Hakikat Sastra - Pustaka.ut.ac.id

2y ago
271 Views
84 Downloads
435.19 KB
47 Pages
Last View : 1d ago
Last Download : 3d ago
Upload by : Joao Adcock
Transcription

Modul 1Hakikat SastraDr. Anwar Efendi, M.Si.PEN D A HU L UA NModul ini merupakan modul pertama untuk mata kuliah Teori Sastrayang akan menjadi dasar bagi Anda untuk dapat memahami masalahselanjutnya dalam mata kuliah tersebut. Oleh karena itu, kuasailah benarbenar konsep dan pengertian yang diuraikan dalam modul ini. Setelahmempelajari modul ini Anda diharapkan memiliki pengetahuan yangmemadai tentang hakikat sastra.Masalah pertama yang harus dipecahkan menyangkut bahasan tentangsastra adalah apakah sastra itu? Jika kita mengatakan apakah sastra, secaratidak langsung kita juga sekaligus mempertanyakan apakah yang bukansastra? Pertanyaan itu dapat dilanjutkan dengan apakah sifat-sifat sastra itu?Bagaimana ciri-ciri sastra itu?Pertanyaan-pertanyaan tersebut tampak sederhana dan sepele. Akantetapi, sampai saat ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut belum dapat dijawabdengan tuntas. Pada saat seorang ahli mencoba merumuskan sastra dari satusudut pandang tertentu, muncul permasalahan yang menyertai rumusan yangdibuat itu bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Bahkan, rumusanpengertian yang disusun itu seakan-akan menjadi terus tertinggal karenaperkembangan karya sastra yang muncul pada setiap periode atau waktu.Setiap saat, kita berhadapan dengan hadirnya gejala sastra yang khas,menarik, dan spesifik serta penuh keragaman sesuai perkembangan zaman.Setelah mempelajari modul ini, diharapkan Anda dapat menjelaskan1. hakikat sastra,2. pengertian sastra,3. pandangan terhadap sastra,4. kriteria estetis sastra,5. teks dan konteks dalam sastra,6. konsep mimesis,7. fiksionalitas dalam sastra,

1.28.9.Teori Sastra konsep proses kreatif,sumber penulisan sastra.Untuk memudahkan Anda dalam belajar, sajian modul ini dibagi kedalam tiga Kegiatan Belajar, sebagai berikut.Kegiatan Belajar 1: Definisi dan Batasan SastraKegiatan Belajar 2: Aspek-aspek SastraKegiatan Belajar 3: Proses Kreatif SastraLebih jauh tentang isi modul ini silakan Anda membaca danmempelajarinya sendiri. Pelajarilah setiap kegiatan belajar dengan cermat.Mulailah kegiatan belajar Anda dengan membaca konsep, uraian, dancontoh! Gunakanlah glosarium untuk mengetahui makna kata-kata yangbelum dipahami. Selanjutnya, kerjakanlah latihan yang tersedia sampaiselesai sebelum melihat rambu-rambu jawaban latihan.Jika diperlukan, ulangilah membaca konsep, uraian, dan contoh yangberhubungan dengan soal-soal latihan. Setelah itu, Anda dapat mulaimengerjakan tes formatif. Dalam mengerjakan tes formatif, jawablah dulusemua soal yang ada. Kemudian, cocokkanlah jawaban Anda dengan kuncijawaban yang tersedia. Cobalah dengan sabar mencermati dan menemukanmateri yang belum Anda kuasai. Pahami kembali konsep, uraian, dan contohyang berhubungan dengan materi yang belum Anda kuasai.Model tes formatif dalam modul ini sama dengan model soal ujian matakuliah pada akhir semester. Oleh karena itu, bila Anda terbiasa mengerjakansoal-soal tes formatif ini, Anda akan memiliki modal yang memadai untukmenempuh ujian akhir kelak.Selamat belajar, semoga berhasil!

