharaan jalan nafas, melakukan suction4

daran,makananmelaluienteral jika residu lambung masih banyak (TimPokja SIKI DPP PPNI, 2016). Berdasarkanlatar belakang di atas, penulis ingin melakukanpenelitian dengan pendekatan studi kasus yangberjudul “Asuhan keperawatan pada pasienyang mengalami cerebro vascular accident(CVA) dengan masalah resikoaspirasi diRumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang”.Metode PenelitianstudiStrokeRumahSakitPantiWaluyaSawahan Malang.1) Penelitian dilakukan selama 3 hari terhadapkedua klien dengan menggunakan teknikpengumpulandataberupaobservasi,wawancara, pemeriksaan fisik, studi an pula etika yang menjadi dasarpenyusunan karya tulis ilmiah, terdiri de yang digunakan pada penelitian iniadalahUnitkasusuntukmengeksplorasimasalah Asuhan Keperawatan pada Klien yangHasilPada studi kasus ini diperoleh hasil sebagaiberikut:mengalami CVA dengan resiko aspirasi diRumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang.1. PengkajianData yang didapatkan pada klien 1 ,berusiaKriteria pada penderita adalah :69 tahun, terdiagnosa medis Hemiparase1) Pasien dengan diagnosa medis CVA berusiadiatas 18 tahun2) dengandextra susp CVA Trombosis DD ICH. Saatreflekpemeriksaanhasil pasien tidakmenelannervusdapatmenelan ludahnya3) Pasien yang mengalami penurunan reflekbatuk4) Pasien dengan atau tanpa takanmenelandatabahwaklienmakanan,sulitdimengerti saat bicara, dan klien kesulitanmenggerakkan tangan dan kakinya sebelahkananfisikdan didapatkan hasil pemeriksaanklienmengalamipenurunanreflekbatuk dibuktikan dengan tidak mempunyaPada penelitian ini yang menjadi partisipanklien mengeluarkan sekret secara mandiri,yaitu Klien 1 Ny.S yang berusia 69 tahunsaat dilakukan pemerikasaan nervus vagusdirawat inap dengan diagnosa cerebro vascularklien tidak dapat menelan ludahnya sendiri,accident pada 30 Maret 2019 serta Klien 2 Tn.klien mengalami afasia serta klien tidakN dengan usia 54 tahun, dirawat inap pulamampu tersenyum dan menulurkan lidahnyadengan diagnosa cerebro vascular accidentsaat dilakukan pemeriksaan nervus facial.pada 9 April 2019 kedua klien dirawat diruangPada klien 2, berusia 54 tahun, terdiagnosaHemiparese dextra susp CVA trombosis DD5

ICH. Saat dilakukan pengkajian didapatkan4. Implementasidata keluarga klien mengatakan bahwa klienPada Klien 1 dan Klien 2 telah dilakukansulit dimengerti saat berbicara, klien tidaimplementasibisa menelan makanan saat disuap danintervensiselalu cegukan saat minum, klien seringditetapkan.batuk saat diberi minum, klien lemah padatubuhbagiankeperawatanyangtelah5. EvaluasiPada Klien 1 ,Masalah Resiko Aspirasimengelamiteratasi sebagian karena hanya 3 dari 5penurunan reflek batuk dibuktikan dengankriteria hasil yang sudah tetapkan tercapaitidak mampunya klien mengeluarkan sekretdan pada Klien 2 ,Masalah Resiko Aspirasisecara mandiri, saat dilakukan pemeriksaanteratasi sebagiannervus vagus klien tidak dapat menelanhasil yang sudah tetapkan nkanan,keperawatanklienludahnya sendiri serta klien tidak mampukarena 3 dari 5 kriteriaPembahasantersenyum dan menjulurkan lidahnya saat1. Pengakajiandilakukan pemeriksaan nervus facial.Berdasarkan hasil pengkajian, kedua pasien2. Diagnosa KeperawatanBerdasarkan dari hasil pengkajian, padamempunyaiKlienberkaitan dengan penurunan reflek kkansamayaitumenelanpemeriksaan3. Intervensi Keperawatanresikoaspirasiyanghal ini dikarenakan klien 1 dan 2 tidakmampuResiko lamiPada Klien 1 dan Klien 2 telah ditetapkanpenurunan reflek batuk dibuktikan denganrencana keperawatan yang telah disesuaikankliendengan tinjauan pustaka berupa mengkajisecara mandiri dan terpasang NGT. Hasiltingkat kesadaran serta kemampuan menelanpemeriksaandan status pernafasan, pemeliharaan jalanmemiliki klasifikasi CVA yang sama karenanafas,menghindariyaitu CVA Iskemik. Hal tersebut sesuaipemberian makan melalui enteral bila residudengan teori dari Tim Pokja SDKI PPNI 50 cc, mengajarkan klien menelan dengan(2016) bahwa telah dipaparkan faktor ikanposisi semitidakmampu mengeluarkan ,fowler, monitoring tanda aspirasi dan suaraterpasang selang NGT, gangguan menelan.nafas,Hasil pemeriksaan penunjang klien 1 dan 2sertakolaborasidengantenagakesehatan lain dalam memberikan terapi.termasukdalam kategori klasifikasi teoridari Irfan (2010) CVA iskemik desebabkanoleh sumbatan bekuan darah, penyempitan6

