BAB IV PEMIKIRAN PENDIDIKAN TAN MALAKA DAN KONFERENSI .

3y ago
14 Views
2 Downloads
683.80 KB
39 Pages
Last View : 8d ago
Last Download : 3m ago
Upload by : Warren Adams
Transcription

BAB IVPEMIKIRAN PENDIDIKAN TAN MALAKA DAN KONFERENSI PENDIDIKANISLAM PERTAMAA. Analisa Konsep Pendidikan Tan MalakaKonsep pendidikan Tan Malaka pada dasarnya adalah sebuahkonsep yang lahir ataskegalauannya melihat realita yang terjadi di ranah grasroot rakyat nusantara saat itu (19191921).1 Realita tersebut adalah sebuahdialektika sosial antara kaum buruh dalammemperjuangkan kemanusiaannyadengan kaum tuan perkebunan dalam mempertahankanstatus quo, serta dehumanisasi yang dilakukan guru-guru serta tuan tanah mbulkeinginannyauntukmemperjuangkankemerdekaan rakyat melalui pendidikan.Berawal ketika Tan Malaka bekerja sebagai guru di sekolah perkebunanSenembah Miji,Deli, Sumatra Timur, ia menyaksikan dialektika sosial dalambentuk pertentangan antara kaumburuh kuli kontrak melawan tuan-tuankapitalis Belanda.2 Di sekolah yang dikhususkan untukanak kuli perkebunan itu, TanMalaka melihat adanya rasisme oleh stempendidikanyangdiselenggarakan kaum penjajah Belanda, harus dengansistem pendidikan yang bersifatkerakyatan. Karena Tan Malaka berkeyakinanbahwa kemerdekaan rakyat hanyalah bisa1Dimulai dari ia bekerja sebagai seorang guru di Senembah Miji, sekolah bagi anak-anak kuli perkebunan,Tanjung Morawa, Deli (Tan malaka mendapatkan tawaran menjadi guru tahun 1919, dan akhirnya ia berlayar keIndoensia. Namun tepatnya ia menjdi guru pada151 tahun 1920). Dan sampai akhirnya ia meninggalkan pekerjaannyadan membangun sekolahan dengan konsep pendidikan kerakyatan.2Lihat Tan Malaka, Dari Penjara Ke Penjara, (Jakarta: Teplok Press, 2000), hal. 43-61i

diperoleh dengan didikan kerakyatan.UsahaTan Malaka secara aktif ikut merintis pendidikankerakyatanadalah menyatu dan tidak terpisah dari usaha besar memperjuangkankemerdekaansejati bangsa dan rakyat. Karena bagi Tan Malakakemerdekaan pendidikan itu sehidup dansemati dengan kemerdekaan negara.Begitu juga kemerdekaan pendidikan bagi satu kelas,sehidup dan semati dengankemerdekaan kelas itu.3Pendidikan yang digagas Tan Malaka dilakukan untuk membebaskan manusia darikesengsaraan, ketertindasan, danketidaktahuan, menjadikan hidup lebih bermanfaat bagi dirisendiri dansekitarnya, tidak ada lagi kasta dan pembeda kelas-kelas. Berikut analisa penulisterhadap corak dan ciri khas pemikiran pendidikan Tan Malaka. Menurut penulis corak utamadan brandpendidikan Tan Malaka adalah Pendidikan Kerakyatan dan Kemerdekaan. Berikutadalah pemaparannya.Pada hakekatnya pendidikanadalah usaha transformasi untuk mempersiapkan sebuahgenerasi, agar mampuhidup secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas-tugashidupnya dengansebaik-baiknya. Transformasi tersebut mengandung nilai, norma hidupdankehidupan agar mencapai kesempurnaan hidup.4Pemaparan di atas sejalan dengan apa yang dilakukan Tan Malaka, diamemberikanbanyak materi pelajaran kepada murid-muridnya. Hal ini sebagaiantisipasi agar kelakmereka mempunyai „senjata‟ yang cukup dalam„berperang‟ dan dapat mengoptimalkan3Lebih lanjut lihat Tan Malaka, MADILOG: Materialisme, Dialektika, dan Logika.(Yogyakarta: PenerbitNARASI. 2002), hal.554Hal ini termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang berbunyi: “Pendidikan adalahusaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secaraaktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa danNegara.”ii