PBIN4104/MODUL 11.3Kegiatan Belajar 1Definisi dan Batasan SastraDalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari kita banyak melakukanaktivitas yang berkaitan dengan sastra. Misalnya, menyanyi, membuatpantun, menulis kata mutiara, menonton sinetron atau film, menonton drama,dan kegiatan-kegiatan lainya yang sebenarnya berkaitan dengan aktivitassastra. Namun, ketika ditanya apakah sastra itu? Sebagian besar kita tidakbisa menjawabnya dengan cepat dan tepat.Kita sudah sering melakukan aktivitas tetapi belum tentu dapatmenjelaskan dan mendefinisikan apakah sastra itu? Untuk itulah, maricermati dan pelajari dengan saksama uraian materi dalam kegiatan belajar ini.Semoga setelah memahami uraian materi kegiatan belajar ini, Anda dapatmenyebutkan dan menjelaskan apa itu sastra. Paling tidak, pengertian untukAnda sendiri.A. HAKIKAT SASTRASebagaimana dinyatakan Wellek dan Warren, masalah pertama yangharus dipecahkan menyangkut bahasan studi sastra adalah apakah sastra itu?Jika kita mengatakan apakah sastra, secara tidak langsung kita juga sekaligusmempertanyakan apakah yang bukan sastra? Pertanyaan itu dapat dilanjutkandengan apakah sifat-sifat sastra itu? Bagaimana ciri-ciri sastra itu?Kedengarannya pertanyaan-pertanyaan tersebut tampak sederhana dansepele. Akan tetapi, sampai saat ini, pertanyaan-pertanyaan tersebut belumdapat dijawab dengan tuntas. Pada saat seorang ahli mencoba merumuskansastra dari satu sudut pandang tertentu, muncul permasalahan yang menyertairumusan yang dibuat itu bila dilihat dari sudut pandang yang berbeda.Bahkan, rumusan pengertian yang disusun itu seakan-akan menjadi terustertinggal karena perkembangan karya sastra yang muncul pada setiapperiode atau waktu. Setiap saat, kita berhadapan dengan hadirnya gejalasastra yang khas, menarik, dan spesifik serta penuh keragaman sesuaiperkembangan zaman.Teeuw (1987:21) menyebutkan bahwa sudah cukup banyak usaha yangdilakukan sepanjangmasa untuk memberi batasan yang tegas ataspertanyaan itu, dari berbagai pihak dan dengan pendekatan yang berbeda-

1.4Teori Sastra beda. Akan tetapi, batasan mana pun jua yang pernah diberikan oleh ilmuwanternyata diserang, ditentang, disangsikan.Sapardi Djoko Damono (via Siswanto, 2003:81) menjelaskan bahwakarya sastra adalah karya yang dimaksudkan oleh pengarangnya sebagaikarya sastra, berwujud karya sastra, dan diterima oleh masyarakat sebagaikarya sastra. Berdasarkan penjelasan tersebut Siswanto (2003:81)menyatakan bahwa pembaca berperan dalam menentukan sebuah karya itudisebut karya sastra atau bukan. Hal itu mengindikasikan bahwa padaprinsipnya karya sastra itu akan sampai kepada pembaca.Mengutip pendapat Selden, Siswanto (2003:82) menegaskan bahwakeberadaan karya sastra itu dapat hadir secara nyata jika karya itu sudahsampai kepada pembaca dan ada aktivitas pembacaan. Dalam konteks ini,pembacalah yang menerapkan dan mengurai kode yang ditulis oleh sastrawansebagai sarana menyampaikan pesan.Sebagai upaya untuk mengenali dan memahami apa itu sastra, Siswantodan Roekhan (via Siswanto, 2003:70) menyebutkan sejumlah ciri karyasastra. Pertama, adanya niatan dari pengarang untuk menciptakan karyasastra. Kedua, karya sastra adalah hasil proses kreatif. Ketiga, karya sastradiciptakan bukan semata-mata untuk tujuan praktis dan pragmatis. Keempat,bentuk dan gaya karya sastra sangat khas. Kelima, bahasa yang digunakandalam karya sastra khas. Keenam, karya sastra mempunyai logika sendiri.Ketujuh, karya sastra merupakan dunia rekaan. Kedelapan, karya sastramempunyai nilai keindahan tersendiri. Kesembilan, karya sastra adalah namayang diberikan oleh masyarakat kepada hasil karya tertentu.Luxemburg dkk (1984:9-12) menegaskan bahwa tidak mungkinmemberikan sebuah definisi yang universal mengenai sastra. Sastra bukanlahsebuah benda yang dapat dijumpai, sastra adalah sebuah nama yang denganalasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatulingkungan kebudayaan. Untuk itulah, Luxermburg dkk (1984) menyatakanbahwa lebih cenderung menyebutkan sejumlah faktor yang menjadi penjelasbagi pembaca untuk menyebut teks ini sastra dan teks ini bukan sastra. Faktoryang dimaksud dijelaskan sebagai berikut.Pertama, pengertian sastra berkaitan dengan teks-teks yang tidak hanyadisusun atau dipakai untuk suatu tujuan komunikatif praktis dan hanyaberlangsung sementara waktu. Hasil sastra dipergunakan dalam situasikomunikasi yang diatur oleh suatu lingkungan kebudayaan tertentu.