sebuah arteri atau beberapa arteri yangpemeliharaan ala nafas, melakukan suction,menuju ke otak atau embolus yang terlepasmenghindaridari jantung atau arteri ekstrakranial (arterienteral bila residu 50cc, melatih menelan,yangyangmemposisikanatautanda dan gejala aspirasi, monitoring suaraintrakranial (arteri yangnafas tambahan, kolabirasi dengan batanarteridisatuberada didalam ngkesehatan lain. Hal tersebut sesuai juga2. Diagnosa Keperawatandengankondisipasiendiagnosaaspirasi dengan etiologi yang sama yaituResikoAspirasi.gangguan menelan, karena pada klien CVAkriteriahasilyang mengalami disfungsiditetapkan sama. Hal tersebut sesuai menelanakanyangjikatidak ditatalaksana lebih lanjut akan terjadiaspirasi.KondisiyaituSelain itu tujuan sertapadakeduapasienjugateori menurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI(2018).4. ImplementasiPada Klien 1 dan 2 terdapat 9 intervensi danadalah efek dari kurangnya suplai darah kesudah dilaksanakan semua dalam bentukotak yang disebabkan penyumbatan padaasuhan keperawata Implementasi merupakanpembuluh darah di otak, pada klien 1 danlangkah keempat dalam proses keperawatanklien 2 mengalami penyumbatan darah didenganotak dibuktikan dengan hasil pemeriksaanuntuk mencapai tujuan yang spesifik. sadisfungsiyangmengalamiDiagnosa klien 1 dan 2 adalah resikopada nervuskeperawatanyanghasil rencanatenangditemukan pada klien CVA adalah resikokesehatan lien dengan tujuan yang telahaspirasib.dditetapkan (Setiadi, adalahsekresi gastrointetinal,menelan.resikosekeresi5. EvaluasiPada Klien 1 dan Klien 2 setelah 3 hariorofaring, kotoran/ debu, atau cairan kedilakukandalam(Nurarif,Resiko Aspirasi yang dialami pasien dapat2015). Menurut Muttaqin (2012) Trombusteratasi. Selain karena tindakan farmakologidapat pecah dari dinding pembuluh darahyang telah diberikan, turut mendukung pulaterbawa sebagai emboli dalam aliran darah.tindakan keperawatan yang telah penelitisalurantrakeabronkial3. Intervensi Keperawatanasuhankeperawatan,masalahlakukan diantaranya seperti melatih klienPada Klien 1 dan Klien 2 telah ditetapkan 9menelandenganmenelanludahyangintervensi berupa megkai tigkat kesadaran,diajarkan pada keluarga serta Klien. Hal7