senjatanya tersebut. Rakyat harusbersatu berjuang meraih kemerdekaan, denganpendidikan kerakyatannya, TanMalaka memberikan senjata yang cukup, untuk bekalmeraih kemerdekaan. Inimerupakan tujuan pendidikan kerakyatan Tan Malaka yangpertama, yaitumemberikan materi pelajaran yang cukup, agar dapat merdeka danmenjadibekal dalam kehidupannya terlebih menghadapai dunia kemodalan.5Memberikan kebebasan kepada murid-muridnya dalam berkreasi,berkumpul danmengeksplor potensi yang dimiliki. Dengan bantuan akal danindera yang dipunyai,mereka dapat memahami alam semesta, mampumembebaskan dirinya dari kekuatankekuatan gaib. Untuk itu Tan Malakapertama-tama memberikan banyak materipelajaran, sehingga murid akanmempunyai cukup „senjata‟ untuk berperang, sehinggamereka bisa mandiridan tidak perlu lagi bergantung pada orang-orang gdalampengembanganindividualitas menuju humanisme. Seorang futurolog dariAmerika meramalkan bahwapada tahun 2030-an perguruan-perguruan tinggidi Amerika akan menjadi tanah yanggundul karena ditinggalkan orang.Pasalnya orang sudah tidak perlu lagi perguruantinggi, karena mereka mampumemuaskan diri sendiri, self sufficiency, cukup mendidikdan mencerdaskandiri sendiri dengan tekhnologi informasi. jika ramalan ini nkanpadaindependentlearning,kemandirian dalam belajar atau belajar mandiri.65Lihat Tan Malaka, SI Semarang dan Onderwijs,1921 dalam uraian “Peraturan Middenbouw” Tan Malaka.Tan Malaka. Serikat Islam Semarang dan Onderwijs (Jakarta: Pustaka Kaji, 2011) h. 46Abdurrahman Mas‟ud, dalam kata pengantar bukunya Achmadi, Idiologi PendidikanIslam; ParadigmaHumanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. ixiii

Pendidikan, kemerdekaan, dan kemandirian adalah hal yang tidakterpisahkan.Sedangkan untuk mencapai kemerdekaan dalam pendidikan, ilmu-ilmupengetahuanyang diajarkan haruslah dapat membebaskan dirinya agarmenjadi manusia yang mandirisecara sosial dan ekonomi.7 Ini bisa dilakukankalau pendidikan sudah benar-benarmenyerap realitas dan menjadi jawabanatas realitas, mengembangkan kreatifitas anakdidik untuk menghadapitantangan perubahan hidup, sehingga tidak ada lagi fenomenapenganggurankaum terpelajar. Jelaslah di sini bahwa Tan Malaka menginginkan muridmuridnyauntuk memaksimalkan akal yang dimikinya. Dengan pemaksimalanakal, makakemandirian akan terbentuk dengan sendirinya. Mereka dapatberdialektika dengan ruangdan waktu.Dengan akal (berpikir) manusia berbeda dengan hewan, dan bagi TanMalaka inimerupakan kelebihan tersendiri bagi manusia yang dengan akalnyatersebut manusiadapat memahami alam semesta, sehingga bisa melakukanperbaikan-perbaikan untukmeningkatkan kesejahteraanya. 8 Seperti dalam surah al-Baqarah: 164ِ ض واختِ ََل ِ َّ إِ َّن ِِف خلْ ِق ِ ْ ف اللَّي ِل والنَّها ِر والْ ُفل ك الَِِّت ََْت ِري ِِف الْبَ ْح ِر ِبَا يَنْ َف ُع ْ َ ِ الس َم َاوات َو ْاْل َْر ََ َ َ ِْ السم ِاء ِمن م ٍاء فَأ ِ ث فِ َيها ِم ْن ُك ِّل َدابٍَّة َّ َ ض بَ ْع َد َم ْوِِتَا َوب َ َحيَا بِو ْاْل َْر َْ ْ َ َّ َّاس َوَما أَنْ َزَل اللَّوُ م َن َ الن 9 ِ ٍ ِ ٍِ ص ِر ِ السح ِ الس َم ِاء َو ْاْل َْر ض ََليَات ل َق ْوم يَ ْعقلُو َن ِ َ الري َّ ْي ِّ يف َ ْ َ اب الْ ُم َس َّخ ِر ب ْ َ َوت َ َّ اح َو 7George Ritzer,Teori Sosiologi Modern, (Jakarta:Kencana,2011),cet.Ke-7.h.9Dalam beberapa kesempatan dalam karyanya Tan malaka kerap memuji sekte mu‟tazilah dalam Islam yangmemprioritaskan penggunaan akal dalam beragama seperti pernyataannya berikut; Tetapi tidak mengherankankalau mereka kaum Mu‟tazillah adalah Murba kota yang berfaham revolusioner dan penganut materialismedialektis walaupun masih serba sederhana (rudimentary) Tan. Malaka. Pandangan Hidup, (Yogyakarta: Lumpen,2000), h. 329Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yangberlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, laludengan air itu dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan8iv

Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kepadamanusia untukmenggunakan akalnya mempelajari alam semesta dan dirinyasendiri, untuk kemanfaatandirinya dan orang lain.Dalam Islam, mempertahankan akal serta memaksimalkan fungsi akaladalah suatukeharusan bagi setiap manusia. Karena hal ini sesuai denganajaran Nabi Muhammadyang popular yangmenyatakan bahwa tidaklah beragama orang yang tidakmenggunakan akal pikirannya.10Dengan kata lain akal atau reason and revelation tidakperlu dipertentangkandalam Islam.11Akal harus dikembangkan dan diberirangsangan dalam proses pendidikan yangdilaksanakan secara kondusif,demokraris, terbuka, dan dialogis, agar mengejawantahdalam kehidupan.Dengan begitu, murid akan memiliki kebebasan yang luasuntukmengekspresikan kreatifitasnya tanpa ditekan.12Demokrasi ataumemerdekakanpendidikan sangat perlu dilakukan karena pada esensinyamanusia memiliki fitrahpengisaran angina dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaandan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.10Bunyi hadits ini adalahِ ِِ ِِ َ ب ا ِإلمي ِ إِ َّن ا ْْلَيَاء ُش ْعبَةٌ ِم ْن ُش َع : " قَ َال ، صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو و َسلَّم ، ان َ َع ْن َر ُسول اللَّو ، ُ َع ْن َع ِّمو َرض َي اللَّوُ َعْنو ََ َِ ِِِِ"ُ ين لِ َم ْن ال َع ْقل لَو َ َوال د ، َوإََّّنَا يُ ْد َرُك ا ْْلَْي ُر ُكلُّوُ بالْ َع ْق ِل ، ُ َوال إميَا َن ل َم ْن ال َحيَاءَ لَو َ11Abdurrahman Mas‟ud, kata pengantar buku Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma HumanismeTeosentris Yogyakarta : Pustaka Pelajar 2005. h. ix12Erich Fromm mengungkapkan bahwa kebebasan adalah sarat seseorang untuk berkembang secara total,baik mental maupun kesejahteraan. Tiadanya kebebasan, disamping akan membuat manusia tidak berdaya jugatidak sehat secara rohani. Lihat Erich Fromm, Akar Kekerasan, Analisis Sosio Psikologis Atas Watak Manusia,penerjemah: Imam Muttaqien, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 278v