PBIN4104/MODUL 11.5Kedua, sebuah karya sastra dapat dibaca menurut tahap-tahap arti yangberbeda-beda. Dalam sebuah novel, misalnya, kita tidak hanya dapatmemahami pengalaman dan hidup batin tokoh-tokoh fiktif. Akan tetapi,lewat peristiwa-peristiwa itu dapat diperoleh pengertian mengenai tema-temayang lebih umum sifatnya, seperti tema sosial, ketidakadilan, penindasan,cinta kasih, dan pengorbanan.Ketiga, oleh karena bersifat rekaan, sastra tidak secara langsungmengatakan sesuatu mengenai kenyataan dan juga tidak secara langsungmenggugah kita untuk melakukan tindakan. Karya sastra memberikankemungkinan dan keleluasaan lain untuk memperhatikan dunia-dunia lain,kenyataan-kenyataan yang hanya hidup dalam angan-angan, sistem-sistemnilai yang tidak dikenal atau bahkan yang tidak dihargai.Keempat, bahasa sastra dan pengolahan bahan lewat sastra dapatmembuka batin kita bagi pengalaman-pengalaman baru atau mengajak kitauntuk mengatur pengalaman tersebut dengan suatu cara baru. Dalamperspektif kaum Formalis, hal itu disebut dengan istilah dotomatisasipencerapan. Lewat proses pengasingan, kita dapat mencapai emansipasi,melepaskan diri dari cara-cara berpikir yang lama. Menurut Brecht,dramawan Jerman, kritik ideologi dalam sastra tidak diungkapkan secaralangsung, melainkan melalui saluran estetik (Luxemburg dkk., 1984:9-12).B. PENGERTIAN SASTRASecara etimologi kata sastra dipadankan dengan kata literature (Inggris),literature (Jerman), literature (Prancis) yang kesemuanya berasal dari katalitteratura (bahasan Latin). Kata litteratura merupakan penerjemahan darikata grammatika (bahasa Yunani). Istilah litteratura berasal dari kata littera,sedangkan grammatika berasal dari gramma yang keduanya memiliki artihuruf atau tulisan (letter). Menurut asalnya, litteratura dipakai untuk tatabahasa dan puisi; seorang litterartus adalah orang yang tahu dan memahamitata bahasa dan puisi. Orang yang tahu dan memahami tata bahasa disebutjuga dengan istilah letter (Prancis), geletterd (Belanda), dan man of letters(Inggris) (Teeuw, 1987:22).Selanjutnya literature dalam bahasa Barat modern mengacu pada maknasegala sesuatu yang tertulis. Dalam bahasa Jerman dikenal dua istilah yangberkaitan dengan konsep literature. Pertama, istilah schrifftum yang berartisegala sesuatu yang tertulis. Kedua, istilah dichtung yang dibatasi pada