tersebut ditujukan untuk melatih agar fungsimengalami aspirasi. Pada klien 1 dan 2menelan pasien sertaagar tidak terjadidapat mencapai 4 dari 5 kriteria hasil yangaspirasi pada saat pasien makan atau minum.sudah ditetapkan sesuai teori dan 1 kriteriaSetelah dilakukan tindakan tersebut, terbuktiyang belum dicapai yaitu tidak terdapatbahwa pada saat pasien makan atau minum,bunyi nafas tambahan,pasien tidak mengalami aspirasi, serta tidakkeperawatan pada klien 1 dan 2 adalahterjadi peningkatan tanda-tanda vital yangmasalah resiko aspirasi tidak terjadi.berarti. Hal tersebut sesuai dengan teoriSetiadi (2012) evaluasi merupakan langkahterakhir dari proses asuhan keperawatan dansesuaiteorimenurut Tim Pokja SLKI DPP PPNI arapkansetelahkeperawatanadalah;makan dan minum tanpaterjadi aspirasi klien menggunakan NGT/tidak menggunakan NGT); tidak terdapatbunyinafastambahan;pernafasankliendalam batas normal (18-20 kali/ pirasinafas cuping an.KesimpulanAsuhan keperawatan pada 2 klien CVAdengan masalah resiko aspirasi di RumahSakit Panti Waluya Sawahan Malang dapatdilaksanakan pada klien 1 dan 2 selama 3hari, setelah dilakukan pengkajian sampaidenganevaluasi klien1dan2tidaksehingga masalahDaftar PustakaHaryono Rudi. (2014). Gugging SwallowingScreen (GUSS) sebagai Metode Skirpnning Kemampuan Menelan PasienStroke Akut. Jurnal Keperawatan. 2(1).Irfan, M. (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke.Yogyakarta: Graha ilmu.KeMenKes RI. 2018. Riset Profil aqin, Arif. (2012). Asuhan KeperawatanKlienDenganGangguanSistemPersyarafan Jakarta : Salemba Medika.Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015).APLIKASIAsuhanKeperawatanBerdasarkan Diagnosa Medis & NANDANIC-NOC. Jogjakarta: MediActionPPNI (2016). Stanfart Diagnosa KeperawatanIndonesia: Definisi dan IndikatorDiagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.PPNI (2018). Stanfart Intervensi KeperawatanIndonesia: Definisi dan TindakanKeperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPPPPNI.PPNI (2018). Stanfart Luaran KeperawatanIndonesia: Definisi dan Kriteria Hasil,Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.Rekam Medis. (2019). Index Penyakit CerebroVascular Accident. Rumah Sakit pantiWaluya Malang8

Riset Kesehatan Dasar Kota Malang. (2017).Profil Kesehatan Kota Malang, JawaTimur, iasuhankeperawatan.Yogyakarta : Graha Ilmu.FakultasIndonesia.KedokteranUniversitasWHO (2017). World Health Statistics , WorldHealth Organization; uti. (2011). Buku Ajar IlmuKesehatan Telinga Hidung TenggorokKepala dan Leher. Vol VI(6). Jakarta :9

Lembar Konsultasi Pembimbing 110

Lembar Konsultasi Pembimbing 211

pasien tidak mengalami aspirasi, serta tidak terjadi peningkatan tanda-tanda vital yang berarti. Hal tersebut sesuai dengan teori Setiadi (2012) evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses asuhan keperawatan dan tindakan intelektual untuk melengkapi proses asuhan keperawatan yang

Related Documents:

kali 1 sesi dilakukan pada pasien resiko perilaku kekerasan dengan tujuan untuk mengontrol marah pasien. Pengkajian Keperawatan, pengkajian keperawatan yang dilakukan pada selasa, 18 Februari 2020 didapatkan hasil identitas pasien merupakan seorang perempuan bernama Ny. S pasien dengan resiko perilaku kekerasan. Alasan pasien

keperawatan yang dapat dilakukan adalah menggunakan standar praktek asuhan keperawatan klinis kesehatan jiwa yaitu asuhan keperawatan jiwa. Tujuan : Untuk memahami bagaimana respon klien setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien perilaku kek

asuhan keperawatan pada pasien karsinoma mamae . 2. Institusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran untuk pengembangan ilmu dalam penerapan asuhan keperawatan pada pada pasien dengan karsinoma mamae 3. Masyarakat (keluarga/pasien) Di

Menganalisa asuhan keperawatan pada pasien Ny. M.G dengan Diagnosa Medis CHF (congestive hearth failure) 1.4. Manfaat Studi Kasus 1.4.1. Manfaat teoritis Memperoleh pengalaman dan pengetahuan serta dapat menerapkan Asuhan Keperawatan yang didapatkan dari akademik sebagai upaya dalam penanganan pada pasien dengan CHF(Congestive Hearth Failure).

dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru. 1.4.2 Secara Praktis a. Bagi Puskesmas Dapat sebagai masukan untuk menyusun kebijakan atau pedoman pelaksanaan pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru sehingga penatalaksanaan dini bisa dilakukan dan dapat menghasilkan keluaran

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada area spesialisasi (keperawatan m edikal bedah, keperawatan anak, keperawatan maternitas, keperawatan jiwa, atau keperawatan komunitas . pada pasien Stroke 3. P enyuluhan dan konseling pada pasein hipertensi 4. Penanga

3. Menerapkan paradogma keperawatan jiwa dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa 4. Menerapkam model konsep keperawatan jiwa dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa.

Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien dengan Halusinasi. Dengan adanya tugas ini di harapkan mahasiswa lain dapat memahami materi Asuhan Keperawatan Jiwa Pasien dengan Halusinasi dengan baik. Dalam proses pembuatan tugas ini, banyak pihak yang telah membantu dan mendukung untuk menyelesaikannya. Untuk itu pada kesempatan ini