kebebasan, yaitu kebebasan berkehendak, menentukanpilihan sesuai potensinya, dan inimerupakan hak asasi manusia.13Begitu juga dengan Tan Malaka, dalam pendidikan kerakyatan,sebagai seorangpendidik, sebelum memberikan „senjata‟ (membuat materipelajaran), Tan Malakamelakukan refleksi kritis dalam melihat realita yangterjadi di masyarakat danberpedoman pada kebutuhan masyarakat, kemudianmenyusunnya menjadi sebuahkurikulum. Hal ini dimaksudkan agar benar-benartercapai tujuan yang diinginkan. Halini merupakan proyek sosial yangmendasar, bukan hanya untuk melawan berbagaibentuk penindasan tapi jugamenunbuhkembangkan keyakinan masyarakat supaya tidakterkikis waktudalam rangka mengangkat harkat dan martabat kemusiaannya. 14Rooster (daftar pengajaran) bagi Tan Malaka tidaklah perlu, karenapada waktu ituakan menghambat murid yang sangat pandai. Menghadapimurid yang seperti itu, TanMalaka memberikan kebebasan dalam belajar, diahanya mendampingi kalau sesekalisang murid membutuhkan teman untukkonsultasi. Seperti halnya berhitung, Tan Malakamelepas libidokeingintahuannya. Pertama-tama yang diajarkan adalah sikap belumdatangbangsapenjajah.Dari sanalah Tan Malaka membuat materi pelajaran-pelajaran dasar,seperti,pelajaran kebudayaan bangsa Indonesia, berhitung, ilmu bumi, ilmu sejarah,ilmubahasa, dan pelajaran-pelajaran keterampilan.13Lihat M. Suyudi, Pendidikan Dalam Perspektif al-Quran, (Yogyakarta: Penerbit Mikraj, 2005), h. 46-4814Paulo freire juga melakukan hal ini, untuk membebaskan mayarakat, ia melakukan proyek sosialmendasar, yang tujuannya tidak hanya melawan bermacam bentuk penindasan akan tetapi juga untuk memperkuatkeyakinan masyarakat supaya tidak lekang oleh waktu dalam rangka mengangkat harkat kemusiaannya. Lebihlanjut lihat Paulo Freire, Politik Pendidikan : Kebudayaan, Kekuasaan dan Pembebasan, terj: Agung Prihantoro.Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2007 h. 6-7vi

“ kita jangan lupa, bahwa diantaranya banyak yang kencang otak,cuma tak bisabahasa Belanda saja. Tetapi sebab kelak perlawanannyaialah kaum modal, yangmemakai bahasa Belanda, maka perlu sekalikita ajarkan betul bahasa itu, terutamauntuk mengerti, baru yangkedua untuk menulis atau berbicara dalam bahasa itu. Jadisebab anak-anakberumur 13 tahun ke bawah itu sudah bisa berhitung buat kelasII,sementara kita pentingkan mengajarkan bahasa Belanda. Tentulahsementara saja,karena kita tidak lupa akan pengajaran lain-lain.”15Dari pemaparan yang telah dijelaskan di atas, mengandung beberapanilai yangditanamkan Tan Malaka dalam konsep pendidikan kerakyatanya.Yakni perlunyapemberian materi-materi pelajaran yang kelak sangatmembantu terhadap kehidupannya.Yaitu dengan melihat dan menyerap realitadari kebutuhan rakyat, dan an , berhitunguntuk menghidupkan pikiransekaligus menghadapi kaum kapitalis, dan jugabahasa.Dalam memberi pelajaran Tan Malaka berusaha mencari geest (suasana) yangsepadan dengan usia murid-muridnya.Murid-murid Tan Malaka yang masih tergolonganak-anak tersebutumumnya adalah usia anak yang masih suka berkumpul dan bermain,dalampermainan mereka juga membuat peraturan –tidak tertulis– tersendiri yangtidakmungkin mereka langgar, karena kalau mereka melanggar sendiri,mereka akan kenasangsi atau boikot oleh temannya. 16Melihat realita psikologimurid-muridnya yang masihsuka bermain dan berkumpul, Tan Malakamemilih membiarkan mereka untukmelakukan kegemarannya itu, tanpamemberikan batas antara kelas yang satu denganlainnya.1516Lihat Tan Malaka. Serikat Islam Semarang dan Onderwijs (Jakarta: Pustaka Kaji, 2011)h. 6LihatTan Malaka. Serikat Islam Semarang dan Onderwijs (Jakarta: Pustaka Kaji, 2011), h. 27vii