1.6Teori Sastra tulisan yang tidak langsung berkaitan dengan kenyataan, tulisan yang bersifatrekaan, dan secara implisit atau pun eksplisit dianggap mempunyai nilaiestetik (Teeuw, 1987:22).Dalam bahasa Belanda dikenal istilah letterkunde yang bermakna samadengan istilah dichtung (Jerman). Di samping itu, bahasa Belanda juga adakonsep literatuur yang mengandung pengertian antara lain perpustakaan,acuan pada tulisan ilmiah (pustaka rujukan). Dalam bahasa Perancis kadangkala juga dipakai istilah belles-lettres untuk istilah sastra. Istilah iniditerjemahkan dalam bahasa Belanda menjadi bellettrie dengan bentuk yangdisesuaikan (Teeuw, 1987:23).Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta, dariakar kata sas- dalam kata kerja turunan yang bermakna “mengarahkan,mengajar, memberi petunjuk atau intruksi”. Akhiran –tra pada umumnyamerujuk pada pengertian “alat atau sarana”. Oleh karena itu, dalam konsepini, kata sastra dapat berarti “alat untuk mengajar, buku petunjuk, bukuinstruksi atau pengajaran”. Misalnya, silpasastra “buku arsitektur”,kamasastra berarti “buku petunjuk mengenai seni bercinta”. Selanjutnya,kata awal su- berarti baik, sehingga kata susastra berarti buku petunjuktentang kebaikan. Dalam konteks ini, susastra dapat disejajarkan denganistilah belles-lettres (Prancis), karya sastra yang bernilai estetis (indah).Teeuw (1987:23) menjelaskan bahwa kata susastra tidak terdapat dalambahasa Sangsekerta dan Jawa Kuno, sehingga kata susastra dianggapmerupakan ciptaan masyarakat Jawa dan atau Melayu yang muncul masasesudahnya.Lebih lanjut Teeuw (1987:24) menjelaskan makna kata sastra dalamkhazanah bahasa Cina (Tiongkok). Dalam bahasa Cina kata yang bermaknadekat dengan kata sastra adalah kata wen, yang menurut asal katanya berarti“ikatan dan tenunan” dan kemudian berkembang menjadi makna “pola,susunan, struktur”. Perkembangan makna inilah yang lebih dekat denganmakna sastra. Sejajar dengan konsep ini adalah pemunculan istilah tex yangsecara etimologi berkaitan dengan kata textile dari bahasa latin yangmengandung makna “tenunan dan pola”.Sementara itu, dalam bahasa Arab tidak ditemukan sebuah kata yangbertepatan dengan kata sastra. Teeuw (1987:25) menyebutkan kata dalambahasa Arab yang agak dekat dengan makna sastra adalah kata adab. Dalamarti sempit kata adab memiliki makna sama dengan konsep belles – lettres

PBIN4104/MODUL 11.7atau susastra. Dalam arti luas adab bermakna kebudayaan dan sivilasi(tammadun).Setelah memahami melalui penelusuran aspek etimologi, selanjutnyadisajikan beberapa pengertian atau definisi sastra. Sekali lagi, pengertian dandefinisi yang disajikan beberapa ahli ini masih terbuka kemungkinan untukberkembang sesuai dengan fenomena sastra sesuai perkembangan zaman.1. Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik danimajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat)melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadapkehidupan manusia dan kemanusiaan (Esten (1978:9).2. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yangobjeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasasebagai mediumnya (Semi, 1988:8).3. Sastra sebagai karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai cirikeunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, danungkapannya (Sudjiman, 1986: 68.)4. Kesusastraan adalah kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dangaris simbol-simbol lain sebagai alat dan bersifat imajinatif (Badrun,1983:16).5. Sastra adalah karya tulisan yang halus (belle letters) yang mencatatkanbentuk bahasa harian dalam berbagai cara dengan bahasa yangdipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjangtipiskan, diterbalikkan,dan dijadikan ganjil (Eagleton, 1998: 4).6. Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakanbahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial.Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiriadalah suatu kenyataan sosial (Salleh, 1988:1).7. Sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif atau sastraadalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakanhal-hal lain (Taum, 1997: 13).8. Salah satu batasan yang pertama dari sastra adalah segala sesuatu yangtertulis dan tercetak (Wellek dan Warren, 2001:11).Sastra bukanlah sekadar kata-kata yang indah, melainkan suatukecakapan dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai. Sebab,bahasa merupakan media sastra. Melalui bahasa, sastra dapat ditentukanbernilai atau tidak. Bahasa sastra mengungkapkan pengalaman dan realitas

1.8Teori Sastra kehidupan, mengungkapkan khayalan dan estetik yang kemudian menjadikanbernilai atau tidak sebuah karya sastra. Sastra dapat memberikan kesenanganatau kenikmatan kepada pembacanya, serta dapat memberi motivasi.Kenikmatan, kesenangan itu, dan motivasi itu dalam sastra muncul dalambentuk ketegangan-ketegangan (suspense). Dalam membaca karya sastraterdapat proses penikmatan, yakni pembaca terlibat secara total dengan apayang dikisahkan. Dalam keterlibatan itulah kemungkinan besar munculkenikmatan estetis. Menurut Luxemburg, dkk (1984) sastra juga memilikimanfaat rohaniah. Sebab, dengan membaca sastra, pembaca memperolehwawasan yang dalam tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektualdengan cara yang khusus.C. PANDANGAN TERHADAP (KARYA) SASTRAKeberagaman pendapat dan pengertian tentang sastra pada dasarnyadapat dikembalikan pada situasi kesastraan. Situasi kesastraan yangdimaksudkan adalah relasi antara: pengarang – karya – sastra – alam –pembaca. Berdasarkan pemahaman terhadap relasi itulah muncul pandanganpandangan atau pendekatan-pendekatan terhadap karya sastra. Karya sastradipandang sebagai: (a) peneladanan dan model kenyataan, (b) ekspresipengarang, (c) struktur otonom, (d) hasil konkretitasi pembacanya, dan (e)bentuk komunikasi (Siswanto, 2003:71).Pertama, pendapat yang memandang karya sastra sebagai peneladanandan model kenyataan. Pandangan ini sejalan dengan konsep mimetik yangdikemukakan Plato dan Aristoteles. Dalam kerangka pandangan ini, sastradipahami sebagai karya fiksi dan sekaligus sebagai karya yang mengacu pada“kebenaran”, yakni berhubungan dengan kesesuaian dengan realitas danpengalaman manusia. Kenyataan dalam karya sastra adalah kenyataan yangtelah ditafsirkan sebelumnya dan yang dialami secara subjektif sebagai duniayang bermakna dan koheren.Kedua, pendapat yang memandang karya sastra sebagai ekspresipengarang. Penulis atau penghasil karya sastra adalah pengarang. Karyasastra adalah ekspresi individual pengarang atau penulisnya. Kondisi itulahyang menjadi salah satu pertimbangan dalam studi sastrabahwa“kedudukan“ pengarang penting peranannya dalam kajian sastra.Ketiga, pendapat yang memandang karya sastra sebagai struktur otonom.Menurut Aristoteles yang penting dalam karya sastra, efek tragedi dihasilkan

PBIN4104/MODUL 11.9oleh plotnya, bukan karakter wataknya. Untuk menghasilkan efek yang baikplot harus mempunyai keseluruhan (wholeness). Karya sastra dipandangsebagai tanda, lepas dari fungsi referensial atau mimetiknya. Karya sastramenjadi tanda otonom, yang hubungannya dengan kenyataan bersifat tidaklangsung. Dalam konteks ini, tugas peneliti adalah meneliti struktur karyasastra yang kompleks dan multidimensional (Siswanto, 2003:72).Berkaitan dengan konsep struktur, Piaget menganggap kata kuncipengertian struktur ada pada tiga gagasan. “Structure can be observed in anarrangement of entities which embodies the following fundamental ideas: (a)the idea of wholeness, (b) the idea of transformation, and (c) the idea of selfregulation (Hawkes, 1978:16). Pertama, yang dimaksud Piaget dengangagasan keseluruhan adalah adanya koherensi internal. Susunan entitas sudahlengkap dalam dirinya sendiri, bukan suatu komposisi yang dibentuk darielemen-elemen independen lain. Bagian-bagian konstituennya menyesuaikandiri dengan kaidah instrinsik yang menentukan hakikatnya. Dengan kata lain,bagian-bagian konstituennya tidak memiliki eksistensi independen di luarstruktur. Kedua, gagasan tranformasi pada struktur tidak semata-matamembuatnya distrukturkan atau bersifat statis. Kaidah yang mengaturstruktur tidak semata-mata membuatnya distrukturkan atau bersifat pasif,tetapi juga menstruktur (structuring) atau bersifat aktif. Ini artinya, strukturmampu melakukan prosedur transformasional sehingga materi yang barudiproses secara terus menerus. Hal demikian menyerupai struktur bahasayang dapat menstranformasikan berbagai macam kalimat ke dalam ujaranbaru yang sangat beragam. Ketiga, gagasan regulasi diri berarti struktur tidakmemerlukan pertimbangan di luar dirinya untuk validasi prosedurtransformasionalnya. Demikianlah, struktur memiliki kaidah internal sendiriatau kaidah yang berdiri sendiri (self-sufficient rules) (Hawkes, 1978:16-17).Keempat, pendapat yang memandang karya sastra sebagai hasilkonkretisasi pembacanya. Pendapat ini merujuk pada pendekatan pragmatik,yakni pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan pada peranan pembacadalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Pentingnyaperanan pembaca dalam memberikan arti terhadap karya sastra dapat dilihatpada kenyataan bahwa karya yang sama akan dimaknai secara berbeda olehpembaca yang berbeda (Siswanto, 2003:72).Kelima, pendapat yang memandang bahwa karya sastra sebagai bentukkomunikasi. Wacana sastra pada hakikatnya merupakan suatu bentukkomunikasi yang khas, yakni komunikasi antara sastrawan (pengarang) dan