Pembiaran atau tanpa memberikan batasan antara kelas yang satudengan yang laindengan niatan agar murid-murid tersebut dapat bersosialisasidengan kawan lainnya. Jaditidak selalu terkungkung dengan teman-temanyang ada dikelasnya saja. Sedangkankebebasan yang Tan Malaka berikankepada murid-muridnya tidak lain agar merekamempunyai kepribadian17yangtangguh, percaya diri, merasa mempunyai harga diri yangharus dibela, dancinta kepada rakyat miskin. 18 Dapat diilustrasikan bahwa kebebasanibaratpisau bermata dua, satu sisi akan mengangkat manusia ke martabatkemuliaannyadan sisi yang lain akan menjatuhkan ke derajat yang rendahbahkan lebih rendahdaripada binatang.Secara psikologis, cara yang dilakukan Tan Malaka denganmemberikan kebebasanterhadap kegemaran murid-muridnya adalahmerupakan langkah yang tepat dalammendidik murid-muridnya, karena dalamprinsip-prinsip humanistik disebutkan, belajarakan signifikan, maksimal, danmeresap jika atas inisiatif sang anak sendiri, bukan atasdasar pakasaan ataukeinginan dari orang lain.19Namun meskipun Tan Malaka memberikan keleluasaan kepadamuridnya untukbelajar, berkumpul dan bermain sesuai kegemarannya; ia tetapmemberikan batasanbatasan berupa teguran dan nasehat yang diberikankepada murid-muridnya yang salah.Serta memberikan bantuan berupamasukan dan saran kepada murid yang tidak bisamenemukan jalan keluardalam menyelesaikan persoalan. Kebebasan ini seirama dengan17Berbicara tentang kepribadian biasanya menyangkut banyak aspek seperti, kedirian, karakter, watak, ego,oknum, self, dan bakhan menyangkut identitas bangsa. Lebih jelas lihat Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kalam Mulia, 2004), hal. 28718Lihat dalam Majalah Tempo, Edisi Khusus Kemerdekaan, 11-17 Agustus 2008, hal. 5719Sang anak dapat memiliki inisiatif kalau ia diberikan kebebasan. Liha Djiwandono, S.E.W. 2002. PsikologiPendidikan. Jakarta : Grasindo.hlm. 8viii

kebebasan dalam Islam, yakni kebebasan yang terbatas atautidak mutlak. Kebebasanyang dibatasi oleh tanggung jawab yang sebenarnyadatang dari diri sendiri, sebagaiakibat dari kebebasannya untuk memilih yangbaik atau yang buruk.20Mengingat begitu pentingnya anugerah kebebasan, makadalam pendidikan tidakdibenarkan adanya penindasan, sebaliknya pendidikanharus mengembangkan danmengarahkan kebebasan murid untuk dapatmengembangkan potensi-potensi yangdimilikinyasehinggamampu menjadimanusiayang bertanggung jawab ataskeberadaannya. Apalagi dalam Islamkebebasan itu erat kaitannya dengan keadilan.Artinya setiap sesuatu hal yangdilakukan pasti akan mendapat balasan yang setimpal. 21Dengan begitu,semakin luas kebebasan seseorang, semakin tinggi dan berat pulatanggungjawabnya.Dengan konsep pendidikannya Tan Malaka ingin membentuk jiwa-jiwa tangguh,pemberani, mempunyaikepercayaan diri, membela kebenaran serta menolong yanglemah,22sehinggamembutuhkan perhatian lebih darimasing-masingindividu.Individualisasi merupakan bagian terpenting dalam pendidikan. Secara garis besar alQuran menjelaskan perbedaan dari masing-masingpotensi yang dimiliki oleh individu,dengan menunjukkan kelebihanyang satu dengan yang lainnya. Seperti dalam surat alIsra‟ ayat 21 yang berbunyi:20Prono, Srijanto, Hidup Anda Ditangan Siapa; Suatu Telaah Pemikiran Menjembatani Paham Qodariah danJabariah, (Syaamil Cipta Media, Bandung, 2002) h 252122Seperti dalam al-Quran Surat al-Zalzalah, ayat 7-8 yang berbunyi: ُ َوَم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْ َق َال َذ َّرٍة َشًّرا يََره ُ َم ْن يَ ْع َم ْل ِمثْ َق َال َذ َّرةٍ َخْي ًرا يََره Lihat Tan Malaka. Serikat Islam Semarang dan Onderwijs (Jakarta: Pustaka Kaji, 2011) h. 6ix

ِ ض ۚولَ ْل ِخرةُأَ ْكب ردرجاتٍوأَ ْكب رتَ ْف ض ًيَل َّ َ ف ف َ ضلْنَا بَ ْع َ انْظُْر َكْي ُ َ َ َ َ َ ُ َ َ َ ٍ ض ُه ْم َعلَ ٰى بَ ْع 23Sedangkan yang ditekankan adalah pentingnya tanggung jawab baikterhadap Tuhan,terhadap lingkungan maupun terhadap dirinya sendiri. Sepertidalam surat al-Muddatsirayat 38 yang berbunyi:ِ ٍ ُك ُّل نَ ْف ٌ ت َرِىينَة ْ َ سۚ بَا َك َسب 24Pentingnya tanggung jawab adalah hal yang ditekankan dalampendidikan TanMalaka. Seperti dalam persoalan Vereeniging Bibliotek(perkumpulan untuk buku-bukuatau perpustakaan), Tan Malaka hanyabercerita dan memberi sedikit perkataan tentangpentingnya sebuahperpustakaan. Setelah mengetahui arti penting dari u.Menanggapikeinginanmurid-muridnya,Tan Malaka hanya mengatakan kepada mereka, kalau ia-menginginkan sebuahperpustakaan, maka ia harus berusaha mengadakannya,dan kalau perkumpulan sudahdibuat maka ia harus bertanggung jawabmenjalankannya dengan baik dan benar.Dengan begitu lekaslah murid-muridnyamemahami dan membuktikannya. Dan dengansegera berdirilahsuatu vereeniging berikut comite untuk bibliotheek siMerekatidakhanya23Artinya: Perhatikanlah bagaimana kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). dan pastikehidupan akhirat lebih Tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya (21).24Artinya: Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang Telah diperbuatnya25Setelah Commite Bibliotek terbentuk, kemudian terbentuklah Comite Kebersihan, karena muridmenganggap pentinya kebersiah bagi diri dan lingkungan, setelah itu terbentuk juga Voetbal Club (klubsepakbola), yang terbentuk karena keinginan murid unutk hidup sehat. Lihat Tan Malaka. Serikat Islam Semarangdan Onderwijs.(Jakarta: Pustaka Kaji, 2011), hal. 8x

panitiayangmengurusinya.Pemaparan di atas mengandung beberapa nilai-nilai yang ditanamkanTan Malakakepada murid-muridnya, pertama; Tan Malaka menanamkanpribadi yang peka terhadaprealita. Yaitu dengan cara memberikan pengertiantentang pentingnya arti sebuahperpustakaan yang menyimpan berbagai bukuuntuk pendidikan. Kedua; kebebasanuntuk memilih melakukan sesuatu yangdisenanginya. Karena setelah merekamengetahui arti pentingnya sebuahperpustakaan, mereka ingin mempunyai sebuahperpustakaan yang nantinyabisa menopang mereka dalam belajar. Akhirnya mereka punmembentuksebuah perkumpulan untuk membangun perpustakaan. Ketiga: setelahataumerekasemacampengurusyang bertanggung jawab dan mengurusi perpustakaan.Dengan pendidikan yang diajarkan oleh Tan Malaka tersebut, merekamenjadi pribadiyang respek, berani, dan bertanggung jawab. Salah satu bentukpertanggung jawabanyang konkret dalam perpustakaan adalah tampilnyamurid-murid Tan Malaka yang masihberusia 13-14 tahun sudah berani tampildalam kongres besar SI. untuk mencari derma.