1.10Teori Sastra pembaca. Sebagaimana lazimnya kegiatan komunikasi, maka ada pesan yangakan disampaikan. Dalam konteks ini, pesan tersebut adalah apa yangterkandung dalam karya sastra (pesan), yang dihasilkan oleh sastrawan(penyampai pesan), dan akan disampaikan kepada pembaca (penerimapesan).Karya sastra harus berguna dan berfungsi mengajarkan sesuatu. Sastradapat berfungsi untuk menghibur dan sekaligus mengajarkan sesuatu. Hal ituberhubungan dengan konsep Horace dulce at utile, yakni sastra itu indah danberguna. Karya sastra dimanfaatkan oleh sastrawan sebagai ungkapankeindahan yang menghibur.Pertama, sastrawan dapat menggunakan karya sastranya sebagai alatuntuk memahami dan mencari hakikat hidup manusia, hakikat

Menurut asalnya, litteratura dipakai untuk tata bahasa dan puisi; seorang litterartus adalah orang yang tahu dan memahami tata bahasa dan puisi. Orang yang tahu dan memahami tata bahasa disebut juga dengan istilah letter (Prancis), geletterd

Related Documents:

E. Pembelajaran Apresiasi Sastra Indonesia di SD 12 1. Pengertian Apresiasi Sastra 12 2. Kegiatan Apresiasi Sastra 13 3. Tingkat-tingkat apresiasi sastra 15 F. Tahap Pembelajaran Apresiasi Sastra di SD 15 G. Konsep Dasar Sastra dan Manfaat Sastra dalam Pendidikan 18 . KONSEP DASAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA iii BAB III 28 FONOLOGI 28

pendekatan sosiologi Sastra 3. Analisis puisi dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra 5% 13 Mahasiwa mampu memahami: 1. Konsep pendekatan Kritik Sastra Feminis 2. Jenis-jenis Kritik Sastra Feminis 1. Latar belakang munculnya kritik sastra feminis 2. Pengertian kritik sastra feminis Ekspositori penugasan, tanya jawab 150 menit Ketepatan dalam menjelaskan: 1. Konsep pendekatan Kritik Sastra Feminis 2. Jenis-jenis 5%

kita mengenal ada penelitian filologi, sastra bandingan, sosiologi sastra, psikologi sastra, hermeneutika, strukturalisme, antropologi sastra, resepsi sastra, feminisme, sastra lisan, poskolonial, studi budaya, dan lain-lain. Banyaknya jenis penelitian membuat masing-masing penelitian memiliki metode dan teknik yang berbeda pula.

psikologi dan sastra, juga di bagian mana kedua disiplin ilmu itu akan bertemu, sehingga melahirkan pedekatan atau tipe kritik sastra yang disebut psikologi sastra. B. Hubungan antara Psikologi dan Sastra 1. Psikologi Sebelum menguraikan hubungan antara psikologi dan sastra, yang melahirkan pendekatan psikologi sastra,

sastra (4) ngadiskusikeu n apresiasi reseptif jeung aprésiasi produktif dina diajar pustaka (5) ngawangun bahan ajar sastra dumasar kana jinis aprésiasi jeung tiori anu aya hubunganana. Pemb elajara n Sastra Karya sastra mangru pikeun karya seni anu nyarios keun perkawi s masala h kahirup an sareng kahirup an, ngeuna an manusa sareng manusa .

Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra : Pengantar Teori Sastra. Jakarta : Pustaka Jaya. Nurgiyantoro, B. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pertemuan ke-2: Perbedaan Apresiasi dan Kajian Prosa Fiksi Kegiatan awal: Mengecek kehadiaran Apersepsi Kegiatan inti .

8 9 10 11 12 13 14 8 9 10 11 12-13 14-15 16 Penelitian sastra modern (sosiologi sastra) Penelitian sastra modern (poskolonial, dekonstruksi). Penelitian sastra modern .

Tingkat Apresiasi Sastra Siswa SD di Kabupaten Merauke ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam dunia kritik sastra di Indonesia, rendahnya apresiasi sastra di kalangan masyarakat sudah lama menjadi bahan pembicaraan di antara para pemerhati sastra. Menurut Komarudin Hidayat (2017) dalam kajian antropologis, masyarakat Nusantara sebenarnya