Pendidikan yang digagas Tan Malaka dilakukan untuk membebaskan manusia dari kesengsaraan, ketertindasan, danketidaktahuan, menjadikan hidup lebih bermanfaat bagi diri sendiri dansekitarnya, tidak ada lagi kasta dan pembeda kelas-kelas. Berikut analisa penulis terhadap corak dan ciri khas pemikiran pendidikan Tan Malaka.

Related Documents:

A. Pemikiran Pendidikan Tan Malaka Pemikiran-pemikiran Tan Malaka mengenai pendidikan kaum tertindas, menjadi perenungan masyarakat dewasa ini. Minimnya ulasan mengenai aktivitas politik Tan Malaka dalam dunia pendidikan, menjadi suatu ironi tersendiri dalam perkembangan sejarah pendidikan Indonesia modern.

May 19, 2015 · 472 Chapter 12 Skills Practice 12 8. 2 2 m 15 m D tan D 9. 5 5 ft 3 ft D tan D 10. 7 yd 15 yd F tan F 11. 2 6 yd 6 yd F tan F Use a calculator to evaluate each tangent ratio. Round your answers to the nearest hundredth. 12. tan 30 13. tan 45 14. tan 60 15. tan 15 16. tan 90 17. tan 180

PEMIKIRAN TAN MALAKA TENTANG STRATEGI KEMERDEKAAN INDONESIA DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH DAN HAM PBB . Dan data-data lainnya yang berkaitan dengan Pemikiran Politik Tan Malaka Tentang Konsep Kemerdekaan Indonesia. . Adapun riwayat pendidikan adalah sebagai berikut: 1. SDN 2 Tanjung Baru (Kecamatan Bukit Kemuning, Kabupaten Lampung .

Buku Keterampilan Dasar Tindakan Keperawatan SMK/MAK Kelas XI ini disajikan dalam tiga belas bab, meliputi Bab 1 Infeksi Bab 2 Penggunaan Peralatan Kesehatan Bab 3 Disenfeksi dan Sterilisasi Peralatan Kesehatan Bab 4 Penyimpanan Peralatan Kesehatan Bab 5 Penyiapan Tempat Tidur Klien Bab 6 Pemeriksaan Fisik Pasien Bab 7 Pengukuran Suhu dan Tekanan Darah Bab 8 Perhitungan Nadi dan Pernapasan Bab .

4 Tim Majalah Tempo,Edisi Khusus Kemerdekaan,(11-17 Agustus 2008), h.72 . 55 Malaka telah mampu berbahasa Arab dan menjadi guru muda di surau kampungnya. Pendidikan agama Islam ini begitu membekas dalam diri Tan Malaka sehingga kemudian sedikit banyaknya memberikan warna dalam corak pemikiran Tan Malaka. 5 Masalah pendidikan, tidak diragukan lagi kalau tentunya Tan Malaka mendapat pendidikan .

pendidikan Tan Malaka juga mempunyai relevansi dengan tujuan pendidikan Islam, baik tujuan tertinggi atau terakhir, yaitu ma’rifatullah, ataupun tujuan secara umum, yaitu bersifat empirik dan realistis, atau realisasi diri (self realization). 2. Konsep Politik Pendidikan berkarakter Tan Malaka dengan Dasar Pendidikan Islam

Daftar Isi ix Bab VEvaluasi Kebijakan Pendidikan 101 A. Konsepsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 101 B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 104 C. P ermasalahan dalam Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 106 D. Manfaat Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 108 E. Monitoring Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 109 F. Kriteria Evaluasi Program Kebijakan Pendidikan — 111

Senior Jazz Combo Wild and unpredictable band of senior musicians in years 10 to 13 for whom anything goes! (Grade 5 with a focus on improvisation). Senior Vocal Group Run by 6th form students for 6th form students, this is an acappella group of mixed voices with high standards of singing. St Bartholomew’s School Orchestra (SBSO) All instrumentalists are expected to perform in the school .